D070318 PDF
D070318 PDF
D070318 PDF
ABSTRACT
The aims of the research were to find out (i) the direct exploitation in the mangrove ecosystem, (ii) the land use in its surrounding, and (iii)
the restoration activities in the mangrove ecosystem in northern coast and southern coast of Central Java Province. This was descriptive
research that was done qualitatively, in July until December 2003, at 20 sites of mangrove habitat. The data was collected in field surveys,
in-depth interview to local people and/or local government, and examination of topographic maps of Java (1963-1965) and digital satellite
image of Landsat 7 TM (July-September 2001). The result indicated that the direct exploitation in the mangrove ecosystem included fishery,
forestry, food stuff, cattle woof, medicinal stuff, industrial material, and also tourism and education. The land use around mangrove
ecosystem included fishery/embankment, agriculture, and the area of developing and building. The anthropogenic activities had been
degraded mangrove ecosystem, it was called for restoration. The mangrove restoration had been done success in Pasar Banggi, but it
failed in Cakrayasan and Lukulo.
© 2006 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: direct use, land use, mangrove ecosystem, degradation, restoration, Central Java Province.
laut mengendap di muara sungai membentuk tanggul dan seluruh area, baik berjalan kaki maupun dengan kendaraan
gumuk pasir (sand dunes) yang menghambat masuknya air bermotor dan perahu. Wawancara dilakukan dengan
sungai ke laut, sehingga terbentuk laguna. Di pantai utara sekurang-kurangnya 10 orang penduduk dan/atau aparat
mangrove tidak hanya tumbuh di muara sungai, namun pemerintah setempat pada setiap lokasi. Di samping itu
juga pada kawasan tidal flat, sedangkan di pantai selatan dilakukan pula kajian pustaka terhadap peta topografi tahun
mangrove hanya tumbuh pada laguna di muara sungai, 1963-1965 (US. Army Map Services, 1963-1965) dan citra
termasuk laguna Segara Anakan, Cilacap, kawasan satelit Landsat 7 TM periode Juli-September 2001. Data
mangrove terluas di Jawa (Steenis, 1958; 1965). hasil penelitian ditabulasikan dalam satu kesatuan dan
Keragaman bentuk fisiografi pantai ini mempengaruhi kultur dipaparkan secara dekriptif kualitatif.
masyarakat termasuk dalam menyikapi kondisi ekosistem
mangrove. Perubahan fisik di dalam hutan mangrove
seperti pengeringan, pembangunan kanal-kanal air dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pemakaian pupuk dalam pengelolaan tambak, Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove
menyebabkan perubahan habitat mangrove (Tanaka, Nilai ekonomi kawasan mangrove yang muncul sebagai
1992), sehingga komposisi dan struktur vegetasi hutan ini akibat dari peran ekologi dan produk panennya sering
dapat berubah-ubah (Odum, 1971). diabaikan sehingga kawasan ini banyak diubah menjadi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) jenis-jenis kawasan pertanian, pertambakan ikan, tambak garam,
pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove, (ii) kehutanan, dan infrastruktur (Ronnback, 1999). Dalam
jenis-jenis penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove, penelitian ini, tidak ada satupun dari ke-20 lokasi yang
serta (iii) kerusakan dan upaya restorasi ekosistem diteliti telah ditetapkan sebagai kawasan lindung, sehingga
mangrove di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah. aktivitas manusia di dalamnya relatif tinggi. Pemanfaatan
langsung di dalam ekosistem mangrove, baik dengan
BAHAN DAN METODE mengubah area tersebut maupun tidak mencakup tambak
ikan/udang, pemasangan jaring apung (karamba), tempat
Waktu dan lokasi penelitian penangkapan langsung, sumber kayu bakar dan arang,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember sumber kayu bangunan, sumber bahan pangan, pakan
2003. Penelitian lapangan dilakukan pada 20 habitat ternak, bahan obat, bahan baku industri, serta kepentingan
mangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah. sosial-budaya berupa pariwisata dan pendidikan (Tabel 1).
Keduapuluh lokasi tersebut meliputi: (1) Wulan, Demak (2)
Sigrogol, Demak (3) Serang, Demak (4) Bulak, Jepara, (5) Perikanan
Telukawur, Jepara, (6) Tayu, Pati, (7) Juwana, Pati, (8) Perikanan merupakan sumber daya ekonomi paling
Pecangakan, Rembang, (9) Pasar Bangi, Rembang, (10) utama di kawasan mangrove. Di Wulan dan Segara Anakan,
Lasem, Rembang, (11) Bogowonto, perbatasan Kulonprogo sebagian vegetasi mangrove ditebang untuk tambak
dan Purworejo, (12) Cakrayasan, Purworejo, (13) Lukulo, ikan/udang. Hampir semua tambak tersebut menggunakan
Purworejo, (14) Cincingguling, Kebumen, (15) Ijo, sistem tambak intensif, hampir tidak ada yang
Kebumen, (16) Bengawan, Cilacap, (17) Serayu, Cilacap, melakukannya dengan sistem empang parit (tambak
(18) Tritih, Cilacap (19) Motean, Cilacap, dan (20) Muara tumpang sari). Pada tambak intensif, semua tumbuhan
Dua, Cilacap. Lokasi ke-4, 5, 9, dan 10 terletak langsung di mangrove dibersihkan, tumbuhan mangrove hanya
tepi pantai (marine environment) dan jauh dari muara disisakan di tepian tambak, khususnya yang berbatasan
sungai besar, lokasi ke-18, 19, 20 terletak di laguna Segara dengan sungai untuk mencegah abrasi, sedangkan pada
Anakan, sedangkan lokasi sisanya terletak di muara sungai sistem empang parit luasan tambak dan luasan vegetasi
(riverine environment). Tabulasi data dilakukan di mangrove yang disisakan relatif sama (Hartina, 1996;
Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Anonim, 1997), sehingga tetap memungkinkan tumbuhnya
Maret (UNS) Surakarta. vegetasi mangrove.
Sama halnya dengan tambak, jaring apung/karamba
Cara kerja juga dikembangkan secara luas di kedua lokasi tersebut.
Dalam penelitian ini, batas terluar ekosistem mangrove Jaring apung ini sekaligus digunakan untuk menangkap
adalah jarak 100 m ke arah luar dari titik terluar habitat anakan biota laut yang menggunakan lingkungan mangrove
yang masih ditumbuhi satu atau lebih tumbuhan mangrove untuk berkembangbiak, seperti udang dan ikan bandeng,
mayor (dbh > 10 cm). Seluruh lahan yang terletak di dalam sehingga dalam sudut pandang konservasi jaring apung
garis batas tersebut dinyatakan sebagai kawasan di dalam dapat mengganggu suplai bibit ke perairan laut demersal di
ekosistem mangrove; sedangkan lahan yang terletak di luar tepi pantai. Perikanan tangkap merupakan produk
garis batas tersebut dinyatakan sebagai kawasan di luar mangrove yang bernilai ekonomi paling tinggi (Hamilton
atau di sekitar ekosistem mangrove. Pemanfaatan langsung dkk., 1989). Perikanan tangkap juga dilakukan di dalam
di dalam ekosistem mangrove adalah pemanfaatan yang kawasan mangrove, khususnya pada kawasan yang
dilakukan oleh penduduk setempat atau masyarakat lain memiliki perairan luas seperti Wulan dan Segara Anakan.
secara langsung di dalam ekosistem mangrove, baik tetap Di tempat-tempat lain juga terjadi penangkapan langsung,
mempertahankan kondisi aslinya atau mengubahnya dalam tetapi jumlahnya relatif terbatas, mengingat terbatasnya
bentuk baru. Penggunaan lahan di sekitar ekosistem luasan ekosistem mangrove. Perikanan tangkap langsung
mangrove adalah bentuk-bentuk konversi lahan alami ke di kawasan mangrove yang memberi dampak langsung
bentuk antropogenik di luar batas ekosistem mangrove. terhadap ekonomi masyarakat secara luas terjadi di Segara
Dalam penelitian ini, kegiatan koleksi data mencakup Anakan, jenis-jenis yang ditangkap beragam dari udang,
pengamatan (survei) lapangan, wawancara (in-depth ikan, kerang, hingga kepiting. Hasil tangkapan ini banyak
interview), serta kajian peta topografi dan citra satelit. Alat dijual di pasar-pasar kota Cilacap. Di samping itu, jenis-
dan bahan yang digunakan meliputi: daftar pertanyaan, alat jenis ini juga menjadi sumber protein utama masyarakat
perekam audio dan video, kamera, dan alat tulis. Kampung Laut yang tinggal di dalam kawasan tersebut.
Pengamatan langsung dilakukan dengan menjelajahi
284 B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 282-291
Tabel 1. Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove dan penggunaan lahan di sekitar (di luar tegakan) ekosistem mangrove di
pantai utara dan selatan Jawa Tengah.
Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove Penggunaan lahan di sekitar/di luar ekosistem mangrove
Pertam
Perikanan Kayu Sosial Pertanian Pengembangan/ Bangunan
bakan
Pemukiman Pelabuhan
Kayu bangunan
Industri besar
Jaring apung
Udang/ ikan
Bahan obat
Pendidikan
Pariwisata
Pastoral
Tambak
Tegalan
Sawah
Garam
Urban
Besar
Rural
& TPI
Wulan 9 9 9 9 9 9 1) • • • 9 • 9 • 9 • • 9 • • 9 • •
Sigrogol • • 9 • • 9 1) • • • • • 9 • 9 • • 9 • • • • •
Serang • • 9 9 • 9 1) • • • • • 9 • 9 • • 9 • • • • •
Bulak • • • • • • • • • 9 9 9 • • • • 9 • • • • •
Telukawur • • • • • • • • • • 9 9 • • • • • 9 • • • •
Tayu • • • • • 9 1) • • • • • 9 • • • • • 9 • 9 9 •
Juwana • • 9 • • • • • • 9 • 9 • • • • • 9 9 9 • •
Pecangakan • • 9 9 9 1) • • • • • 9 9 • • • 9 • • 9 9 •
Pasar Banggi • • 9 9 9 9 1) 9 • • 9 9 9 9 • • • • 9 • 9 9 •
Lasem • • • • • • 9 • • • • 9 9 • • • • 9 • 9 9 •
Bogowonto • • • • • • 9 9 • • 9 9 • • 9 9 9 • • 9 9 •
Cakrayasan • • • • • • 9 • • • • 9 • • 9 9 9 • • 9 • •
Lukulo • • • • • • 9 • • • • 9 • • 9 9 9 • • • • •
Cingcingguling • • • • • • 9 • • • • • • 9 • • 9 • • • • •
Ijo • • • • • 9 2) 9 • • 9 • 9 • • 9 • 9 • • 9 9 •
Bengawan • • • • • • • • • • • • • 9 9 • 9 • • • 9 •
Serayu • • • • • • 9 • 9 1) • • • • 9 9 • 9 • • 9 9 •
Tritih • • 9 9 9 9 3) • • 9 2) 9 9 9 • 9 • • • 9 9 9 9 9
Motean 9 9 9 9 9 9 3) • 9 9 3) 9 9 9 • • • • 9 • • • • •
Muara Dua 9 9 9 9 9 9 3) • 9 9 3) 9 9 9 • • • • 9 • • • • •
Keterangan: 9 = hadir, • = tidak hadir
*) Sumber: pengamatan (survei) lapangan, wawancara (in-depth interview), serta kajian peta topografi dan citra satelit.
**) Bahan pangan dari tumbuhan yang kadang-kadang masih dijual di pasar: 1) buah Avicennia, 2) buah Nypa fruticans, 3) berbagai jenis
tetapi tidak dijual di pasar, seperti buah Nypa fruticans, buah Sonneratia, propagul Rhizophora.
***) Pakan ternak umumnya mencakup: daun/ranting Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, dan rumput-rumputan (Gramineae).
****) Jenis bahan baku industri: 1) pasir bijih besi; 2) lempung campuran semen; 3) kepala shuttlecock dari pneumatofora Sonneratia.
Ikan yang menggunakan mangrove sebagai habitat pembabatan mangrove untuk pertambakan. Oleh karena itu
tetap relatif terbatas, namun sejumlah besar ikan dan perlu adanya manajemen yang terintegrasi antara
spesies laut menggunakan mangrove sebagai tempat pengelola hutan mangrove dan perikanan, sehingga
berkembangbiak dan membesarkan anak. Ikan-ikan ini terbuka kesempatan untuk melakukan budidaya tambak
banyak ditangkap nelayan di tepian pantai maupun di lepas secara berkelanjutan (Kairo dkk., 2001).
pantai dengan nilai ekonomi tinggi. Mangrove merupakan
area pembibitan yang penting bagi udang dan kepiting Kayu
komersial. Di selat Malaka, sekitar 49% ikan demersal, Kawasan mangrove merupakan sumber kayu yang
serta di keseluruhan Asia Tenggara sekitar 30% ikan dan penting bagi masyarakat pesisir. Penebangan kayu
hampir 100% udang kehidupannya secara langsung terkait ditujukan untuk bahan baku pembuatan arang, kayu bakar,
dengan lingkungan mangrove. Kepiting mangrove dan bahan bangunan. Penebangan pohon untuk
merupakan salah satu produk ekonomi terpenting pembuatan arang hanya dilakukan di Segara Anakan,
lingkungan mangrove, termasuk Scylla serrata yang namun penebangan untuk tujuan kayu bakar lebih luas
berharga mahal. Mangrove juga menjadi habitat sejumlah cakupan lokasinya. Sedangkan penggunaan kayu
besar spesies kerang, karena tersedianya cukup bahan mangrove untuk bangunan rumah dalam jumlah besar juga
organik yang diperlukan hewan penyaring ini (Ronnback, hanya ditemukan di Segara Anakan, meskipun dalam
1999), misalnya kerang thokthok (Gelonia erosa) yang jumlah terbatas juga dilakukan di Wulan, Pecangakan dan
banyak dipanen masyarakat Kampung Laut. Pasar Banggi. Jenis pohon yang ditebang untuk pembuatan
Keterkaitan mangrove dengan produktivitas perikanan arang umumnya Rhizophora spp. karena memiliki kalori
telah banyak dilaporkan (e.g. Primavera, 1995). Kawasan yang cukup tinggi, sedangkan untuk kayu bakar hampir
mangrove sangat diperlukan untuk perikanan pantai di semua pohon digunakan. Adapun untuk bahan bangunan,
daerah tropik. Habitat ini merupakan tempat persembunyian selain digunakan Rhizophora spp., digunakan pula
utama dan tempat mencari makan berbagai ikan dan Sonneratia spp. dan Bruguiera spp., sedangkan daun N.
kerang komersial yang penting. Pembabatan hutan fruticans untuk atap rumah masih dijumpai di Wulan.
mangrove, dapat menyebabkan hancurnya perikanan Pembabatan pepohonan merupakan penyumbang utama
pantai secara permanen, sehingga terdapat perhatian besar kerusakan ekosistem mangrove di dalam kawasan hutan,
untuk membentuk hutan mangrove (Bashan dkk., 1998). sebagaimana kawasan hutan mangrove Segara Anakan.
Pembabatan ekosistem mangrove selalu diikuti penurunan Penebangan hutan hingga tingkat yang tidak
hasil tangkapan ikan dan udang pada perairan pantai di memungkinkan penyembuhan secara alami merupakan
sekitarnya (Martosubroto dan Naamin, 1977), termasuk ancaman serius ekosistem mangrove (Hasmonel dkk.,
SETYAWAN dan WINARNO – Pemanfaatan langsung dan penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove 285
2000). Pembabatan hutan mangrove menyebabkan abrasi area penggembalaan; rerumputan dari kawasan ini
di Bulak dan Telukawur, hingga menghapus beberapa merupakan pakan utama hewan ternak tersebut. Di Lukulo
kawasan dari peta. Sebaliknya pengelolaan hutan yang kawasan bonorowo-nya lebih sempit dan cenderung
mangrove yang baik di sekitar Pasar Banggi menyebabkan kering, masyarakat umumnya memelihara sapi; rerumputan
kawasan tersebut aman dari abrasi dan badai. Badai dari kawasan tersebut hanya menyumbangkan sebagian
tsunami merupakan salah satu bencana alam paling kecil dari komposisi pakan ternak. Di Segara Anakan
merusak di kawasan pantai. pemanfaatan tumbuhan mangrove sebagai pakan ternak
sangat terbatas, karena budaya beternak tidak dilakukan
Bahan pangan masyarakat Kampung Laut. Di pantai utara, pemanfaatan
Ekosistem mangrove sebagai sumber protein hewani kawasan mangrove untuk pengembangan peternakan
telah dikenal luas sejak lama, tetapi sebagai sumber protein relatif kurang berkembang. Hal ini antara lain di sebabkan
dan bahan makanan nabati relatif belum banyak dikenal. kawasan pertanian terletak jauh dari tempat tumbuhnya
Dalam penelitian ini, banyak lokasi yang masyarakatnya mangrove di tepian pantai. Berbeda dengan pantai selatan
memanfaatkan tumbuhan mangrove untuk bahan makanan, yang kawasan mangrove dan lahan pertanian hanya
namun kuantitas dan kualitasnya relatif terbatas. Beberapa dipisahkan tanggul-tanggul, di pantai utara kedua kawasan
jenis bahan pangan dari tumbuhan mangrove masih dapat ini umumnya dipisahkan area pertambakan yang cukup
dijumpai di pasar. Buah Avicennia spp. biasa dimakan luas, misalnya di sepanjang pesisir Kabupaten Jepara dan
sebagai sayuran di kawasan pantai utara Jawa Tengah, Demak. Orientasi masyarakat di pantai utara cenderung ke
bahkan masih dijual di pasaran, misalnya di Wulan dan arah penangkapan ikan di laut atau budidaya perairan
Pasar Banggi. Sedangkan buah N. fruticans banyak payau, sedangkan di pantai selatan ke arah budidaya
dikonsumsi di kawasan pantai selatan, khususnya di pertanian, mengingat ombak lautnya yang besar dan
Cingcingguling dan Ijo, bahkan kadang-kadang dijual kurang sesuai untuk perahu nelayan tradisional.
sebagai buah tangan untuk wisatawan, sebagaimana di
kawasan wisata pantai Lohgending, Ayah, Kebumen yang Bahan obat
terletak di muara sungai Ijo. Adapun di Segara Anakan, Secara tradisional, kandungan bioaktif tumbuhan
buah N. fruticans, buah Sonneratia spp., dan propagul mangrove banyak digunakan sebagai bahan obat, yang
Rhizophora spp. masih dikonsumsi penduduk namun tidak mencakup anti-helmintik, anti mikrobia, anti virus, anti
diperdagangkan. jamur; kanker, tumor; diare, pendarahan; analgesik,
Pemanfaatan tumbuhan mangrove sebagai bahan pa- inflamasi, disinfektan; serta anti oksidan dan astringen. Di
ngan di lokasi penelitian ini, jauh lebih rendah dari pada samping itu digunakan pula sebagai racun yang mencakup
potensi yang ada. Di seluruh dunia, pada dasarnya tum- moluskisida, insektisida, racun ikan, dan spermisida.
buhan mangrove menyediakan banyak bahan makanan. Bangsa Arab merupakan bangsa yang pertama-tama
Buah/hipokotil Bruguiera spp., Sonneratia caseolaris, dan menyusun farmakope yang sangat baik mengenai berbagai
Terminallia catapa mengandung pati dan dapat menjadi spesies mangrove, sehingga Linnaeus menamai salah satu
sumber karbohidrat. Daun muda Acrostichum aureum, spesies mangrove paling penting dan penyebarannya
Avicennia marina, dan Pluchea indica, hipokotil B. paling luas berdasarkan nama Ibnu Sina (Avicennia; 980-
gymnorrhiza dan B. sexangula, serta buah, biji, dan 1036), seorang dokter dan filosof Arab paling dihormati dan
seedling A. marina, A. officinalis, B. sexangula dapat termashur (Bandaranayake, 1998).
dijadikan sayuran. Ekstraks galih kayu Avicennia alba dan Dalam penelitian ini, pemanfaatan tumbuhan mangrove
A. officinalis dapat digunakan sebagai tonik; buah sebagai bahan obat masih sangat terbatas. Obat-obatan
Rhizophora spp. dan Sonneratia caseolaris secara berturut- tradisional Jawa umumnya bersumberkan tumbuhan darat,
turut dapat dijadikan tuak dan sari buah. Nira bunga N. sangat jarang digunakan spesimen mangrove atau laut.
fruticans dapat diolah menjadi gula merah dan tuak, karena Dalam kajian dari berbagai pustaka, Bandaranayake (1998)
kandungan sukrosanya yang tinggi. Nipah juga dapat hanya menemukan penggunaan Pluchea indica di Jawa
menghasilkan minyak goreng, daunnya untuk kertas rokok, sebagai tumbuhan obat. Daun dan akar tumbuhan ini
dan abunya untuk sumber garam (Bandaranayake, 1998). digunakan sebagai astringen dan antipiretik, serta
Rendahnya pemanfaatan tumbuhan mangrove di lokasi digunakan sebagai diaforetik pada demam. Daun segar
penelitian sebagai bahan pangan, selain disebabkan digunakan sebagai tapal melawan lemah daya dan borok.
karena rasa, warna, dan penampilannya, diduga karena Yayasan Prosea Bogor yang mengkompilasi beberapa
adanya kesan bahwa bahan makanan tersebut hanya layak tumbuhan mangrove dari Asia Tenggara, terutama
dikonsumsi orang miskin atau pada masa paceklik, serta mengelompokkannya dalam “tumbuhan penghasil pewarna
adanya kemudahan mendapatkan uang dari tangkapan dan tannin” (Lemmens dan Wulijarni-Soetjipto, 1992),
biota laut untuk ditukar dengan beras atau bahan pangan bukan dalam kelompok “tumbuhan obat dan racun” (Padua
lainnya. dkk., 1999; Valkenburg dan Bunyapraphatsara, 2002; Lemmens
dan Bunyapraphatsara, 2003). Hal ini menunjukkan nilai
Bahan pakan ternak obat tumbuhan ini relatif kurang diperhatikan.
Pakan ternak dari tumbuhan mangrove umumnya Pengetahuan manfaat obat tumbuhan mangrove umum-
mencakup daun/ranting Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, nya diperoleh masyarakat setempat dari masyarakat luar
serta jenis rumput-rumputan (Gramineae). Hal ini dilakukan yang mencari tumbuhan tersebut, bukan sebagai penge-
baik di pantai utara maupun selatan. Di pantai selatan, tahuan tradisional warisan nenek moyangnya. Dalam
kawasan yang sering tergenang banjir di musim hujan atau pengobatan tradisional masyarakat Segara Anakan, yang
dikenal dengan nama bonorowo, biasa digunakan sebagai merupakan keturunan prajurit Kerajaan Mata-ram,
lokasi penggembalaan ternak, baik sapi maupun kerbau, digunakan tumbuhan darat sebagaimana masyarakat Jawa
seperti di Bogowonto dan Lukulo. Di Bogowonto dan pada umumnya. Meskipun demikian di Bogowonto dan
sekitarnya yang kawasan bonorowo-nya cukup luas dan Segara Anakan masyarakat mengetahui potensi obat
sering tergenang, masyarakat banyak memelihara ternak beberapa tumbuhan mangrove, seperti buah (biji) Acanthus
kerbau yang relatif tahan terhadap rerumputan basah di ilicifolius yang berpotensi untuk pengobatan hepatitis.
286 B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 282-291
Menurut Bandaranayake (1998), tumbuhan ini berperan untuk pewarna dan penyamak, penggunaan bahan-bahan
sebagai afrodisiak, asma, pembersih darah (buah), sintetis tampaknya telah menggantikan peran bahan alami
diabetes, diuretik, dispepsia, hepatitis, lepra (buah, daun, ini, misalnya digunakannya pewarna sintetis dari unsur
akar), neuralgia, paralisis, cacingan, rematik, penyakit kulit, logam yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan, serta
gigitan ular, dan sakit perut (kulit kayu, buah, daun). penggunaan jaring nilon menggatikan jaring serat
Kurang berkembangnya pemanfaatan tumbuhan tumbuhan, sehingga tidak memerlukan penguatan dengan
mangrove dalam farmakope Jawa, yang juga menjadi tanin. Pengembangan potensi ini diharapkan dapat
pegangan masyarakat pantai dalam pengobatan tradisional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan pada
diduga terkait dengan kuatnya kultur Jawa pedalaman yang akhirnya turut mendorong upaya pelestarian ekosistem
dikembangkan raja-raja Mataram, yang mendasarkan mangrove.
kekuasaannya pada budaya pertanian, sehingga kawasan
pantai dan laut dijadikan halaman belakang yang kurang Pariwisata dan pendidikan
diperhatikan serta potensinya kurang dikembangkan. Penggunaan kawasan mangrove sebagai lokasi wisata
Potensi tumbuhan mangrove sebagai bahan obat sangat telah dikembangkan sejak lama. Tritih merupakan lokasi
besar, pada saat ini kandungan metabolit sekunder wisata yang dibangun Perhutani pada pertengahan tahun
tumbuhan mangrove mulai banyak terungkap. Tumbuhan 1970-an untuk tujuan konservasi dan pendidikan ekosistem
ini kaya akan steroid, triterpen, saponin, flavonoid, alkaloid, mangrove, namun fasilitas ini kini telah terbengkalai. Salah
dan tannin (Bandaranayake, 1995). Kajian kandungan kimia satu kawasan mangrove alami yang berpotensi untuk
tumbuhan mangrove sangat penting karena merupakan ekowisata adalah Segara Anakan, mengingat kelengkapan
jenis hutan yang paling mudah tumbuh dan dapat tumbuh atraksi alam dan sarana akomodasinya yang memadahi. Di
pada lingkungan marjinal, sehingga diperkirakan mengha- kawasan ini terdapat fasilitas kapal penyeberangan yang
silkan berbagai metabolit sekunder yang khas untuk sekaligus merupakan kapal wisata, terdapat pula perahu-
beradaptasi. Kandungan kimia tumbuhan mangrove sangat perahu nelayan yang berukuran lebih kecil dan dapat
berpotensi sebagai sumber senyawa baru agrokimia dan disewa untuk mengelilingi kawasan, serta terdapat sarana
senyawa bernilai obat (Bandaranayake, 1998). Perkem- penginapan yang mudah dijangkau di kota Cilacap. Dalam
bangan ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru jumlah terbatas, arus turis ke kawasan mangrove juga
bagi masyarakat setempat sebagai penyuplai bahan baku, teramati di Wulan, Bulak, Juwana, Pasar Banggi, dan Ijo.
sehingga memacu upaya perlindungan ekosistem mangrove. Kawasan Pasar Banggi sangat potensial sebagai lokasi
wisata karena areanya cukup luas, dikelola dan diawasi
Bahan baku industri masyarakat sehingga cukup lestari, serta letaknya strategis
Pemanfaatan kawasan mangrove sebagai sumber di tepi jalan negara pantai utara.
bahan baku industri dapat berasal dari hidupan liar Kawasan mangrove dapat menjadi lokasi pendidikan
setempat maupun bahan galian C. Kawasan mangrove di konservasi. Dalam penelitian ini, beberapa lokasi telah
muara Serayu merupakan tempat penambangan pasir besi, dikunjungi para pelajar dan mahasiswa untuk tujuan
sedangkan di Kecamatan Kawunganten, Cilacap yang pendidikan, seperti Bulak, Telukawur dan Pasar Banggi
membawahi Segara Anakan terdapat penambangan yang banyak digunakan penelitian mahasisiwa Universitas
lempung untuk bahan baku semen. Dalam penelitian ini, Diponegoro (UNDIP) Semarang. Bogowonto banyak
satu-satunya bahan baku industri dari tumbuhan mangrove didatangi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)
yang memberi kontribusi langsung terhadap kesejahteraan Yogyakarta dan Institut Pertanian ‘Instiper’ Yogyakarta.
masyarakat adalah pemanfaatan pneumatofora Sonneratia Segara Anakan banyak diteliti mahasiswa UGM
spp. untuk pembuatan kepala shuttlecock di sekitar Segara Yogyakarta, Universitas Jenderal Sudirman (UNSOED)
Anakan. Hidupan liar lainnya yang menjadi bahan baku Purwokerto dan lain-lain. Adapun mahasiswa Universitas
industri umumnya terkait dengan perikanan. Sebelas Maret (UNS) Surakarta antara lain menggunakan
Potensi tumbuhan mangrove sebagai bahan baku mangrove di Pasar Banggi dan Segara Anakan untuk
industri cukup luas. Menurut Walsh (1977) pneumatofora praktikum dan penelitian.
Sonneratia alba dan S. caseolaris, dapat digunakan untuk
sol sepatu. Kayu berbagai jenis tumbuhan mangrove, Penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove
seperti Heritiera spp. dan Rhizophora spp. dapat digunakan Dalam penelitian ini, penggunaan lahan di sekitar
untuk menghasilkan pulp. Menurut Field (1995) beberapa ekosistem mangrove, meliputi pertambakan (udang/ikan,
tumbuhan mangrove lainnya juga berpotensi sebagai bahan garam), pertanian (sawah, tegalan, ladang penggembalaan/
baku industri, misalnya pneumatofora B. gymnorrhiza dan pastoral), pemukiman (rural, urban), pelabuhan (besar;
B. sexangula dapat menghasilkan parfum dan rempah- kecil/dermaga ikan dan tempat pelelangan ikan/TPI), jalan
rempah. Ekstrak Acanthus spp. dan Xylocarpus spp. dapat negara dan propinsi, serta kawasan industri (Tabel 2). Tata
menghasilkan penguat rambut, ekstrak S. caseolaris untuk guna lahan sangat terkait dengan kelestarian ekosistem
losion kulit, ekstrak Excoecaria agallocha untuk afrodisiak, mangrove. Perubahan lahan mangrove ke pertambakan
ekstrak Avicennia spp. untuk sabun, ekstrak kulit kayu B. ikan merupakan penyebab utama kerusakan ekosistem ini.
gymnorrhiza, B. sexangula, dan Ceriops tagal untuk lem. Di samping itu terdapat pula kerusakan akibat penebangan
Tumbuhan mangrove juga dikenal sebagai sumber kayu, pembangunan kawasan industri dan pemukiman
utama tanin untuk bahan pewarna dan penyamak dalam (Pagiola, 2001).
dunia industri. Menurut Lemmens dan Wulijarni-Soetjipto
(1992), getah dan kulit kayu Ceriops spp. secara tradisional Pertambakan
diolah menjadi bahan pewarna kain batik dan dikenal Jenis penggunaan lahan yang paling sering ditemui di
sebagai soga, sedangkan kulit kayu H. littoralis, R. sekitar ekosistem mangrove adalah pertambakan
mucronata, S. caseolaris dan lain-lain banyak diolah ikan/udang, baik di pantai utara maupun di pantai selatan,
menjadi bahan penyamak kulit dan memperkuat jala yang di samping itu terdapat pula tambak garam yang hanya
terbuat dari serat tumbuhan. Namun dalam penelitian ini ditemukan di pantai utara.
tidak tercatat adanya penggunaan tumbuhan mangrove
SETYAWAN dan WINARNO – Pemanfaatan langsung dan penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove 287
Tabel 2. Kegiatan restorasi ekosistem mangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah *).
Tambak ikan atau udang banyak ditemukan di pantai dan memiliki ekosistem mangrove diubah menjadi areal
utara dan selatan Jawa Tengah, meskipun dalam skala tambak. Secara intensif hal ini berlangsung antara lain di
besar hanya dijumpai di pantai utara. Tambak tidak pantai Demak, Pati, dan Rembang, meskipun beberapa
ditemukan di Cingcingguling, Bengawan dan Serayu karena areal tambak tampaknya tidak lagi produktif akibat
lahan disekitarnya digunakan penduduk untuk bertanam perubahan kondisi hidrologi, edafit (tanah sulfat asam),
padi sawah yang menghasilkan panen lebih stabil dan penyakit dan pencemaran lingkungan, misalnya di Pati,
kepastian harganya lebih terjamin. Konversi kawasan puluhan hektar tambak beserta sarana produksinya
mangrove menjadi lahan tambak ikan dan udang dibiarkan rusak tidak terurus. Di pantai selatan terdapat
merupakan penyebab utama rusaknya ekosistem pula upaya mengubah lahan mangrove menjadi tambak.
mangrove. Nilai ekonomi udang yang tinggi menjadikannya Dalam jumlah terbatas hal ini dijumpai di muara Sungai
mata dagangan penting di dunia. Keberhasilan teknik Lokulo, Cakrayasan, Bogowonto, dan Ijo, sedang dalam
budidaya udang pada tahun 1970-an mendorong upaya skala besar dilakukan di Segara Anakan. Usaha pertam-
pertambakan udang secara modern dalam skala luas. Di bakan ini sering gagal karena adanya akumulasi pirit yang
Indonesia pembuatan tambak udang pada awalnya di mulai beracun (tanah sulfat asam) dan tidak adanya kepastian
di pantai utara Jawa. Hal ini mendorong perusakan hutan hukum atas tanah yang digunakan (Yudho, 1988).
mangrove secara besar-besaran antara pertengahan tahun Ekosistem mangrove berperan penting dalam
1970-1990-an. Pembuatan tambak di sekitar muara sungai mendukung usaha pertambakan ikan/udang. Vegetasi
dan dataran pantai utara Jawa menyebabkan perubahan mangrove yang subur dapat mencegah erosi, menjaga area
vegetasi muara secara nyata. Ekosistem mangrove hanya dari banjir, badai dan bencana alam lain, sehingga tidak
tersisa pada tempat-tempat tertentu yang sangat terisolasi diperlukan biaya tinggi untuk membangun infrastruktur
atau ditanam di tepi tambak yang berbatasan dengan tambak, misalnya pembuatan sabuk hijau mangrove di
pantai atau sungai untuk mencegah abrasi. sepanjang tepian pantai dan tebing muara sungai pada
Di sepanjang pantai utara, tambak ikan dikelola secara kawasan pertambakan di pantai utara Jawa. Di sisi lain
intensif hingga jauh ke arah daratan. Hampir semua pantai mangrove juga dapat mengurangi tingkat polusi secara
yang mengalami sedimentasi membentuk dataran lumpur alamiah, sehingga mencegah jatuhnya usaha tambak
288 B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 282-291
intensif akibat limbah cair yang dihasilkannya, seperti ini banyak ditanami sayuran dan palawija, namun pada
tingginya kadar nitrogen dan fosfor (Ronnback, 1999). Nilai musim hujan tetap ditanami padi. Ladang penggembalaan
ekonomis tambak tergantung daya dukung lingkungan (pastoral) ditemukan di Bogowonto, Cakrayasan, dan
mangrove di sekitarnya, namun nilai ini jarang dihitung Lukulo, terutama pada lahan kering yang tidak dapat diolah
dalam biaya produksi. karena terlalu asin dan berpasir, sehingga tidak cocok
Tambak garam dalam skala luas hanya dijumpai di untuk tanaman budidaya. Kegiatan pertanian dapat
Pecangakan, Pasar Banggi, dan Lasem, kesemuanya di menyebabkan hilangnya area mangrove karena dikonversi
Kabupaten Rembang, kabupaten penghasil garam terbesar menjadi sawah atau tegalan. Kegiatan penggembalaan juga
di Propinsi Jawa Tengah (Kompas, 03/03/2003). Pada dapat mengganggu kelangsungan ekosistem mangrove
musim kemarau saat ketersediaan air melimpah dan karena perumputan terhadap bibit-bibit mangrove. Kegiatan
intensitas sinar matahari lebih rendah, tambak-tambak pertanian intensif juga dapat menyebabkan eutrofikasi apa-
garam ini banyak yang diubah menjadi tambak ikan bila penggunaan pupuk kimia dilakukan secara berlebihan.
bandeng. Konversi ekosistem mangrove menjadi tambak
ikan merupakan tekanan utama terhadap kelestarian Kawasan pengembangan dan bangunan
ekosistem mangrove di dunia, sehingga harus dikendalikan Kawasan pantai merupakan sumber yang kaya akan
dan dikelola dengan baik. pangan, energi, dan mineral, sehingga menjadi sumber
mata pencaharian utama banyak masyarakat. Kawasan ini
Pertanian juga menjadi sumberdaya biologi dan penjaga kelestarian
Konversi ekosistem mangrove menjadi lahan pertanian lingkungan. Pembangunan ekonomi, pertambahan penduduk
pangan umumnya kurang berhasil, seperti yang yang cepat dan migrasi dari kawasan pedalaman
dilaksanakan di Kecamatan Kawunganten, Cilacap sejak meningkatkan terkanan terhadap kawasan pantai. Pada
jaman kolonial. Upaya ini dilakukan dengan mengubah arah saat ini, sejumlah besar kawasan pantai khususnya di dunia
aliran air sungai, sehingga sedimentasi mengumpul pada ketiga mengalami penurunan produktivitas dan peran
area tertentu yang akhirnya menjadi daratan, selanjutnya ekologinya mulai jatuh, sehingga pengelolaan kawasan
untuk mengurangi tingkat salinitas, dilakukan pantai harus dilakukan lebih baik dengan mengintegrasikan
penggelontoran secara teratur tanah tersebut dengan air keseluruhan rencana pembangunan mulai dari tingkat
tawar untuk mendesak keluarnya kandungan garam dari nasional hingga lokal (Pappas dkk., 1994.)
dalam sedimen. Upaya ini dilakukan sebagai antisipasi Kawasan mangrove tidak lepas dari tekanan kepadatan
terhadap kecenderungan berubahnya ekosistem mangrove penduduk, hingga area mangrove yang sering diasumsikan
di Segara Anakan menjadi ekosistem daratan, namun dengan lokasi terpencil, pada kenyataannya tetap menjadi
upaya ini pada akhirnya berhenti dengan sendirinya akibat salah satu lokasi dengan jumlah penduduk cukup padat.
sulitnya menemukan varietas padi dengan produktivitas Kawasan pemukiman dengan tingkat kepadatan rendah
tinggi untuk lahan tersebut, serta menyebabkan (rural) dengan mudah dapat ditemukan di semua lokasi
ketidakpastian penghasilan nelayan akibat berkurangnya penelitian, termasuk di Segara Anakan yang terletak di
luasan laguna (ECI, 1975; Winarno dan Setyawan, 2003). tengah-tengah laguna dan dikelilingi hutan mangrove.
Usaha untuk mengubah kawasan mangrove menjadi Beberapa area mangrove bahkan terletak di dekat kawasan
area pertanian pangan (sawah) sering kali berhasil pada pemukiman padat (urban), seperti Cilacap, Jepara, Juwana
lokasi yang berbatasan langsung dengan ekosistem air (Pati), serta Rembang dan Lasem (Rembang). Aktivitas
tawar, misalnya di Serayu, Bengawan, dan Cingcingguling pemukiman secara nyata dapat mempengaruhi kawasan
yang terletak di pantai selatan, serta Wulan, Sigrogol, dan mangrove karena limbah yang dihasilkannya, serta adanya
Serang di pantai utara. Sawah-sawah tersebut umumnya aktivitas kehidupan sehari-hari.
dapat dipisahkan dengan ekosistem mangrove atau area Kawasan mangrove juga sering terletak di dekat
tambak yang berair asin dengan bendungan atau tanggul. pelabuhan, baik pelabuhan besar maupun kecil (dermaga
Di pantai utara, dengan ketinggian lahan persawahan ikan atau tempat pelelangan ikan/TPI). Dalam penelitian ini
sangat rendah dan luas, biasanya sungai-sungai dilengkapi pelabuhan samudera yang cukup besar terdapat di Cilacap,
dengan bendung gerak untuk mencegah membanjirnya air beberapa kilometer dari lokasi penelitian Tritih, sedangkan
laut pada saat pasang. Sedangkan di pantai selatan, pelabuhan ikan yang cukup besar terdapat di Juwana,
dengan aliran keluar masuknya air pasang terbatas hanya pelabuhan ikan kedua terbesar di Propinsi Jawa Tengah.
di sungai-sungai besar, maka biasanya dibuat tanggul di Adapun pelabuhan kecil/TPI ditemukan pada hampir semua
sepanjang garis sempadan sungai tersebut, seperti di lokasi penelitian lainnya. Kegiatan pelabuhan dapat
Cingcingguling. Pada masa lalu tanggul-tanggul ini menghasilkan limbah seperti sisa-sisa bahan bakar, di
diperkuat dengan vegetasi N. fruticans yang memiliki samping itu arus gelombang air laut yang disebabkan
batang bawah tanah (rhizoma) sangat kuat, namun pada pergerakan kapal dapat menghambat pemantapan dan
saat ini perannya digantikan batu gunung, beton tetrapod, pertumbuhan bibit mangrove.
dan tanggul yang diperkeras, meskipun biaya pemeliharaan Jalan negara dan jalan propinsi yang merupakan kelas
vegetasi tersebut lebih murah dan daya tahan tanggulnya jalan dengan kepadatan lalu lintas tertinggi dalam sistem
tidak kalah dengan bangunan penahan. Berbeda dengan transportasi di Indonesia, dapat dijumpai pada hampir
konversi ke area pertambakan yang menjadi penyebab semua lokasi yang diteliti, kecuali di Motean dan Muara
utama kerusakan mangrove di pantai utara Jawa, maka di Dua yang terletak di tengah-tengah laguna Segara Anakan.
pantai selatan Jawa konversi ke lahan sawah diperkirakan Hal ini menunjukkan besarnya arus barang dan manusia di
merupakan penyebab utama berkurangnya area mangrove lokasi-lokasi penelitian. Kegiatan transportasi ini juga
dan rawa burit/belakang (back swamp). menghasilkan bahan pencemar logam berat, khususnya
Selain pertanian sawah basah terdapat pula pertanian Pb, yang dapat mengganggu kehidupan mangrove.
tegalan kering di sekitar ekosistem mangrove, misalnya di Industri besar dalam penelitian ini hanya dijumpai di
Bogowonto, Cakrayasan, Lukulo, Bengawan, dan Serayu. Cilacap. Kota ini merupakan kota pelabuhan terbesar di
Terutama pada tempat-tempat yang sedikit lebih tinggi dari pantai selatan Jawa dan telah dikembangkan sejak jaman
lahan mangrove sehingga cenderung bertanah kering. Area kolonial, sehingga sejak lama telah menjadi tempat
SETYAWAN dan WINARNO – Pemanfaatan langsung dan penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove 289
manusia beraktivitas. Di kota ini terdapat pula instalasi pepohonan mangrove secara intensif di Segara Anakan
pengilangan minyak mentah dan industri semen yang menyebabkan berubahnya penampakan vegetasi kawasan
cukup besar. Aktivitas pelabuhan, pengilangan minyak, tersebut dari hutan berpohon menjadi semak-semak
industri semen, dan kawasan perumahan secara kontinu belukar yang didominasi A. ilicifolius yang secara ekonomi
menghasilkan bahan pencemar yang dapat mengganggu kurang menguntungkan. Penebangan pohon untuk
kehidupan di kawasan mangrove. Pada saat-saat tertentu berbagai keperluan, termasuk untuk pembukaan tambak
aktivitas kapal tangker dapat mengalami kecelakaan, juga ditemukan di Wulan dan Pecangakan.
sehingga menumpahkan limbah minyak dalam jumlah Sedimentasi dibutuhkan untuk pemantapan ekosistem
cukup besar dan dapat mematikan mangrove secara masal. mangrove, namun sedimentasi yang berlebih dapat
Industri semen yang mengambil tanah liat di Kawunganten mengubah ekosistem ini menjadi ekosistem darat. Di
dan tanah karst (gamping) di Nusakambangan dapat Segara Anakan sedimentasi merupakan masalah utama
meningkatkan sedimentasi, sehingga memperparah laju yang mengancam kelestarian laguna dan hutan mangrove.
sedimentasi di Segara Anakan. Debu dari pabrik semen Sifat laguna Segara Anakan yang tertutup, muara sungai
dapat menutupi stomata dan lentisel tumbuhan mangrove, tidak langsung terhubung dengan laut bebas, menyebabkan
sehingga mengganggu fotosintesis dan respirasi. Limbah sejumlah besar sedimen didepositkan dalam laguna. Setiap
domestik seperti sampah padat dapat mengganggu tahun sungai Citanduy dan Cimeneng/Cikonde masing-
3 3
perakaran mangrove dan pertumbuhan bibit mangrove. masing mengangkut 5 juta m dan 770.000 m sedimen,
3 3
sebanyak 740.000 m dan 260.000 m di antaranya
Kerusakan dan upaya restorasi diendapkan di Segara Anakan (ECI, 1994). Pelumpuran ini
Jenis-jenis pemanfaatan langsung dalam ekosistem menyebabkan menjoroknya daratan sejauh 17-30 m per
mangrove dan penggunaan lahan di sekitarnya merupakan tahun, sehingga dalam jangka panjang akan mengubah
proses antropogenik yang secara nyata mempengaruhi ekosistem mangrove menjadi ekosistem daratan, dengan
kelestarian ekosistem mangrove di Jawa Tengah. Beberapa jenis komponen biotik (flora dan fauna) yang berbeda
aktivitas yang mempengaruhi kehidupan mangrove secara (Tjitrosoepomo, 1981), sehingga tidak hanya mempe-
luas adalah: konversi habitat ke pertambakan (ikan/udang ngaruhi ekosistem alami, namun juga mempengaruhi kultur
dan garam), penebangan pohon secara berlebih untuk masyarakat. Hal ini sudah terbukti dengan perubahan
diambil kayunya, sedimentasi, dan pencemaran lingkungan. konstruksi rumah penduduk Kampung Laut, yakni dari
Lemahnya pemahaman mengenai nilai khas dari jasa rumah panggung di atas permukaan laut menjadi rumah
ekologi dan produk panen ekosistem mangrove, tembok di daratan. Perubahan ekosistem ini mendorong
menyebabkan ekosistem ini sering kurang dihargai dan penduduk untuk mengubah mata pencaharian dari nelayan
cenderung dikonversi ke penggunaan lain. Penilaian yang menjadi petani (Brotosusilo, 1988). Sebaliknya sedimentasi
rendah juga merupakan akibat sulitnya menerapkan di kawasan pantai utara Jawa Tengah, seperti Wulan,
standar moneter pada faktor-faktor yang terkait dengan Juwana, dan Pecangakan menyebabkan bertambahnya
peran ekologi dan produk panen ekosistem mangrove. Hal luasan area mangrove secara terus menerus ke arah laut.
ini memerlukan pengetahuan yang mendalam dan holistik Sedimentasi di pantai utara Jawa, tampaknya tidak banyak
(Bandaranayake, 1998; Ronnback, 1999). mempengaruhi ekosistem mangrove walaupun sangat
Pembuatan tambak merupakan ancaman utama merugikan perekonomian (Anonim, 2001a).
kelestarian ekosistem mangrove dunia (Hamilton dkk., Pencemaran lingkungan dapat menjadi ancaman serius
1989; Primavera, 1998). Di Jawa budidaya tambak, terhadap ekosistem mangrove. Sebagai kawasan peralihan
khususnya ikan bandeng (Chanos chanos), memiliki dari darat ke laut, maka semua jenis bahan pencemar dari
sejarah panjang dan telah dilakukan sejak 500 tahun yang kedua lokasi tersebut dapat terakumulasi di kawasan
lalu (Schuster, 1952), namun penemuan teknologi mangrove. Dalam penelitian ini, bahan pencemar yang
pertambakan udang pada tahun 1970-an telah mengubah secara kasat mata mudah dijumpai dan mempengaruhi
orientasi tambak tradisional yang lebih ramah lingkungan ekosistem mangrove adalah minyak bumi dan sampah
menjadi tambak modern yang sarat dengan bahan kimia, domestik padat. Pencemaran minyak bumi ditemukan di
seperti antibiotik, makanan tambahan, dan pupuk kimia. Segara Anakan akibat aktivitas pengilangan minyak dan
Keuntungan besar dari tambak udang telah menyebabkan pelabuhan besar Cilacap, serta tumpahan minyak dari
dikonversinya hampir seluruh ekosistem mangrove di pantai kecelakaan kapal tangker. Sampah domestik padat dapat
utara Jawa Tengah menjadi lahan tambak. Ironisnya, dijumpai di semua lokasi penelitian. Sampah ini dapat
produktivitas tambak sangat tergantung pada kondisi alami mengganggu pertumbuhan bibit mangrove sehingga
ekosistem mangrove di sekitarnya, yang menjadi penyuplai menghambat regenerasi dan menggagalkan upaya
air bersih, bibit, pakan, dan lain-lain (Hamilton dan restorasi, seperti di Lukulo, Cakrayasan, dan Pasar Banggi.
Snedaker, 1984; Larsson dkk., 1994; Beveridge dkk., Munculnya kesadaran akan pentingnya konservasi
1997). Kini banyak tambak yang tidak produktif lagi karena ekosistem mangrove, meskipun tidak selalu dengan tujuan
akumulasi bahan kimia, pirit, penyakit, perubahan pola dan intensitas pemahaman yang sama di antara para pihak
hidrologi, dan pencemaran lingkungan. Tambak yang gagal telah memunculkan upaya-upaya restorasi (rehabilitasi)
ini banyak dijumpai di pantai utara Demak, Jepara, Pati dan (Tabel 2.). Tujuan utama restorasi mangrove adalah
Rembang, serta Segara Anakan. Masa produktif tambak mengelola struktur, fungsi, dan proses-proses ekologi di
ikan/udang yang dikelola secara intensif atau semi intensif dalamnya, serta mencegah kepunahan, fragmentasi atau
umumnya hanya sekitar 5-10 tahun (Gujja dan Finger-Stich, degradasi lebih lanjut dari ekosistem ini (Anonim, 2001b).
1996), dan sekitar 70% tambak yang semula produktif pada Restorasi diperlukan apabila ekosistem yang rusak tidak
akhirnya akan ditinggalkan (Stevenson, 1997). dapat memperbaharui diri dan melaksanakan fungsinya
Penebangan pohon menjadi ancaman serius terhadap secara normal, karena homeostasisnya secara permanen
kelestarian ekosistem mangrove, karena tidak hanya terhenti (Stevenson dkk., 1999; Morrison, 1990). Dalam
menyebabkan hilangnya pepohonan yang ditebang namun restorasi mangrove kadang-kadang hanya fungsi tertentu
juga mengubah iklim mikro sehingga mengganggu yang ingin dikembalikan, karena telah terjadi perubahan
kehidupan ekosistem secara keseluruhan. Penebangan faktor edafik dan keanekaragaman jenis (Lewis, 1990,
290 B I O D I V E R S I T A S Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 282-291
1992). Tujuan restorasi lainnya adalah memperkaya tepian jalan negara sehingga memudahkan akses.
keanekaragaman hayati landskap, mempertahankan suplai Kawasan ini merupakan area akresi tidal flat, namun
produksi sumberdaya alam, terutama perikanan dan kayu, terdapat pelabuhan perikanan yang cukup besar. Adanya
melindungi kawasan pantai, dan fungsi sosial budaya area mangrove diharapkan dapat mengurangi sedimentasi.
(Ronnback dkk., 1999). Di Lasem, restorasi terutama ditujukan untuk menjaga
Di Wulan, kegiatan restorasi ditujukan terutama untuk tebing sungai dan memantapkan garis pantai.
memperluas area mangrove. Tumbuhan mangrove dapat Di pantai selatan Jawa Tengah, upaya restorasi
memantapkan garis pantai dan mendorong terbentuknya ekosistem mangrove relatif terbatas, mengingat terbatasnya
daratan, menguatkan tanggul-tanggul lumpur, mengurangi luasan mangrove, serta kecilnya peran sosial ekonomi,
hembusan angin, mengurangi energi gelombang laut dan ekologi, dan sosial budaya ekosistem ini, kecuali di Segara
air pasang. Penanaman tumbuhan mangrove relatif lebih Anakan yang memiliki ekosistem mangrove cukup luas.
murah dan tidak kalah efektif sebagai pelindung pantai. Kegiatan restorasi di kawasan ini terutama ditujukan untuk
Tumbuhan mangrove dapat memecahkan gelombang dan menghadirkan kembali ekosistem mangrove yang hampir
menahan sedimen sehingga memantapkan garis pantai hilang. Di Bogowonto, restorasi juga ditujukan untuk
(Broom dkk., 1981). Hal ini dapat mengurangi laju menyelamatkan satu-satunya warisan ekosistem mangrove
sedimentasi pada kolam pelabuhan, maupun kawasan di Yogyakarta. Di Cakrayasan dan Lukulo restorasi
pantai yang menjadi lokasi wisata (Bandaranayake, 1998). ditujukan untuk mengembalikan ekosistem mangrove yang
Di Sigrogol penanaman tumbuhan mangrove terutama hilang, namun kegiatan ini relatif kurang berhasil. Beberapa
untuk menjaga tebing sungai dari abrasi, sehingga dapat faktor yang mempengaruhinya adalah perumputan oleh
menjaga kelancaran lalu lintas perahu nelayan. Di Bulak hewan ternak, penutupan oleh sampah, kesalahan
dan Telukawur restorasi terutama ditujukan untuk menjaga pemilihan spesies bibit, dan tiadanya pemeliharaan yang
stabilitas garis pantai, mengingat beberapa tahun cukup berarti. Di antara Cakrayasan dan Lukulo terdapat
sebelumnya kawasan ini terkena abrasi yang cukup luas. muara sungai Wawar yang telah musnah ekosistem
Penanaman Rhizophora spp. di Bulak pada akhirnya juga mangrovenya. Hal ini mengindikasikan kemungkinan
menyediakan kawasan pendidikan dan wisata bagi masyarakat. hilangnya ekosistem mangrove sepenuhnya di Cakrayasan
Di Tayu aktivitas reboisasi hampir tidak ada, bahkan dan Lukulo, mengingat kondisi lingkungan biotik, abiotik,
terdapat sejumlah besar area mangrove di tepian pantai dan kultur masyarakatnya yang tidak berbeda jauh. Di
yang dibersihkan untuk diambil kayunya dan dibuat tambak. Cingcingguling dan Ijo aktivitas restorasi ditujukan untuk
Pesisir Tayu merupakan daerah penumpukan lumpur/akresi menjaga stabilitas tanggul pada tebing sungai dan
dari sungai Juwana dan sungai-sungai kecil di sekitarnya, menyediakan suplai pangan berupa N. fruticans. Di Tritih,
sehingga relatif tidak terdapat ancaman abrasi terhadap aktivitas restorasi ditujukan untuk membangun kawasan
pantai yang gundul. Di Juwana aktivitas reboisasi sangat wisata alam, pendidikan, dan menjaga keanekaragaman
terbatas, terutama hanya pada tepian sungai Juwana untuk hayati, termasuk konservasi ex situ beberapa burung dari
memperlambat runtuhnya tebing sungai. Kawasan ini kawasan mangrove Segara Anakan.
sangat sesuai untuk pertambakan bandeng sehingga Di Motean dan Muara Dua, keduanya di laguna Segara
hampir tidak ada lahan yang disisakan kecuali untuk Anakan, aktivitas restorasi ditujukan untuk mengembalikan
tambak. Tipisnya vegetasi mangrove di tebing sungai dan fungsi ekosistem yang rusak, menjaga keanekaragaman
tepian garis pantai menyebabkan alur pelayaran di sungai hayati (tempat untuk berbiak, mencari makan dan
ini harus sering dikeruk mengingat seringnya tebing sungai membesarkan anak berbagai fauna), menyediakan suplai
longsor, di samping tingginya sedimentasi dari daerah hulu. kayu masyarakat, menyediakan bahan pangan, menjaga
Di Pecangakan, reboisasi ditujukan untuk memperluas nilai budaya, menyediakan sarana pendidikan dan wisata.
area mangrove, menjaga stabilitas garis pantai, dan Bagi masyarakat Kampung Laut, mangrove di sekitarnya
menahan gelombang laut. Tanah yang terbentuk sekitar 3-5 tidak hanya menjadi sumber mata pencaharian, namun
tahun sejak penanaman mangrove tersebut akan dibuka telah menjadi bagian dari budaya setempat, mengingat
untuk tambak, namun sebelum dibuka area mud flat di arah mereka telah tinggal di kawasan ini selama ratusan tahun.
laut telah ditanami pula dengan mangrove lagi. Kegiatan ini Upaya restorasi ekosistem mangrove untuk menghidup-
menyebabkan garis pantai secara terus-menerus mengarah kan kembali fungsi semula, dengan menghadirkan (pena-
ke laut. Teknik ini sangat efektif untuk memperluas area naman) bibit-bibit mangrove mayor, seperti Rhizophora,
daratan, namun dataran baru yang terbentuk umumnya Sonneratia, dan Avicennia, telah dilakukan, baik oleh
sangat rendah, hampir sejajar dengan permukaan laut pemerintah, perhutani, perguruan tinggi, lembaga swadaya
sehingga rawan terhadap penggenangan, khususnya pada masyarakat, dan masyarakat awam. Dalam skala besar,
saat pasang purnama atau pasang perbani, dimana rata- kegiatan ini antara lain pernah atau sedang dilakukan di
rata permukaan air laut dapat naik hingga 1-2 m di atas Wulan, Pasar Banggi, Bogowonto, Cakrayasan, Lukulo, dan
rata-rata pasang harian. Segara Anakan. Keberhasilan upaya restorasi terkait
Restorasi mangrove di Pasar Banggi merupakan yang banyak faktor, baik faktor biotik, abiotik maupun budaya
paling berhasil di antara lokasi-lokasi yang diteliti. Restorasi masyarakat setempat. Kegagalan penanaman S. alba di
di kawasan ini juga memiliki tujuan yang lebih beragam, Bogowonto antara lain disebabkan kesalahan pemilihan
yakni memperluas area mangrove, menahan hempasan spesies bibit, yakni bibit yang diambil dari Segara Anakan
gelombang laut, mengurangi sedimentasi, membangun tidak dapat bertahan terhadap genangan di Bogowonto, di
kawasan wisata dan pendidikan, serta menyediakan suplai samping akibat perumputan oleh kerbau (Bos bubalis).
kayu bagi masyarakat. Tujuan yang beragam ini sangat Kegagalan restorasi mangrove di Cakrayasan dan Lukulo
didukung masyarakat setempat yang diikutsertakan dalam antara lain disebabkan karena timbunan sampah domestik
manajemen pengelolaan, masyarakat diberi hak untuk pada bibit, sehingga mengakibatkan kematian bibit
mengambil panen dari kawasan mangrove tanpa merusak, tersebut. Keberhasilan restorasi mangrove (R. mucronata)
serta diikutsertakan dalam program restorasi secara di Pasar Banggi antara lain karena peran aktif masyarakat
berkala sebagai penyedia bibit mangrove. Tujuan yang setempat, yang diikutsertakan dalam pengelolaan kawasan
beragam ini juga didukung lokasinya yang strategis di mangrove tersebut.
SETYAWAN dan WINARNO – Pemanfaatan langsung dan penggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove 291