TUGAS KELOMPOK
EXPERIENTAL LEARNING
Anggota Kelompok 2:
Agintaras
Indriani Yustin Mubarak
Femilia Mutiara Fitri
Atikah Hanriani
Firyal Hasna Hanifah Zulfaillah
Tiara Pragati
Putri Dwi Cahyani
Zahra Yugra
6020210130
6020210101
6020210116
6020210097
6020210119
6020210121
6020210111
6020210098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
I. Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia untuk menunjang
dirinya agar dapat berkembang dan mengetahui banyak hal. Belajar sendiri merupakan
kebutuhan yang tidak akan berhenti sepanjang kehidupan manusia. Setiap manusia harus
mampu mempelajari segala hal dari lingkungannya untuk bertahan hidup. Untuk terus
meningkatkan pendidikan tentunya pemerintah senantiasa membantu dalam meningkatkan
mutu pembelajaran.
Pembelajaran tidak seharusnya sebatas penguasaan materi tetapi juga menumbuhkan
berbagai kemampuan para peserta didik. Institusi pendidikan perlu mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan di era global. Pendidikan di era global harus dapat
memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya intelektual, sosial, dan persol.
Pembelajaran juga tidak hanya sebatas dalam memahami saja tetapi orientasi sesungguhnya
pada proses belajar adalah memberi pengalaman bagi peserta didik.
Model experiential learning merupakan proses belajar dimana proses perubahan
menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang
bersumber pada dari buku atau pendidik, tetapi juga bisa dari pengalaman peserta didik itu
sendiri. Experiential learning membantu peserta didik dalam mengaitkan materi pembelajaran
dengan keadaan nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut peserta didik dapat
mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan. Karena pengalaman
mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran, karena pengalaman dapat digunakan
sebagai katalisator untuk menolong siswa mengembangkan kemampuannya dalam proses
pembelajaran. Experiential learning memiliki tiga aspek, yaitu Pengetahuan (konsep,fakta,
informasi), Aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan Refleksi (Analisis dampak kegiatan
terhadap perkembangan individu). Hal ini jelas berbeda dengan pendidikan tradisional dimana
peserta didik menjadi pendengar pasif dan pendidik yang mengendalikan pembelajaran.
II. Teori
Experiential learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan dimana siswa
"belajar dengan melakukan" dan dengan merefleksikan pengalaman. Kegiatan pembelajaran
berdasarkan pengalaman dapat mencakup, tetapi tidak terbatas pada, eksperimen
laboratorium langsung, magang, praktikum, latihan lapangan, studi di luar negeri, penelitian
sarjana, dan pertunjukan studio.
Program pembelajaran pengalaman yang direncanakan dengan baik, diawasi dan
dinilai dapat merangsang penyelidikan akademik dengan mempromosikan pembelajaran
interdisipliner, keterlibatan sipil, pengembangan karir, kesadaran budaya, kepemimpinan, dan
keterampilan profesional dan intelektual lainnya. Pembelajaran yang dianggap
“eksperiensial” mengandung semua elemen berikut:
•
Refleksi, analisis kritis dan sintesis.
•
Kesempatan
bagi
siswa
untuk
berinisiatif,
mengambil
keputusan,
dan
mempertanggungjawabkan hasilnya.
•
Kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara intelektual, kreatif, emosional, sosial, atau
fisik.
a. David Kolb (1984)
Mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah model pembelajaran yang holistik, di
mana seseorang belajar, berkembang, dan bertumbuh. Penggunaan istilah experiential learning
sendiri dimaksudkan untuk menekankan bahwa pengalaman (experience) memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran, dan hal ini menjadi pembeda antara experiential learning
dengan model pembelajaran lainnya, seperti teori pembelajaran kognitif atau behaviorisme.
Experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
•
Tahapan pengalaman nyata.
•
Tahapan observasi refleksi.
•
Tahapan konseptualisasi, dan
•
Tahapan implementasi.
Dalam tahapan di atas, proses belajar diatas dimulai dari pengalaman konkret yang dialami
oleh seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses
refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dia alami. Refleksi
ini menjadi dasar konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari
pengalaman yang dialami serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks
yang lain (baru). Proses implementasi merupakan situasi atau konteks yang memungkinkan
penerapan konsep yng sudah dikuasai.
b. Malcolm Knowles
Menjelaskan bahwa andragogi merupakan suatu usaha untuk mengembangkan teori
yang khusus diperuntukkan bagi pembelajaran atau membelajarkan orang dewasa. Malcolm
Knowles juga menekankan bahwa orang dewasa dapat mandiri dan mengharapakan mengambil
tanggung jawab atas keputusan mereka sendiri (Sudarwan Danim, 2013: 128). Proses belajar
dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik belajar melibatkan peserta didik.
Keterlibatan diri peserta didik merupakan kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang
dewasa. Dengan demikian, pendidik hendaknya dengan mampu membantu peserta didik untuk:
(a) mendefinisikan kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta
memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan (d)
berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan belajar. Dengan demikian setiap
pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran.
III. Pembahasan
Experiential Learning lebih dari sekedar memberi informasi untuk pengubah kognitif,
afektif, maupun prilaku. Mengajarkan siswa untuk dapat berubah tidak berarti bahwa mereka
mau berubah. Memberikan alasan mengapa harus berubah tidak cukup memotivasi siswa untuk
berubah. Membaca sebuah buku atau mendengarkan penjelasan guru tidak cukup untuk
menghasilkan penguasaan dan perhatian pada materi, tidak cukup mengubah sikap dan
mengingatkan keterampilan sosial. Experiential Learning merupakan proses belajar yang
menambahkan minat belajar pada siswa terutama untuk melakukan perubahan yang
diinginkan.
Fathurrohman (2015:134-135) mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran
Experiential Learning adalah sebagai berikut:
•
Concrete Experience (felling) yaitu belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik,
atau peka terhadap situasi.
•
Reflective observation (waching) yaitu mengamati sebelum membuat suatu keputusan
dengan mengamati lingkungan dari perspektifperspektif yang berbeda.
•
Abstrct conceptualitation (thinking) yaitu analisis logis dari gagasan-gagasan dan
bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi.
•
Active experimentation (doing) yaitu kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal
dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk
pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan
sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.
a. Kelebihan
•
Hasilnya dapat dirasakan bahwa ketika belajar melalui pengalaman lebih efektif dan
dapat menunjang tujuan secara atau dengan maksimal.
•
Pada model experiential learning hasilnya dapat dirasakan bahwa pembelajaran lewat
pengalaman lebih efektif dan dapat mencapai tujuan secara maksimal. Experiential
learning memiliki kelebihan yang dapat membantu peserta lebih aktif dalam suatu
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan semangat karena pembelajaran aktif dan
dinamis sehingga demikian hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Karena
pembelajaran lewat pengalaman lebih efektif digunakan dan dapat mencapai tujuan dari
suatu pembelajaran itu sendiri.
b. Kelemahan
Kelemahan model experiential learning ini terletak pada bagaimana Kolb menjelaskan
teori ini masih luas cakupannya dan tidak dapat dimengerti secara mudah sehingga masih
sedikit yang mengaplikasikan model pembelajaran ini. Di dalam kekurangan model
experiential ini karena masih luas cakupannya dan tidak dapat dimengerti secara mudah,
sehingga tantangan yang terkait dengan penerapan model ini terkadang tidak mengenal
kompromi. Dan dengan kekurangan model ini sehingga menuntut guru sebagai seorang
pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk mengatasi
kekurangan- kekurangan tersebut.
IV. Studi Kasus
KKN atau Kuliah Kerja Nyata adalah pengabdian oleh mahasiswa untuk masyarakat
dengan pendekatan lintas jurusan dan fakultas di daerah terpilih oleh pihak universitas. Maka
dari itu, Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengadakan KKN Reguler di tahun 2022
bertemakan “Pencegahan Stunting dan Pemberdayaan UMKM”. Penyuluhan mengenai
pencegahan stunting yang menargetkan ibu-ibu yang bertempat tinggal di desa Krandegan yang
belum, ingin dan sudah memiliki anak demi isi penyuluhan stunting diterima oleh banyak
kalangan.
Penanggung jawab sekaligus pemateri dalam program kerja unggulan ini, mampu
membuat peserta penyuluhan aktif dan berpartisipasi dengan antusias. Pemateri menjelaskan
apa itu stunting dan stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang ditandai dengan
tinggi badan anak kurang dari standar WHO atau kurang jika dibandingkan anak-anak
seumurannya. Misalnya, Anak dapat dikatakan stunting ketika panjang atau tinggi badannya
menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi yang telah ditetapkan oleh WHO. Orang tua
perlu waspada jika kondisi ini terjadi di bawah usia 2 tahun. Semakin cepat deteksi stunting
pada anak, semakin cepat penanganan stunting dan perbaikan gizi pada anak sehingga anak
dapat tumbuh dengan optimal. Menurut WHO, stunting merupakan sebuah gangguan pada
tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun
stimulasi yang tak memadai. Jumlah penderita stunting di Indonesia menurut hasil Riskesdas
2018 terus menurun. Tetapi langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan demi
peningkatan sumber daya manusia yang sangat berdampak bagi pembangunan negeri.
Dengan inisiatif dan keputusan kelompok 007 yang mengambil program kerja unggulan
yaitu “Gerakan Pencegahan Stunting (GETANTING) & Optimalisasi Sumber Daya” serta
menargetkan para ibu atau calon ibu yang belum, ingin dan sudah memiliki anak diterima
dengan baik oleh warga yang antusias dengan penyluhan ini. dan hasilnya banyak dari
partisipasi yang aktif dan antusias dalam penyluhan ini
Untuk mahasiswanya sendiri dapat mengaplikasikan ilmu nya pada kerja nyata baik
secara emosional, fisik, dan sosial. Dengan kegiatan KKN secara berkelompok, mahasiswa
dapat belajar mengenali kelemahan dan pengembangan masing-masing kemampuannya untuk
mengatasi berbagai persoalan yang ada di masyarakat.
V. Saran dan Kesimpulan
a. Saran
•
Bagi fasilitator hendaknya mengidentifiksasi permasalahan yang dihadapi kelompok
peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat memilih model pembelajaran
yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran.
•
Pembelajaran menggunakan model experiential learning memerlukan persiapan yang
maksimal agar proses belajar mengajar dapat terlaksanakan dengan lancar.
•
Kesuksesan dan keterlaksanaan suatu model pembelajaran sangat tergantung dari
semua komponen yang ada termasuk fasilitator, peserta didik, sarana prasarana dan lain
sebagainya.
b. Kesimpulan
Model experiential learning merupakan suatu metode belajar dimana dalam prosesnya
menggunakan pengalaman sebagai media belajar. Dalam experiential larning pengalaman
(experience) memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Siswa/Peserta dalam
experential learning dilibatkan dalam 2 proses, yaitu "belajar dengan melakukan" dan dengan
merefleksikan pengalaman.
Model experential learning baik jika diberlakukan terhadap pembelajaran kelompok.
Peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada kerja nyata baik secara emosional,
fisik, dan sosial. Dalam prosesnya peserta-peserta di dalam kelompok menerapkan
langsung kegiatan kerja tim yang dapat dijadikan pengalaman bagi mereka (praktek). Dalam
kegiatan project berkelompok juga peserta dapat berbagi ide, informasi, pengetahuan
berdasarkan pengalaman masing-masing individu dalam kelompok untuk memecahkan
masalah dan mencapai tujuan project.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, N. (2019). Model Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integratif Interkonektif Berbasis pada
Pengembangan Masyarakat yang Produktif Inovatif dan Kreatif. Panangkaran: Jurnal
Penelitian Agama Dan Masyarakat, 2(2), 219-238.
https://www.kompasiana.com/anditya76675/63326d2408a8b564ce4761a2/kelompok-kkn007-menggelar-penyuluhan-pencegahan-stunting-di-desa-krandegan-dipenuhi-antusiaspeserta diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, pukul 21:30