Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
The study examined the emulsion, oil holding capacity (OHC) and foaming from
beef lung concentrates with sun-drying and oven-drying. The expert design by
Completely Randomized Design (CRD) using three treatments (fresh, sun-drying, and
oven drying) and five replication. The analysis by ANOVA and continued by Least
Significant Difference (LSD).The results showed sun-drying beef lung protein
concentrates (P1) had significant effect (P<0.01) at 480.067% emulsion and stability
of emulsion 45.90.023%. Sun-drying beef lung protein concentrates (P1) had
unsignificant (P<0.05)oil holding value 315.20.218% a values of oven-drying beef
lung protein concentrates (P2). Beef lung protein concentrates oven drying (P2) had
significant effect (P<0.01) foaming 310.40.223%/ml and the foaming stability
152.841,09%/ml/s. The study concluded that beef lung protein concentrates oven (P2)
also had higher values of sun-drying beef lung protein concentrates (P1) at foaming
and stability foaming. The sun-drying beef lung protein concentrates(P1) also had
higher values of oven-drying beef lung protein concentrates (P2) at emulsion and
stability emulsion however, oil holding capacity it indicated unsignificant in this
treatment (P<0,05).
Keywords: Functional properties, drying process,denaturation
PENGARUH PENGERINGAN DENGAN SINAR MATAHARI DAN OVEN
TERHADAP EMULSIFIKASI, DAYA SERAP MINYAK DAN DAYA BUIH
PADA KONSENTRAT PROTEIN PARU SAPI
Wahyu Tri Yunianto1, Lilik Eka Radiati2, Djalal Rosyidi2
1
Penelitian ini bertujuan mengetahui emulsifikasi, daya serap minyak dan daya
buih dari konsentrat protein paru sapi hasil pengeringan sinar matahari dan oven.
Metode penelitian adalah percobaan menggunakan Rancang Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlauan (konsentrat paru segar, konsentrat paru matahari dan konsentrat paru
oven) dengan 5 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan
dilanjutkan dengan Beda Nyata Terkecil (LSD) apabila terjadi perbedaan yang nyata
terhadap variabel yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
pengeringan konsentrat protein paru sapi memberian pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01) pada daya emulsi (480,067%) dan stabilitas emulsi (45,90,023%).
Konsentrat protein paru sapi matahari tidak memberikan perbedaan nyata (P<0,05)
daya serap minyak (315,20,22%/ml) terhadap konsentrat protein paru sapi oven.
Konsentrat protein paru sapi oven memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) pada
daya buih (314.20,22%/ml) dan stabilitas buih (152,841,09%ml/s). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah daya buih dan stabilitas buih lebih tinggi ditunjukkan oleh
konsentrat protein paru sapi oven dibanding dengan konsentrat protein paru sapi
matahari. Konsentrat protein paru sapi matahri memiliki daya emulsi dan stabilitas
emulsi yang lebih tinggi dibanding konsentrat protein paru sapi oven akan tetapi daya
serap minya tidak memberikan perbedaan nyata pada kedua perlakuan (P<0,05).
Kata kunci: fungsional propertis, proses pengeringan, denaturasi
PENDAHULUAN
Jeroan merupakan hasil samping
dari proses pemotongan ternak, yang
secara umum terdiri dari hati, paru,
jantung dan ginjal. Ditjennak (2013)
melaporkan bahwa pada tahun 2012
tercatat pemotongan sapi sebanyak
2.335,14 ribu ekor angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan pada tahun 2011
dimana terjadi peningkatan sebesar
5,82%. dan penurunan jumlah impor
jeroan sapi yang cenderung menurun
tiap tahunnya.
Tingkat penurunan
angka
konsumsi
jeroan
dapat
digambarkan dari kegiatan impor
jeroan. Ditjennak (2010) melaporkan
bahwa pada tahun 2004 impor jeroan
mencapai 36.500 ton, tahun 2008
menurun menjadi 12.900 ton dan tahun
2010 impor jeroan sebesar 10.100 ton.
Konsumsi
jeroan
(paru)
bagi
masyarakat cenderung dikaitkan dengan
pemicu berbagi macam penyakit
degeneratif, hal ini dikarenakan jumlah
kolesterol, senyawa purin, dan senyawa
yang merugikan jika mengendap dalam
tubuh manusia. Paru mengandung purin
434 mg per 100 g bahan. Ambang batas
kandungan purin dalam bahan pangan
adalah 100-400 mg per 100 g bahan
(Diantari, 2008)
Tabel 1. Rata-rata nilai persentase daya emulsi dan stabilitas emulsi konsentrat protein paru
sapi terhadap perlakuan pengeringan sinar matahari dan oven
Perlakuan pengeringan
Daya emulsi
Stabilitas emulsi
rata-rata SD (%)
rata-rata SD (%)
22 0,057a
41,6 0,080(P2)
43 0,027ab
45,9 0,023(P1)
48 0,067b
53,5 0,067(P0)
Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukan perbedaan pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01) pada daya emulsi.
Rata-rata hasil uji Stabilitas emulsi tidak memberikan perbedaan pengaruh
(P<0,05).
405,6 0,776
315,2 0,218
299,8 0,135
Keterangan: Rata-rata hasil uji daya serap minyak tidak memberikan perbedaan
pengaruh(P<0,05).
Tabel 3. Rata-rata nilai daya buih dan stabilitas buih pada konsentrat protein paru sapi
terhadap perlakuan pengeringan sinar matahari dan oven
Perlakuan pengeringan
Daya buih
Stabilitas buih
rata-rata SD (%/ml)
rata-rata SD
(%/ml/menit)
236,8 0,248a
76,4 4,774(P2)
270,4 0,401ab
53,6 17,227(P1)
310,4 0,223b
152,8 41,099(P0)
Proses
pemanasan
berlebih
menyebabkan protein terdenaturasi
sehingga ikatan protein jenis hidrofobik
dan hidrofilik berubah terbalik. Proses
pemanasan
berlebih
juga
mengakibatkan kandungan lain bahan
juga ikut berubah bahkan hilang.
Denaturasi yang dialami konsentrat
protein paru oven menunjukan lebih
banyak ikatan protein hidrofilik yang
berperan dalam daya buih. Perubahan
asam amino menjadi polar banyak
mempengaruhi daya buih suatu protein,
karena asam amino polar cenderung
mudah berikatan dengan udara dan air.
Ikatan antara hidrofobik dan hidrofilik
yang ada pada konsetrat protein paru
oven
dimungkinkan
berubah
menyebabkan
memiliki
kelarutan
protein lebih tinggi dibanding konsetrat
paru
matahari.
Kelarutan
yang
ditunjukkan oleh konsentrat protein
paru oven pada uji emulsi lebih rendah,
diperkirakan ikatan antar protein jenis
hidrofobik
dan
hidrofilik
tidak
seimbang sehingga menunjukkan hasil
terendah karena cenderung banyak
ikatan hidrofilik. Protein jenis hidrofilik
pada kosentrat protein paru oven
paru
yang
terjadi
pada
akan
mengkonsentrasikan protein, lemak,
karbohidrat dan komponen lain paru.
Proses pengeringan dimungkinkan
meningkatakan konsentrat protein dan
beberapa komponen lain seperti lemak
pada konsentrat protein paru matahari
dan konsentrat protein paru oven.
Konsentrat
protein
paru
segar
dimungkinkan memiliki kandungan
lemak yang lebih rendah karena
ekstraksi dalam kondisi segar akan
melarutkan komponen lain paru seperti
lemak dan karbohidrat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Adebowale and Lawal (2003) bahwa
ketidakstabilan buih dapat disebabkan
oleh
disprosporsional
gelembung,
penggabungan
gelembung
yang
disebabkan ketidakstabilan film yang
terbentuk, dan hilangnya air dari
DAFTAR PUSTAKA
Campos, M. A. and J. G. Areas. 1993.
Protein nutritional value of
extrusion cooking defatted lung
sapi
menggunakan
Batch
Fludized Solid Dryer pada
berbagai
tingkat
suhu
pengeringan. Skripsi Jurusan
Ilmu Produksi Ternak Fakultas
Peternakan . Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Cherry, J. P. and K. H. Mc Watters.
1981. Whipping ability and
aeration. In : Cherry (ed). 1981.
Protein Functionality in Foods.
American Chemical Society
Washington D.C.
Darine, S., V. Christopone, D.
Gholamreza. 2010. Production
and functional properties of beef
lung protein concentrates. Meat
Science 84, 315322.
Diantari, E. 2008. Pengaruh asupan
purin dan cairan terhadap kadar
asam urat pada wanita usia 5060 tahun di Kecamatan Gajah
Mungkur, Semarang. Fakultas
Kedokteran,Universitas
Diponegoro. Semarang.
10