Material Recovery Facilities
Material Recovery Facilities
Material Recovery Facilities
NAMA :
1. Pengertian
Material Recovery Facility (MRF) atau instalasi pengolahan sampah
terpadu (IPST) merupakan fasilitas pengelolaan sampah yang bertujuan untuk
mengolah sampah dan memanfaatkannya kembali dengan tujuan mereduksi
jumlah sampah yang dihasilkan (Wibowo,2007). Tujuan dari MRF adalah
memisahkan bahan yang tercampur sesuai jenis masing-masing dan
mempersiapkannya untuk dijual kembali. Agar hemat biaya, MRF harus
beroperasi secara efisien, memiliki residu minimal, dan menghasilkan bahan yang
memenuhi spesifikasi pasar (Wrap, 2006).
2. Bagian-bagian MRF
Menurut Dubanowitz, 2000 MRF merupakan suatu fasilitas pengelolaan
daur ulang sampah yang cukup kompleks dan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
3.1 Conveyor
Digunakan untuk mengangkut bahan ke dan dari peralatan mekanik menuju
MRF. Conveyor belt merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam
fasilitas karena secara efektif dapat mengangkut bahan dan sangat
serbaguna.
3.2 Pemisahan magnetik
Pemisahan magnetik merupakan komponen yang pasti ada pada setiap
MRF, baik secara manual atau mekanis. Pemisahan magnetik memisahkan
besi dari daur ulang yang bercampur dengan sampah lain.
3.3 Screening
Digunakan untuk bahan yang terpisah dengan ukuran yang berbeda
menjadi dua atau lebih ukuran distribusi.
3.4 Klasifikasi udara
Digunakan untuk memisahkan bahan ringan dari bahan yang lebih berat
dengan menggunakan aliran udara yang dihembuskan secara zig zag
kedalam sebuah drum yang berputar. Klasifikasi udara menguntungkan
pada output dari unit pemisahan lainnya (Goodrich, 1901).
3.5 Pemisahan logam non besi
KELOMPOK :
NAMA :
mengembalikan nilai bahan yang bisa didaur ulang lebih tinggi dari MRF bersih.
Namun, proses MRF kotor memerlukan banyak pekerja dan fasilitas yang
menerima sampah tercampur biasanya lebih mahal dalam biaya operasionalnya
(Finstein, et al, 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniah pada tahun 2010
pada TPS di Kecamatan Mataram, menunjukkan bahwa rata-rata nilai recovery
factor untuk jenis sampah plastik, kertas, kaca, dan logam masing-masing sebesar
40%, 11%, 49%, dan 83%. Nilai recovery factor berdasarkan jenis sampah
terbesar yaitu sampah logam. Hal tersebut disebabkan karena sampah jenis logam
memiliki nilai ekonomis dan harga jual yang tinggi dibandingkan dengan jenis
sampah lainnya.
4. Langkah Mendesain MRF
Menurut Tchobanoglous, Theisen dan Vigil, 1993, Tahapan yang dilakukan
sebelum mendesain MRF, yaitu:
4.1 Analisa Kelayakan
Analisa kelayakan dilakukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu
lahan untuk dijadikan MRF yang berkaitan dengan studi analisis yang
menyangkut rencana pengelolaan sampah, dan desain konsep yang
menyangkut tipe MRF yang dibangun, jenis material yang akan diproses,
besar kapasitas desain MRF, pertimbangan ekonomi (biaya operasi dan
perawatan, perkiraan balik modal dari hasil MRF).
4.2 Perancangan Awal
Meliputi pembuatan diagram alir material (identifikasi karakteristik
sampah, jenisjenis sampah yang akan diproses, ketersediaan perlengkapan
dan fasilitas yang sesuai). Perhitungan mass balance material (perhitungan
dimulai dari input sampah sampai output yang dihasilkan dalam fasilitas
daur ulang). Perhitungan loading rate untuk unit operasi untuk mengetahui
beban sampah yang dapat diolah setiap jamnya
dan yang terakhir adalah pembuatan layout dari komponen fisik MRF
yang berisikan tata letak komponen fisik daur ulang dan fasilitas
penunjang lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniah pada tahun
2010 pada TPS di Kecamatan Mataram menunjukkan bahwa hasil analisis
mass balance, apabila dilakukan kegiatan pengolahan sampah sebelum
diangkut ke TPA, potensi sampah yang tereduksi di TPS Kecamatan
Mataram sebesar 1.167,40 kg/hari atau 5% dari total sampah. Sedangkan,
total sampah residu yang akan dibuang ke TPA sebesar 822,75 kg/ hari
atau sebesar 95% dari total sampah TPS Kecamatan Mataram.
4.3 Perancangan Akhir
Perancangan akhir merupakan persiapan akhir dari MRF dan spesifikasi
yang akan digunakan dalam pengoperasian serta perkiraan biaya akhir.
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
keuntungan dan kelayakan dari proyek MRF, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Lina dan Yulinah, 2010, memperlihatkan keuntungan
yang didapat dari fasilitas MRF Kecamatan Sukolilo sebesar Rp.
197.616.378,- per tahun. Hasil perhitungan untuk kelayakan MRF
mempunyai Nilai NSB > 0 sehingga perencanaan MRF ini dapat
direalisasikan. Potensi reduksi karbon yang mengacu pada perhitungan
EPA untuk MRF prototipe skala kelurahan di Kecamatan Sukolilo dalam
1 tahun sebesar 347,79 MTCE.
KELOMPOK :
NAMA :
DAFTAR PUSTAKA
Asian Development Bank. 2014. ASEAN Corporate Governance Scorecard:
Country Reports and Assessment 2013—2014. Philippines: Asian
Development Bank.
Feinstein, Andrew H. 2005. A Study of Relationship Between Job Satisfaction and
Organizational Commitent among Restaurant Employees, Paper Dept.
Food&Beverage Management, University of Nevada.