Hestia Istiviani's Reviews > Going Dark: The Secret Social Lives of Extremists
Going Dark: The Secret Social Lives of Extremists
by
by
I read in English but this review is in Bahasa Indonesia
Ketika itu Dwiki--salah satu anggota Sobat Sospol--mengunggah resensi buku ini. Padahal Going Dark adalah judul baru yang masuk ke Indonesia melalui Periplus. Beberapa kali aku sempat melihatnya dan sebenarnya cukup tergoda untuk membeli karena desain sampulnya. Ternyata tulisan Dwiki soal buku ini semakin meyakinkan aku untuk membaca Going Dark.
Julia Ebner, penulisnya, berusaha masuk ke dalam kehidupan para ekstrimis selama kurang lebih 2 tahun. Dia tidak hanya "menyusupi" satu saja, melainkan ada beberapa. Dari ekstrimis kulit putih Eropa hingga yang berada di Timur Tengah. Hidupnya berganti-ganti identitas dan penuh dengan risiko bahwa siapa dirinya akan terungkap.
Going Dark disusun menjadi beberapa bagian yang cukup sistematis. Bagian itu merupakan tahapan soal bagaimana kelompok ekstrimis merekrut anggota, menyebarkan informasi dan doktrin, hingga bagaimana mereka mengeksekusi rencana. Dengan tulisan Ebner yang tidak bertele-tele, pembaca akan mengetahui bagaimana kelompok ekstrimis tersebut "bekerja."
Perlu aku tekankan, pasti ada orang-orang yang tidak nyaman membaca Going Dark. Ebner menggambarkan kembali seperti apa percakapan di dalam kelompok ekstrimis tersebut. Misalnya saja ketika membaca Bab 3 dan Bab 4 yang mengkhususkan diri pada kelompok ektstrimis yang percaya bahwa feminisme adalah produk barat (Amerika Serikat). Rasanya kesal setengah mati ada anggota kelompok ekstrimis mengatakan bahwa wanita mandiri tidak berharga di sana.
Tulisan Ebner begitu mengalir hingga tidak terasa kalau buku sudah habis. Ia juga memberikan referensi di akhir buku yang mana bisa ditelusur lebih jauh untuk memahami seluk beluk kehidupan ekstrimis.
Membaca Going Dark mengingatkanku pada tulisan Terence Ward yang berjudul The Wahhabi Code dan tulisan Francis Fukuyama yang berjudul Identity. Atau bahkan Communist Manifesto-nya Marx dan Engels?
I am convinced that nothing is more powerful than arming people with the knowledge of how extremists seek to exploit our weaknesses in our online and offline lives.
Ketika itu Dwiki--salah satu anggota Sobat Sospol--mengunggah resensi buku ini. Padahal Going Dark adalah judul baru yang masuk ke Indonesia melalui Periplus. Beberapa kali aku sempat melihatnya dan sebenarnya cukup tergoda untuk membeli karena desain sampulnya. Ternyata tulisan Dwiki soal buku ini semakin meyakinkan aku untuk membaca Going Dark.
Julia Ebner, penulisnya, berusaha masuk ke dalam kehidupan para ekstrimis selama kurang lebih 2 tahun. Dia tidak hanya "menyusupi" satu saja, melainkan ada beberapa. Dari ekstrimis kulit putih Eropa hingga yang berada di Timur Tengah. Hidupnya berganti-ganti identitas dan penuh dengan risiko bahwa siapa dirinya akan terungkap.
Going Dark disusun menjadi beberapa bagian yang cukup sistematis. Bagian itu merupakan tahapan soal bagaimana kelompok ekstrimis merekrut anggota, menyebarkan informasi dan doktrin, hingga bagaimana mereka mengeksekusi rencana. Dengan tulisan Ebner yang tidak bertele-tele, pembaca akan mengetahui bagaimana kelompok ekstrimis tersebut "bekerja."
Perlu aku tekankan, pasti ada orang-orang yang tidak nyaman membaca Going Dark. Ebner menggambarkan kembali seperti apa percakapan di dalam kelompok ekstrimis tersebut. Misalnya saja ketika membaca Bab 3 dan Bab 4 yang mengkhususkan diri pada kelompok ektstrimis yang percaya bahwa feminisme adalah produk barat (Amerika Serikat). Rasanya kesal setengah mati ada anggota kelompok ekstrimis mengatakan bahwa wanita mandiri tidak berharga di sana.
Tulisan Ebner begitu mengalir hingga tidak terasa kalau buku sudah habis. Ia juga memberikan referensi di akhir buku yang mana bisa ditelusur lebih jauh untuk memahami seluk beluk kehidupan ekstrimis.
Their ideological disagreements are however rather cosmetic in nature: in the end, they all agree that racism is "the purist form of patraiotism."
Membaca Going Dark mengingatkanku pada tulisan Terence Ward yang berjudul The Wahhabi Code dan tulisan Francis Fukuyama yang berjudul Identity. Atau bahkan Communist Manifesto-nya Marx dan Engels?
Sign into Goodreads to see if any of your friends have read
Going Dark.
Sign In »
Reading Progress
August 8, 2020
– Shelved
August 8, 2020
– Shelved as:
to-read
August 15, 2020
–
Started Reading
August 18, 2020
–
Finished Reading