Academia.eduAcademia.edu

LAPORAN PRAKTIKUM KLT

Laporan Praktikum Kimia Analisis Farmasi (KAF)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS “KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS” OLEH : NAMA : ANDRA AUDINA PUTRI STAMBUK : 15020190068 KELAS : C4 KELOMPOK : III (TIGA) ASISTEN : FITHRIYAH AZIZAH PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2020 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang bertujuan untuk memisahkan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran itu diantara dua fasenya. Fase yang dimaksud ialah fase diam dan fase gerak. Kromatografi juga merupakan suatu teknik yang dapat digunakan sebagai metode analisis baik kuantitatif maupun kualitatif. Fase diam sendiri yaitu suatu zat berbentuk padat ataupun cair yang akan dilewati oleh fase gerak untuk memisahkan komponenkomponen yang ada pada sampel cairan yang ingin dipisahkan. Sedangkan fase gerak ialah suatu suatu zat yang dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang ada pada cairan sampel. Fase gerak juga biasa dikenal dengan sebutan eluen. Kromatografi dibagi atas beberapa jenis salah satunya ialah Kromatografi Lapis Tipis atau biasa disebut dengan KLT. Metode ini dilakukan dengan prinsip adrorbsi dan partisi. KLT sendiri merupakan metode yang umum digunakan sebab metode ini relatif mudah, menggunakan alat yang sederhana, bahan dalam jumlah sedikit, tidak memakan tempat dan juga efisiensi waktu. Kromatografi banyak digunakan pada bidang sains maupun dalam ruang lingkup kefarmasian. Contohnya pada bidang sains untuk pemurnian, memisahkan pengotor atau senyawa tertentu yang dikehendaki untuk studi, menentukan jumlah atau konsentrasi suatu campuran dan sebagainya. Pada bidang farmasi contohnya penentuan jumlah bahan aktif dalam produk obat, memisahkan suatu ekstrak simplisia dan sebagainya. Oleh sebab itu, metode kromatografi hingga saat ini masih digunakan karena instrumennya mudah dan ringkas. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Metode pemisahan pada kromatografi terbagi menjadi pemisahan berdasarkan polaritas, pemisahan berdasarkan ukuran molekul, pemisahan berdasarkan bentukan spesifik dan pemisahan berdasarkan muatan ion. Pada praktikum metode KLT kali ini kita akan menggunakan metode pemisahan berdasarkan muatan ion dimana kita akan mengidentifikasi kation (Co2+ dan Cu2+) pada senyawa CoCl2 dan CuSO4. 1.2 Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode penentuan kimia secara kromatografi lapis tipis (KLT). 1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami tehnik pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). 2. Untuk melakukan tehnik pemisahan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). 3. Untuk menentukan dan mengidentifikasi kation yang dipisahkan dengan tehnik kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan penampak bercak dan nilai Rf masing-masing. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani dari rusia Mikhail s. tswett (1872-1919) yang melakukan teknik pemisahan pigmen tanaman berwarna. Teknik ini dalam publikasi kemudian dinamakannya “chromatography” yang merupakan penggabungan dari dua kata dari bahasa yunani, yaitu chroma (bahasa inggris : colour) yang berarti warna dan graphein (bahasa inggris : to write) yang berarti menulis, jadi awalnya kromatografi berarti “menulis denga warna”; untuk mengindikasikan pita-pita warna yang teramati oleh Tswett dalam risetnya . pada saat yang bersamaan Tswett juga berhasil melakukan pemisahan bahan-bahan yang tidak berwarna dengan tekniknya tersebut (Rubiyanto 2017). Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong “kromatografi planar”. KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode dan menggunakan instrument komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan, dan teknik khusus (Wulandari 2011). Untuk men-generalisasi pengertian kromatografi, sebuah komite khusus di badan International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dibentuk dan mengeluarkan definisi sebagai berikut yang intinya: “….suatu pemisahan metode yang komponen-komponen ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 khususnya dalam digunakan suatu sampel dalam yang FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS terdistribusi dalam dua fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padat, cairan yang diletakkan di atas padatan atau gel. Fasa diam dapat dibuat dalam bentuk kolom, disebarkan sebagai suatu lapisan tipis atau didistribusikan sebagai film. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan….” (Rubiyanto 2017). Kromatografi lapis tipis, KLT (thin layer chromatography, TLC) adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Metode ini termasuk dalam kromatografi cair-padat. Pada prinsipnya pemisahan pada KLT didasarkan atas adsorpsi senyawa-senyawa oleh fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan dapat terjadi akibat perbedaan kepolaran antara senyawa-senyawa dalam campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kepolaran inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan yang diamati melalui tampaknya bercak atau noda dengan nilai Rf yang berbeda berdasarkan kecepatan migrasi tiap senyawa (Aloisia 2019). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu bentuk kromatografi planar. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Fase diam pada KLT dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerab atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair. Pada penggunanya, silika gel (asam silika), alumina (aluminium oksida), selulosa, dan kiselgur (tanah diatom) biasa digunakan sebagai fase diamnya. Pemilihan fase gerak pada KLT dapat didasarkan pada pustaka yang ada atau dari hasil percobaan dengan variasi tingkat kepolaran (Rollando 2019). Pada kromatografi lapis tipis perlu diperhatikan polaritas fase gerak yang mengelusi zat terlalu cepat tidak dapat memisahkan komponen dengan baik, sebaliknya fase gerak yang terlalu lambat mengelusi akan memberikan elusi yang terlalu lama. Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal diperoleh hanya jika penotolan sampel ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS dilakukan dengan membentuk ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi (Najib 2018). Kelebihan khas KLT ialah keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping selulosa, sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain yang digunakan untuk kromatografi. Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat yang disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil. Akhirnya, kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan dapat dipisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg (Najib 2018). 2.2. Uraian Bahan 1. Amonia (Ditjen POM, 1979 : 86) Nama resmi : AMMONIA Nama lain : Amonia Rumus molekul : NH4OH Bobot molekul : 35,05 g/mol [O – H ]- Rumus struktur : Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, menusuk kuat Kelarutan : Mudah larut dalam air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk Kegunaan : Zat tambahan 2. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979 : 53) Nama resmi ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 : ACIDUM HYDROCHLORIUDUM FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Nama lain : Asam Klorida Rumus molekul : HCl Bobot molekul : 36,46 g/mol Rumus struktur : H - Cl Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasaom bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang. Kelarutan : Larut dalam etanol (95%) P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Zat Tambahan. 3. Asam Rubeanat ( Ditjen POM, 1979 : 655) Nama resmi : ASAM RUBEANAT Nama lain : Ethanedithroaride Rumus molekul : C₂H₄N₂S₂ Bobot molekul : 120,02 g/mol Pemerian : Serbuk merah atau hablur kristal. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, dengan eter P dan dengan kloroform P, membentuk larutan jernih Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai reagen untuk tembaga, kobalt, dan nikel. 4. Aseton ( Ditjen POM, 1979 : 655) Nama resmi : ASETON Nama lain : Aseton Rumus molekul : (CH3)2CO Bobot molekul : 58,08 g/mol Rumus struktur : ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P, dengan eter P dan dengan kloroform P, membentuk larutan jernih Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai pelarut. 5. Aquades (Ditjen POM, 1979 : 96) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling Rumus molekul : H2O Bobot molekul : 18,02 g/mol Rumus struktur : H – O – H Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut. 6. Etanol (Ditjen POM, 1979 : 65) Nama resmi : AETHANOLUM Nama lain : Etanol Berat molekul : 46,07 g/mol Rumus molekul : C2H6O Rumus struktur : Pemerian : Cairan mudah menguap; jernih; tidak berwarna; bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun suhu rendah dan mudah mendidih pada suhu 78°C, mudah terbakar. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api. Kegunaan : Sebagai pelarut. 7. Etil Asetat (Ditjen POM, 1979 : 673) Nama resmi : AETHYLIS ACETICUM Nama lain : Etil Asetat Rumus molekul : CH3COOC2H5 Bobot molekul : 88,105 g/mol Rumus struktur : Pemerian : Cairan,tidak berwarna,bau khas. Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air dapat bercampur dengan etanol (95%) P dan dengan eter P. 8. Kobalt (II) Klorida ( Ditjen POM, 1979 : 697 ) Nama resmi : COBALT (II) CHLORIDE Nama lain : Kobalt (II) Klorida Rumus molekul : CoCl2 Bobot molekul : 129,839 g/mol Pemerian : Kristal biru (anhidrat) ungu-kebiruan (dihidrat) kristal merah mawar (heksahidrat). Kelarutan : Larut dalam air, etanol, pyridine, dan gliserol. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sampel. 9. Tembaga (II) Sulfat (Ditjen POM, 1979: 731) Nama resmi : CUPRI SULFAS Nama lain : Tembaga (II) Sulfat Rumus molekul : CuSO4 Bobot molekul : 159,6 g/mol Pemerian : Prisma trisiklik atau serbuk hablur biru. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliseral. Sangat sukar larut dalam air, setara etanol 95% P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sampel. 2.3. Prosedur Kerja (Anonim 2020, h. 10) a. Penyiapan lempeng KLT 1. Ukur dan potong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm. 2. Tarik garis dengan pensil tipis-tipis dibagian bawah lempeng dengan ukuran 1,5 cm. 3. Tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm. b. Penyiapan eluen aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut) 1. Buat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam perbandingan volume 9 : 9 : 2. c. Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam etanol 1. Buat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak 100 ml. d. Penyiapan sampel 1. Timbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg 2. Larutkan dengan tepat dalam 10 ml air suling (untuk menghasilkan larutan yang masing-masing berisi 1 mg Co2+ dan Cu2+ dalam larutan 1 ml). e. Pemisahan dengan KLT 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Tuang eluen ke dalam chamber dan jenuhkan dengan kertas saring. 3. Aplikasikan larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan jarak antar sampel 1 cm. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 4. Masukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga ujung yang dekat dengan sampel tercelup dengan pelarut eluen. 5. Lakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak melewati sampel hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (± 30 menit). 6. Ambil potongan lempeng KLT dan biarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya menguap. 7. Netralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan lempeng itu ke uap amonia sekitar 10 menit. 8. Semprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat 0,1% dan amati warna pita atau nodanya. 9. Hitung nilai Rfnya. f. Interpretasi hasil analisis kualitatif Sampel Co2+ Ion Ion Cu2+ ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 Warna pita Kuning-jingga Hijau-zaitun Nilai Rf 0,55/0,6 0,65/0,7 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAB 3 METODE KERJA 3.1 Alat Praktikum Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bejana atau chamber, kertas saring, lempeng KLT, pinset dan pipa kapiler. 3.2 Bahan Praktikum Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu asam klorida 6 M, aseton, aquadest, etil asetat, eluen (aseton : etil asetat : asam klorida = 9 : 9 : 2), penampak bercak asam rubeanat (0,1%) dalam etanol, logam CoCl2, logam CuSO4, uap amonia. 3.3 Cara Kerja 1. Penyiapan lempeng KLT Diukur dan dipotong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm. Lalu ditarik garis dengan pensil tipis-tipis dibagian bawah lempeng dengan ukuran 1,5 cm kemudian tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm. 2. Penyiapan eluen aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut) Dibuat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam perbandingan volume 9 : 9 : 2. 3. Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam etanol Dibuat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak 100 ml. 4. Penyiapan sampel Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg lalu dilarutkan dengan tepat dalam 10 ml air suling (untuk menghasilkan larutan yang masing-masing berisi 1 mg Co2+ dan Cu2+ dalam larutan 1 ml). 5. Pemisahan dengan KLT Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dituang eluen ke dalam chamber dan jenuhkan dengan kertas saring. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Lalu aplikasikan larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan jarak antar sampel 1 cm. Dimasukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga ujung yang dekat dengan sampel tercelup dengan pelarut eluen. Kemudian dilakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak melewati sampel hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (± 30 menit). Diambil potongan lempeng KLT dan dibiarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya menguap. Dinetralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan lempeng itu ke uap amonia sekitar 10 menit. Terakhir disemprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat 0,1% dan diamati warna pita atau nodanya. Kemudian dihitung nilai Rfnya. 6. Interpretasi hasil analisis kualitatif Sampel Co2+ Ion Ion Cu2+ ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 Warna pita Kuning-jingga Hijau-zaitun Nilai Rf 0,55/0,6 0,65/0,7 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan A. Pengumpulan Data dan Informasi Jarak Tempuh No. Sampel Noda (a) Pelarut (s) Warna Pita Nilai Rf (cm) 1. CoCl2 (Co2+) 4,9 cm 8 cm Jingga 0,6125 2. CuSO4 (Cu2+) 6 cm 8 cm Zaitun 0,75 B. Perhitungan a. Rumus Rf = 𝐽arak yang ditempuh oleh zat terlarut (a) Jarak yang ditempuh oleh pelarut (s) b. Perhitungan nilai Rf 1) Co2+ Rf = 4,9 cm 8 cm Rf = 0,6125 cm 2) Cu2+ Rf = 6 cm 8 cm Rf = 0,75 cm 4.2. Pembahasan Kromatografi adalah metode pemisahan yang berkaitan dengan perbedaan dalam keseimbangan distribusi dari komponen-komponen sampel di antara dua fase yang berbeda, yaitu fase bergerak dan fase diam (Wiryawan 2008). Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada permukaan sedangkan partisi adalah penyerapan atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan (Soebagio 2002). ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Kromatografi terbagi atas beberapa jenis salah satunya ialah Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan pada praktikum kali ini. Kromatografi dibedakan menjadi Kromatografi Gas-Padat dan Kromatografi Gas-Cair yang sering disebut Kromatografi Gas (GC). Berdasarkan sifat fenomena yang terjadi pada pemisahan, dapat dibedakan menjadi Kromatografi adsorpsi, Kromatografi partisi, Kromatografi penukar ion dan Kromatografi afinitas/filtrasi gel. Berdasarkan teknik pemisahan, dibedakan menjadi Kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatografi kertas, Kromatografi kolom (KK) dan Kromatografi gas. Metode pemisahan yang sering digunakan adalah KLT dan KK (Kristanti 2008). Pada praktikum metode KLT kali ini kita akan menggunakan metode pemisahan berdasarkan muatan ion dimana kita akan mengidentifikasi kation (Co2+ dan Cu2+) pada senyawa CoCl2 dan CuSO4. KLT (thin layer chromatography, TLC) adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Metode ini termasuk dalam kromatografi cair-padat. Pada prinsipnya pemisahan pada KLT didasarkan atas adsorpsi senyawa-senyawa oleh fasa diam dan fasa gerak (Aloisia 2019). Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang bertujuan untuk memisahkan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran itu diantara dua fasenya. Fase yang dimaksud ialah fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan pada KLT merupakan penjerap berukuran kecil yang biasanya terbuat dari silika dan serbuk selulosa. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit ukuran fase diam maka semakin bagus kinerja kerja yang dihasilkan KLT (Sumantri 2018). Pada kromatografi lapis tipis perlu diperhatikan polaritas fase gerak yang mengelusi zat terlalu cepat tidak dapat memisahkan komponen dengan baik, sebaliknya fase gerak yang ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS terlalu lambat mengelusi akan memberikan elusi yang terlalu lama (Najib 2018). Fungsi dari KLT yaitu dapat digunakan untuk memisahkan senyawa bersifat hidrofobik seperti lipid dan hidrokarbon (Sastrohamidjodjo 2005). KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatis untuk menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Keuntungan dari penggunaan metode KLT yaitu KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis serta biaya yang lebih murah dan hasil yang diperoleh akurat (Hess & Amber 2004). Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan dan mengidentifikasi kation yaitu Co2+ dan Cu2+ dari senyawa CoCl2 dan CuSO4 yang dipisahkan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan penampak bercak asam rubeanat dan nilai Rf dari sampel tersebut. Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini ialah metode kromatografi lapis tipis (KLT) sebab metode ini merupakan metode yang praktis yang tidak memakan tempat, membutuhkan alat yang sederhana, bahan yang digunakan hanya sedikit dan tidak mahal, waktu yang dibutuhkan relatif singkat dengan keakuratan hasil yang menjamin. Pada metode ini digunakan lempeng berukuran 3 x 10 cm dimana berfungsi sebagai fase diam atau lapisan adsorben atau penjerap yang akan dilewati oleh eluen. Fungsi eluen dalam KLT yaitu: 1. Untuk melarutkan campuran zat 2. Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang di persyaratkan 3. Untuk memberi selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan di pisahkan (Kowalska dkk 2003). ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Eluen yang digunakan pada metode ini yaitu aseton, etil asetat dan asam klorida dengan perbandingan 9:9:2 dalam 10 ml dimana fungsi eluen disini sebagai fase gerak untuk melarutkan campuran zat mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam dalam hal ini yaitu kation Co2+ dan Cu2+ sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan yaitu untuk interpretasi hasil analisis kualitatif pada sampel ion Co2+ yaitu nilai Rfnya berkisar 0,55/0,6 dan interpretasi hasil analisis kualitatif pada sampel ion Cu2+ yaitu nilai Rfnya berkisar 0,65/0,7. Eluen yang telah siap dituangkan ke chamber dan dijenuhkan terlebih dahulu dengan kertas saring dengan tujuan agar proses elusi dapat berjalan dengan cepat serta untuk mencegah penguapan eluen. Sampel CoCl2 dan CuSO4 kemudian ditotolkan dengan pipa kapiler pada lempeng bagian bawah yang akan terkena eluen dengan jarak 1 cm. Setelah kering kemudian lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan dan didiamkan selama ± 30 menit hingga eluen bergerak melewati sampel pada garis bagian atas lempeng. Setelah itu lempeng dibiarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya menguap lalu disingkap ke uap amonia untuk menetralkan kelebihan asam. Kemudian terakhir disemprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat 0,1% dan diamati warna pita dan dihitung Rfnya. Alasan penggunaan asam rubeanat adalah untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan larutan etanol sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatografi yang dihasilkan dari campuran asam rubeanat dengan etanol akan menghasilkan warna pada lempeng coklat atau ungu (Sudarmadji 2007). Adapun hasil yang didapatkan yaitu pada sampel CoCl2 warna pita atau noda yang dihasilkan berwarna jingga dimana positif mengandung ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS kation berupa Co2+ dan jarak tempuh nodanya yaitu 4,9 cm dimana Rf yang didapatkan ialah 0,6125 cm yang telah memenuhi syarat pada interpretasi hasil analisis kualitatif pada sampel ion Co2+ yaitu nilai Rfnya berkisar 0,55/0,6. Pada sampel CuSO4 warna pita atau noda yang dihasilkan berwarna hijau zaitun dimana positif mengandung kation berupa Cu2+ dan jarak tempuh nodanya yaitu 6 cm dimana nilai Rf yang didapatkan yaitu 0,75 cm yang telah memenuhi syarat pada interpretasi hasil analisis kualitatif pada sampel ion Cu2+ yaitu nilai Rfnya berkisar 0,65/0,7. Hasil yang didapatkan telah memenuhi persyaratan sebab jika nilai Rf ≥ 1 maka prosedur harus diulangi karena tidak memenuhi persyaratan Rf. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sampel CoCl2 menghasilkan warna pita yaitu berwarna jingga dan jarak tempuh nodanya sebesar 4,9 cm sehingga diperoleh nilai Rf sebesar 0,6125 cm yang berarti sampel positif mengandung ion Co2+. Dan pada sampel CuSO4 menghasilkan warna pita yaitu berwarna zaitun dan jarak tempuh nodanya sebesar 6 cm sehingga diperoleh nilai Rf sebesar 0,75 cm yang berarti sampel positif mengandung ion Cu2+. 5.2. Saran Saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan harus memperhatikan kebersihan alat yang akan dipakai dan praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi pada sampel. Adanya pendampingan oleh asisten laboratorium sangat diperlukan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan saat praktikum. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAFTAR PUSTAKA Aloisia, Maria. 2019. Buku Ajar “Ekstraksi dan Real Kromatografi”. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Anonim, 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi. Makassar: Universitas Muslim Indonesia. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hess, Amber. 2004. Digitally-Enhanced ThinLayer Chromatography: An Inexpensive, New Technique for Qualitative and Quantitative Analysis. Kowalska, T. 2003. Thin Layer Chromatography in Phytochemistry. New York: CRC Press. Kristanti, Alfinda Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Najib, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Rollando. 2019. Senyawa Anti Bakteri dari Fungi Endofit. Malang: CV. Seribu Bintang. Rubiyanto, Dwiarso. 2017. Metode Kromatografi: Prinsip Dasar, Praktikum dan Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press. Soebagio, dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang: JICA FMIPA UNM. Sudarmadji. S. dkk. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Sumantri, Rohman A. 2018. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Wiryawan, A. 2008. Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus Presindo. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS LAMPIRAN Skema Kerja 1. Penyiapan lempeng KLT Disiapkan lempeng KLT ⇓ Ukur dan potong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm ⇓ Tarik garis dibagian bawah lempeng dengan ukuran 1,5 cm ⇓ Tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm ⇓ Lempeng siap digunakan 2. Penyiapan eluen aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut) Disiapkan bahan ⇓ Dibuat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam perbandingan volume 9 : 9 : 2 3. Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam etanol Disiapkan bahan ⇓ Dibuat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak 100 ml 4. Penyiapan sampel Disiapkan bahan ⇓ Timbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg ⇓ Larutkan dengan tepat dalam 10 ml air suling ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ⇓ Homogenkan 5. Pemisahan dengan KLT Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan ⇓ Dituang eluen ke dalam chamber dan jenuhkan dengan kertas saring ⇓ Diaplikasikan larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan jarak antar sampel 1 cm ⇓ Dimasukkan potongan lempeng menggunakan pinset dan taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga ujung yang dekat dengan sampel tercelup dengan pelarut eluen ⇓ Dilakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak melewati sampel hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (± 30 menit) ⇓ Diambil potongan lempeng KLT dan biarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya menguap ⇓ Dinetralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan lempeng itu ke uap amonia sekitar 10 menit ⇓ Disemprot dengan reagen penampak bercak asam rubeanat 0,1% dan amati warna pita atau nodanya ⇓ Dihitung nilai Rfnya ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS LEMBAR KERJA PERCOBAAN II (Analisis Kualitatif golongan Kation Kobalt dan Tembaga Berdasarkan Tehnik Pemisahan Menggunakan KLT dengan Penetapan Nilai Rf) Nama : Andra Audina Putri Stambuk : 15020190068 Kelompok : III (Tiga) Kelas : C4 A. Pengumpulan data dan informasi 1. Warna pita ion Co2+ = Jingga 2. Warna pita ion Cu2+ = Zaitun 3. Nilai Rf ion Co2+ = 0,6125 4. Nilai Rf ion Cu2+ = 0,75 B. Pencatatan dan pelaporan 1. Hasil analisis dengan penampak bercak asam rubeanat 0,1% a. Warna noda untuk sampel CoCl2 adalah jingga b. Warna noda untuk sampel CuSO4 adalah zaitun c. Jarak tempuh noda sampel CoCl2 adalah 4,9 cm d. Jarak tempuh noda sampel CuSO4 adalah 6 cm e. Jarak tempuh pelarut adalah 8 cm 2. Perhitungan a. Rumus : Rf = Jarak yang ditempuh oleh zat terlarut (a) Jarak yang ditempuh oleh pelarut (s) b. Perhitungan nilai Rf : 1) Co2+ Rf = 2) Cu2+ 4,9 8 Rf = 0,6125 ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 Rf = 6 8 Rf = 0,75 FITHRIYAH AZIZAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 3. Interpretasi data hasil analisis Sampel Ion Co2+ Ion Cu2+ Warna pita Jingga Zaitun Nilai Rf 0,6125 0,75 4. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sampel CoCl2 menghasilkan warna pita yaitu berwarna jingga dan jarak tempuh nodanya sebesar 4,9 cm sehingga diperoleh nilai Rf sebesar 0,6125 yang berarti sampel positif mengandung ion Co2+. Dan pada sampel CuSO4 menghasilkan warna pita yaitu berwarna zaitun dan jarak tempuh nodanya sebesar 6 cm sehingga diperoleh nilai Rf sebesar 0,75 yang berarti sampel positif mengandung ion Cu2+. ANDRA AUDINA PUTRI 150 2019 0068 FITHRIYAH AZIZAH