Hal 74-89 Sirosis Hepar-Isi
Hal 74-89 Sirosis Hepar-Isi
Hal 74-89 Sirosis Hepar-Isi
75
76
77
78
PBC, EHBA,
SBC, PSC
VH, AIH
VO, BC
ALD, MLD
Klasifikasi
berdasarkan kondisi
klinik
- Terkompensasi
- Dekompensasi
- Aktif
- Tak aktif
ALD (alcoholic liver disease), HHC
(hereditary hemo chromatosis), VH (viral
hepatitis), AIH (auto immune hepatitis),
PBC (primary sclerosing cholangitis),
EHBA (extra hepatic biliary atresia), VO
(vaso-occlusive), BC (budd chiary), MLD
(metabolic liver disease), CC (cryptogenic
cirrhosis), DIH (drug-induced hepatitis).
79
Etiologi
Penyebab terbanyak sirosis hati di
Asia Tenggara adalah akibat komplikasi
infeksi (hepatitis) virus hepatitis B dan C,
demikian juga di Indonesia.(7)
Tabel 2. Penyakit yang dapat menjadi
penyebab sirosis(1)
Penyakit infeksi
Kelainan bilier
Hepatitis kronik aktif Atresia bilier
Hepatitis virus
Sindrom alagile
Ascending cholangitis Kista koledukus
Sepsis neonatal
fibrosis hepatis
kongenital
Kelainan metabolik
Defisiensi 1antitripsin
Cystic fibrosis
Fruktosemia
Galaktosemia
Hemokromasitosis
Glicogen storage
Hepatic porphyria
Histiosis X
Nieman Pick disease
Penyakit Wilson
Kelainan vaskuler
Sindrom Budd-Chiari
Gagal jantung kongest
perikarditis kongestif
Veno-occlusive liver
disease
Bahan toksik
bahan organik
obat-obatan
Kelainan Nutrisi
Total parental alimentation
Mal nutrisi
Idiopatik
Patogenesis dan Patofisiologi
Faktor genetik dan lingkungan yang
menyebabkan kerusakan sel hati dapat
menyebabkan sirosis melalui respon
patobiologi yang saling berhubungan, yaitu
reaksi sistem imun, peningkatan sintesis
matrik dan abnormalitas perkembangan sel
hati yang tersisa. Perlukaan terhadap sel hati
dapat menyebabkan kematian sel, yang
kemudian diikuti terjadinya jaringan parut
(fibrosis)
atau
pembentukan
nodul
regenerasi. Hal tersebut selanjutnya akan
80
81
Diagnosis
Diagnosis sirosis hati ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang. Pada
stadium kompensasi sempurna kadangkadang sulit menegakkan diagnosis sirosis
hati. Pada stadium dekompensasi kadang
tidak sulit menegakkan diagnosis dengan
adanya
asites,
edema
pretibial,
splenomegali, vena kolateral, eritema
palmaris. Pada pemeriksaan laboratorium
darah tepi sering didapatkan anemia
normositik normokrom, leukepenia dan
trombositopenia. Waktu protrombin sering
memanjang. Tes fungsi hati dapat normal
terutama pada penderita yang masih
tergolong kompensata-inaktif. Pada stadium
dekompensata ditemui kelainan fungsi hati.
Kadar alkali fosfatase sering meningkat
terutama pada sirosis billier. Pemeriksaan
elektroforesis protein pada sirosis didapatkan kadar albumin rendah dengan peningkatan kadar gama globulin.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan noninvasif, aman dan mempunyai
ketepatan yang tinggi. Gambaran USG pada
sirosis hepatis tergantung pada berat
ringannya penyakit. Keterbatasan USG
adalah sangat tergantung pada subjektifitas
pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal
sulit didiagnosis. Pemeriksaan serial USG
dapat menilai perkembangan penyakit dan
mendeteksi dini karsinoma hepato-selular.
Pemeriksaan scaning sering pula dipakai
untuk melihat situasi pembesaran hepar dan
kondisi parengkimnya. Diagnosis pasti
sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan
histopatologik jaringan hati yang di dapat
dari biopsi.(1,2,8)
Komplikasi
Komplikasi sirosis dapat terjadi secara
fungsional, anatomi ataupun neoplastik.
Kelainan fungsi hepato-selular disebabkan
gangguan kemampuan sintesis, detok-
82
4.
5.
83
6.
a.
b.
2.
trans-platasi
hati
sampai
50%
disampingkan kelompok placebo.
Obat yang menurunkan
tekanan vena portal, vasopressin,
somatostatin,
propanolol
dan
nitrogliserin.
Anti virus pemberiannya
bertujuan untuk menghentikan replikasi
virus dalam sel hati.
Mencegah
dan
mengatasi
komplikasi yang terjadi.
Pengobatan Hipertensi Portal
Asites
Asites dapat diatasi dengan retriksi
cairan serta diet rendah natrium (0,5
mmol/kgbb/hari), 10%-20% asites
memberikan respon baik dengan terapi
diet. Bila usaha ini tidak berhasil dapat
diberikan diuretik yaitu antagonis
aldosteron
seperti
spironolakton
dengan dosis awal 1 mg/kgbb yang
dapat dinaikkan bertahap 1 mg/kgbb
/hari sampai dosis maksimal 6 mg/kgbb
/hari. Pengobatan diuretik berhasil bila
terjadi keseimbangan cairan negatif 10
ml/kgbb/hari dan pengurangan berat
badan 1%-2%/hari. Bila hasil tidak
optimal dapat ditambahkan furosemid
dengan dosis awal 1-2 mg/kgbb/hari
dapat dinaikan pula sampai 6
mg/kgbb/hari. Parasentesis dapat dipertimbangkan pada asites yang menyebabkan gangguan pernafasan dan juga
terindikasi untuk asites yang refrakter
terhadap diuretika. Pada asites refrakter
maupun yang rekuren juga dapat
dilakukan tindakan tranjugular intra
hepatik portosistemic shunt.(8,9,13)
Transplatasi hati, merupakan terapi
standar untuk anak dengan penyakit
sirosis.(1,2,8,9)
Prognosis
Prognosis pasien sirosis ditentukan oleh
kelainan dasar yang menyebabkannya,
perubahan histopatologis yang ada serta
komplikasi yang terjadi. Pasien sirosis
A
Negatif
2
3
4
5
Nutrisi
Kelainan
neurologi
Bilirubin
(mg%)
Albumin
(gram%)
C
Tidak
Baik
B
Dapat
dikontrol
Sedang
Negatif
1,5
Minimal
1,5-3
Lanjut
>3
3,5
3,0-3,5
<3
Jelek
Patogenesis
Kelainan anatomis terjadi karena
pada sirosis terjadi perubahan bentuk
parengkim hati, sehingga terjadi penurunan
perfusi dan menyebabkan terjadinya
hipertensi
portal.
Hipertensi
portal
merupakan gabungan hasil peningkatan
84
Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis hipertensi
portal dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel.4 Gambaran klinis hipertensi
porta(5)
Splenomegali
hati menciut /
hepatomegali
Hematemesis
hipersplenisme
Melena
asites
Varises esofagus
malabsorbsi lemak
Pirau portosistemik protein loosing
kutanius kutanius
enteropathy
Hemoroid interna
gagal tumbuh
Ensepalopati hepatis
Diagnosis
Hipertensi portal harus difikirkan
bila pada anak terjadi perdarahan saluran
cerna, terutama jika di dukung data
splenomegali. Pemeriksaan fisik harus
diarahkan untuk melihat tanda-tanda
penyakit kronis yaitu gagal tumbuh,
kelemahan otot, telengktasi dan caput
meduse, ikterik, asites atau ensepalopati.
Laboratorium termasuk darah lengkap,
trombosit, faal hepar, PT-APTT, albumin
dan amonia. Pada kasus dewasa radiologi
secara akurat bisa menunjang diagnosis
hipertensi portal, namun pada anak sedikit
penelitian tentang pemeriksaan radiologi.
Ultra sografi bisa menentukan bila terdapat
hipertensi porta. CT scan memberi
informasi yang sama dengan USG. Endoskopi adalah pemeriksaan yang paling dapat
di percaya untuk mendeteksi varises
esofagus.(1-6,10)
Penatalaksanaan
85
Perdarahan (+)
Ligasi/ skleroterapi
Tamponade balon
+/- Octriotide
Nitrat
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
TATALAKSANA INISIAL
Resusitasi, NGT,
laktulosa/neomisin,H2 antagonis
Ocreotide bolus-rumatan-48 jam
Nitrat
Perdarahan (-)
Ligasi/skleroterapi
86
Perdarahan (+)
Operatif
Ablasi,
Transeksi esophagus,
pirau
87
88
14. Brady L.
Portal hypertension and
ascites. Dalam: Guandalini S. Essential
pediatrics gastroenterology, hepatology,
and nutrition. New York: McGraw-Hill,
2003; 123-31.
15. Agata ID dan Balistreri WF. Evaluation
of liver disease in the pediatrics patient.
Pediatr in rev. 1999; 20: 376-90.
16. Hadi S. Diagnosa klinik dan penunjang
diagnostik tidak invansif pada penderita
dengan hipertensi portal. Dalam:
Hepatologi. Bandung: Penerbit Bandar
Maju, 2000; 331-37.
17. Jia AZ and Bing H. Ultrasonography in
predicting and screening liver sirrhosis
in children: A preliminary study. WJG
2003; 9(10): 2348-49.
18. Hegar B. Pendekatan diagnosis
perdarahan saluran cerna atas. Dalam:
Firmansyah A, Bisanto J, Nasar SS, et
al, penyunting. Dari kehidupan intra
uterin sampai transplatasi organ.
Naskah lengkap PKB IKA XLII.
Jakarta: FKUI. 1999; 63-72.
89