Biji Labu Kuning PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

POTENSI BIJI LABU KUNING

SEBAGAI AGEN FITOESTROGEN


PADA WANITA POST MENSTRUAL

kolesterol serta stimulasi proliferasi sel epitel


kelenjar payudara [8]. Kekurangan hormon
estrogen menimbulkan berbagai gangguan
fungsi fisiologis seperti osteoporosis dan
penyakit
kardiovaskular
seperti
hiperkolesterolemia [9].

Beni Lestari, Naisbitt Iman Hanif, Ariska Deffy


Anggarany, Thoriq Ziyad, Ziana Walidah,
Retno Murwanti*

Substitusi estrogen dari luar tubuh


dengan HRT (Hormon Replacement Therapy)
merupakan upaya yang telah banyak
dilakukan. Namun, HRT dapat menimbulkan
cacat fisik, pendarahan, ketergantungan serta
resiko kanker payudara [2]. Oleh karena itu,
diperlukan suatu alternatif yang aman dan
murah sebagai pengganti HRT, salah satunya
adalah dengan fitoestrogen. Fitoestrogen
merupakan senyawa pada tumbuhan yang
memiliki aktivitas estrogenik, sehingga dapat
menggantikan fungsi estrogen [17].

Farmasi, Fakultas Farmasi,


Universitas Gadjah Mada
email: [email protected]
email: [email protected]

Abstract
Osteoporosis and hypercholesterolemia are
prevalent condition in menopausal women.
The common therapy to prevent the estrogen
degrading
condition
is
Hormone
Replacement Therapy (HRT). However, HRT
possessed various risks. Curcubita pepo L.
seed (pumpkin seed) contains lignan
secoisolariciresinol and lariciresinol which
exhibit estrogenic effect. The aim of this study
is to determine the estrogenic effect of
Ethanolic Extract of Pumpkin Seeds (EEPS)
through in silico and in vivo study. In silico
study were conducted by molecular docking
of lignan which is secoisolariciresinol and
lariciresinol with Estrogen Receptor (ER
and Er). In vivo study conducted by using
ovariectomized Sprague dawley female rats
as a model of postmenopausal women. Blood
lipid profile, bone density, and uterine weight
were assayed after thirty days. Molecular
docking score of secoisolariciresinol and
lariciresinol were similar to estradiol. In vivo
study found that EEPS increase bone density
and uterine weight percentage while also
improve the blood profile. In conclusion,
these result showed that EEPS is potential to
be developed as an osteoporosis and
hypercholesterolemia prevention agent.

Salah satu bahan alam yang diduga


berpotensi sebagi sumber fitoestrogen adalah
biji labu kuning (Cucurbita pepo L.) yang
mengandung
secoisolariciresinol
dan
lariciresinol, yaitu senyawa golongan lignan
yang memiliki kerangka mirip estrogen [14].
Penelitian ilmiah mengenai efek estrogenik
dari biji labu kuning belum pernah dilakukan.
Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
mengetahui efek estrogenik biji labu kuning
terhadap profil kepadatan tulang dan kadar
kolesterol pada tikus betina galur Sprague
Dawley
ter-ovariektomi.
Penelusuran
mekanisme molekuler dengan metode
docking juga dilakukan untuk mengetahui
interaksi senyawa lignan dalam biji labu
dengan reseptor estrogen. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan
produk suplemen nutrasetikal dari biji labu
kuning sebagai agen pencegah osteoporosis
dan kolesterol pada wanita menopause.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengembangkan potensi bahan alam sebagai
agen
pencegah
osteoporosis
dan
hiperkolesterol untuk wanita post menstrual.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dipublikasikan menjadi sebuah jurnal ilmiah
serta dapat menjadi dasar pembuatan produk
nutrasetikal yaitu suplemen yang dipatenkan
sehingga dapat dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat.

Keywords: Lime peel, Limonene, Aromatic


candles, Repellent
1. PENDAHULUAN
Post
menstrual
atau
menopause
merupakan proses alamiah yang akan dialami
oleh setiap wanita. Pada masa ini, wanita
mengalami defisiensi hormon estrogen yang
memiliki peranan dalam regulasi reproduksi,
modulasi
kepadatan tulang,
transport

Peran Estrogen terhadap Densitas Tulang


dan Kadar Kolesterol

Estrogen merupakan hormon kelamin


utama pada wanita. Hormon ini berperan
dalam diferensiasi sel, jaringan reproduksi,
perlindungan terhadap osteoporosis, dan
sebagai hormon kardioprotektif yang beraksi
dengan meningkatkan kadar HDL dan
menurunkan LDL [7]. Aksi biologis hormon
estrogen diperantarai oleh reseptor estrogen,
yang termasuk dalam golongan reseptor inti
[10].

terkandung di dalam tanaman antara lain


flavonoid, coumestan, lignan, dan stilben.
Biji Labu Kuning (Cucurbita pepo L.)
Buah labu kuning (gambar 1)
merupakan jenis tanaman menjalar dari famili
cucurbitaceae yang banyak tumbuh di
Indonesia. Buah labu kuning berbentuk pipih,
lonjong, atau panjang dengan banyak alur
(15-20 alur) dan mempunyai bobot rata-rata
3-5 kg.

Osteoporosis adalah penyakit yang


ditandai dengan berkurangnya massa tulang
dan adanya berubahnya mikro-arsitektur
jaringan tulang yang berakibat menurunnya
kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan
tulang [3]. Kecepatan resorpsi dan deposisi
tulang baru untuk menggantikan yang hilang
dipengaruhi oleh sirkulasi kadar estrogen.
Pada saat kadar estrogen rendah yang
biasanya terjadi pada wanita menopause,
kemampuan pembentukan tulang akan
menurun sedangkan resorpsi tulang akan
meningkat [5].

Pada penelitian ini penyusun ingin


membuktikan apakah ekstrak kulit jeruk nipis
juga memberikan efek sebagai pengusir kecoa
Periplaneta Americanus walaupun telah
dicampur parafin dan dibuat dalam bentuk
lilin aromatik. Selain itu, penyusun juga ingin
mengetahui berapa konsentrasi ekstrak kulit
jeruk nipis yang efektif digunakan sebagai
repellent, serta mengetahui hubungan
lamanya waktu perlakuan dengan potensi
ekstrak kulit jeruk nipis sebagai repellent.
Gambar 1. Labu Kuning (Cucurbita pepo L.)

Kolesterol merupakan senyawa kimia


alami tubuh yang berperan dalam banyak
proses metabolisme dalam tubuh. Estrogen
juga merupakan faktor penting dalam
homeostasis kolesterol dengan meregulasi
fungsi mitokondrial hepar. Estrogen yang
berinteraksi dengan reseptor estrogen
berperan dalam peningkatan HDL, penurunan
kolesterol total, LDL, dan trigliserida [6].
Peningkatan kadar HDL darah disebabkan
oleh peningkatan ekspresi protein apo A-1
yang selanjutnya akan meningkatkan kadar
HDL dalam darah [4]. Penurunan kadar LDL
disebabkan oleh aktivitas estrogen dalam
meningkatkan transkripsi reseptor LDL.
Semakin tinggi reseptor LDL yang terbentuk,
semakin turun kadar LDL dalam darah [11].

Biji labu kuning diketahui mengandung


senyawa secoisolariciresinol dan lariciresinol
(gambar 2) yaitu senyawa golongan lignan
[14]. Lignan merupakan salah satu golongan
fitoestrogen.

Fitoestrogen dan Estrogen

(a)

Fitoestrogen merupakan senyawa dari


tumbuhan yang memiliki kemiripan struktur
dengan estrogen sehingga dapat menunjukan
sifat agonis pada Estrogen Receptor (ER).
Kemampuan meniru efek estrogen oleh
fitoestrogen didasarkan oleh keberadaan
senyawa dengan BM setara dengan estrogen
(272 g/mol), cincin fenolik sebagai binding
site dan memiliki inti dengan dua gugus
hidroksil dengan jarak 11,0-11,5 [1].
Terdapat 4 jenis senyawa fitoestrogen yang

(b)

Gambar 2. Struktur Secoisolariciresinol (a)


dan Lariciresinol (b)
Nutrasetikal
Nutrasetikal adalah sejenis makanan
(herbal, suplemen, atau minuman) yang
memiliki manfaat untuk kesehatan secara
medis, termasuk pencegahan dan pengobatan
penyakit. Nutrasetikal dapat digunakan

secaraterpisah, kombinasi, atau ditambahkan


ke dalam makanan atau minuman untuk
manfaat
kesehatan
[15].
Nutrasetikal
merupakan kombinasi dari fungsi nutrisi dan
pharmaceutical. Produk nutrasetikal dapat
diformulasikan menjadi sediaan farmasetik
seperti pil, serbuk/bubuk, kapsul, vial dan lain
sebagainya.

Uji In Vivo
Tikus betina galur Sprague Dawley
sebanyak 36 ekor ditempatkan dalam kandang
plastik dengan alas sekam dan diberi makan
berupa pellet serta diberi minum air PDAM
yang masing-masing diberikan secara ad
libitum. Ekstrak diberikan dalam bentuk
suspensi dalam larutan CMC-Na 0.5%.
Larutan ekstrak dibuat baru sebelum
diberikan kepada hewan uji.

2. METODE
Biji labu kuning didapatkan dari
Klero, Tengaran, Semarang, Jawa Tengah,
etanol 70% (E.Merck), ketamin 100 mg/ml,
Plain catgut sutures 3/0 Meiyi, NaCl 0,9 %
(PT Otsuka, Jakarta), Enbatic antibiotic (PT
Erela, Semarang), Betadin (PT Mahakam
Beta Farma, Jakarta), CMC-Na (E.Merck),
aquades, formalin 10% (Asia lab.), estradiol
(Sigma), reagen pengendap, reagen kit
kolesterol, dan standar kolesterol.

Tikus dibagi menjadi tujuh kelompok


perlakuan dengan 4 ekor tikus tiap kelompok,
yaitu: Kelompok I: base line non-ovariektomi,
Kelompok II: base line ovariektomi,
Kelompok
III:
kontrol
ovariektomi,
Kelompok IV: perlakuan CMC-Na 0,5%
(kontrol negatif), Kelompok V:perlakuan
estradiol 2g/hari, Kelompok VI: perlakuan
ekstrak dosis 500mg/kg BB, Kelompok VII:
perlakuan ekstrak dosis 1000mg/kg BB

Analisis Molecular Docking


Tikus kelompok II hingga VII
diovariektomi padausia 70 hari. Untuk
kelompok I, tikus dikondisikan seolah-olah
terovariektomi. Percobaan dilakukan selama 1
bulan, pada akhir percobaan semua tikus
diambil darahnya sinus orbitalis dan
dinekropsi untuk diambil tulang femur.

Senyawa secoisolariciresinol dan


lariciresinol dibuat struktur 3D menggunakan
program MarvinSketch. Preparasi protein
target dilakukan dengan software YASARA.
Validasi docking dilakukan dengan program
PLANTS 1.1 Manual. Pemilihan metode
ditentukan oleh harga RMSD (Root Mean
Square Distances) heavy atom (ligan) dengan
ligan copy. Ligan alami yang digunakan
adalah 17-estradiol, untuk membandingkan
kekuatan ikatan ligan senyawa uji. Senyawa
uji yang digunakan adalah senyawa
Secoisolariciresinol dan Lariciresinol.

Analisis Profil Lipid Darah (LDL, HDL,


Trigliserida, dan Kolesterol Total)
Sampel darah yang diambil dari sinus
orbital diinkubasi dalam suhu ruangan selama
15 menit dan disentrifugasi pada 4000 rpm
selama 20 menit. Serum yang didapatkan
digunakan untuk menentukan kadar LDL,
HDL, trigliserida, dan kolesterol total
menggunakan
metode
enzimatikkolorimetrik.

Ekstrak Etanolik Biji Labu Kuning


(EEBL)
Biji labu kuning didapatkan
dari Klero, Tengaran, Semarang Jawa
Tengah. Determiniasi dilakukan oleh
Laboratorium Farmakognosi, Bagian Biologi
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada. Biji labu kuning dikeringkan
dan diserbukhaluskan menjadi bubuk.
Ekstraksi dilakukan dengan etanol 70%
menggunakan metode maserasi selama lima
hari dan dilanjutkan dengan remaserasi
selama tiga hari. Filtrat yang didapat,
dipekatkan dengan Rotary Evaporator (RE)

Analisis
kolesterol
total
dan
trigliserida dilakukan dengan mencampurkan
10 L serum ke dalam 1 ml reagen kit
kolesterol dan digojog secara perlahan pada
suhu ruang selama 10 menit dan dibaca
absorbansinya pada 546 nm.
Konsentrasi HDL ditentukan dengan
deposisi lipoprotein yang bebas LDL, VLDL,
dan klormikron. Kemudian dilanjutkan
dengan metode enzimatik-kolorimetrik. Agen

terhadap Er dan ER dibandingkan dengan


ligan alami 17-estradiol. Lariciresinol
mempunyai afinias yang lebih baik terhadap
ER dan mampu berkompetisi dengan 17estradiol terhadap Er.

pensuspensi yang digunakan ialah 0.2 ml


Mg2+ dan 0.5 ml prespitat HDL yang
mengandung MgCl2 (25 mmol/L) dan asam
fosfotungstat (0.55 mmol/L). Campuran
digojog perlahan dan dibiarkan dalam suhu
ruang selama 10 menit dan di sentrifugasi
pada 1200 rpm selama 2 menit. Prespitat
kemudian dipisahkan dari supernatan.
Kemudian
konsentrasi
HDL
diukur
menggunakan
spektrofotometer
yang
mengandung 0.1 ml supernatan dan 1 ml
reagen kit kolesterol yang digojog perlahan
dan dibiarkan dalam suhu ruang selama 10
menit. Absorbansi dibaca pada 546 nm.
Data kolesterol total, trigliserida, HDL, dan
LDL dianalisis menggunakan statistika SPSS
15.0 metode ANOVA one way (p<0.05)

Tabel 1. Score docking pada ER dan ER


Ligan
Estrogen (17-estradiol)
Secoisolariciresinol
Lariciresinol

Score
Er
-88,792
-91,128
-80,906

Er
-88,793
-95,865
-90,289

Adanya interaksi fitoestrogen (senyawa


lignan dalam biji labu kuning) dengan
reseptor estrogen mengakibatkan terjadinya
pengaktifan reseptor estrogen (ER). ER yang
aktif akan dapat berikatan dengan Estrogen
Response Element (ERE) ataupun faktor
transkripsi dalam nukleus sehingga mampu
menginduksi ekspresi estrogen responsive
gene [6].

Analisis Densitas Tulang


Tulang femur hewan uji yang diambil
pada saat nekropsi dianalisis menggunakan
sinar X-ray untuk diamati profil densitas
tulang secara kualitatif. Sementara profil
kuantitatif didapatkan berdasarkan nilai
koefisien atonasi linier dan nilai densitas
tulang (g/cm3).

Data Profil Kolesterol Darah


Uji in vivo dilakukan dengan proses
operasi ovariektomi yaitu pemotongan
ovarium pada hewan uji dilakukan untuk
memperoleh permodelan kondisi tubuh
wanita yang mengalami defisiensi estrogen
pasca menopause.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji in silico melalui molecular docking
dilakukan untuk memprediksi kemampuan
senyawa aktif (ligan) untuk berinteraksi
dengan reseptor estrogen (ER dan ER).
Ligan alami yang digunakan adalah 17estradiol untuk membandingkan kemampuan
ikatan atau afinitas secoisolariciresinol dan
lariciresinol dengan estrogen reseptor.
Parameter yang digunakan adalah score
docking, semakin kecil score docking yang
diperoleh semakin kuat ikatan senyawa
dengan ligannya. Score docking senyawa
ligan pada estrogen reseptor dapat dilihat
pada Tabel 1.

Dari hasil uji yang dilakukan, operasi


ovariektomi menyebabkan kenaikan kadar
LDL, trigliserida, dan kolesterol total serta
penurunan sedikit HDL. Perlakuan dengan
EEBL dosis 500 dan 1000 mg/kgBB dapat
meningkatkan kadar HDL, dan menurunkan
kadar LDL secara signifikan, serta
menurunkan kadar Kolesterol total dan
trigliserida meskipun tidak signifikan.

Hasil molecular docking menunjukkan


senyawa aktif EEBL yaitu secoisolariciresinol
mempunyai afinitas ikatan yang lebih baik

100

73.7 67.75

63.55

80

Kadar (mg/ml)

Kadar (mg/ml)

60
86.15
64.275 64.275
54.45

60
40
20
0

50

42.8

49.85

31.525

40

26.125

30

23.2

20.375

24.225

20
10
0
Baseline Baseline Kontrol OVX + OVX + OVX + OVX +
NOVX
OVX
OVX CMC-Na Estradiol EBL 500 EBL
1000

Kelompok Perlakuan

32.82

40
22.3

30

22.2

13.78

24.14

169.525

200

39.2

50

Kadar (mg/ml)

Kadar (mg/ml)

Kelompok Perlakuan

25.16

20
10
0
Baseline Baseline Kontrol OVX + OVX + OVX + OVX +
NOVX
OVX
OVX CMC-Na Estradiol EBL 500 EBL 1000

150

96.825
71.25

100
55.475

38

50.825

50.625

50
0
Baseline NOVX
Baseline OVX
KontrolOVX
OVX+ CMC-Na
OVX + Estradiol
OVX + EBL
OVX
500
+ EBL 1000

Kelompok Perlakuan

Kelompok Perlakuan

Gambar 3. Efek perlakuan ekstrak etanolik biji labu kuning terhadap profil kolesterol darah (a)
Kolesterol total, (b) LDL, (c) HDL, (d) Trigliserida. Nilai menunjukkan rata-rata+SE. Tanda
bintang (*) menunjukkan nilai signifikan terhadap kelompok tikus terovariektomi (Kontrol OVX)
berdasarkan analisis statistika one way ANOVA dilanjutkan post-hoc Tuckey HSD taraf kepercayaan
95%.

Uji kuantitatif dilakukan berdasarkan


metode rontgen untuk mencari nilai koefisien
atonasi liner yang didasarkan pada nilai
serapan bahan berupa tulang femur tikus.Dari
hasil percobaan, didapatkan hasil berupa
profil densitas kepadatan tulang tiap
kelompok perlakuan yang dinyatakan dalam
satuan gram/cm3.

Profil Densitas Tulang


Dari hasil analisis kualitatif menggunakan
rontgen, diamati tingkat kepadatan tulang
femur dari hewan uji akibat pengaruh
perlakuan tiap kelompok. Berdasarkan
gambar diatas tampak adanya perbedaan
kepadatan tulang pada kelompok kontrol nonovariektomi
dan
kelompok
kontrol
ovariektomi.
Pada
kelompok
kontrol
ovariektomi, tampak bahwa kepadatan tulang
berkurang. Pada perlakuan dengan estradiol
dapat meningkatkan kepadatan tulang
dibandingkan kelompok ovariektomi.

Tabel 2.Nilai densitas tulang tikus


Kelompok
Baseline NOVX
Baseline OVX
OVX+CMC Na
OVX+Estradiol
OVX+EEBL
500
mg/KgBB
OVX+EEBL1000mg/K
gBB

Pada perlakuan EEBL 500 mg/kgBB dan


EEBL 1000 mg/kgBB juga nampak adanya
perbaikan kepadatan tulang dibandingkan
kelompok ovariektomi. Namun hasil ini
merupakan hasil uji kualitatif, sehingga perlu
dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui
efek perlakuan terhadap kepadatan tulang
secara pasti.

Densitas (gr/cm3)
1.6632 0.02
1.3565 0.04
1.7505 0.02
1.8970 0.02
1.8879 0.04
1.8625 0.04

Dari hasil penelitian ini, uji statistik yang


dilakukan menunjukkan bahwa profil densitas
tulang
kelompok
perlakuan
baseline

ovariektomi (OVX) memiliki densitas tulang


yang lebih rendah dibandingkan baseline
nonovariektomi (NOVX) meskipun tidak
signifikan. Sedangkan pada perlakuan
menggunakan estradiol (OVX + Estradiol),
EEBL dosis 500 mg/kgBB dan 1000
mg/kgBB dapat memberikan kenaikan nilai
densitas tulang secara signifikan terhadap
kelompok tikus terovariektomi (OVX).

sitokin seperti tersebut di atas, sekalipun


secara tidak langsung maupun secara
langsung juga berpengaruh pada sel osteoklas
[12].
Kondisi
defisiensi
estrogen
menyebabkan terjadinya osteoklastogenesis
dan terjadi kehilangan tulang. Akan tetapi
dengan
pemberian
estrogen
terjadi
pembentukan tulang kembali, dan didapatkan
penurunan produksi dari IL-1, IL-6, dan TNF, begitu juga selanjutnya akan terjadi
penurunan
produksi
acrophage-Colony
Stimulating Factor (M-CSF) dan RANKLigand (RANK-L).

Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
perlakuan EEBL pada hewan uji berupa tikus
yang terovariektomi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan densitas tulang.
Mekanisme EEBL dalam meningkatkan
densitas tulang memang masih belum dapat
diketahui secara pasti, namun kemungkinan
sama dengan mekanisme hormon estrogen
dalam memodulasi kepadatan tulang.

Di sisi lain estrogen akan merangsang


ekspresi dari osteoprotegerin (OPG) dan
TGF- (Transforming Growth Factor-)
pada sel osteoblas dan sel stroma, yang lebih
lanjut akan menghambat penyerapan tulang
dan meningkatkan apoptosis dari sel steoklas
[12].

Dalam mekanisme estrogen untuk


memodulasi kepatan tulang,
estrogen
mempengaruhi remodeling tulang pada
trabekular dan endokortikal [13]. Estrogen
mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun
osteoklas, termasuk menjaga keseimbangan
kerja dari kedua sel tersebut melalui
pengaturan
produksi
faktor
parakrinparakrin.Hormon estrogen mempengaruhi
terutama sel osteoblas.Sel osteoblas memiliki
reseptor estrogen yaitu ER dan ER di
dalam sitosol.Dalam diferensiasinya sel
osteoblas mengekspresikan ER 10 kali lipat
dari ER [12].

Data Bobot Uterus


Salah satu parameter keberhasilan
ovariektomi adalah berkurangnya bobot
uterus pada tikus. Oleh karena itu dilakukan
penimbangan bobot uterus sebagai data
pendukung. Bobot uterus yang ada dinyatakan
dalam persen bobot uterus, yakni berdasarkan
rata-rata bobot uterus per 100 gram berat
badan tikus (gr/100grBB).
Tabel 3. Bobot Uterus tikus

Dalam keadaan normal, estrogen dalam


sirkulasi mencapai sel osteoblas, dan
beraktivitas melalui reseptor yang terdapat di
dalam sitosol sel tersebut, mengakibatkan
menurunnya
sekresi
sitokin
seperti:
Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6) dan
Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-), yang
merupakan sitokin yang berfungsi dalam
penyerapan tulang.

Kelompok
Baseline NOVX
Baseline OVX
Kontrol OVX
OVX+CMC Na
OVX+Estradiol
OVX+EEBL 500 mg/KgBB
OVX+EEBL 1000 mg/KgBB

Di lain pihak estrogen meningkatkan


sekresi Transforming Growth Factor (TGF), yang merupakan satu-satunya faktor
pertumbuhan (growth factor) yang merupakan
mediator untuk menarik sel osteoblas ke
tempat lubang tulang yang telah diserap oleh
sel osteoklas. Jadi, sel osteoblas merupakan
sel target utama dari estrogen, untuk
melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan

Bobot Uterus
(g/100g BB)
352.4 44.72
66.21 13.79
47.41 1.92
44.78 3.89
163.1 11.89
50.26 1.25
191.3 75.92

Dari hasil analisis yang dilakukan, terbukti


dengan
operasi
ovariektomi
dapat
menurunkan
persen
bobot
uterus
tikus.Perlakuan dengan estradiol dan EEBL
dosis 1000 mg/kgBB mampu menaikkan
persen bobot uterus secara signifikan. Dengan
demikian estradiol dan EEBL mampu

Bobot (g/100 gBB)

mempengaruhi
bobot
uterus
meningkatkan persen bobotnya.

450
375
300
225
150
75
0

dengan

[5] Groff JL and Gropper SS. 2000.


Advanced
Nutrition
and
Human
Metabolism. United State: Wadsworth
Thomson Leaming.
[6] Gruber, C.J., Walter, T.,Christian, S.,
and Johannes, C.. 2002. Production and
Action of Estrogens. The New England
Journal of Medicine. 346(5):340-350.
[7] Ikawati,
Z,
2008,
Pengantar
Farmakologi Molekuler, Gama Press,
Yogyakarta.
[8] Jordan, V.Craig. 2004. Selective
Estrogen Receptor Modulation:Concept
and Consequences in Cancer. Cancer
Cel. l5:207-213.
[9] Kenny, A.M., Prestwood, and Raisz,
L.G. 2000. The short term effects of
tamoxifen on bone turnover in older
women. J Clin Endocrinol Metab.
80:3287-3291.
[10] Matthews, J., and Gustafsson, J. 2003.
Estrogen signaling: a subtle balance
between ER and ER, Molecular
Interventions, 3: 281-292.
[11] Meyer, M.R., and Barton, M. 2006.
Gender Differences of Cardiovascular
Disease : New Perspectives for Estrogen
Receptor
Signaling,
Hypertension,
47:1019-1026.
[12] Monroe, D.G., Secreto, F.J., and
Spelsberg, T.C., 2003, Overview of
Estrogen Action in Osteoblasts: Role of
the Ligand the Receptor and The
Coregulators. J. Musculoskelet Neuron
Interact, 4, 357-362.
[13] Prince, R.L. and Draper, C., 2000, Bone
and Calcium dalam Lobo, R.A., Kelsey,
J., Marcus, R., (eds) Menopause:
Biology And Pathobiology, Academic
Press, San Diego California.
[14] Sicilia, T., Niemeyer, H.B., Ong, D.M.
and Metzler, M. 2003. Identification and
stereochemical
characterization
of
lignans in flaxseed and pumpkin seeds. J.
Agric. Food Chem. 51(5), 11811188.
[15] Syamsudin.
2013.
Nutrasetikal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
[16] Talbert. 2005. Role of the National
Cholesterol Education Program Adult
treatment panel III guidelines in
managing dyslipidemia. Am J Health
Syst Pharm. 60(13 Suppl 2):S3-8.

352.35
191.294
163.14
66.21

47.41 44.78

50.26

Kelompok Perlakuan
Gambar 5. Grafik persen bobot uterus tikus.
Nilai menunjukkan rata-rata+SE. Tanda
bintang (*) menunjukkan nilai signifikan
terhadap kelompok tikus terovariektomi
(Kontrol OVX)
berdasarkan analisis
statistika one way ANOVA dilanjutkan posthoc Tuckey HSD taraf kepercayaan 95%.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan studi in silico dan in vivo
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa EEBL dapat digunakan sebagai
sumber
fitoestrogen
yang
terbukti
memodulasi profil lipid darah secara parsial
dan meningkatkan densitas tulang secara
signifikan.
5. REFERENSI
[1] Benassayag C, Perrot-Applanat M, Ferre
F. 2002. Phytoestrogen as modulators of
steroid action in target cells. J.
Chromatogr. B 777: 233-248.
[2] Beral V. 2003. Breast Cancer and
Hormon Replacement Therapy in
Women Study. The Lancet, 362: 413427.
[3] Depkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian
Osteoporosis.
Jakarta:
Keputusan
MenKes RI.
[4] Harnish, D.C., Evans, M.J., Scicchitano,
M.S., Bhat, R.A., dan Karanthanasis,
S.K.1998. Estrogen Regulation of the
Apolipoprotein Al Gene Promoter
through Transcription Cofactor Sharing.
The Journal Of Biological Chemistry.
273(15):9270-9278.

[17] Yildiz F. 2005. Phytoestrogens in


Functional Foods. Taylor & Francis Ltd.,
5:210-211.

You might also like