Penetapan Kadar Protein Dalam Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl
Penetapan Kadar Protein Dalam Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl
Penetapan Kadar Protein Dalam Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl
2, 2016
ABSTRACT
Eggs consumed by many people because its easily to processed, low cost, and have perfect substances,
especially proteins. The purpose of this research were to determine levels of the protein in the fowls eggs. The
sample used in this research are rooster chicken egg, ayam kampung egg, duck egg, and quail egg. The protein
content in fowls eggs were evaluated using Kjeldahl method by calculating the total nitrogen content and converted
(conversion factor is 6.25). Result of the research protein content contained in rooster chicken egg 6.4506 %
0.1418, ayam kampung egg 6.9102 % 0.0475, duck egg 6.5996 % 0.0497, and quail egg 6.5532 % 0.0110. The
result of the test statistics clarify that the sample eggs are examined to contain the protein with the levels of different
significantly (F = 94.461 and sig. 0.000 (<0.05)). Where ayam kampung egg have protein content higher than
another eggs sample and the lowest protein content contained in rooster chicken egg.
ABSTRAK
Telur banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mudah diolah, harganya murah, dan memiliki kandungan
zat yang sempurna terutama protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein yang terkandung di
dalam telur unggas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam ras, telur ayam kampung, telur
itik, dan telur puyuh. Kadar protein pada telur unggas dianalisis menggunakan metode Kjeldahl dengan menghitung
kadar nitrogen total dan dikonversikan (faktor konversi 6,25). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil
kadar protein yang terkandung di dalam telur ayam ras 6,4506 % 0,1418, telur ayam kampung 6,9102 % 0,0475,
telur bebek 6,5996 % 0,0497, dan telur puyuh 6,5532 % 0,0110. Hasil uji statistik menyatakan bahwa sampel
telur yang diperiksa mengandung protein dengan kadar yang berbeda secara signifikan (F = 94,461 dan sig. 0,000
(<0,05)). Dimana telur ayam kampung lebih tinggi kadar proteinnya dari pada sampel telur yang lain dan kadar
protein yang paling rendah terdapat pada telur ayam ras.
143
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
mengandung nitrogen. Defisiensi protein lain. Telur mempunyai citarasa yang enak
dapat mengakibatkan terganggunya proses sehingga digemari oleh banyak orang.
metabolisme tubuh, serta dapat menurunkan Telur juga berfungsi dalam aneka
daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit ragam pengolahan bahan makanan. Selain
(Muchtadi et al., 1993). Protein merupakan itu, telur termasuk bahan makanan sumber
komponen penting dari makanan manusia protein yang relatif murah dan mudah
yang dibutuhkan untuk penggantian ditemukan. Kualitas telur dapat dilihat dari
jaringan, pasokan energi, dan makromolekul karakteristik telur seperti kebersihan,
serbaguna disistem kehidupan yang kesegaran, berat telur, kualitas cangkang
mempunyai fungsi penting dalam semua telur, indeks kuning telur, indeks albumin,
proses biologi seperti sebagai katalis, dan komposisi kimia telur (Dudusola, 2010)
transportasi, berbagai molekul lain seperti Protein telur merupakan salah satu dari
oksigen, sebagai kekebalan tubuh, dan protein yang berkualitas terbaik, dan
menghantarkan impuls saraf (Fredrick, et dianggap mempunyai nilai biologi yang
al., 2013). Kekurangan protein penyebab tinggi dan dapat dipilah menjadi protein
retardasi pertumbuhan, pengecilan otot, putih telur dan protein kuning telur (Deman,
edema, dan penumpukan cairan dalam tubuh 1997). Peranan utama telur atau protein telur
anak-anak (Bashir, et al., 2015) dalam pengolahan pada umumnya adalah
Mengkonsumsi protein dalam jumlah untuk memberikan fasilitas terjadinya
berlebihan akan membebani kerja ginjal. koagulasi, pembentukan gel, emulsi, dan
Makanan yang berprotein tinggi, biasanya pembentukan struktur. Telur banyak
juga tinggi lemaknya sehingga digunakan untuk mengentalkan berbagai
menyebabkan obesitas. Kelebihan protein saus dan custard karena protein telur
pada bayi dapat memberatkan kesehatan terkoagulasi pada suhu antara 62 - 70 C
ginjal dan hati yang harus memetabolisme (Winarno, 1993). Nilai gizi telur sangat
dan mengeluarkan kelebihan nitogen, juga lengkap, isi telur terdiri dari 35 % kuning
dapat menyebabkan asidosis, dehidrasi, telur dan 65 % putih telur. Putih telur
diare dan demam (Almatsier, 2001). dengan kata lain disebut albumin, dimana
Telur merupakan salah satu sumber albumin mengandung lebih dari 50 %
protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh, protein telur. Putih telur mengandung
dan mengandung asam amino esensial yang protein yang lebih tinggi, sedangkan kuning
lengkap. Telur banyak dikonsumsi oleh telur kaya akan vitamin dibandingkan putih
masyarakat karena mudah diolah, harganya telur, terutama vitamin A. Vitamin di dalam
murah, dan memiliki kandungan zat yang kuning telur umumnya bersifat larut dalam
sempurna (Suryani, 2015). Telur adalah lemak. Salah satu keunggulan protein telur
salah satu bahan makanan hewani yang dibandingkan dengan protein hewani lainnya
dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. adalah daya cernanya yang sangat tinggi.
Umumnya telur yang dikonsumsi berasal Artinya, setiap gram protein yang masuk
dari jenis-jenis unggas, seperti ayam dan akan dicerna di dalam tubuh secara
bebek. Telur merupakan bahan makanan sempurna (Winarno, 1993; Suryani, 2015).
yang sangat akrab dengan kehidupan kita Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mengetahui kadar protein yang terkandung
mempunyai banyak keunggulan antara lain, di dalam telur ayam ras, telur ayam
kandungan asam amino paling lengkap kampung, telur bebek, dan telur puyuh yang
dibandingkan bahan makanan lain seperti diuji melalui analisis nitrogen dengan
ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain- metode Kjeldahl dan kemudian
144
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
membandingkan kadar protein yang tersebut titik didih asam sulfat akan
terkandung di dalam telur ayam ras, telur dipertinggi sehingga destruksi lebih cepat.
ayam kampung, telur bebek, dan telur puyuh Selain katalisator yang telah disebutkan tadi,
yang diuji melalui analisis nitrogen dengan kadang-kadang juga diberikan selenium.
metode Kjeldahl. Selenium dapat mempercepat proses
Dalam penelitian ini, analisis kualitatif oksidasi karena zat tersebut selain
sampel protein yang digunakan yaitu metode menaikkan titik didih juga mudah
biuret, karena metode ini cepat dan mengadakan perubahan dari valensi rendah
sederhana. Sedangkan analisis kuantitatifnya atau sebaliknya (Winarno, 1997; Sudarmadji
digunakan metode Kjeldahl, dimana metode et al., 1996).
ini merupakan metode yang sederhana untuk Pada tahap destilasi, amonium sulfat
penetapan nitrogen total pada protein dan dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
senyawa yang mengandung nitrogen. penambahan NaOH sampai alkalis dan
Metode ini telah banyak mengalami dipanaskan. Agar dalam proses destilasi
modifikasi. Metode ini cocok digunakan terjadi super heating (pemercikan cairan)
secara semi mikro, sebab hanya atau timbulnya gelembung gas yang besar
membutuhkan jumlah sampel dan pereaksi maka ditambahkan logam zink (Zn).
yang sedikit serta waktu analisis yang Ammonium yang dibebaskan selanjutnya
pendek. Metode Kjeldahl cocok untuk akan ditangkap oleh asam klorida atau asam
menetapkan kadar protein yang tidak larut borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan
atau protein yang sudah mengalami (Winarno, 1997; Sudarmadji et al., 1996).
koagulasi akibat proses pemanasan maupun Titrasi merupakan tahap akhir dari
proses pengolahan lain yang biasa dilakukan seluruh metode Kjeldahl pada penentuan
pada makanan (Rohman & Sumantri, 2007). kadar protein dalam bahan pangan yang
Metode Kjeldahl digunakan untuk dianalisis. Dengan melakukan titrasi, dapat
menganalisis kadar protein kasar dalam diketahui banyaknya asam klorida yang
bahan makanan secara tidak langsung, beraksi dengan ammonia.Untuk tahap titrasi,
karena yang dianalisis dengan cara ini destilat dititrasi dengan natrium hidroksida
adalah kadar nitrogennya. Dengan yang telah di standarisasi.Titrasi natrium
mengalikan hasil analisis tersebut dengan hidroksida dilakukan sampai titik ekuivalen
angka konversi 6,25 maka diperoleh kadar yang ditandai dengan berubahnya warna
protein dalam bahan makanan itu. Analisa merah muda menjadi warna kuning karena
protein dengan metode Kjeldahl pada adanya natrium hidroksida berlebih yang
dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan menyebabkan suasana asam metil merah
yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi berwarna merah muda pada suasana
(Winarno, 1997; Sudarmadji et al., 1996). asam.Melalui titrasi ini, dapat diketahui
Pada tahap destruksi sampel kandungan N dalam bentuk NH4 sehingga
dipanaskan dalam asam sulfat pekat kandungan N dalam protein pada sampel
sehingga terjadi destruksi menjadi unsur- dapat diketahui (Winarno, 1997; Sudarmadji
unsurnya. Elemen karbon, hidrogen et al., 1996).
teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
Sedangkan nitrogennya akan berubah melakukan penelitian terhadap perbedaan
menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat kandungan protein pada telur ayam ras, telur
proses destruksi sering ditambahkan ayam kampung, telur bebek, dan telur puyuh
katalisator berupa campuran Na2SO4 dan melalui analisis nitrogen menggunakan
HgO. Dengan penambahan katalisator metode Kjeldahl.
145
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
146
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
147
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
148
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
Almatsier, S. (2001). Prinsip dasar ilmu Muchtadi, D., Palupi, N. S., Astawan, M.
gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka (1993). Metabolisme zat gizi. Jakarta:
Utama. Pustaka Sinar Harapan.
Bashir, L., Ossai, P. C., Shittu, O. K., Mulyono, H. (2006). Membuat reagen
Abubakar, A. N., Caleb, T. (2015). kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Comparison of the nutritional value
of egg yolk and egg albumin from Rohman, A., & Sumantri.(2007). Analisis
domestic chicken, guinea fowl and makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada
hybrid chicken. American journal of University Press.
experimental agriculture, 6, (5), 310- Rossi, A. M., Villarreal, M., Juarez, M. O.,
316. & Samman, N. C. (2004). Nitrogen
Deman, J. M. (1997). Kimia makanan. contents in food: A comparison
Bandung: Institut Teknologi between the Kjeldahl and hach
Bandung. methods. The Journal of Argentine
Chemical Society 92, (4/6), 99-108.
149
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2, 2016
150