Academia.eduAcademia.edu

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA ABORSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA ABORSI Pokok Bahasan                        : Bahaya Aborsi Sub Pokok Bahasan     : 1.      Pengertian aborsi 2.      Macam-macam aborsi 3.      Alasan melakukan aborsi 4.    Resiko aborsi 5.      Solusi mencegah aborsi Sasaran                      : Remaja dan dewasa Kp. Rancakole RW 03 Pelaksanaan Kegiatan : Hari/Tanggal              : Sabtu, 1 November 2014 Waktu                         : Pukul 16.00-17.00 Tempat                        : Balai RW. 03 Kp. Rancakole Tujuan                          : Tujuan Penyuluhan Umum (TPU) : Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan para remaja, dan dewasa dapat memahami dan mengerti tentang aborsi serta bahaya tindak aborsi, agar tindak aborsi dapat dicegah serta dapat menurunkan angka kejadian aborsi di Indonesia. B.     Tujuan Penyuluhan Khusus (TPK) : Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu : 1.      Menjelaskan pengertian aborsi 2.      Menyebutkan macam-macam aborsi 3.      Menjelaskan alasan melakukan aborsi 4.      Menjelaskan resiko aborsi 5.      Menjelaskan solusi mencegah aborsi Proses Kegiatan Penyuluhan No. Tahapan Waktu Kegiatan peyuluhan Kegiatan sasaran 1. Pembukaan 5 menit - Memberi salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan - Menjawab salam - Mendengarakan 2. Inti 20 menit Menjelaskan : -  Pengertian Aborsi -  Macam-macam aborsi -  Alasan melakukan aborsi -  Resiko aborsi -  Solusi mencegah aborsi - Menyimak - Mendengarkan 3. Penutup 5 menit -tanya jawab -menyimpulkan -evaluasi -memberi salam - Bertanya -Menjawab pertanyaan - Menjawab salam Metode        : Ceramah dan tanya jawab Media          : LCD dan laptop Evaluasi       : Jelaskan pengertian aborsi Sebutkan macam-macam aborsi Jelaskan alasan melakukan aborsi Jelaskan resiko aborsi Jelaskan solusi pencegahan aborsi Referensi     : 1.      Mohamad kartono. (1992). Teknologi kedokteran & tantangan terhadap bioetika. Edisi Pertama.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2.         Bertens K. (2002).Aborsi Sebagai Masalah Etika.Edisi Pertama.Jakarta: PT. Grasindo. 3.         Smeltzer & Brenda. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Edisi Delapan.vol.2.Jakarta :EGC. 4.         MD,Paustista S.(1982). Atlas Kebidanan 5.         Hawari,Danang(2006).Aborsi. Edisi Pertama. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. 6.      http://www.aborsi.org/hukum-aborsi 7.      http://www.aborsi.org Bandung, 31 Oktober 2014 Penyuluh Yulia Muji Furwani LAMPIRAN MATERI ABORSI PENGERTIAN ABORSI Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya. MACAM-MACAM ABORSI Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: 1.      Aborsi Spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. 2.      Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). 3.      Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian, yakni Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion). Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran). Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:           Abortus Iminen        Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “ Threaten Abortion “, terancam keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.            Abortus Inklomplitus        Secara sederhana bisa disebut aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.            Abortus Klomplitus        Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar.            Abortus Insipien Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan. Sedangkan aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya khusus melihat Abortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :            Dilatasi dan kuretase (D&C) Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti perdarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.            Sedot Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan perdarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.            Peracunan dengan garam Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah. Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim.            Histerektomi atau bedah sesar Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.            Prostalglandin Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, perdarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim. ALASAN MELAKUKAN ABORSI a)      Kehamilan karena pemerkosaan b)      Mengetahui bahwa anak yang dikandung menderita cacat c)      Kesehatan tidak mengijinkan hamil d)     Tidak mengetahui perilaku seks yang dilakukan akan menyebabkan kehamilan e)      Kehamilan anak remaja RESIKO YANG HARUS DITANGGUNG BAGI YANG MELAKUKAN ABORSI Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1.      Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik. Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: a)      Kematian mendadak karena perdarahan hebat. b)      Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. c)      Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. d)     Rahim yang sobek (Uterine Perforation). e)      Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. f)       Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita). g)       Kanker indung telur (Ovarian Cancer). h)      Kanker leher rahim (Cervical Cancer). i)        Kanker hati (Liver Cancer). j)        Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan perdarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. k)      Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (infertil) l)        Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease). m)    Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis). 2.      Resiko gangguan psikologis. Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: a). Kehilangan harga diri (82%). b). Berteriak-teriak histeris (51%). c). Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%). d).  Ingin melakukan bunuh diri (28%). e). Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%). f).  Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%). Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. SOLUSI MENCEGAH ABORSI a). Memberikan pendidikan agama b). Bila terjadi kehamilan di luar nikah sebaiknya dinikahkan c). Orang tua harus menciptakan tatanan kehidupan religius d). Bagi yang melakukan tindakan aborsi dapat dikenai sanksi .  SATUAN ACARA PENYULUHAN ‘BAHAYA ABORSI’ Disusun Oleh : Yulia Muji Furwani 012013076 STIKES AISYIYAH BANDUNG 2014-2015