Kelompok 3 Casing Sindrome

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Sindrom cushing adalah penyakit yang disebabkan kelebihan hormon kortisol.
Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini disebabkan ketika
kelenjar adrenal pada tubuh tarlalu banyak memproduksi hormon kortisol, komplikasi
yang menyebabkan kecacatan pada penderita, yang akan mengakibatkan keterbatasan
aktivitas, citra diri yang kurang bahkan kematian.
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Price,
2005).

B. ETIOLOGI
1) Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan
kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
antiinflamasi.
2) Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal.
3) Tumor kelenjar hipofise.
Kelenjar yang menghasilkan ACTH dan menstimulusi korteks adrenal untuk
meningkatkan sekresi hormonnya.
4) Pemberian obat kortikosteroid atau ACTH
5) Hiperplasia atau neoplasma adrenal (tumor adrenalkortikal )

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 1


C. MANIFESTASI
1) Wajah yang khas (moon face)
2) Penipisan rambut kepala disertai jerawat dan hirsutisme (pertumbuhan rambut
berlebihan pada wajah dan tubuh seperti layaknya pria).
3) Obesitas, perubahan muskuluskuletal dan intoleransi glukosa.
4) Striae pada kulit.
5) Kelemahan dan atropi otot.
6) Osteoporosis.
7) Kulit yang rapuh dan penyembuhan luka yang lama.
8) Ulkus peptikum.
9) Hipertensi.
10) Kelabilan emosi

D. PATOFISIOLOGI
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup
umur kelenjar hipofisis yang mneghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal
untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduski
dengan jumlah yang adekuat. Hoperflasia kelenjar adrenal dan pemberian
kortikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing, mekanisme
umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi kortek adrenal menjadi tidak efektif
dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala
sindrum cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan
androgen yang berlebihan, mekipun sekresi meneralorkortikoid juga dapat
terpengaruh.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 2


(Tumor kelenjar hopofisis dan pemberian obat ACTH)

Peningkatan ACTH

Kelenjar Adrenalin ← Hiperplasia andrenal

Menstimulasi korteks adrenal

Peningkatan hormon kortisol

Menghambat CRF

Tidak efektifnya korteks adrenal

ACTH dan kortisol hilang

Sidrom cushing

E. KOMPLIKASI
1) Krisis Addison
Merupakan hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan tenaga dan
perubahan warna kulit menjadi tengguli.
2) Efek yang merugikan pada aktifitas korteks adrenal
Fungsi dari korteks mengalami disfungsi dimana fungsi ginjal tidak
maksimal.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 3


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom
cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
2) Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol,
plasma.
3) Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang
merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
4) Stimulasi CRF.
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat – tempat tropi.
5) Pemeriksaan radioimmunoassay
Mengendalikan penyebab sindrom cushing
6) Pemindai CT, USG atau MRI.
Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar
adrenal.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan biasanya diarahkan pada kelenjar hipofisis karena mayoritas harus
disebabkan oleh tumor hipofisis ketimbang oleh tumor korteks adrenal.

1) Pengkatan melalui pembedahan merupakan pengobatan pilihan yang sering


dulakukan.
2) Implantasi jarum yang mengandung isotop ridioaktif kedalam kelenjar hipofisis.
3) Adrenalektomi pada pasien dengan hipotropi adrenal primer.
4) Pasca operatif, terapi penggantian hidrokortison temporer mungkin diberikan
sampai kelenjar adrenal mulai berespon secara normal.
5) Jika dilakukan adrenalektomi bilateral, maka dibutuhkan terapi penggantian
hormone korteks adrenal seumur hidup.
6) Jika sindrom asing disebabkan oleh korti kosteroid eksogen, maka lakukan
penurunan obat sampai kadar minimum untuk mengobati penyakit yang mendasari.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 4


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CASING SINDROME

A. PENGKAJIAN
1) Aktifitas/istirahat
Gejala : Insomnia, sensitifitas, otot lemah, gangguan koordnasi, kelelahan berat.
Tandanya : Atrofi otot

2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
Tandanya : Distritnia, irama gallop, mur – mur, takikardiasaat istirahat

3) Eliminasi
Gejala : Urine dalam jumlah banayak, perubahan dalam feses : diare.

4) Itegritas ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
Tandanya : Emosi letal, depresi.

5) Makanan atau cairan


Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.

6) Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung,
disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.

7) Pernafasan
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.

8) Nyeri atau kenyamanan


Gejala : Nyeri orbital, fotobia.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 5


9) Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu
meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.

10) Seksualitas
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan


fungsi seksual dan penurunan tingkat aktifitas.

2) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah,


atropi otot dan perubahan pola tidur.

3) Gangguna integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan dan


kulit yang tipis serta rapuh.

4) Gangguan proses berfikir pada fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.

C. INTERVENSI
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan
fungsi seksual dan penurunan tingkat aktifitas.

a. Tujuan
1. Kembalinya citra tubuh seperti normal.

b. Intervensi
1) dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan diri
2) berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah
diberikan
3) Berikan kesempatan berbagai rasa dengan individu yang mengalami pengalaman
sama.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 6


4) Gunakan bermain peran untuk membantu pengungkapan
5) Dorong memandang bagian tubuh
6) Dorong menyentuh bagian tubuh tersebut
7) Bantu resolusi yang membuat perubahan citra tubuh
8) Dorong orang terdekat untuk memberi support individu

2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah,


atropi otot dan perubahan pola tidur.

a. Tujuan
1) Meningkatkan keikutsertaan dalam aktifitas diri.
2) Klien bebas dari komplikasi imobilitas.

b. Intervenasi
1) Rencanakan aktifitas latihan untuk meningkatkan perubahan periode istirahat dan
aktifitas.
2) Kelemaha, keletihan dan penipisan massa otot membuat klein dengan sindrom
cushing mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas normal.
3) Atur aktifitas menjadi tahap – tahap yang sederhana dan berikan dorangan klein
untuk melakukannya untuk mencegah komplikasi imobilitas.
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk meningkatkan isirahat dan
tidur.
5) Pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri dan menjaga kesehatan
diri.

3. Gangguna integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan dan


kulit yang tipis serta rapu.

a. Tujuan
1) Meningkatkan perawatan kulit.

b.Intervensi

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 7


1) Lakukan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari terjadinya trauma pada
kulit yang rapuh.
2) Hindari plester adetif yang dapat merobek dan mengiriritasi kulit.
3) Kaji tonjolan tulang dengan teratur.
4) Beri dorongan dorongan kepada klien untuk mengubang posisi tubuhnya dengan
teratur.
5) Berikan lotion sehabis mandi.

4. Gangguan proses berfikir pada fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.

a. Tujuan
1. Klien mampu berfikir secara maksimal

b. Intervensi
1) Jelaskan pada pasien dan keluarga tantang penyebab ketiadak stabilan emosional.
2) Bantu klien dan keluarga klien mengatasi ketidak stabialan suasana hati, mudah
tersinggung dan depresi yang mungkin terjadi.
3) Berikan dorongan pada klien dan anggota keluarga untuk mengungkapkan
perasaan – perasaan mereka.
4) Laporkan setiap psikotik yang terjadi pada pasien.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk menstabilkan pikiran.

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 8


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad sofyan. 1954. Ilmu penyakit casing sindrome. Penerbit Varekamp & Co. Buku
Edisi 1.
Anthe Manton at all. 1994. Human Biology and Health, Prentice Hall Englewood. New
Jersey needham, Massachusetts.
Daugraard, J. 1978. Symptoms and signs in occupational disease. Copenhagen,
Munksgaards.
De Kruif, Paul. Pemburu Kuman. Penerbit Voorhoeve. Bandung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan. 2007. Kompendia Obat Bebas. Departemen Kesehatan, Jakarta.
Price, 2005. Buku ajar keperawatan. Edisi. Vol. 2

Sist. Endokrin. Kel 3 Page 9

You might also like