FIQH DAN USHUL FIQH

Mustaqim, M.Pd. (Dosen Tidak Tetap FTIK IAIN Salatiga_2020) Mengambil sikap dalam menentukan hukum syari'at baik taklifiy maupun wadh'iy terhadap pelaksanaan ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh dalam keadaan mewabahnya pandemi virus covid-19 seperti saat ini, yang perlu kita kaji di antaranya sebagai berikut; 1. Sholat jum'at; 2. Dzikir dan do'a bersama; 3. Menuntut ilmu di majlis ta'lim; 4. Mushofahah (bersalaman); 5. Menolak jenazah terpapar covid-19. 1. Penyelenggaraan Shalat Jum'at Secara Taklifiy hukum sholat jum'at adalah fardhu 'ain, kefardhuan yang digariskan oleh al-hakim dan al-syari' tersebut dikhususkan bagi setiap muslim laki-laki, dimana ia dalam lapangan al-hukmu al-syar'iy berkedudukan sebagai mahkum' 'alaih (subjek hukum) yang berstatus mukallaf. Namun dikarenakan ada lain suatu hal, sehingga ia tidak boleh keluar rumah karena ada ancaman mewabahnya Covid-19 yang sedang melanda, yaitu potensi penyebaran virus menjadi tinggi ketika satu sama lain saling mengadakan contact langsung tanpa ada pembatasan sosial, selain itu juga adanya himbauan dari pemerintah untuk tidak keluar rumah dan menghindari kegiatan yang melibatkan kerumunan masa, maka dalam hal ini, hukum pelaksanaan sholat jum'at berubah menjadi terperinci berdasarkan hukum wadh'iy yang bergulir mengiringinya, antara lain : a. Jika dalam suatu wilayah didapati ada orang positif terpapar virus corona sehingga wilayah tersebut dinyatakan darurat covid, maka penyelenggaraan/ pelaksanaan sholat jum'at tidak wajib dilakukan dan diganti dengan shalat dzuhur di rumah. Hal tersebut disebabkan karena adanya kemadharatan yang nyata di tengah-tengah kita, kaidah fiqhnya: ‫المصلحة‬ ‫المحققة‬ ‫مقدم‬ ‫ة‬ ‫الموهومة‬ ‫المفسدة‬ ‫على‬ "Kemaslahatan yang nyata wajib didahulukan dari pada mafsadah yang belum nyata". Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Hukum taklify-nya adalah "wajib", hukum wadh'iy-nya adalah adanya "sebab" berupa "kemadharatan". b. Jika dalam suatu wilayah didapati ada orang berstatus ODP dan atau PDP yang tidak dikarantina, sehingga wilayah tersebut dinyatakan belum sampai berstatus darurat covid, maka pelaksanaan sholat jum'at wajib dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. ‫النادرة‬ ‫أو‬ ‫الموهومة‬ ‫المفاسد‬ ‫وقوع‬ ‫من‬ ‫خوفا‬ ‫الغالبة‬ ‫أو‬ ‫المحققة‬ ‫المصالح‬ ‫تعطيل‬ ‫يجوز‬ ‫ال‬

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara' mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh. 1 Ilmu ushul fiqh bersamaan munculnya dengan ilmu fiqh meskipun dalam penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh. Sebenarnya keberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul fiqh itu adalah ketentuan atau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu menghasilkan fiqhnya. Namun dalam perumusannya ushul fiqh datang belakangan. Menurut sejarahnya, fiqh merupakan suatu produk ijtihad lebih dulu dikenal dan dibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Tetapi jika suatu produk telah ada maka tidak mungkin tidak ada pabriknya. Ilmu fiqh tidak mungkin ada jika tidak ada ilmu ushul fiqh. Oleh karena itu, pembahasan pada makalah ini mengenai sejarah perkembangan dan alirann-aliran ilmu ushul fiqh. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana dan kapan ushul fiqh itu ada. Penelitian ini menyelidiki sejarah perkembangan Ushul fiqh, aliran dalam ushul fiqh, serta karya ilmiah pada bidang ushul fiqh. Ushul Fiqh merupakan ilmu hukum islam di bidang amaliyah praktis; bidang kajian usul fiqh merupakan persoalan yang praktis bukan dalam bidang tauhid/iktiqad, Ushul Fiqh merupakan prosedur yang terukur bagi fuqaha dalam menjalankan istinbat hukum. Metode yang digunakan fuqaha merupakan aplikasi 1

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara' mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh. 1 Ilmu ushul fiqh bersamaan munculnya dengan ilmu fiqh meskipun dalam penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh. Sebenarnya keberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul fiqh itu adalah ketentuan atau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu menghasilkan fiqhnya. Namun dalam perumusannya ushul fiqh datang belakangan. Menurut sejarahnya, fiqh merupakan suatu produk ijtihad lebih dulu dikenal dan dibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Tetapi jika suatu produk telah ada maka tidak mungkin tidak ada pabriknya. Ilmu fiqh tidak mungkin ada jika tidak ada ilmu ushul fiqh. Oleh karena itu, pembahasan pada makalah ini mengenai sejarah perkembangan dan alirann-aliran ilmu ushul fiqh. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana dan kapan ushul fiqh itu ada. Penelitian ini menyelidiki sejarah perkembangan Ushul fiqh, aliran dalam ushul fiqh, serta karya ilmiah pada bidang ushul fiqh. Ushul Fiqh merupakan ilmu hukum islam di bidang amaliyah praktis; bidang kajian usul fiqh merupakan persoalan yang praktis bukan dalam bidang tauhid/iktiqad, Ushul Fiqh merupakan prosedur yang terukur bagi fuqaha dalam menjalankan istinbat hukum. Metode yang digunakan fuqaha merupakan aplikasi 1

Al-Fiqh Al-Islami written by Muhammad Akram Nadwi is a collection of the fiqh (Islamic jurisprudence) of Imam Abu Hanifa and his school of thought. This work covers rulings of Hanafi Fiqh alongside the examples from current day issues. The author, generally, follows traditional subdivision and ordering of topics regarding Islamic jurisprudence, throughout his work. First volume of this compilation consists of three main topics: purification (ṭahāra), prayers, funerals.

Buku ini mengkaji tentang metode istinbath hukum Islam; khususnya bagaimana pemahaman dan penyimpulan hukum dari nash (Alqur’an dan alsunnah) dengan pendekatan bayani (kaidah-kaidah lughawiyah). Dalam buku ini, penulis menyajikan secara konprehensif teori-teori kebahasan dari para ulama ushul , wacana dan perdebatan (dialog), formulasi dan kaidah-kaidah, dan kemudian diikuti dengan menyajikan contoh-contoh penerapan yang lengkap, baik dari ayat-ayat Alquran ataupun hadis Nabi SAW. Buku ini memuat sembilan pokok bahasan utama. Bab pertama membahas tentang metode istinbath dan pengertian dan perbedaan ushul fiqh dengan fiqh. Bab kedua membahas tentang hukum syara’, yang diawali dengan pembahasan tentang pengertian hukum kemudian dilanjutkan dengan pembagian, kemudian diakhiri dengan pembahasan tentang hakim , mahkum fih, dan mahkum ‘alaih. Bab ketiga membahas tentang perintah, larangan, dan pilihan (amr, nahuyu, tahyir). Bab keempat membahas tentang cakupan luasan dalil yang meliputi ‘Am, khas , mutlaq, muqayyad . Bab kelima membahas tentang tingkat kejelasan dalil, yang meliputi tentang dalil yang jelas dan dalil tidak jelas. Dan bab keenam membahas tentang dalil yang tersurat dan tersirat (mantuq dan mafhum). Bab ketujuh membahas tentang tingkat petunjuk lafaz seperti ‘ibarat, isyarah , dalalah, dan iqtidha’. Bab delapan membahas tentang metode penyelesaian dalil yang kontradiktif. Kemudian buku ini ditutup dengan bab Sembilan, yang membahas tentang perkembangan ushul fiqh dari zaman ke zaman, kemudian dipungkasi dengan pembahasan tentang model penulisan kitab-kitab ushul fiqh.

Makalah Ushul Fiqh (FULL MATERI)

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Alhamdulillah, segala puja serta syukur atas segala nikmat yang tercurahkan kepada kita sebagai hamba Tuhan yang memberi kita kesempatan untuk menghirup kembali udara yang bebas. Yang memberi kita kemampuan untuk membaca, yang mengajarkan kita lewat perantara-perantara-Nya seperti al-qolam.

This article studies the concept of dhawâbit fiqhiyyah and its applicatioan in the business transactions issue according to the view of Ibnu Nujaim al-Hanafi. This study aims to reveal the meaning of the concept of dhawâbit fiqhiyyah, its position in the formulation of  Islamic law, and its possibility to be source of dalil or hujjah to formulate the fatwa. The methodology of study in this article is mostly through the analysis of classical as well as modern sources regarding the concept of dhawâbit fiqhiyyah. The application of some kinds of dhawâbit fiqhiyyah  is also included in the discussion of this topic. The finding shows that Ibnu Nujaim al-Hanafi has important role in the spread of this field of knowledge. There are some dhawâbit fiqhiyyah produced by him can be applied to clarify some business transactions issues in this modern era.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

Pada dasarnya, dalam memahami sebuah dalil bukan hanya berdasarkan sah tidaknya dalil tersebut. Selain itu perlu adanya pemahaman terhadap maksud yang terkandung dalam dalil. Pemahaman ini bisa jadi bersifat mutlak/final, dalam artian ia tidak memiliki makna lain melainkan maksud yang tersurat, atau bisa bermulti makna sehingga perlu pendalaman lebih lanjut.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA 2020 ii KATA PENGANTAR ‫الرحيم‬ ‫الرحمن‬ ‫الله‬ ‫بسم‬ Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, maunah serta inayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Shalawat serta salam, penulis haturkan kepada junjungan kita sang baginda Nabi Muhammad Saw. Yang telah mengangkis kita dari alam kejahiliyahan menuju alam yang serba dengan keilmuan serta memberikan nuansa baru bagi kehidupan ummat manusia. Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, banyak hambatan atau kendala-kendala yang harus penulis hadapi, namun semua dapat teratasi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ushul Fiqh; bapak Bahrul Huda.

يحاول هذا البحث أن يجلّي مفهوم المقاربة الفقهية، مع معالجة مسألة حصر آيات الأحكام وأسباب الخلاف في عددها، وسيُجمل بعد ذلك تاريخ وتطور المقاربة الفقهية ليصل إلى مسألة شديدة الأهمية وهي أثر القرآن في تطور الصنعة الفقهية، وسيوضح التداخل الذي وقع بين التفسير وقواعده والفقه، ثم سيختم بمثال نموذجي نراه يوضح مقاصد البحث ويكشف عن أهمية المقارنة التاريخية والتحليلية للتفاسير عامة والتفاسير الفقهية خاصة مما يصلح مدخلاً للتفكير بتاريخ العقل التفسيري وتطور تقنيات التفسير.

Zakat adalah kewajiban keagamaan atas harta yang diusahakan oleh seorang muslim. Untuk mengoptimalkan pengelolaan dan merealisasikan maqashid, agama Islam menunjuk pemerintah sebagai penanggungjawab tata kelola ibadah zakat. Regulasi yang ada saat ini dan penjelasan kitab-kitab fiqih belum sepenuhnya menjawab persoalan yang salah satunya disebabkan oleh perubahan keadaan, dimana perubahan tersebut menuntut perubahan atau perumusan hukum yang baru. Tulisan ini bertujuan menyelesaikan persoalan yang mengitari pelaku usaha perkebunan sayur hidroponik dengan memberikan jawaban yang pasti mengenai ketentuan syarat dan tata cara zakat yang harus mereka keluarkan. Berdasarkan pendekatan normatif baik agama dan negara serta metode kualitatif deskriptif, maka ketentuan zakat usaha perkebunan sayur dengan teknologi hidroponik mengikuti zakat perdagangan, yakni dengan nishab 85 gram emas, kadar 2,5%, dan ditunaikan setelah haul. Untuk itu, perlu diadakan pembaruan terhadap regulasi dan memperbanyak riset-riset syariah seputar zakat.

Kesimpulan tulisan ini bersumber dari gagasan coach dan atasan langsung penulis di LAZNAS IZI, Ust H. Mohamad Suharsono, Lc., M.E.Sy., yang selanjutnya penulis ajukan sebagai tugas mata kuliah Islamic Social Finance di Institut Tazkia, Bogor, dengan Ust Ascarya, M.B.A., Ph.D. sebagai dosen pengampu.

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.

This article is a research on the relevance of science to the differences of qiraat regarding wudhu' in Surah al-Maidah, verse 6. The focus of the research is on the differences of perspectives in qiraat depending on the act of al-ghaslu or al-mashu to our feet and its wisdom with scientific discoveries. The data of this article are collected through library research together with textual analysis and science. Research shows that the majority of scholars agreed upon the act of al-ghaslu while Syiah agreed upon the act of al-mashu. However, the majority of scholars explain that the act of al-mashu refers to the act of sweeping the khuf. The relevance of science shows that the act of al-ghaslu and al-mashu are useful towards our body and emotion. Abstrak Artikel ini adalah mengkaji relevansi sains terhadap perbezaan qiraat berkaitan ayat wudhuk, surah al-Māidah, ayat ke-6. Kajian menumpukan perbezaan qiraat dari dua wajah qiraat sama ada dengan perbuatan al-ghaslu atau al-mashu pada anggota kaki dan hikmahnya dengan penemuan sains. Semua data untuk artikel ini diperolehi melalui kajian perpustakaan dengan menggabungkan analisis tekstual dan sains. Hasil kajian menemukan perbuatan al-ghaslu merupakan pendapat jumhur para ulama, sementara al-mashu pula pendapat Syiah.Walau bagaimanapun jumhur ulama menjelaskan al-mashu merujuk kepada perbuatan menyapu khuf. Relevansinya dengan sains menemukan bahawa perbuatan al-ghaslu dan al-mashu adalah sangat bermanfaat kepada tubuh badan serta emosi. 1.0 PENDAHULUAN Wudhuk merupakan salah satu cara bersuci sebagaimana yang diaturkan oleh Allah SWT. Tidak sah solat tanpa wudhuk.Hubungan wudhuk dengan air sangat rapat kerana sifat alami air adalah bersih suci dan bersifat menyuburkan tanah yang telah gersang (al-Furqān, 25: 48&49).Oleh itu air yang diguna untuk taharah merupakan ibadah bagi 'membersihkan' hadas kecil, sekiranya air tidak ada barulah dengan altenatif lain digunakan, tayamum. Semua penyucian itu memiliki tujuan yang sama, menyucikan diri dan lebih layak untuk taqarrub kepada Allah SWT (Yunasril Ali, 2012: 43). Kepentingan bersuci semakin nyata ketika Islam menggariskan langkah pertama untuk masuk Islam adalah mandi, barulah mengucap dua kalimah syahadah.Semua itu menjurus kepada kebersihan dan kesucian lahiriah mahupun batiniah. Oleh kerana wudhuk merupakan perintah dari Tuhan, maka terdapat hikmah dan falsafah yang terkandung di sebalik pensyariatannya. Menurut Agus N. Cahyo banyak golongan terutamanya orang Barat, bahkan orang Islam yang cenderung aliran liberal menilai agama Islam tidak rasional, hanya tertumpu pada ibadah sahaja tanpa ada nilai ilmiahnya. Justeru dengan penemuan ilmiah kaitan ibadah dan sains menjadikan seseorang lebih yakin, ini kerana kadangkala perintah ibadah tidak dilihat ilmiahnya, menjadi alasan mereka tidak mahu melakukan seperti orang Islam yang lain (2012: 11). Memang apa jua ibadah ia dianggap pengabdian hamba kepada Tuhannya, namun bagi mereka yang sentiasa memikirkan kerasonalan antara ibadah dan sains, ia mampu memberi input yang berguna dalam keyakinan mereka kepada syariat. Sehubungan itu hubungkait sains dan al-Quran bukanlah ujikaji terhadap Tuhan kerana Tuhan adalah Maha Sempurna, tidak memerlukan bantuan dari pihak lain. Kenyataan ini dikuatkan oleh Ramli Awang & Nasir Ripin (2008: 17) kerana Tuhan bukanlah fenomena alam, tidak ada satu pun ujikaji yang dapat menguji andaian (hypothesis) tentang Dia. Syaikh Mahmud Syaltut, bekas Syaikh al-Azhar dalam pendahuluan tafsimya menyebut, "Allah tidak menurunkan Al-Quran untuk memberitahu kepada manusia teori-teori saintifik dan teknik-teknik teknologi.Apa jua yang disebutkan dalam al-Quran berhubung dengan rahsia-rahsia penciptaan dan fenomena alam

al-haitami-an-architectof-integration-in-islamic-intellectual-tradition This article attempts to depict the nature of a typical/archetypal Sunni scholar, taking Ibn Ḥajar al-Haitamī (909 A.H/1503 C.E-974/1566) as an example. An archetypal scholar-as labelled by Aaron Spevack-is a jurist, theologian, and mystic adhering to any established school of the three branches of Islamic intellectual history.[i] Ibn Ḥajar was a Shāfiʿī jurist, Ashʿarī theologian, and a Sufi disciple of Zakariyyā al-Anṣārī (823 A.H/1420 C.E-926/1520)), a renowned Mamluk scholar. Let me make it clear that my focus on Ibn Ḥajar here does not mean that such a synthesis did not exist among the scholars of other schools like Ḥanafī or Ḥanbalī.

Mustaqim, M.Pd. (Dosen Tidak Tetap FTIK IAIN Salatiga_2020) Mengambil sikap dalam menentukan hukum syari'at baik taklifiy maupun wadh'iy terhadap pelaksanaan ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh dalam keadaan mewabahnya pandemi virus covid-19 seperti saat ini, yang perlu kita kaji di antaranya sebagai berikut; 1. Sholat jum'at; 2. Dzikir dan do'a bersama; 3. Menuntut ilmu di majlis ta'lim; 4. Mushofahah (bersalaman); 5. Menolak jenazah terpapar covid-19. 1. Penyelenggaraan Shalat Jum'at Secara Taklifiy hukum sholat jum'at adalah fardhu 'ain, kefardhuan yang digariskan oleh al-hakim dan al-syari' tersebut dikhususkan bagi setiap muslim laki-laki, dimana ia dalam lapangan al-hukmu al-syar'iy berkedudukan sebagai mahkum' 'alaih (subjek hukum) yang berstatus mukallaf. Namun dikarenakan ada lain suatu hal, sehingga ia tidak boleh keluar rumah karena ada ancaman mewabahnya Covid-19 yang sedang melanda, yaitu potensi penyebaran virus menjadi tinggi ketika satu sama lain saling mengadakan contact langsung tanpa ada pembatasan sosial, selain itu juga adanya himbauan dari pemerintah untuk tidak keluar rumah dan menghindari kegiatan yang melibatkan kerumunan masa, maka dalam hal ini, hukum pelaksanaan sholat jum'at berubah menjadi terperinci berdasarkan hukum wadh'iy yang bergulir mengiringinya, antara lain : a. Jika dalam suatu wilayah didapati ada orang positif terpapar virus corona sehingga wilayah tersebut dinyatakan darurat covid, maka penyelenggaraan/ pelaksanaan sholat jum'at tidak wajib dilakukan dan diganti dengan shalat dzuhur di rumah. Hal tersebut disebabkan karena adanya kemadharatan yang nyata di tengah-tengah kita, kaidah fiqhnya: ‫المصلحة‬ ‫المحققة‬ ‫مقدم‬ ‫ة‬ ‫الموهومة‬ ‫المفسدة‬ ‫على‬ "Kemaslahatan yang nyata wajib didahulukan dari pada mafsadah yang belum nyata". Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Hukum taklify-nya adalah "wajib", hukum wadh'iy-nya adalah adanya "sebab" berupa "kemadharatan". b. Jika dalam suatu wilayah didapati ada orang berstatus ODP dan atau PDP yang tidak dikarantina, sehingga wilayah tersebut dinyatakan belum sampai berstatus darurat covid, maka pelaksanaan sholat jum'at wajib dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. ‫النادرة‬ ‫أو‬ ‫الموهومة‬ ‫المفاسد‬ ‫وقوع‬ ‫من‬ ‫خوفا‬ ‫الغالبة‬ ‫أو‬ ‫المحققة‬ ‫المصالح‬ ‫تعطيل‬ ‫يجوز‬ ‫ال‬

This paper attempts to describe the importance role of fataawa in Islamic rulings. As known, fataawa is mentioned in study of Usool Fiqh. Fataawa is related to the person who giving fataawa. It is performed by the scholar who has knowledge which called as Muftee. The elucidation about the status and the role of fataawaa in Islamic law will be explain in this paper.

Keywords: Fataawa, Usool Fiqh, Islamic rulings, Muftee

Waqf is the property donated for religius or community use. Waqf in Indonesia is one of the Islamic institutions which related closely with people prosperity and has institutionalized  for a long time. It has became attention by Indonesian Goverment since Sultanate period until now. And it proven by laws about waqf deciding by Indonesian Goverment. The Indonesian Waqf Law number 41 year 2004 is the first law in Indonesia specifically explain about waqf. It is one of fiqh production wrote in Indonesian law. While fiqh was born through Islamic law methodology called by Ushul Fiqh. The relevance between the Indonesian Waqf Law number 41 year 2004 with methodology of  law decicion theory in Ushul fiqh, is the articles of The Indonesian Waqf Law number 41 year 2004 have a methodological foundation is methodology of  law decicion theory in ushul fiqh. Some methodological theories used in the articles of The Indonesian Waqf Law number 41 year 2004 such as the qiyas theory, Istiḫsȃn, mashlaḫah, sadd adz dzarȋ’ah, fath adz dzarȋ’ah and 'Urf. It means that ushul fiqh engaged extensively in The Indonesian Waqf Law number 41 year 2004, from methodology of  law decicion theory to implementation. As a product of contemporary Islamic law in Indonesia, The Indonesian Waqf Law number 41 year 2004 put ushul fiqh as a method in Islamic law by using methodology of  law decicion in it as a foundation on which most of the chapters in it.

يتناول هذا البحث المسائل الفقهية المتعلقة بمدة المسح على الخفين ، حيث إن الثابت عن النبي- صلى الله عليه وسلم- أنه وقَّت للمقيم أن يمسح يوما وليلة وللمسافر ثلاثة أيام بلياليهن ، فالبحث يتناول بداية هذه المدة ونهايتها مع حسم خلاف العلماء في ذلك ، كذلك تعرض البحث لتغير هذه المدة بتغير أحوال المسافر ، فإذا ما شرع بالمسح مسافراً ثم أقام ، أو العكس فما المدة الشرعية المعتبرة إذ ذاك للمسح ؟ ، كما تعرض البحث للكلام عن مدة المسح المعتبرة شرعاً لأصحاب الأعذار ، وختم البحث بالحديث عن أثر انتهاء هذه المدة على المسح نفسه وعلى طهارة الماسح ، ولا يخفى علينا أهمية هذه المسائل لعامة المسلمين وخاصتهم ، وقد توصلت إلى نتائج كثيرة من خلال ما درسنا في هذا البحث من أهم هذه النتائج : تبدأ هذه المدة _ المسح على الخفين _ من أول مسح بعد الحدث، من أقام بعدما شرع في السفر وبدأ المسح مسافراَ فإنه يكمل مسح مقيم ، وكذلك من سافر بعدما مسح مقيماً فإنه يكمل مدة المسح كمسافر إذ العبرة بحاله أثناء المسح، إذا انتهت مدة المسح للمقيم أو المسافر لا تبطل طهارة القدمين وبالتالي فلا تبطل طهارة الوضوء وللماسح أن يصلي حتى ينتقض الوضوء .

Whipping is a punishment method commonly practiced in educating that is deeply rooted in the Malaysian society. However, there are inclinations on banning this educational punishment on children, for example as in Article 29 of the Children Rights Convention. The objective of this paper is to review the historical practice of educational whipping punishment in Malaysia while making use of local wisdom in finding a middle ground of practicing whipping in schools. Hence, a qualitative method was adopted in this research by referring to primary sources from the Malaysian Education Ministry and to secondary sources such as academic articles. The data collected was analysed using thematic and descriptive approaches. The findings indicate that the objectives, as commented by the Committee of the Rights of Children in 2001, was not fully accepted. This shows that the element of local wisdom in balancing the punishment practice and the guidelines are also constructed in line with Islamic Legislation.

The use of talfiq method is debatable among some scholars because it has the potential to create a new law from the existing one determined by the Imam of Madzhab. This study aims to investigate how effective the MUI talfiq manhaji method is in responding to the worship issues during the corona virus disease 2019 (COVID-19) pandemic. This research employs a descriptive-qualitative method by explaining the MUI statement determination method with in-depth analysis, then linking it to the Imam Mujtahidin statement in Islamic law. The results indicate that the talfiq manhaji method used by the MUI is effective in reducing public anxiety, especially related to worship procedures during COVID-19 pandemic. Talfiq manhaji method is a paradigmatic breakthrough addressing the challenges which can be reported and accounted for in normative and social way as well.

Penelitian ini  mendiskripsikan  dan  mengkaji  mengenai  beberapa  permasalahan yang  ada  di  Desa  Kaligono  Kaligesing  Purworejo,  fokus  penelitian  ini  pada kegiatan  masyarakat  dimana  ketikamasyarakat  Kaligono  membutuhkan  uang dalam  jumlah  yang  besar  mereka  melakukan  praktik  gadai  tanah  kebun.  Hal  itu dilakukan semata-mata karena kebutuhan yang sangat mendesak dan memerlukan dana  secepatnya.  Sedangkan  proses  gadai  tersebut  dilakukan  dengan  cara  yang sederhana  yaitu  pemilik  kebun    yang  akan  menggadaikan  kebunnya  kepada penggadai  yang  akan  memberikan  pinjaman  uang. Dari  latar  belakang  di  atas, maka  timbul  permasalahan  yang  akan  menjadi  fokus  kajian  penelitian  dalam penulisan  pada artikelini  adalah:  Apakah  Praktik  Gadai  Tanah  kebun di  Desa Kaligono Kaligesing Purworejosesuai dengan Hukum Islam?. Jenis penelitian ini adalah:  Merupakan  penelitian  lapangan (Field  Research) yang  sumber  data utamanya  diperoleh  dengan  melakukan  penelitian  langsung  dilapangan  yaitu: Dari  pelaksanaan  Praktik  Gadai  Tanah  Perkebunan  di  Desa  Kaligono  Kaligesing Purworejoyang  terjadi  pada  masyarkat  Desa  Kaligono  yaitu  hasil  dari pemanfaatan  kebun  yang  menjadi  barang  jaminan  gadai  adalah  hak  milik sepenuhya  dari  pihak  yangmenerima  gadai murtahin,  dan  hal  ini  diperbolehkan oleh Imam Syafii.

Kata kunci:Gadai, Tanah Kebun

Imam Nawawi memperbolehkan jual beli buah sebelum layak panen dengan syarat harus dipetik dan buah yang dipetik tersebut harus memiliki kemanfaaan bagi manusia. Dalam hal ini beliau secara teks, hukum yang diterapkan oleh Imam Nawawi tersebut bertentangan dengan hadis Nabi, pemikiran beliau tidak serta merta meninggalkan hadis, justru beliau mendatangkan Hadis yang secara tidak langsung memberikan indikasi bahwa hukum jual beli buah sebelum layak panen diperbolehkan dengan syarat buah yang dibeli harus dipetik secara langsung.

A. Pengertian Ilmu Fiqih Kata Fiqih berasal dari Bahasa arab yang secara etimologis berarti al-fahmu atau pemahaman. Sedangkan secara epistemology, arti kata Fiqih adalah ilmu atau pengetahuan mengenai hukum-hukum syari'ah yang berdasarkan kepada dalil-dalilnya yang terperinci. Jadi, Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syari'at Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun kehidupan manusia dengan tuhannya. Fikih membahas tentang cara beribadah dan muamalah, sesuai yang tersurat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat mazhab dari Sunni yang mempelajari tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih. Sebagian ahli fikih membagi 4 pembahasan utama, yakni; rubu' ibadat, rubu' mu'amalat, ru'bu munakahat, dan ru'bu djinajat. Namun sebagian ahli fikih lainnya membagi pembahasan fikih pada dua aspek saja, yaitu ru'bu ibadat dan ru'bu mu'amalat. B. Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqih ➔ Periode Rasulullah SAW Pada hakikatnya, ilmu fikih muncul dan berkembang di masa nabi Muhammad SAW, karena nabilah yang memiliki wewenang atas dasar wahyu untuk mentasyri'kan hukum dan berakhir dengan wafanya nabi. Pada masa ini, fiqih Islam mulai tumbuh dan membentuk dirinya menjelma kealam perwujudan. Dan masa ini juga disebut periode risalah karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada masa ini, permasalahan ini diserahkan sepenuhnya kepada nabi Muhammad SAW. Sumber hukum Islam saat itu adalah wahyu dari Allah SWT dan perilaku nabi.

MANHAJ USHUL FIQH IBNU TAIMIYYAH PENDAHULUAN Kajian tentang ushul fiqh kian hari semakin mengalami perkembangan, dimulai dari pengumpulan kaidah-kaidah yang terpisah menjadi suatu himpunan yang berdiri sendiri dalam satu kitab yang dikarang oleh Abu Yusuf, namun kitab ini tidak pernah sampai kepada kita semua. Selanjutnya masa puncaknya pada masa imam Asy-Syafi'I yang dinobatkan sebagai pencetus ilmu ushul fiqh dengan mengadakan kodifikasi kaidah-kaidah dan kajian ilmu ini menjadi suatu kumpulan yang berdiri sendiri, sistematis, dan masing-masing kaidah diperkuat dengan dalil dan segi analisisnya sebagaimana diriwayatkan oleh Rabi' Al-Muradi. Selain itu, bermunculanlah banyak mazhab dan manhaj ushul yang beragam, baik yang beraliran sunni maupun syi'ah, namun diantara sekian banyak mazhab yang ada, menurut ahlussunnah wal jama'ah hanya terdapat empat mazhab yang mampu eksis hingga saat ini yaitu mazhab hanafi, maliki, syafi'i, dan hambali.