Academia.eduAcademia.edu

JURNAL SKRIPSI talking stick

This research aims to know the influence of used Talking Stick method for the result of student's learn on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution in grade X MAN 2 Samarinda. Population in this research are all of student in X grade of MAN 2 Samarinda. Research's sample taken from X-4 and X-5 with each amount student class are 38 student. Class of X-4 used a direct learning method, while class of X-5 is a class that used Talking Stick learning method. Research's result is analyze by used the t test, which is obtained -tarithmatic = -4,53 and -ttable = -2,042, because -tarithmatic < -ttable, that is -4,53 < -2,042. So H0 rejected and Ha accepted, so that, there are influence of used Talking Stick learning method for the result of student's learn on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution in grade X MAN 2 Samarinda. In this research, the result of student's learn used Talking Stick learning method is better than student were used direct learning method on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SUBPOKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 2 SAMARINDA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sunti Eka Prawesti, Abdul Aziz, Muflihah [email protected] Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRACT This research aims to know the influence of used Talking Stick method for the result of student’s learn on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution in grade X MAN 2 Samarinda. Population in this research are all of student in X grade of MAN 2 Samarinda. Research’s sample taken from X-4 and X-5 with each amount student class are 38 student. Class of X-4 used a direct learning method, while class of X-5 is a class that used Talking Stick learning method. Research’s result is analyze by used the t test, which is obtained -tarithmatic = -4,53 and -ttable = -2,042, because - tarithmatic < -ttable, that is -4,53 < -2,042. So H0 rejected and Ha accepted, so that, there are influence of used Talking Stick learning method for the result of student’s learn on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution in grade X MAN 2 Samarinda. In this research, the result of student’s learn used Talking Stick learning method is better than student were used direct learning method on the subject of electrolyte and nonelectrolyte solution. Keyword : Talking Stick, learning method, study result, The Electrolyte and Nonelectrolyte Solution PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu modal yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama pada bangsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pendidikan itu sendiri berfungsi membimbing siswa kearah tujuan yang bernilai tinggi, dan hendaknya apa yang diajarkan nanti dapat dipahami sepenuhnya oleh semua siswa. Oleh karena itu, dalam konteks ini, sangat penting dilakukan inovasi dan pengembangan di bidang pembelajaran khususnya model pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru ketika melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran kimia pada dasarnya merupakan pembelajaran yang sebagian besar topik-topik pembahasannya bersifat abstrak. Pelajaran kimia juga sangat erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari dan telah memberikan banyak manfaat bagi manusia. Oleh karena itu guru harus mempunyai model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan agar siswa dapat dengan mudah menerima materi yang diajarkan. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai akan menciptakan proses pembelajaran yang baik karena proses pembelajaran yang membosankan dan cenderung tidak menyenangkan akan membuat siswa menjadi enggan untuk mengikutinya. Jika model yang digunakan sesuai dengan materi pelajaran maka siswa mudah untuk menerima materi tersebut dan dapat melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran dan kurangnya penggunaan komunikasi dua arah yang sebenarnya dapat menggali kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar di kelas. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya memilih model yang tepat agar siswa juga bisa ikut berperan aktif contohnya menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Model pembelajaran Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, yaitu dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya dengan diiringi sebuah musik. Hal ini dilakukan hingga sebagian besar siswa berkesempatan mendapat gilirannya, sehingga semua siswa aktif melaksanakan kegiatan pembelajara. Materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu subpokok bahasan ilmu kimia yang diberikan di kelas X SMA/MA. Materi ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: pertama bersifat abstrak, kedua pemahaman konsep, ketiga penerapan konsep. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Pada Subpokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Siswa Kelas X MAN 2 Samarinda”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X MAN 2 Samarinda. METODE PENELITIAN Nilai total hasil belajar siswa yang akan diambil diperoleh dari 20 % dari nilai lembar hasil pengamatan pertemuan I, 40 % pertemuan II dari nilai posttest, dan 40% nilai ulangan harian pada pertemuan III. Pada akhir penelitian akan didapat dua data yaitu data pertama berasal dari kelas yang menggunakan pembelajaran langsung dalam kegiatan pembelajaran dan data kedua dari kelas yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Data yang diperoleh melalui tes hasil belajar diolah dengan statistik, dimana dalam hal ini digunakan uji t untuk membandingkan dua nilai rata–rata yaitu rata–rata nilai pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung dan rata–rata nilai pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Uji t dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu uji t yang variansi homogen dan uji t variansi heterogen. Homogen atau heterogen kedua varians dapat diketahui dengan uji F (Pramudjono, 2002). Kriteria untuk menarik kesimpulan adalah : Bila thitung > ttabel atau thitung < -ttabel maka Ho ditolak atau Ha diterima dengan α = 5%. Artinya ada pengaruh penerapan model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X MAN 2 Samarinda. Bila -ttabel ≤ thitung ttabel maka Ho diterima atau Ha ditolak dengan α = 5%. Artinya tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X MAN 2 Samarinda. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas X-4 dan X-5 dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 76. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas Hasil dari uji homogenitas yang dilakukan dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Sebelum Diberi Perlakuan No. Analisis Data Kelas X-4 Kelas X-5 1. Nilai rata-rata 70,13 68,95 2. Fhitung 1,05 3. Ftabel(5%) 1,84 4. thitung -0,73 5. ttabel(5%) -1,671 Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat Fhitung = 1,05 dan Ftabel = 1,84, sehingga Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data homogen, sedangkan uji t diperoleh thitung = -0,73 dan ttabel = -1,671 Karena - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel = - 1,671 ≤ -0,73 ≤ 1,671, maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan daya serap pada kedua kelas sampel sebelum diberikan perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan penelitian. Penelitian dilaksanakan menjadi tiga kali pertemuan. Data hasil belajar siswa kelas X-4 dan X-5 diperoleh dari hasil tes yang dilakukan oleh peneliti. Adapun analisis data seperti dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Setelah Diberi Perlakuan No. Analisis Data Kelas X-4 Kelas X-5 1. Nilai rata-rata 71,34 77,86 2 Fhitung 1,97 3 Ftabel 1,84 4 thitung -4,53 5 -ttabel -2,042 Sumber : Hasil Penelitian Hasil analisis data setelah diberi perlakuan menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung. Rata-rata kelas X-4 dan kelas X-5 berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat Fhitung = 1,97 dan Ftabel = 1,84, sehingga Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data heterogen. Dari hasil uji t -thitung < -ttabel, yaitu -4,53 < -2,042, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X MAN 2 Samarinda. Pembahasan Perbedaan proses pembelajaran kelas X-5 dan kelas X-4 akan dibahas sebagai berikut : Proses pembelajaran Talking Stick di kelas X-5 Proses pembelajaran X-5 dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Penjelasan tujuan pembelajaran agar siswa mendapat tujuan yang jelas atau kesimpulan akhir yang jelas pada akhir pertemuan. Setelah itu guru menyiapkan dua tongkat sambil menjelaskan proses pembelajaran menggunakan Talking Stick. Diharapkan dengan pemberitahuan terlebih dahulu siswa dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik agar dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Tahap selanjutnya guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya. Tahap ini sama dengan pembelajaran konvensional biasa, penjelasan dilakukan dengan metode ceramah dan ada demonstrasi tentang pembuktian larutan elektrolit dan nonelektrolit di pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua saat guru menyampaikan materi ada demonstrasi untuk membedakan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit. Saat guru sudah menyampaikan semua materi yang perlu disampaikan di hari itu guru mempersilahkan siswa dengan diberi waktu 5 menit untuk membaca catatan atau buku pegangannya. Hal ini dilakukan agar mereka bisa mengulang dan mengingat apa yang sudah disampaikan oleh guru. Saat siswa sudah selesai membaca buku dengan batas waktu yang diberikan guru menyuruh siswa untuk menutup buku dan bersiap untuk memulai Talking Stick. Guru mengambil dua tongkat dan diberikan kepada siswa, tongkat ke 1 atau tongkat berwarna merah diberikan kepada siswa barisan depan untuk menjawab pertanyaan dan tongkat ke 2 atau tongkat berwarna biru diberikan pada siswa barisan paling belakang untuk memberikan pertanyaan. Tongkat dibagi menjadi dua agar menghemat waktu, karena dengan jumlah siswa yang banyak dan waktu pembelajaran yang sedikit tidak memungkinkan untuk melakukan permainan Talking Stick seperti biasa. Tongkat pertama berwarna merah, tongkat ini untuk barisan atau kelompok yang menjawab pertanyaan dari siswa yang memegang tongkat kedua yang berwarna biru. Pada pertemuan pertama siswa yang sudah dibagai menjadi dua yaitu barisan depan dengan jumlah siswa 19 orang dan barisan belakang dengan jumlah siswa 19 orang. Barisan depan mendapat giliran pertama untuk menjawab pertanyaan dan barisan belakang untuk memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru. Pada pertemuan kedua, barisan depan mendapat tongkat yang berwarna biru dan barisan belakang mendapat tongkat berwarna merah. Sehingga barisan depan dan belakang sama-sama pernah mendapat kesempatan untuk menjawab dan memberikan pertanyaan. Siswa yang mendapat tongkat biru mengambil pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru, dan siswa yang mendapat tongkat merah menjawab pertanyaan dari temannya. Pada saat musik dimulai tongkat berjalan dari satu siswa ke siswa yang lain dalam satu kelompok, saat musik berhenti siswa yang memegang tongkat yang akan mendapat pertanyaan dan memberikan pertanyaan tergantung tongkat yang mereka pegang. Model pembelajaran Talking Stick terbukti tidak membosankan karena siswa tidak terlihat bosan, mengantuk, dan tidak memperhatikan guru. Musik dan games bermain tongkat ini membuat siswa lebih rileks, semangat dan juga merasa deg-degan saat tongkat dijalankan. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Widiastuti (2010) yang melakukan penelitian pemanfaatan media lagu, gambar, dan permainan untuk peningkatan prestasi siswa dalam pelajaran bahasa mandarin di tk siloam surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan dan musik membuat mereka merasa nyaman, tenang, rileks, bersemangat, dapat meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan hasil belajar. Saat semua siswa sudah mendapat giliran menjawab dan memberikan pertanyaan guru dan siswa sama-sama membuat kesimpulan akhir pembelajaran. Guru menuntun siswa membuat kesimpulan-kesimpulan setelah akhir pembelajaran yang didapat dan guru juga bisa mengetahui apa saja yang bisa diserap oleh siswanya dari materi yang telah disampaikan. Akhir dari pembelajaran ditutup dengan evaluasi yaitu post test di pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama tidak diadakan post test karena belum semua siswa mendapat giliran menjawab atau memberikan pertanyaan, sehingga post test diadakan di pertemuan kedua saat semua siswa sudah mendapat kesempatan menjawab dan memberikan pertanyaan. Setelah post test diadakan ulangan harian pada pertemuan ketiga untuk mengetahui hasil belajar siswa untuk materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X-5 yaitu 77,86. Hasil tersebut menandakan bahwa nilai rata-rata siswa diatas nilai SKM (Standar Ketuntasan Minimal). Hasil observasi guru pada pertemuan pertama adalah 80% dan 91% pada pertemuan kedua. Dari hasil yang ditunjukkan terlihat bahwa guru melakukan tahapan pembelajaran dengan sangat baik. Hasil observasi siswa pada pertemuan pertama dan kedua dilihat dari rata-rata semua siswa melakukan tahapan pembelajaran dengan baik. Dari hasil wawancara guru dan siswa mengatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Talking Stick bisa membantu anak-anak dalam belajar dan pembelajaran di kelas lebih menyenangkan, tidak membosankan, tidak membuat mengantuk, tidak monoton dan lebih santai. Proses pembelajaran konvensional di kelas X-4 Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas X-4 menggunakan strategi pembelajaran konvensional/langsung. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi percobaan tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit. Metode ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. Sedangkan metode demonstrasi agar siswa lebih paham dengan percobaan nyata dan tidak hanya membayangkan apa yang mereka dapat dari materi yang disampaikan. Metode demonstrasi juga dapat mempersingkat waktu, dengan diberikan satu contoh mereka sudah dapat mengamati dengan baik. Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit, mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya, menentukan reaksi ionisasi dan menjelaskan senyawa kovalen. Proses kegiatan belajar mengajar diawali dengan menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang akan disampaikan, untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi. Pemberian apersepsi dilakukan agar siswa mengetahui apa saja yang akan mereka pelajari, apa saja yang harusnya akan diketahui, dan membangkitkan rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan serta memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik pada materi yang disampaikan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi tapi seperti biasa siswa sudah mulai terlihat malas-malasan saat mendengarkan penjelasan dari guru, masih terdapat sebagian siswa yang tidak fokus dikarenakan peran guru sangat dominan didalam proses belajar mengajar. Guru memberikan umpan balik kepada siswa, agar siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, namun tidak cukup berhasil, hanya sebagian siswa yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Saat guru memberikan demonstrasi siswa terlihat antusias kembali, demonstrasi tentang percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pada pertemuan kedua guru memberikan demonstrasi tentang larutan elektrolit kuat, lemah dan nonelektrolit. Setelah menyampaikan materi guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab. Pada pertemuan kedua diadakan post test diakhir pembelajaran dan ulangan harian di pertemuan ketiga. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X-4 yaitu 71,34. Hasil tersebut menandakan bahwa nilai rata-rata siswa masih dibawah nilai SKM (Standar Ketuntasan Minimal). Perhatian dan antusias siswa dirasakan kurang maksimal, pada saat guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik sebagian siswa tidak mampu menjawabnya. Sehingga tidak semua informasi tentang materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Pengaruh hasil belajar menggunakan model pembelajaran Talking Stick Berdasarkan perhitungan rata-rata lembar hasil pengamatan, post test dan ulangan harian siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat bahwa rata-rata hasil tes yang diajar menggunakan model pembelajaran Talking Stick lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan tanpa menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Rata-rata lembar hasil pengamatan kelas X-4 dengan kelas X-5 adalah 19 dan 20, untuk post test adalah 29 dan 29 sedangkan ulangan harian adalah 24 dan 29. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 4.1. Grafik 4.1 Perbandingan Nilai Siswa Kelas X-4 dan X-5 Hasil dari grafik 4.1 ini semakin diperkuat dengan hasil pengolahan data yang menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, dimana siswa pada kelas eksperimen memberikan peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Hasil analisis data setelah diberi perlakuan menunjukkan rata-rata kelas X-4 adalah 71,34 dan rata-rata kelas X-5 adalah 77,86. Berdasarkan nilai rata-rata didapat Fhitung = 1,97 dan Ftabel = 1,84, sehingga Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data heterogen. Dari hasil uji t, -thitung < -ttabel, yaitu -4,53 < -2,042, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X MAN 2 Samarinda. Proses pembelajaran di kelas eksperimen dapat diikuti dengan baik oleh siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa sangat memperhatikan penjelasan guru agar bisa menjawab soal-soal latihan pada saat permainan Talking Stick dimulai. Siswa banyak berperan aktif selama proses pembelajaran di kelas seperti menjawab pertanyaan guru bahkan berani untuk bertanya kepada guru kalau siswa tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru. Berbeda dengan biasanya mereka tidak berani bertanya dikarenakan malu untuk bertanya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Talking Stick mempengaruhi hasil belajar siswa pada subpokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X MAN 2 Samarinda. Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung terlihat dari hasil rata-rata siswa yaitu kelas X-4 nilai rata-ratanya 71,34 sedangkan X-5 nilai rata-ratanya 77,86. Berdasarkan Hasil penelitian dan kesimpulan diatas, saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : Guru diharapkan mampu menguasai teknologi sehingga memudahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Perencanaan alokasi waktu yang baik, karena model pembelajaran Talking Stick memerlukan lebih banyak waktu, terutama untuk melakukan demonstrasi dan menjalankan permainan Talking Stick. Materi tergolong penerapan konsep diharapkan guru memanfaatkan penggunaan model pembelajaran Talking Stick untuk mendukung hasil belajar siswa, memberikan minat dan pemahaman yang memudahkan siswa belajar. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dimyanti. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang Press. Pramudjono. 2010. Statistika Dasar. Samarinda: Purry Kencana Mandiri. Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sagala, S., 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Solihatin, E., 2012. Strategi Pembelajaran PKN. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, N., 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susilo. 2009. Prinsip dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta: Poliyama Widya Pustaka. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: Penerbit ITB. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Utomo, G. 2011. Media belajar Online Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.html. Diakses tanggal: 12 desember 2013. Vogel.1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman. Widiastuti, M. N. 2010. Pemanfaatan Media Lagu, Gambar, Dan Permainan Untuk Peningkatan Prestasi Siswa Dalam Pelajaran Bahasa Mandarin Di Tk Siloam Surakarta. Tugas Akhir Program Diploma III Bahasa China Universitas Sebelas Maret Surakarta. eprints.uns.ac.id/10543/1/154882208201005041.pdf. (15 April 2014)