Bab I
Bab I
Bab I
LATAR BELAKANG
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana
ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut.
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan
pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi
ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3.
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi
juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran
dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion
Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan
indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianidadan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan
1
endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang
kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah
akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan.
Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam
lemah dengan basa kuat.
METODEMOHR
Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral. Kalium kromat digunakan dalam titrasi argentometri dalam
menentukan ion klorida, bromide, dan sianida. Larutan standar yang dipergunakan adalah
perak nitrat (AgNO3). Prinsip penentuan ion Cl dengan titrasi argentometri adalah
AgNO3 akan bereaksi dengan ion Cl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila
semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan
bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi
telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.
Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih ke
dalam larutan yang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3 yang tidak
bereaksi dengan Cl- dititrasi dengan larutan standar tiosianat ( KSCN atau NH4SCN )
menggunakan indikator besi (III) (Fe3+).
METODE FAJANS
Metode ini menggunakan indikator adsorbsi. Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti
diklorofluorescein yang berada dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan
teradsorbsi sebagai counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan
terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi
berwarna merah muda
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan
pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari
larutandengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama
dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai
kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada
komposisi pelarutnya.(G.Svehla, 1979)
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara pertama
membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan menimbang zat secara tepat
menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua menggunakan perkiraan jumlah zat yang
terlarut dan perkiraan jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode
titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan.
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut larutan baku atau larutan
standar,sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi
berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.(Nana Sutresna, 2008)
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali.
Perak nitrat berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromide.
Sisa AgNO3 selanjutnya dititradi kembali dengan ammonium tiosianidat menggunakan
indicator besi (III) ammonium sulfat. (prof.Dr.Ibnu Gholib Gandjar,DEA.,Apt, 2009)
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan. (Underwood, 1992)
3
1. Konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar
2. Hasil kali kelarutan (KSP) harus sekecil mungkin,karena semakin kecil KSP maka
semakin tajam perubahan.(Raymond’s, 2001)
a. Metode Mohr
Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida.Suatu larutan klorida
dititrasi dengan larutan AgNO3,maka akan terjadi :
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 dengan ion
Ag+ berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO4. Kelebihan dari AgCl yang
berwarna putih mulai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Titrasi ini harus dilakukan
dalam suasana netral agar dapat diperoleh dalam keadaan murni. Sebagai larutan baku
primer mempunyai bobot equivalen yang tinggi.
b. Metode Volhard
Titrasi ini dilakukan secara tak langsung di mana ion halogen di endapkan oleh ion
Ag+ berlebih-lebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan KCNS atau NH2CNS.
Titk akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator ion FE+++ yang dengan ion CNS
berlebihan menghasilkan larutan berwarna merah. Titrasi dilakukan dalam suasana asam
yang berlebihan.
c. Metode Vajans
Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan perak halogenida yang
pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat warna,dengan demikian terjadi
perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan indicator flouresen bromida,iodide dan
thiosianat dapat dititrasi dalam suasana asam lemah. (Prof.Dr.Ibnu Gholib
Gandjar,DEA.,Apt,2009)
4
grek dalam metode ini adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak
(Ag+) (Ershanggono, 1996). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan larutan
normal adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3 (Day &
Underwood, 1992).
Endapan terbentuk karena beberapa faktor. Antara lain adalah kelarutan dari hasil
reaksi yang kecil, adanya efek ion senama, dan larutan sudah melewati titik jenuhnya saat
pencampuran (Khopkar, 2002).
Pada argentometri terdapat tiga metode yang dapat digunakan, antara lain metode
Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Metode Mohr adalah salah satu cara dalam
argentometri yang merupakan metode paling baik untuk menentukan kadar klorida dari suatu
larutan. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4, dan titran yang digunakan
AgNO3. Indikator menunjukan tercapainya titik akhir titrasi, dengan perubahan warna larutan
yang telah dicampur dengan indikator K2CrO4 terbentuk endapan yang berwarna merah-
bata (Fritz, 1979).
Endapan merah bata terbentuk karena mula – mula AgCl akan mengendap lebih
dahulu, hingga semua ion Cl- dari CaCl2 habis bereaksi dengan ion Ag+ dari AgNO3.
Kemudian terjadi reaksi antara larutan K2CrO4 dengan AgNO3membentuk endapan
merah bata yang berasal dari Ag2CrO4 (Fritz, 1979), berikut adalah reaksinya:
Dalam metode Volhard, menggunakan indikator Fe3+ dan NH4SCN atau KSCN
sebagai larutan standar. Cara Volhard ini biasanya dipakai untuk menentukan kadar garam
perak melalui titrasi langsung. Kadar garam klorida, garambromida, dan garam iodida dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan AgNO3 berlebih. Dalam titrasi cara ini, pH harus
dalam keadaan rendah agar ion Fe+3 tidak mengalami hidrolisis. Dalam metode Volhard
akan terbentuk endapan putih AgSCN yang dihasilkan dari reaksi antaraion perak dan ion
sianida. Titik akhir titrasi akan tercapai, jika warna larutan berubah menjadi merah darah
yang ditimbulkan karena adanya endapan Fe(SCN)3 (Ersanghono, 1996).
Pada metode Fajans, indikator yang digunakan adalah indikator adsorpsi menurut
anion yang diendapkan oleh Ag+, dan menggunakan AgNO3 sebagai titran, pH waktu reaksi
5
tergantung dari macam anion yang diendapkan oleh Ag+, seperti fluoroscein, dikloro
fluoroscein, atau eosin. Indikator adsorpsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Indikator adsorpsi merupakan asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Kelemahan dalam
penggunaan indikator adsorpsi adalah terlalu peka terhadap cahaya, sehingga dapat membuat
endapan perak terurai. Penerapannya juga agak terbatas, karena memerlukan endapan koloid
yang harus terbentuk dengan cepat (Petrucci & Wismer, 1987)
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat Bahan-Bahan
7
B. LANGKAH KERJA
a. Larutan standar AgNO3 sebanyak 1 L
Timbang 1,7 gr AgNO3 di gelas kimia
dengan menggunakan neraca analitis
8
b. Larutan standar NaCl 0,01 N sebanyak 500 ml
Timbang dengan tepat sebanyak 0,293
gr NaCl dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analitis
9
c. Standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3
Isi buret dengan larutan AgNO3 sampai
penuh
10
d. Penentuan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor (metode
mohr)
Timbang dengan tepat garam dapur
kotor sebanyak 0,2 gr di gelas kimia
menggunakan neraca analitis
11
Tambahkan indikator K2CrO4
sebanyak 5 tetes ke dalam labu
erlenmeyer, kemudian agar bercampur
12
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
I titrasi
NaCl + K2CrO4
Merah
Kuning
5 ml
-
5,5 ml
-
4,5 ml
-
0,02 N
II titrasi
NaCl + K2CrO4
Merah
Kuning
7,2 ml
-
7,7 ml
-
7,75 ml
-
0,054 N
III titrasi
NaCl + K2CrO4
Merah
Kuning
5,7 ml
-
6,3 ml
-
6,4 ml
-
0,0163 N
b. Penentuan kadar NaCl dalam garam kotor dengan menggunakan metode Mohr
kelompok Reaksi Warna Volume Volume Volume Kadar Kadar Kadar Rata-
titrasi 1 titrasi 2 titrasi 3 1 2 3 rata
kadar
NaCl + Kuning - - - - - - -
I K2CrO4
titrasi
NaCl +
Merah
Kuning
3,3 ml
-
3 ml
-
3,2 ml
-
0,013
%
-
0,012
%
-
0,013
%
-
0,013 %
II K2CrO4
titrasi Merah 5,1 ml 5,8 ml 5,4 ml 0,081
%
0,09% 0,08% 0,35%
NaCl + Kuning - - - - - - -
III K2CrO4
titrasi
NaCl +
Merah
Kuning
7,2 ml
-
6,5 ml
-
6,1 ml
-
3,34% 3,01% 2,83% 3,06%
- - - -
IV K2CrO4
titrasi Merah 4,8 ml 4,5 ml 3,5 ml 2,39% 2,24% 1,74% 2,12%
13
PERHITUNGAN :
KELOMPOK 4
A. Standarisasi larutan NaCl dengan AgNO3
- Titrasi 1
Vs = 10 ml
Vt = 6 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
6 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,016 N
- Titrasi 2
Vs = 10 ml
Vt = 5,7 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
5,7 .Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,0175 N
- Titrasi 3
Vs = 10 ml
Vt = 5,8 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
5,8. Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,0172 N
Rata – rata :
0,016+0,0175+0,0172
= 0,0169 𝑁
3
14
B. Penentuan kadar NaCl dalam garam kotor dengan metode Mohr
- Titrasi 1
a) Nt = 0,0169 N
Vt = 4,8 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,0169 x 4,8 x 1
= 4,78 mg
= 0,00478 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,00478
= x 100%
0,2
= 2,39 %
- Titrasi 2
b) Nt = 0,0169 N
Vt = 4,5 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,0169 x 4,5 x 1
= 4,48 mg
= 0,00448 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,00448
= x 100%
0,2
= 2,24%
15
- Titrasi 3
c) Nt = 0,0169 N
Vt = 3,5 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,0169 x 3,5 x 1
= 3,48 mg
= 0,00348 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,00348
= x 100%
0,2
= 1,74%
KELOMPOK 3
A. Standarisasi larutan NaCl dengan AgNO3
- Titrasi 1
Vs = 10 ml
Vt = 5,7 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
5,7. Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,0175 N
16
- Titrasi 2
Vs = 10 ml
Vt = 6,3 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
6,3 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,016 N
- Titrasi 3
Vs = 10 ml
Vt = 6,4 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
6,4 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,015 N
Rata – rata :
0,0175+0,016+0,0156
= 0,0163 𝑁
3
B. Penentuan kadar NaCl dalam garam kotor dengan metode Mohr
- Titrasi 1
A) Nt = 0,016 N
Vt = 7,2 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,016 x 7,2 x 1
= 6,68 mg
= 0,0066 gr
17
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,0066
= x 100%
0,2
= 3,34 %
- Titrasi 2
b) Nt = 0,016 N
Vt = 6,5 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt =
𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,016 x 6,5 x 1
= 6,032 mg
= 0,0060 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,0060
= x 100%
0,2
= 3,01 %
- Titrasi 3
d) Nt = 0,016 N
Vt = 6,1 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,016 x 6,1 x 1
= 5,66 mg
= 0,005 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
18
0,005
= x 100%
0,2
= 2,83 %
KELOMPOK 1
A. Standarisasi larutan NaCl dengan AgNO3
- Titrasi 1
Vs = 10 ml
Vt = 5 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
5. Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,02 N
- Titrasi 2
Vs = 10 ml
Vt = 5,5 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
5,5 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,018 N
- Titrasi 3
Vs = 10 ml
Vt = 4,5 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
4,5 . Nt = 10 . 0,01
19
Nt = 0,022 N
Rata – rata :
0,02+0,018+0,022
= 0,063 𝑁 = 0,02 N
3
B. Penentuan kadar NaCl dalam garam kotor dengan metode Mohr
- Titrasi 1
B) Nt = 0,02 N
Vt = 3,3 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,02 x 3,3 x 1
= 0,003894 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,003894
= x 100%
0,2
= 0,013 %
- Titrasi 2
c) Nt = 0,02 N
Vt = 3 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,02 x 3 x 1
= 0,00354 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,00354
= x 100%
0,2
20
= 0,012 %
- Titrasi 3
e) Nt = 0,02 N
Vt = 3,2 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,02 x 3,2 x 1
= 0,003776 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,003776
= x 100%
0,2
= 0,013 %
KELOMPOK 2
A. Standarisasi larutan NaCl dengan AgNO3
- Titrasi 1
Vs = 10 ml
Vt = 7,2 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
7,2. Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,0138 N
21
- Titrasi 2
Vs = 10 ml
Vt = 7,7 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
7,7 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,01290 N
- Titrasi 3
Vs = 10 ml
Vt = 7,7 ml
Ns = 0,01 N
Vt . Nt = Vs . Ns
7,7 . Nt = 10 . 0,01
Nt = 0,01298 N
Rata – rata :
0,0138+0,01298+0,01290
= 0,054 𝑁
3
B. Penentuan kadar NaCl dalam garam kotor dengan metode Mohr
- Titrasi 1
C) Nt = 0,054 N
Vt = 5,1 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,054 x 5,1 x 1
= 0,0162 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
22
0,0162
= x 100%
0,2
= 0,081 %
- Titrasi 2
d) Nt = 0,054 N
Vt = 5,8 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt .
𝑒
59
= 0,054 x 5,8 x 1
= 0,18 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,018
= x 100%
0,2
= 0,9 %
- Titrasi 3
f) Nt = 0,054 N
Vt = 5,4 ml
𝑔𝑟
Nt . Vt = 𝐵𝐸𝑆
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
Gr = Nt . Vt . 𝑒
59
= 0,054 x 5,4 x 1
= 0,017 gr
𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar 𝑏⁄𝑏 = 𝑏 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 x 100%
0,017
= x 100%
0,2
= 0,08 %
23
0,081 %+0,9%+0,08%
= 0,35 %
3
24
DIRJEN POM,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI ; Jakarta
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-pengendapan-argentometri/
http://burungkicauan.net/pengertian-reaksi-argentometri
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga.
Jakarta.
25