Laporan Praktikum Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air
Teknologi & Manajemen Perikanan Budi Daya
Departemen Budi Daya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2014
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Bahan Kimia
(Chemical Water Quality Management With Chemical Materials)
Kelompok 6
Muhammad Agung (C14120001), Lasmaria Manik (C14120004), Savni Retalia S (C14120023),
Khoirul Umam (C14120031), Ruwaidah H (C14120047), Tiky Setyawany (C14120065), Acep
Muhamad Hidayat (C14110076), Irma Herwanti (C14120080), Asda Wittah (C14120099)
Asisten :
Nurul Wulandari
Abstrak
Air merupakan bahan yang selalu terikat dengan kehidupan ikan. Sifat air yang mengalir
melewati tanah atau terpresipitasi melalui hujan menjadikan air bersifat dinamis. Berbagai bahan
limbah buangan dapat masuk kedalam perairan dengan mudah kapan saja. Dalam budidaya
tentunya perubahan kualitas air akan mengganggu kelangsungan kehidupan ikan. Praktikum kali
ini bertujuan untuk melihat jenis bahan kimia apa serta dosis yang baik untuk memanajemen
kualitas kimia air yaitu Fe dan Mn. Metode ini menggunakan dosis EDTA yang beragam yaitu 5
ppm, 7.5 ppm, 10 ppm, 12.5 ppm, 15 ppm. Hasil memperlihatkan bahwa pada dosis 5 ppm, kadar
Fe (besi) turun berangsur-angsur yaitu sebesar 91,73111243%. Begitu pula dengan Mn, EDTA
mampu menurunkan hingga -16,76335878%. Hal ini menunjukan pada dosis 5 ppm EDTA efektif
mampu mengatasi kadar Fe dan Mn dalam suatu perairan.
kata kunci: Air, EDTA, dosis, jenis bahan, Fe dan Mn
Abstract
Water is a substance that is always tied to the life of the fish . Properties of water that
flows through the ground or precipitated by rain water make dynamic. Various materials can be
entered into the waste waters with ease anytime . In the course of aquaculture water quality
changes will disrupt the continuity of the life of the fish . Practicum is aimed to see what kind of
chemicals as well as a good dose for managing chemical quality of the water that Fe and Mn . This
method uses a diverse EDTA dose is 5 ppm , 7.5 ppm , 10 ppm , 12.5 ppm , 15 ppm . The results
showed that at a dose of 5 ppm , the levels of Fe ( iron ) decreased gradually in the amount of
91.73111243 % . Similarly, Mn , EDTA is able to reduce up to -16.76335878 % . This shows at a
dose of 5 ppm EDTA effectively mitigate the levels of Fe and Mn in the water
keyword: EDTA, dose, Fe and Mn, kind of material , and Water,
PENDAHULUAN
Budidaya
perikanan
merupakan
kegiatan untuk memproduksi ikan atau
udang.
Kegiatan
ini
memerlukan
keterampilan khusus yang dapat membuat
budidaya tetap berjalan. Salah satu yang
harus diperhatikan dalam budidaya yaitu
kualitas air. Kualitas air mencakup kualitas
fisik dan kualitas kimia. Kualitas air sangat
mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan.
Air merupakan lingkungan dari ikan, oleh
karena itu kualitas air harus sesuai dengan
kondisi optimum ikan sehingga pertumbuhan
ikan akan baik (Effendi, H. 2003)
Kualitas air merupakan istilah yang
biasa digunakan untuk menggambarkan
kualitas atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya : air minum,
perikanan,
pengairan/irigasi,
industri,
rekreasi, budidaya dan sebagainya. Kualitas
air harus dikelola agar menjamin keamanan
dan kelestarian dalam penggunaannya.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu
atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu Dengan
demikian, kualitas air akan berbeda dari
suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai
contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi
berbeda dengan kualitas air untuk keperluan
air minum. Kualitas air harus di uji terlebih
dahulu untuk mengetaui kualitasnya.
Pengujian kualitas air yang biasa dilakukan
yaitu dengan uji kimia, fisika, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna) (O-fish 2009).
Menurut O-fish, (2009), lima syarat
utama kualitas air bagi kehidupan ikan
adalah : Rendah kadar amonia dan nitri,
Bersih secara kimiawi, Memiliki pH,
kesadahan, dan temperatur yang sesuai,
Rendah kadar cemaran organik, dan Stabil.
Air sangat mudah terpengaruh oleh berbagai
faktor baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal, di antaranya adalah wadah
air itu sendiri (jenis wadah/tanah, tekstur
tanah, kandungan bahan organik, konstruksi,
bentuk dan ukuran kolam), kondisinya,
organisme yang tersedia ada dan yang
ditanam serta vegetasi di sekitarnya.
Sedangkan secara eksternal, lingkungannya
seperti sumber air (tawar, payau, asin),
cuaca / musim dan cara / sistem
pengelolaannya
seperti
monokultur,
polikultur, mixed farming, tradisional, ektensif
dan intensif.
Cemaran pada air bisa berasal dari
berbagai sumber, yaitu; berasal dari sumber
air yang digunakan, dari lapukan dekorasi
asesori akuarium, cat, lem dll, dan juga
berasal dari binatang dan tanaman akuarium
itu sendiri. Beberapa bahan cemaran yang
biasa dijumpai pada sumber air, diantaranya
: Tembaga (copper), Nitrat atau fosfat,
Klorin, Kloramin, dan Pestisida. Selain itu
banyak logam-logam berat yang terdapat di
perairan yang mengganggu kehidupan ikan.
Kadar logam berat tinggi diketahui dapat
merusak
jaringan
ikan
sehingga
menyebabkan kematian. Meskipun demikian
kebanyakan kasus akibat logam berat justru
terjadi pada ingkat kontaminasi logam berat
rendah.
Kadar
logam berat dapat
mempengaruhi berbagai perilaku ikan,
seperti perilaku berenang, makan dan kawin
(Dahuri,R & A. Damar. 1994.).
Dengan demikian sangat diperlukan
adanya kontrol dan usaha dalam menjaga
kelestarian dan kualitas air. Sehingga perlu
dilakukan
pengukuran
agar
dapat
mengetahui
kualitas
dari
perairan.
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu, yang pertamana
adalah pengukuran kualitas air dengan
parameter fisika dan kimia, sedangkan yang
kedua
adalah
pengukuran
dengan
menggunakan parameter biologi (Effendi, H
2003).
Tujuan praktikum kali ini adalah
menentukan jenis bahan dan dosis treatment
yang paling efektif dalam memanajemen
logam berat di perairan budidaya.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Rabu 05 November 2014 sampai tanggal 12
November
2014
di
Laboratorium
Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan
(BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
toples, gelas piala stopwatch dan adukan,
sedangkan bahan yang digunakan adalah
Fe, Mn dan air sampel kolam BDP.
METODE KERJA
Disediakan 2 toples masing-masing
diberi 500 ml Fe dan Mn tanpa perlakuan
bahan kimia sebagai kontrol. Sebanyak 50%
jumlah kelompok toples diisi dengan 500 ml
larutan Fe dan sebanyak 50% jumlah
kelompok diisi dengan 500 ml larutan Mn.
Masing –masing kelompok tambahkan
dengan masing-masing bahan kimia sesuai
dosis kontrol, 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm, 12,5
dan 15 ppm. Toples diaduk selama 15 menit
kemudian diamkan. Kemudian pengukuran
kadar Fe atau Mn masing-masing air larutan
sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut ini merupakan tabel hasil
pengukuran kadar Fe dan Mn dengan
konsentrasi yang berbeda-beda,
Tabel 1 Kadar Fe dan Mn
Para
meter
kimia
air
Fe
Mn
Baha
n
Kimia
uji
Konsentr
asi (ppm)
-
Kontrol
Hasil pengukuran
kadar bahan uji
pada minggu ke(mg/l)
1
2
6,664
6,664
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
EDTA
5
7,5
10
12,5
15
Kontrol
5
7,5
10
12,5
15
5,043
4,657
5,019
4,661
4,681
6,537
6,550
6,491
6,480
6,313
6,379
0,417
1,063
1,835
1,819
1,237
6,537
7,648
7,155
7,328
7,284
7,441
Penurunan
Kadar bahan
uji (%)
0
91,7311
77,1741
63,4389
60,9740
73,5740
0
-16,7633
-10,2295
-13,0864
-15,3809
-16,64837
Berdasarkan tabel hasil pengukuran
kadar Fe dan Mn diatas dapat disimpulkan
bahwa penurunan kadar bahan uji terbesar
pada Fe adalah dengan EDTA dengan
konsentrasi 5 ppm dengan penurunan
91,73111243% dan kadar terendah adalah
EDTA dengan konsentrasi 12,5 ppm dengan
penurunan 60,97403991%. Sedangkan
penurunan kadar bahan uji terbesar pada Mn
adalah EDTA dengan konsentrasi 5 ppm
dengan kenaikan 16,76335878% dan kadar
terendah adalah EDTA dengan konsentrasi
7,5 ppm dengan kenaikan 10,22954861%.
Pembahasan
Besi atau Ferrum (Fe) dapat
mengalami oksidasi dan berikatan dengan
hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat
tidak larut dan mengendap (presipitasi) di
dasar perairan dan membentuk warna
kemerahan di substrat dasar pada pH sekitar
7,5 – 7,7. Semakin rendah nilai pH suatu
perairan, maka semakin tinggi tingkat
kelarutan besi. Salah satu fungsi besi adalah
sebagai pembentuk hemoglobin dalam darah
ikan (Effendi 2003).
Mangan (Mn) merupakan kation
logam yang memiliki karakteristik kimia sama
dengan besi. Peningkatan nilai pH menjadi
9–10 dapat menyebabkan Mg berpresipitasi
dalam bentuk yang tidak terlarut. Mangan
berperan dalam proses pertumbuhan dan
merupakan salah satu komponen penting
pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat
mengakibatkan pertumbuhan terhambat
serta terganggunya sistem saraf dan proses
reproduksi ikan. Selain itu, mangan juga
berfungsi sebagai pengendali kadar unsur
toksik di perairan, misalnya logam berat
(Effendi 2003).
Kandungan Fe yang berlebih di
perairan akan berbahaya apabila Fe
berikatan dengan H2S pada kondisi anaerob
yang akan menghasilkan pirit yang
diperkirakan menurunkan pH dan potensial
redoks
sehingga
dapat
bersifat
toksik.Toksisitas Fe biasanya mengganggu
sistem
respirasi
sehingga
dapat
menimbulkan kematian organisme perairan
50-75%. Selain itu kandungan Fe yang
berlebih juga akan mengubah warna
perairan menjadi merah kecoklatan dan
berbau (Ika et al 2012). Kandungan Mn yang
berlebih menyebabkan perairan berwarna
kekuningan dan menyebabkan toksik
terutama mengganggu sistem neurologi
(Syofyan et al 2011).
Kesadahan pada awalnya ditentukan
dengan titrasi menggunakan sabun standar
yang dapat bereaksi dengan ion penyusun
kesadahan. Dalam perkembangannya,
kesadahan ditentukan dengan titrasi
menggunakan EDTA (Ethylene Diamine
Tetra Acetic Acid) atau senyawa lain yang
dapat bereaksi dengan kalsium dan
magnesium (Daud, Anwar. 2007).
Metode Titrasi EDTA merupakan salah
satu metode yang digunakan untuk
mengukur kesadahan di dalam air
menggunakan EDTA (Ethylene Diamine
Tetraacetic Acid) atau garam natriumnya
sebagai titran. EDTA membentuk ion
kompleks yang sangat stabil dengan Ca2+
dan Mg2+, juga ion-ion logam bervalensi dua
lainnya. Ethylen diamin tetra acetic acid
(EDTA) dengan dosis 0,02-0,1% memiliki
kemampuan mengendapkan logam berat,
termasuk Ca dan Mg (O-fish. 2003). EDTA
merupakan senyawa kompleks khelat yaitu
dengan
rumus
molekul
(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. EDTA
merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas dipergunakan untuk
mengikat ion logam logam bervalensi dua
dan tiga. EDTA mengikat logam melalui
empat karboksilat dan dua gugus amina.
EDTA membentuk kompleks kuat terutama
dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III)
(Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010). EDTA
senyawa yang mudah larut dalam air, serta
dapat diperoleh dalam keadaan murni.
Tetapi dalam penggunaannya, karena
adanya sejumlah tidak tertentu dalam air,
sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu.
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul
tersebut mengandung baik donor elektron
dari atom oksigen maupun donor dari atom
nitrogen sehingga dapat menghasilkan
khelat bercincin sampai dengan enam
secara serempak (Khopkar, 1990 dalam
Ginoest, 2010).
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+
dapat ditentukan melalui titrasi dengan
EDTA sebagai titran dan menggunakan
indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan
molekul
netral
yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan yang
mendasari terbentuknya kompleks adalah
tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA biasa dikenal sebagai asam etilen
diamina tetraasetat, mengandung atom
oksigen dan nitrogen yang efektif dalam
membentuk kompleks yang stabil dengan
logam lain yang berbeda. EDTA adalah ligan
yang dapat berkoordinasi dengan satu ion
logam melalui dua nitrogen dan satu
oksigennya. EDTA juga dapat berlaku
sebagai ligan kudentat dan konsidentat yang
membebaskan satu atau dua gugus oksigen
dari reaksi yang kuat dengan logam lain
(Brady, 1994 dalam Ihsan, 2011).
EDTA membentuk satu kompleks kelat
yang dapat larut ketika ditambahkan ke
suatu larutan yang mengandung kation
logam tertentu. Jika sejumlah kecil
Eriochrome Black Tea atau Calmagite
ditambahkan ke suatu larutan mengandung
kalsium dan ion-ion magnesium pada satu
pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna
merah muda. Jika EDTA ditambahkan
sebagai satu titran, kalsium dan magnesium
akan menjadi suatu kompleks, dan ketika
semua magnesium dan kalsium telah
manjadi kompleks, larutan akan berubah dari
berwarna merah muda menjadi berwarna
biru yang menandakan titik akhir dari titrasi.
Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi.
Untuk mememastikankan ini, kompleks
garam magnesium netral dari EDTA
ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah
dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom
Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12,
Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan
indikator murexide. Adanya gangguan Cu
bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di
masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan
bersama NaCl padat kadangkala juga
digunakan
sebagai
indikator
untuk
penentuan Ca ataupun hidroksinaftol.
Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi
dengan Mg, oleh karena itu EDTA
direkomendasikan (Ginoest, 2010).
Kadar zat besi
(Fe) sangat
diperlukan untuk menjaga warna perairan
dan zat besi dimasukan kedalam air melalui
bahan-bahan yang digunakan dalam
manajemen lingkungan budidaya seperti Fe
EDTA, kadar zat besi yang ideal didalam air
akuarium adalah 0,1 ppm. Berdasarkan
hasil yang diperolah, dapat diketahui bahwa
bahan uji yang efektif, ekonomis, dan efesien
adalah Fe (EDTA)
dan Mn dengan
konsentrasi 5 ppm diantaranya penurunan
kadar bahan uji terbesar pada Fe adalah
dengan EDTA dengan konsentrasi 5 ppm
dengan penurunan 91,73111243% dan
kadar terendah adalah EDTA dengan
konsentrasi 12,5 ppm dengan penurunan
60,97403991%. Karena semakin tinggi kadar
konsentrasi Fe dalam perairan berakibat
buruk
dalam
perairan.
Sedangkan
penurunan kadar bahan uji terbesar pada Mn
adalah EDTA dengan konsentrasi 5 ppm
dengan kenaikan 16,76335878%.
KESIMPULAN
Jenis bahan yang efektif serta
ekonomis untuk menurunkan kadar Fe dan
Mn dalam perairan adalah EDTA. Dosis
yang baik untuk Fe dan Mn yaitu 5 ppm.
Pada dosis 5 ppm Fe mampu turun hingga
91,73111243%. Sedangkan Mn, dengan
dosis 5 ppm hanya mampu menaikan
16,76335878%
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R dan A. Damar. 1994. Metoda dan
Teknik Analisis Kualitas Air, Kursus
AMDAL Tipe B, kerjasama PSL –
UNDANA dan BAPEDAL, Kupang. 7
November – 17 Desember 2004.
Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan
Penyediaan Air Bersih. CV.Healthy &
Sanitation : Makassar
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta :
Kanisius. 249 hlm.
Ginoest. 2010. Penentuan Kadar Kesadahan
Air dengan Metode Titrasi EDT. Online:
http://ginoest.wordpress.com/2010/03/2
3/17/. Diakses pada tanggal 17
November 2014
Ihsan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air
Sungai : Penentuan Kesadahan Total
dan Sementara dalam Air . Online :
http://chemistryismyworld.blogspot.co
m/2011/05/analisa-kimia-sampel-airsungai.html. Diakses pada tanggal 17
November 2014
Ika, Tahril, Irwan Said. 2012. Analisis
Logam Timbal (Pb) Dan Besi (Fe)
Dalam Air Laut Di Wilayah Pesisir
Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan
Palu Utara. J. Akad. Kim. 1(4): 181186
O-fish. 2003. Parameter Air. Online :
http://www.ofish.com/parameter_air.htm. Diakses
pada tanggal 17 November 2014
O-fish. 2012. Kualitas Air. [terhubung
berkala].
http://ofish.com/Air/kualitas_air.php
(17
novemver 2009)
Syofyan, Irwandy, Usman, Polaris N. 2011.
Studi Kualitas Air Untuk Kesehatan
Ikan Dalam Budidaya Perikanan Pada
Aliran Sungai Kampar Kiri. Jurnal
Perikanan dan Kelautan 16,1 : 64-70