Academia.eduAcademia.edu

Makalah Parasit Ikan : Aeromonas hydrophila

et al. (2012), perkembangan zaman sangat mempengaruhi kemajuan teknologi di bidang perikanan, salah satunya adalah usaha budidaya intensif yang sangat meningkatkan produksi sektor perikanan. Namun dalam usaha tersebut ada beberapa kendala, salah satunya adalah timbulnya penyakit pada ikan yang umumnya terjadi karena interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Salah satu penyakit yang menyerang ikan adalah penyakit bercak merah (Red-Sore Disease), yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila atau dikenal dengan nama "Motile Aeromonas Septicemia". Penyakit "Motile Aeromonas Septicemia" sering menyerang ikan air tawar, seperti ikan mas (Cyprinus carpio L), ikan lele (Clarias sp.), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurame (Osphronemus gouramy), dan ikan patin (Pangasius sp.). Menurut Cipriano (2001) dalam Rosidah dan Wila (2012), serangan penyakit "Motile Aeromonas Septicemia" ini dapat mematikan benih ikan dengan tingkat kematian mencapai 80% -100% dalam waktu 1 -2 minggu. Austin and Austin (1999) dalam Herupradoto dan Gandul (2010) juga mengatakan bahwa diagnosa penyakit ini pada ikan lebih sulit. Gejala penyakit ini sering dikacaukan trauma akibat perkelahian antar ikan serta gejala klinis yang tidak spesifik tergantung dari spesies ikan dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengendalian penyakit akuakultur yang lebih baik lagi antara lain dengan diagnosa penyakit yang cepat, tepat, dan akurat. Sehingga pencegahan ataupun penanggulangannya juga dapat dilakukan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sari, et al. (2012), perkembangan zaman sangat mempengaruhi kemajuan teknologi di bidang perikanan, salah satunya adalah usaha budidaya intensif yang sangat meningkatkan produksi sektor perikanan. Namun dalam usaha tersebut ada beberapa kendala, salah satunya adalah timbulnya penyakit pada ikan yang umumnya terjadi karena interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Salah satu penyakit yang menyerang ikan adalah penyakit bercak merah (Red-Sore Disease), yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila atau dikenal dengan nama “Motile Aeromonas Septicemia”. Penyakit “Motile Aeromonas Septicemia” sering menyerang ikan air tawar, seperti ikan mas (Cyprinus carpio L), ikan lele (Clarias sp.), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurame (Osphronemus gouramy), dan ikan patin (Pangasius sp.). Menurut Cipriano (2001) dalam Rosidah dan Wila (2012), serangan penyakit “Motile Aeromonas Septicemia” ini dapat mematikan benih ikan dengan tingkat kematian mencapai 80% - 100% dalam waktu 1 – 2 minggu. Austin and Austin (1999) dalam Herupradoto dan Gandul (2010) juga mengatakan bahwa diagnosa penyakit ini pada ikan lebih sulit. Gejala penyakit ini sering dikacaukan trauma akibat perkelahian antar ikan serta gejala klinis yang tidak spesifik tergantung dari spesies ikan dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengendalian penyakit akuakultur yang lebih baik lagi antara lain dengan diagnosa penyakit yang cepat, tepat, dan akurat. Sehingga pencegahan ataupun penanggulangannya juga dapat dilakukan dengan baik. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu: Bagaimana pengertian dan karakteristik bakteri Aeromonas hydrophila. Jelaskan ikan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila dan gejalanya. Bagaimana cara pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Bagaimana cara penanggulangan ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari penyusunan makalah ini yaitu agar mahasiswa mengetahui dan memahami karakteristik dari bakteri Aeromonas hydrophila, gejala ikan-ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, cara pencegahan dan penanggulangan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik dari bakteri Aeromonas hydrophila, dapat menjelaskan gejala ikan-ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, dapat menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Karakteristik Bakteri Aeromonas hydrophila Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniseluller, tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7 – 1,8 x 1,0 – 1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Kabata, 1985 dalam Haryani, et al., 2012). Aeromonas adalah anggota dari famili Aeromonadaceae yang umumnya hidup di air tawar. Aeromonas hydrophila juga ditemukan di tanah, perairan asin dan juga ditemukan pada air minum yang diklorinasi dan non-klorinasi (Al-Fatlawy dan Hazim, 2014). Menurut Lukistyowati dan Kurniasih (2012), Aeromonas hydrophila termasuk Gram negatif, berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25-30 oC. Serangan bakteri ini dapat mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia yang mempunyai ciri luka di permukaan tubuh, insang, ulser, abses, eksopthalmia dan perut gembung serta gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia. Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk bakteri Gram negatif, yang sifatnya oksidasi positif dan mampu memfermentasi beberapa jenis gula, seperti glukosa, fruktosa, maltosa dan trehalosa (Rosidah dan Wila, 2012). Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidaglikan yang tipis, terdiri atas 1-2 lapis sehingga pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar. Permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan terjadi perlepasan kompleks ungu kristal-yodium (UK-Y), sehingga bakteri berwarna merah. Bakteri Gram negatif mempunyai dinding sel yang mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak dengan persentase yang lebih tinggi. Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan lemak tersebut terekstraksi sehingga bakteri berwarna merah atau merah muda karena menyerap zat warna safranin (Firnanda, et al., 2013). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Herupradoto dan Gandul (2010), ciri-ciri kuman Aeromonas hydrophila dapat terlihat melalui pemeriksaan mikroskopis di mana terlihat kuman yang tumbuh pada media TSA bebentuk batang, dengan pewarnaan Gram berwarna merah yang berarti Gram negatif, tidak berspora, bersifat motil dengan satu flagella yang keluar dari salah satu kutubnya. Gambar 1. Gambaran mikroskopis Aeromonas hydrophila dengan perbesaran 1.000X Penelitian yang dilakukan oleh Tantu, et al. (2013) juga menghasilkan karakteristik atau tanda-tanda klinis dari bakteri Aeromonas sp. Kemudian dibandingkan dengan karakteristik hasil penelitian oleh Austin and Austin (1983). Berikut ini adalah tabel perbandingan karakteristik Aeromonas sp. hasil penelitian Tantu, et al. (2013) dan Austin and Austin (1983): Tabel 1. Karakteristik Aeromonas sp. Menurut Janda and Sharon (2010), Aeromonas hydrophila adalah kelompok mesofilik yang tumbuh dengan baik pada suhu 35 – 37 oC. Selain itu, Aeromonas hydrophila juga dapat tumbuh pada rentang konduktivitas, pH, dan turbiditas yang luas serta dapat tumbuh pada habitat dan lingkungan yang ekstrim (seperti pada lingkungan yang bersalinitas tinggi, pada mata air panas, dan air yang sangat tercemar). 2. 2 Ikan yang Terserang Bakteri Aeromonas hydrophila dan Gejalanya Menurut Lubis, et al. (2014), Aeromonas hydrophila adalah bakteri yang umum menyerang ikan, baik ikan air tawar maupun air laut. Juga A. hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan ada kalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang berbeda tentang pengaruh yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai patogen ikan. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar. Menurut Arie (2007) dalam Firnanda, et al. (2013), penyakit Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar seperti ikan mas, ikan gurami, dan ikan nila. Penyakit ini juga memperlihatkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, luka-luka pada permukaan tubuh, pendarahan pada insang, perut membesar berisi cairan, sisik lepas, sirip ekor lepas, jika dilakukan pembedahan akan terlihat pembengkakan dan kerusakan pada jaringan hati, ginjal dan limfa (Tantu, et al., 2013). Gejala Klinis Ikan yang Terserang Aeromonas hydrophila Menurut Lubis, et al. (2014), sampel ikan yang terserang bakteri A. hydrophila memiliki gejala klinis berupa luka, warna tubuh pucat, geripis pada sirip-siripnya dan bergerak lambat. Selain itu, ciri-ciri ikan yang terserang bakteri ini biasanya warna tubuh gelap, mata rusak, bernafas di atas permukaan air, insang rusak berwarna merah keputihan, sehingga kesulitan bernafas. Serangan bakteri ini pada kulit menyebabkan kulit menjadi kesat, timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung serta terjadi pendarahan pada hati, ginjal dan limfa saat dilakukan pembedahan. Gejala Klinis pada Lele Dumbo (C. gariepinus) Menurut Asniatih, et al. (2013), gejala klinis morfologi ikan lele dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A. hydrophilla adalah sebagai berikut: Gambar 2. Gejala klinis morfologi ikan lele Dumbo pasca infeksi A. hydrophila A. Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A. hydrophila; B. Ikan lele dumbo pada hari ke-4 pasca infeksi bakteri A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan E (Exopthalmia) atau mata menonjol keluar; C. Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-4 pasca infeksi A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan L (Lesi); D. Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-5, PK (Pucat kemerahan). Sedangkan gejala klinis internalnya menurut Asniatih, et al. (2013) adalah: Gambar 3. Gejala klinis internal ikan lele pasca infeksi A. hydrophila A. Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bekteri A. hydrophila, M (Merah); B. Ikan lele dumbo pada organ internal pada hari ke-5 pasca infeksi A. hydrophila M (Merah), P (Pink/Pucat), MK (Merah Kehitaman); C. Insang ikan lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 berwarna pink (pucat). 2. 3 Cara Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pengendalian perluasan penyakit harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah berjangkitnya wabah penyakit yang menyebabkan kerugian ekonomi. Pengelolaan kesehatan ikan, terutama upaya untuk mencegah penyakit merupakan langkah bijaksana dalam penanggulangan terjadinya penyakit karena lebih mudah dan murah, dibandingkan dengan kegiatan pengobatan ketika ikan sudah mengalami sakit. Menurut Olga, et al. (2007), pencegahan dini serangan A. hydrophila perlu dikembangkan, salah satunya dengan vaksinasi. Vaksinasi untuk mencegah penyakit mempunyai prospek yang baik, karena tidak menimbulkan dampak negatif pada ikan, lingkungan dan konsumen. Selain itu, efektivitas vaksinasi sangat tergantung pada jenis dan kualitas vaksin, cara vaksinasi, kondisi ikan dan lingkungan khususnya kualitas air. Menurut Wahjuningrum, et al. (2013), kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan vaksin dan probiotik serta fitofarmaka. Fitofarmaka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kegiatan pencegahan lainnya, yaitu dapat dibuat dengan teknik yang sederhana dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan untuk pemakaian dalam waktu yang lama. Salah satu bahan yang digunakan dalam pencegahan bakteri Aeromonas hydrophila pada benih ikan lele Clarias sp. berumur 11 hari adalah dengan penggunaan campuran bawang putih dan meniran. Berikut ini adalah gambar pengamatan organ hati dari benih ikan lele Clarias sp. : Gambar 4. Organ hati benih ikan lele Clarias sp. pada kontrol negatif (a), kontrol positif (b), dan dosis bawang putih 25 g/kg dan meniran 5 g/kg (c). Sukenda, et al. (2008) juga menambahkan bahwa kitosan merupakan limbah dari kulit krustacea setelah mengalami demineralisasi. Kitosan sebagai polimer alami yang memiliki berat molekul yang tinggi dan tidak beracun dapat merangsang sistem imun, mempercepat penyembuhan luka dan bersifat antibakteri. 2.4 Cara Penanggulangan Ikan yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Menurut Rosidah dan Wila (2012), dengan melihat dampak yang diakibatkan oleh serangan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia), maka perlu dilakukan upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan terhadap serangan penyakit dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan maupun pengobatan. Upaya pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau antibiotik. Penggunaan antibiotik cukup efektif untuk pengobatan penyakit ini, namun akan meningkatkan frekuensi isolat bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Supriyadi dan Rukyani (1990) dalam Haryani, et al. (2012) juga menambahkan bahwa pengobatan terhadap ikan yang terserang Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui penyuntikan, pengusapan, perendaman dan melalui pakan yang dicampur dengan obat. Pengobatan dengan sistem perendaman merupakan cara paling aplikatif dibandingkan dengan penyuntikan dan perendaman pakan karena dapat mempermudah proses pengobatan terutama untuk ikan berukuran kecil dalam skala yang banyak. 2.4.1 Ekstrak Daun Jambu Biji (Pengobatan pada Ikan Gurame) Menurut Rosidah dan Wila (2012), bahan obat alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit MAS adalah bagian daun dari tumbuhan jambu biji (Psidium guajava L.). Hasil skrining fitokimia, daun jambu biji mengandung metabolit sekunder, terdiri dari tanin, polifenolat, flavonoid, monoterpenoid, siskulterpen, alkaloid, kuinon dan saponin. Komponen utama dari daun jambu biji adalah tanin yang besarnya mencapai 9-12%. Tanin bersifat antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Efek antimikroba tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pembuatan ekstrak daun jambu biji, dihaluskan dengan menggunakan blender dan dimasukkan ke dalam maserator yang berisi ethanol 95% untuk dimerasi selama 2x24 jam. Hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring whatman no.42. Hasil saringan kemudian dievaporasi dengan vacum rotavapor pada suhu ± 40 oC. Ekstrak yang dihasilkan sebanyak 330 gram, siap digunakan. Uji in vitro, langkahnya ialah sterilisasi alat dan bahan, kemudian pembuatan konsentrasi larutan ekstrak daun jambu biji, perendaman kertas saring dalam larutan ekstrak daun jambu biji. Pembuatan media TSA, pembuatan larutan bakteri, pemasukan bakteri ke dalam cawan petri, menempelkan kertas saring, cawan petri diinkubasi, dan dilakukan pengamatan. Uji LC50 48 jam, dilakukan dengan cara merendam benih ikan dalam larutan ekstrak daun jambu biji selama 48 jam, kemudian diamati dan dihitung mortalitasnya. 2.4.2 Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) (Pengobatan pada Ikan Mas) Menurut Sari, et al. (2012), pengobatan terhadap serangan bakteri umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik (antimikrobial). Salah satu fitofarmaka yang bisa dijadikan sebagai antimikrobial adalah temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Rimpang temulawak mengandung zat berwarna kuning (kurkumin), serat, pati, kalium oksalat, minyak atsiri, dan flavonida, zat-zat tersebut berfungsi sebagai antimikroba/antibakteri, mencegah penggumpalan darah, anti peradangan, melancarkan metabolisme dan fungsi organ tubuh. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: Persiapan wadah, dilakukan sterilisasi pada akuarium dan dilengkapi dengan aerator set. Kemudian dibilas dengan air bersih, akuarium diisi dengan air dan diaerasi. Adaptasi ikan uji. Pembuatan media tumbuh dengan media agar dan media cair. Pembuatan larutan temulawak, diawali dengan pencucian temulawak, diiris tipis-tipis dan dijemur selama 1-3 hari sampai benar-benar kering. Kemudian dihaluskan dengan blender, diayak sampai halus, ditimbang, direbus lalu disaring dengan saringan. Larutan temulawak siap digunakan. Penyediaan isolat Aeromonas hydrophila, isolat Aeromonas hydrophila dilakukan uji LD50, kemudian diisolasi ke media GSP lalu diinkubasi selama 18-24 jam. Setelah itu ditumbuhkan ke media TSB untuk uji reinfeksi dan disimpan ke media TSA miring. Uji pendahuluan, dilakukan perendaman ikan dalam larutan temulawak, diaerasi dan dimasukkan kembali ke akuarium. 2.4.3 Daun Pepaya (Carica papaya) (Pengobatan pada Ikan Mas Koki) Menurut Haryani, et al. (2012), tanaman obat yang aman digunakan, murah dan mudah didapat untuk penanggulangan terhadap ikan yang terinfeksi Aeromonas hydrophila adalah daun papaya. Daun papaya merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan bahan kimia seperti senyawa polifenol, alkaloid karpain, flavonoid dan getahnya mengandung suatu enzim pemecah protein atau proteolitik yang disebut enzim papain. Enzim papain ini diketahui sangat ampuh untuk menghambat laju pertumbuhan bakteri. Dalam penelitiannya, hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan seperti ikan mas koki, pakan ikan komersil, daun pepaya, alcohol, aquadest, zat kimia untuk uji histopatologi organ, bakteri Aeromonas hydrophila dan media kultur (Agar TSA). Kemudian pembuatan larutan daun pepaya, yaitu dicuci, diiris, ditimbang, dihaluskan, dilarutkan dengan aquadest, didiamkan dan kemudian disaring. Setelah itu, dilakukan uji in vitro dan uji LC50 48 jam. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniseluller, yang merupakan anggota dari famili Aeromonadaceae yang umumnya hidup dia air tawar. Biasanya berukuran 0,7 – 1,8 x 1,0 – 1,5 µm, tidak berspora, bersifat motil dengan satu flagella dan mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia. Aeromonas hydrophila umumnya menyerang ikan, baik ikan air tawar maupun air laut dengan memperlihatkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, luka-luka pada permukaan tubuh, pendarahan pada insang, perut membesar berisi cairan, sisik lepas, sirip ekor lepas. Cara pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin dan probiotik) serta fitofarmaka (contohnya campuran bawang putih dan meniran). Cara pengobatan terhadap serangan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila yaitu dengan menggunakan bahan kimia atau antibiotik melalui penyuntikan, pengusapan, perendaman dan melalui pakan yang dicampur dengan obat. 3.2 Saran Diharapkan mahasiswa dapat menegetahui karakteristik, gejala, cara pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan dapat menerapkan pada lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Al-Fatlawy, H. N. K. and Hazim A. Al-Hadrawy. 2014. Isolation and characterization of A. hydrophila from the Al-Jadryia river in Baghdad (Iraq). American Journal of Educational Research 2(8): 658-662. Asniatih, Muhammad I. dan Kadir S. 2013. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang terinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia 3(21): 13-21. Firnanda, R.; Sugito; Fakhrurrazi dan D. V. S. Ambarwati. 2013. Isolasi Aeromonas hydrophila pada sisik ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Robx). Jurnal Medika Veterinaria 7(1): 22-24. Haryani, A. ; Roffi G. ; Ibnu D. B. dan Ayi S. 2012. Uji efektivitas daun papaya (Carica papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(3): 213-220. Herupradoto, B. A. dan Gandul A. Y. 2010. Karakterisasi protein spesifik Aeromonas hydrophila penyebab penyakit Ulser pada ikan mas. Jurnal Veteriner 11(3): 158-162. Janda, J. M. and Sharon L. A. 2010. The genus Aeromonas : taxonomy, pathogenicity, and infection. Clinical Microbiology Reviews 23(1): 35-73. Lubis, Y. P. P.; Yunasfi dan R. Leidonald. 2014. Jenis-jenis bakteri pada luka ikan patin. Jurnal Aquacostamarine 2(1): 66-77. Lukistyowati, I. dan Kurniasih. 2012. Pelacakan gen Aerolysin dari Aeromonas hydrophila pada ikan mas yang diberi pakan ekstrak bawang putih. Jurnal Veteriner 13(1): 43-50. Olga; R. K. Rini; J. Akbar; A. Isnansetyo dan L. Sembiring. 2007. Protein Aeromonas hydrophila sebagai vaksin untuk pengendalian MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada jambal siam (Pangasius hypophthalamus). Jurnal Perikanan 9(1): 17-25. Rosidah dan Wila M. A. 2012. Potensi ekstrak daun jambu biji sebagai antibacterial untuk menanggulangi serangan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan gurame (Osphronemus gourami Lacepede). Jurnal Akuatika 3(1): 19-27. Sari, N. W.; Iesje L. dan Nety A. 2012. Pengaruh pemberian temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kelulushidupan ikan mas (Cyprinus carpio L) setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17(2): 43-59. Sukenda, L. Jamal, D. Wahjuningrum dan A. Hasan. 2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia 7(2): 159-169. Tantu, W.: Reiny A. T. dan Sammy N. J. L. 2013. Deteksi keberadaan bakteri Aeromonas sp. pada ikan nila yang dibudidayakan di karamba jaring apung danau Tondano. Budidaya Perairan 1(3): 74-80. Wahjuningrum, D.; Retno A. dan Mia S. 2013. Pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada benih ikan lele Clarias sp. yang berumur 11 hari menggunakan bawang putih Allium sativum dan meniran Phyllanthus niruri. Jurnal Akuakultur Indonesia 12(1): 94-104. 15