Academia.eduAcademia.edu

ukur tanah

buku

1 PENULIS Drs. Nugroho Muhammad Sofwan Hadi, M.Pd i KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai. Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatankegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta . Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal. Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045). Jakarta, Januari 2014 Direktur Pembinaan SMK Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA ii DAFTAR ISI PENULIS ............................................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii GLOSARIUM ...................................................................................................... iv I. Pendahuluan .................................................................................................. 1 A. Deskripsi................................................................................................. 1 B. Prasyarat ................................................................................................. 1 C. Petunjuk Penggunaan ............................................................................. 1 D. Tujuan Akhir .......................................................................................... 2 E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar................................................. 2 F. Cek Kemampuan Awal. ............................................................................. 4 II. Pembelajaran ................................................................................................. 6 A. Deskripsi................................................................................................. 6 B. Kegiatan Belajar ..................................................................................... 6 C. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan .................................................... 8 Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat ................................ 72 Garis ............................................................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 136 iii GLOSARIUM Nivo adalah bejana gelas tertutup yang pada satu sisinya cenbung, berisi cairan (biasanya ether) hampir penuh,sehingga ada bagian sisa berupa gelembung udaranya (uap ether) Nivo kotak adalah nivo dimana bejananya berbentuk kotak atau lingkaran dan sisi cembungnya berasa di bagian atas, sehingga dalam keadaan mendatar gelembungnya akan berada di tengah kotak atau lingkaran bejana tersebut. Nivo tabung adalah nivo dimana bejananya berbentuk tabung lengkung,dan bagian lengkungnya berasa di bagian atas, sehingga dalam keadaan mendatar gelembungnya akan berada di tengah tabung tersebut. Nivo U adalah nivo tabung yang diatur dengan cermin sedemikian rupa, sehingga bila berada dalam keadaan mendatar akan memperlihatkan gelembung berbeentuk U Garis nivo adalah garis khayal yang menyinggung gelembung udara yang ada di dalam nivo. Garis nivo ini mendatar seandainya gelembung nivo berada di bagian atas sisi kaca baian cembungnya dan pada posisi mendatar inilah menjadi pengertian umum garis nivo. Garis bidik adalah garis pandangan mata kita melalui lubang teropong terus ke perpotongan benang diafragma Benang diafragma adalah dua buah benang atau goresan silang pada diafragma membentuk salib sumbu yang berada di dalam sebuah teleskop , yang satu tegak disebut benang diafragma tegak dan yang satu lagi mendatar disebut benang diafragma mendatar. Diafragma adalah bidang berupa lempeng kaca, dimana bayangan dari benda yang berada di depan lensa objektif akan tampak. Benang stadia adalah dua buah benang atau goresan pada diafragma yang jaraknya sama dan sejajar dengan benang diafragma mendatar Teleskop adalah teropong yang di dalamnya terdapat lensa objektif dan lensa okuler, sehingga dapat melihat benda jauh serta seringkali dilengkapi dengan benang diafragma sebagai pengarah bidikan iv I. Pendahuluan A. Deskripsi Buku ini membahas mengenai cara mengoperasikan beberapa alat ukur tanah utama yang banyak digunakan dalam pengukuran, antara lain pita ukur/meteran, kompas, penta prisma, cermin sudut, klinometer, odometer, alat ukur sipat datar/waterpass dan alat sipat ruang/theodolite berserta kelengkapannya, seperti kaki tiga atau statif, unting-unting dan rambu ukur. Buku ini merupakan buku dasar karena berisi dasar pengetahuan bagi mereka yang akan mempelajari atau bekerja di bidang pengukuran tanah. Setelah menguasai modul ini perseta didik bukan saja hanya sekedar mengenal beberapa alat ukur utama yang banyak digunakan dalam pengukuran, tetapi juga mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya serta mampu mengoperasikan sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi pada penggunaan alat-alat tersebut, dan mampu merawatnya dengan baik. B. Prasyarat Sebelum mempelajari Buku ini, siswa diharapkan telah memahami Ilmu yang berkaitan erat dengan Survei dan Pemetaan, yaitu Matematika Terapan. C. Petunjuk Penggunaan Untuk mempermudah peserta mempelajari modul ini, diharapkan peserta mengikuti semua petunjuk-petunjuk berikut : 1. Peserta harus memiliki kemauan yang keras/ aktif dalam mengikuti pelajaran 2. Bacalah Tujuan Umum Pembelajaran (TUP) sebagai acuan siswa dalam mempelajari modul ini 3. Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar, oleh sebab itu siswa diharuskan menguasai terlebih dahulu kegiatan belajar yang satu, baru dapat meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya. 1 D. Tujuan Akhir Tujuan Akhir setelah mempelajari Buku ini, diharapkan siswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup survei dan pemetaan 2. Menerapkan jenis-jenis peralatan survei dan pemetaan 3. Menerapkan jenis-jenis pekerjaan survei dan pemetaan 4. Menerapkan proses pelaksanaan pekerjaan dasar-dasar survei dan pemetaan. 5. Mengelola pengukuran dasar-dasar survei dan pemetaan. 6. Menerapkan fungsi masing – masingbegian dari peralatan jenis optis 7. Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat rruang (Theodilite) 8. Menerapkan teknik perawatan alat jenis optic 9. Menerapkan teknik pengecekan alat jenis optik 10. Menerapkan proses pengecekan kebenaran data pengukuran E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti dan kompetensi Dasar yang akan siswa pelajari : KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KOMPETENSI DASAR 1.1 1.2 2. Menghayati dan Mengamalkan 2.1 perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2.2 Menambah keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur karakteristik ilmu ukur sudut, aljabar, ilmu ukur bidang datar. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan penggolongan jenis peralatan survey pemetaan, jenis–jenis pekerjaan survei pemetaan, pengoperasian alat sipat datar, alat sipat ruang, penjelasan metode pengambilan data dan diskusi. Menghargai kerja individu dan 2 kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi dasar-dasar penyetelan alat sipat datar dan alat sipat ruang, pengisian daftar ukur, melaksanakan pengukuran pekerjaan dasardasar survey pemetaan di lapangan. 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 3.1 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. 4.1 Memahami ruang lingkup survei dan pemetaan. 3.2 Menerapkan jenis-jenis peralatan survei dan pemetaan 3.3 Menerapkan jenis-jenis pekerjaan survei dan pemetaan 3.4 Menerapkan proses pelaksanaan pekerjaan dasardasar survei dan pemetaan. 3.5 Menerapkan peralatan ukur jenis optik. 3.6 Menerapkan fungsi masingmasing bagian dari peralatan jenis optik. 3.7 Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang (theodolit). 3.8 Menerapkan teknik perawatan jenis optik. 3.9 Menerapkan teknik pengecekan alat jenis optik. 3.10 Menerapkan proses pengecekan kebenaran data pengukuran. 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 Menelaah prinsip-prinsip survey pemetaan. Mengelola jenis-jenis peralatan survey pemetaan. Mengelola jenis-jenis pekerjaan survei dan pemetaan. Mengelola pekerjaan dasardasar survei pemetaan. Mengelola peralatan ukur jenis optik. Menalar fungsi-fungsi bagian dari peralatan optik. Menelaah pengoperasian peralatan sipat datar (leveling) dan alat sipat ruang (theodolit). Mengelola hasil perawatan alat jenis optik 3 4.9 Mengelola hasil pengecekan alat jenis optik 4.10 Mengelola hasil proses pengecekan kebenaran data pengukuran. F. Cek Kemampuan Awal. Sebagai Cek Kemampuan awal siswa, sebelum mempelajari buku ini hendaknya siswa mengerjakan pertanyaan pertanaan berikut, dan bila telah dapat menjawab sesuai dengan kunci jawaban, maka siswa baru diperkenankan mempelajari buku ini sesuai urutan materi yang ada. Pertanyaan : 1. Sebutkan macam – macam peralatan tukang batu disekitar/ dilingkungan tempat tinggal Anda (sebanyak – banyaknya) 2. Sebutkan macam – macam peralatan yang ada disekitar kelas Anda 3. Sebutkan rumus – rumus dasar matematika yang sering Anda gunakan sehari – hari Kunci Jawaban : 1. Macam – macam peralatan tukang batu disekitar Kita antara lain : a. Sendok semen b. Singkup c. Cangkul d. Mistar siku – siku (dari besi) e. Slang plastic f. Unting – unting g. Ember h. Waterpass i. Perancah/ tangga j. Sendok perata k. Pita Ukur (5m – 15 m) l. Pensil m. Penggaris n. Dan lain - lain 4 2. Rumus – rumus dasar matematika yang biasa dipergunakan sehari – hari antara lain : a. A + B = C maka B = C - A dan A = C = B b. A/B = C maka A = B x C dan B =A/C c. A/B = C/D > A x D = C x B d. Luas Persegi Empat = Panjang X Lebar e. Luas Segitiga = Alas X Tinggi : 2 f. Luas Trapesium = (sisi sejajar atas + sisi sejaja bawah ) tinngi :2 g. Luas lingkaaran = π x r2 h. Keliling Lingkaran = 2 x π x r i. Pytagoras: sisi miring = akar dari Jumlah Kuadrat sisi siku – kunya j. Sin < α = sisi tegak : sisi miring (segitiga) k. Cos < α = sisi datar : sisi sisi miring (suatu segita) l. Tangent < α = sisi tegak : sisi datar 5 II. Pembelajaran A. Deskripsi Ilmu Ukur Tanah/ Survei dan Pemetaan adalah sebagian kecil dari ilmu yang lebih luas, dinamakan Ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai 2 maksud/tujuan yaitu : 1. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk permukaan bumi. 2. Maksud praktis, yaitu yang mempelajari penggambaran sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi, yang dinamakan peta. Untuk mencapai maksud di atas, maka perlu dipelajari bagaimana melakukan pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan karena adanya gunung-gunung yang tinggi dan lembahlembah yang curam. Pengukuran yang akan dipelajari dibagi-bagi dalam pengukuran mendatar dari titik-titik yang terletak di atas permukaan bumi dan pengukuran tegak guna mendapatkan tegak antara titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi yang tidak beraturan, ke dalam bidang gambar datar (peta) maka diperlukan bidang perantara sehingga keadaan dapat dilakukan dengan mudah. Sebagai bidang perantaranya adalah bidang datar. Karena permukaan bumi yang akan kita ukur hanya mempunyai ukuran tidak lebih dari radius 55 km, meskipun permukaan bumi itu lengkung (tidak datar) maka kita anggap datar. B. Kegiatan Belajar Kegiatan Belajar 1. a. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan. 2. Menjelaskan Tentang Besaran/ Satuan pada survey dan pemetaan 3. Menjelaskan Tentang Peta b. Uraian Materi 1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan. 6 A. Pengamatan 1 1. Lakukan pengamatan tentang benda-benda disekitar Anda, bagaimanakah kedudukannya terhadap benda lain antara lain jaraknya, besarnya (panjangnya, lebarnya, tingginya), berapakah perbedaan ketinggiannya antara benda yang satu dengan benda yang lain, misalnya perbedaan tinggi antara muka kursi dan muka meja, dsb 2. Amatilah benda-benda tersebut sebanyak-banyaknya, dan tulislah sebagai hasil pengamatan Anda, yang mana hasil tersebut akan didiskusikan dengan hasil pengamatan dari teman – teman Anda. B. Bandingkan Dan Simpulkan Dalam hal tersebut di atas, masing – masing siswa pasti ada kekurangan dan ada kelebihannya, untuk itu bandingkan hasil pengamatamu dengan teman – teman lainnya, kemudian saling melengkapi hasil pengamatannya masing – masing. C. Tujuan Survei dan Pemetaan Secara umum, tujuan Survei dan Pemetaan adalah menerapkan bagaimana cara : 1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di atas permukaan bumi. 2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang berbeda di atas atau di bawah suatu bidang yang berpedoman pada permukaan air laut rata – rata/ Mean Sea Level (MSL). 3. Menentukan bentuk atau relief permukaan tanah beserta benda – benda yang ada dipermukaan tanah tersebut. 4. Menentukan panjang, arah/ sudut, dan koordinat suatu titik (posisi) dari titik lain yang terdapat pada permukaan bumi, dan menghitung luas daerah yang telah dibatasi suatu areal tertentu. 7 .A C . B . Titik A terletak Titik B terletak di atas permukaan dibawah permukaan tanah tanah tanah Titik C terletak pada permukaan Gambar 1 C. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan 1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan antara lain : a. Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk menentukan batas-batas tanah milik pemerintah, milik perorangan dan milik swasta sehingga dapat untuk membuat Sertifikat Hak Milik (SHM), menentukan besarnya pajak kepada pemerintah/ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). b. Kementrian pekerjaan umum dalam rencana pembuatan jalan, saluransaluran/parit-parit dan irigasi besar kecil sebagaimana disebut dalam ruang lingkup diatas. c. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang menentukan batas-batas sebuah negara dengan negara tetangganya (menentukan batas negara harus diukur oleh kedua belah pihak dengan perjanjian-perjanjian bersama dan dilindungi oleh undangundang). d. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) tentang batas – batas tambang minyak, tambang batu bara, tambang emas dsbnya. e. Jawatan Topografi Angkatan Darat, dibidang kemiliteran, dalam penentuan situasi Medan Pertempuran. f. Maritim, parawisata, transmigrasi dan pembuatan proyek - proyek kecil maupun proyek besar dan pemeliharaannya. g. Perancanaan Tata Kota dll. 8 h. Mengadakan pengukuran tanah untuk pemetaan dengan skala-skala tertentu dari data –data lapangan dipindahkan di atas kertas yang disebut PETA. i. Fotogrametri yaitu pengukuran yang salah satu unsurnya menggunakan foto udara. j. Pengukuran hidografi yaitu pengukuran untuk mendapatkan gambar permukaan dasar laut dan lain-lain. k. Selain hal tersebut, luas tanah juga diperlukan untuk perencanaan kotamadya, perluasan suatu daerah, rsncana jalan, rencana pengairan, dan rencana transmigrasi. 2. Besaran/Satuan Pada Pekerjaan Survai dan Pemetaan Zaman dahulu orang untuk membuat peta mempergunakan satuan ukuran “satu hari perjalanan” yaitu mulai tertib matahari sampai tenggelamnya matahari. Untuk daerah kecil mereka mempergunakan langkah kaki. Tentunya ukuran tersebut kurang teliti mengingat medan yang dilaluinya tidaklah sama. Demikian pula untuk langkah kaki, tiap-tiap orang panjang langkahnya berbeda. Pada akhir abad kedelapan belas, oleh Akademi Kerajaan untuk Kesenian, Kebudayaan dan Pengetahuan di Paris, telah diketemukan satuan panjang yaitu meter sebagai sepersepuluh juta panjang meridian bumi. Seabad kemudian dibuatlah meter standard dari bahan platina yang disimpan di Bureau Internationale des Poides et Measures Bretuil di kota Paris. Karena meter standar ini dibuat dari logam, maka tentu saja akan dipengaruhi oleh perubahan suhu udara. Sehingga pada tahun 1927 pada konferensi ukuran dan berat internasional, ditentukan satu meter menggunakan panjang gelombang garis merah pada spektrum kadmium dalam udara yang kering, dalam suhu 15 o c dan tekanan udara sebenar 760 mm tinggi air raksa. Panjang tahun 1957, oleh comite consoltatif pour la Definition du metre diusulkan panjang meter ditentukan dengan gelombang garis merah muda pada spektrum dari krypton isotop 86. Pada bulan Oktober 1960 di 9 Paris, usul tersebut telah diterima oleh “La Xie Conference Generale des Poid et Measures”. Dengan demikian sekarang satuan panjang telah ditentukan sangat teliti. yaitu : Satuan Jarak : 1 km (kilometer) = 1000 m 1 hm (hektometer) = 100 m 1 dam (dekameter) = 10 m 1 dm (desimeter) = 0,1 m 1 cm (centimeter) = 0,01 m 1 mm (milimeter) = 0,001 m 1” (mu) = 0,0001 mm = 0,000001 m 1 Yard (Inggris) = 3 feet = 0,914 m Satuan Luas : Ukuran luas yang digunakan untuk Survei dan Pemetaanadalah : 1 ha (hectare) = 10.000 m2 = 1 hm2 (kwadrat) 1 a (are) = 100 m2 = 1 dam2 1 ca (centiare) = 1 m2 1 km2 (kwadrat) = 1.000.000 m2 1 hm2 = 10.000 m2 1 dam2 = 100 m2 1 dm2 = 0,001 m2 1 cm2 = 0,00001 m2 1 bau = 500 tumbak = 1 tumbak/ubin/bata = 14 m2 7096 m2 Untuk menghindarkan pangkat dua sebagai kuadrat dan memudahkan menulis, maka tanda kuadrat dapat menggunakan q sehingga untuk : 1 km2 dapat ditulis q km 1 hm2 dapat ditulis q hm, dan seterusnya 10 Satuan Sudut Besaran sudut, dasarnya adalah lingkaran yang dibagi menjadi empat bagian, yang disebut kuadran. Selanjutnya kita mengenal 3 cara menentukan besaran sudut yaitu : a. Cara seksagesimal, yaitu dengan membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat, menulisnya 3600. Dengan demikian satu kuadran = 360o : 4 = 90o. Satu derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, yang disebut menit, menulisnya 60’. Satu menit dibagi lagi menjadi 60 bagian yang disebut detik/sekon, menulisnya 60”. Jadi 10 = 60’ 1’ = 60” b. Cara sentisimal Yaitu dengan membagi lingkaran dalam 400 bagian yang dinamakan grade, menulisnya 400g. Satu grade dibagi menjadi 100 bagian, yang dinamakan centrigrade, menulisnya 100c. Satu centrigrade dibagi lagi menjadi 100 bagian yang disebut centi-centrigrade, menulisnya 100cc. Jadi 1g = 100c 1c = 100cc c. Cara Radian (Radial) Sudut pusat didalam lingkaran yang mempunyai busur yang sama dengan jari-jari lingkaran sebesar satu radian. Kita tahu bahwa keliling lingkaran 2  r Satu lingkaran mempunyai sudut sebesar 2r = 2  radian r Hubungan dari ketiga cara tersebut di atas adalah : 3600 = 400g = 2  radian Satu radian disingkat dengan 1 (rad) = 57o17’ 44,81” Hubungan antara radian dengan seksagesimal 11 Tabel 1. Seksagesimal dijadikan Radial 3600 360 x60 360 x60 x60 1Rad    2 2 2 3600 3600   57 0 ,295780 = 57o17’ 44,81” 1Rad  2 6,283185308 1Rad  1Rad  360 x60 21600   343774677 2 6,283185308 360 x60 x60 1296000   206264,8062 2 6,283185308 Keterangan : 2 = 6,283185307 dihitung dengan mesin hitung (kalkulator). Hubungan antara radian dengan sentisimal 1Rad  400 g 400 g   63 g ,66197723 2 6,283185308 1Rad  400 x100c 40000c   6366c ,197724 2 6,283185308 1Rad  400 x100 x100cc 4000000cc   636619 cc ,7723 2 6,283185308 12 Tabel 2. Radial dijadikan Sentisimal Hubungan antara seksagesimal dengan sentisimal 10  400  1g ,11111111 360 1o  400 x100c  111c ,11111111 360 13 10  400 x100 x100cc  11111cc ,11111111 360 1  400 x100c 40000c   1c ,85185119 360 x60 21600 1  400 x100 x100cc 4000000c   3cc ,086419753 360 x60 x60 12960000 1g  360 0  0,9 0 400 1g  1g  1c  1cc  360 x60  54 400 36 x60 x60  3240 400 360 x60  0,54 400 x100 360 x60 x60  0,324 400 x100 x100 14 Tabel 3. Sentisimal jadi Seksagesimal Setelah anda mempelajari ketiga cara untuk menyatakan besaran sudut dan hubungan ketiga cara tersebut, marilah kita coba merubah besaran sudut yang telah diketahui pada cara seksagesimal ke cara sentisimal atau radian dan sebaliknya. 15 Perhatikan contoh di bawah ini : Contoh I : Diketahui sudut  = 1270 28’ 12” Besaran sudut akan dirubah secara sentisimal. Penyelesaian : 1270 = 127 x 1g,11111111 = 141g,1111109 28’ = 28 x 1c,8518511851 = 0,518518519 12” = 12 x 3cc,0841975 Jadi 127028’12” = 141g,63333 = 0,003703704 Dapat pula dihitung secara langsung sebagai berikut : 1270 28’ 12” = 1270 2812 x 400g = 141g,63333333 3600 Tabel 4. dari Seksagesimal dijadikan Sentisimal 16 17 Sehingga bila satuan sudut seksagesimal dirubah menjadi radian sbb : 1270 = 28’ = 12” = 2 x 127 360 2 x 28 360 x60 2 360 x60 x60 = 2,216 586 15 rad = 0,008 144 869 rad = 0,000 058 177 rad 2,224 771 198 rad Dapat pula dihitung secara langsung sebagai berikut : 1270 28’ 12” = 1270 2812 x 2  rad = 2,224 771 198 rad 3600 Contoh II Diketahui  = 3,779 350 506 rad Besaran sudut itu akan rubah ke cara seksagesimal Penyelesaian : 3,779350506 rad = 3,779350506 x 3600 = 2160 32’ 27” 2 Sekarang kita ubah besaran sudut tersebut ke cara sentisimal 3,779350506 rad = 3,779350506 x 400g = 240g 60c 09cc 258 2 Contoh III Diketahui  = 316g 13c 24cc Besaran tersebut akan kita ubah ke cara seksagesimal 316g 13c 24cc = 316 g13c 24cc x 3600 = 2840 31’ 8”,98 g 400 Sekarang kita ubah besaran sudut tersebut ke cara radian 316 g13c 24cc x 2  rad = 4,965796127 rad 316 13 24 = 400 g g c cc 18 3. Peta Salah satu kegunaan pengukuran tanah adalah untuk membuat peta. Peta adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara vertikal dari atas pada suatu bidang datar. Gambar dalam peta mencakup atau memuat segala sesuatu yang terlihat pada permukaan bumi dan memuat segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuatan peta. Dalam menggambar permukaan bumi yang disebut peta, harus digunakan skala proyeksi tertentu. Dengan adanya benda-benda alam dan benda-benda buatan manusia di atas permukaan bumi yang harus digambar, maka perlu dibuat tanda-tanda gambar agar dapat membedakan antara benda satu dengan benda lainnya. Tandatanda gambar itu disebut legenda. Pembuatan peta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Mempunyai skala. 2. Memakai sistem proyeksi. 3. Mempunyai legenda. 4. Mempunyai tulisan untuk keterangan yang lengkap. 3.1 Macam-Macam Peta 1. Peta Agraria Peta agraria dibuat dan diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau kotamadya dengan ukuran yang besar skala biasanya 1:1.000 atau 1:500. Di atas peta ini dapat dilihat keadaan tiap-tiap persil dengan bangunannya; digunakan untuk pajak tanah dan pekerjaan teknis. 2. Peta Teknik Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk pekerjaan teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung, jalan raya, jalan kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain untuk pembangunan. Skalanya disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang akan dilaksanakan 19 3. Peta Topografi Arti dari topografi ialah penjelasan lapangan secara tertulis. Jadi, peta topografi adalah peta yang lengkap menggambarkan daerah dengan detail-detail yang lengkap, mefnpunyai ketentuan-ketentuan internasional; umpamanya proyeksi yang dipakai ialah proyeksi Polyder berdasarkan garis-garis lintang dan meridian. Skala peta yang dipakai 1:50.000 dan 1:35.000 besamya tiap-tiap peta yaitu 20 x 20. Artinya 20 menit lintang dan .20 menit bujur. Dengan luas antara 18 x 13 cm. Peta ini dibuat oleh Dinas Topograpi Angkatan Darat. 4. Peta Hidrografi Peta hidrografi adalah peta yang menggambarkan keadaan pantai, dalamnya laut, dan menggambarkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pelayaran. 5. Peta Khusus Peta ini dibuat untuk suatu keperluan, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya. Misalnya: a. Peta statistik untuk keperluan Kantor Kepegawaian dan Kependudukan. b. Peta jalan untuk keperluan turisme. c. Peta sungai untuk-keperluan pelayaran sungai. d. Peta pengairan yang menyatakan daerah pengairan dan saluran air, baik untuk aliran sungai ke daerah pengairan maupun untuk mengalirkan air yang tetah digunakan. e. Peta geologi (macam lapisan tanah, gunung-gunung berapi, sungai di bawah tanah, dan lain-lain). f. Peta hutan yang menyatakan keadaan hutan dan keadaan tumbuhannya. 20 g. Peta triangutasi yaitu peta yang.menggambarkan khusus titik (tempat-tempat dengan koordinatnya). Sebagai titik-titik ikat kerangka peta yang diukur dengan teliti. 6. Peta Dunia Dengan persetujuan internasional, tiap negara dapat membuat peta dengan skala lebih kecil dari 1:1.000.000, bahkan dapat membuat peta dunia secara lengkap. Jadi, peta dunia ialah peta yang menggambarkan benua serta pulau-pulau beserta batas-batas tiap negara di selurun dunia dengan isinya. Artinya, keadaan tempattempat tiap negara, jalan, dan sungai sampai kepada flora dan faunanya. 3.2 Skala Peta Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas peta (kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi. Misalnya, peta skala 1:100.000 berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100.000 cm (1000 meter) di atas permukaan bumi. Untuk menentukan pemakaian skala peta, didasarkan atas 2 perbandinganyaitu : 1. Dapat mengukur jarak-jarak denah secara teliti. 2. Dapat menggambarkan suatu daerah yang luas dengan tidak banyak kesalahan-kesalahan yang besar. a. Jenis Peta Berdasar Skalanya Ditinjau dari skalanya, peta terdiri dari: 1. Peta teknik atau peta rencana. Skala 1:5000 dan lebih besar 1 : 1000; 1 : 500 dan seterusnya. 2. Peta topografi. Skala 1 : 10.000 sampai 1 : 200.000. 3. Peta geografi. 21 Skala 1 : 200.000 dan lebih kecil 1 : 50.000 ;1 : 200.000 dan seterusnya. b. Cara Menggambar dengan Skala Contoh: 1. Jarak pengukuran lurus/jarak sebenarnya = 36,4 km Skala gambar = 1 : 50.000 Jarak dalam kertas/peta JP = Js x Skala Jarak dalam kertas/peta JP 2. Jarak di lapangan = 3.640.000/5000=72.8 cm = 1 km Skala gambar = 1 : 50.000 Jarak dalam kertas/peta = JP = 100.000/50.000 = 2 cm 3. Jarak di peta = 2 cm skala gambar = 1 : 50.000 jarak sebenarnya JS =2x50.000=100.000 cm 1000 m 1 km c. Rangkuman 1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan : 1. Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2. Kementrian pekerjaan umum 3. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) 4. Jawatan Topografi Angkatan Darat, Mengadakan pengukuran tanah untuk pemetaan dengan skala-skala 5. Fotogrametri yaitu pengukuran yang salah satu unsurnya menggunakan foto udara 6. Pengukuran hidografi 7. Untuk perencanaan kotamadya, perluasan suatu daerah, rencana jalan, rencana pengairan, dan rencana transmigrasi. 2. Satuan 1. Satuan ukuran panjang yang dipergunakan orang dari zaman dulu hingga perkembangan zaman sekarang dengan meter standard. 22 2. Satuan ukuran luas yang biasa dipergunakan untuk pengukuran tanah adalah meter persegi, hectare dsb 3. Besaran/ satuan sudut ada 3 macam yaitu : A. Seksagesimal B. Sentisimal C. Radian / Radial 3. Peta Peta adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara vertikal dari atas pada suatu bidang datar. Gambar dalam peta mencakup atau memuat segala sesuatu yang terlihat pada permukaan bumi dan memuat segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuatan peta. 3.1 Macam-macam Peta a. Peta Agraria Peta agraria dibuat dan diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau kotamadya dengan ukuran yang besar skala biasanya 1:1.000 atau 1:500. b. Peta Teknik Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk pekerjaan teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung, jalan raya, jalan kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain untuk pembangunan. c. Peta Topografi Arti dari topografi ialah penjelasan lapangan secara tertulis. Jadi, peta topografi adalah peta yang lengkap menggambarkan daerah dengan detail-detail yang lengkap, mefnpunyai ketentuanketentuan internasional; umpamanya proyeksi yang dipakai ialah proyeksi Polyder berdasarkan garis-garis lintang dan meridian. d. Peta Hidrografi 23 Peta hidrografi adalah peta yang menggambarkan keadaan pantai, dalamnya laut, dan menggambarkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pelayaran. e. Peta Khusus Peta ini dibuat untuk suatu keperluan, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya. Misalnya: Peta statistik untuk keperluan Kantor Kepegawaian dan Kependudukan. Peta triangutasi yaitu peta yang.menggambarkan khusus titik (tempat-tempat dengan koordinatnya). Sebagai titik-titik ikat kerangka peta yang diukur dengan teliti.d.l.l. f. Peta Dunia Dengan persetujuan internasional, tiap negara dapat membuat peta dengan skala lebih kecil dari 1:1.000.000, bahkan dapat membuat peta dunia secara lengkap. Jadi, peta dunia ialah peta yang menggambarkan benua serta pulau-pulau beserta batas-batas tiap negara di selurun dunia dengan isinya. 3.2 Skala Peta Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas peta (kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi. Misalnya, peta skala 1:100.000 berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100.000 cm (1000 meter) di atas permukaan bumi. 3.3 Jenis Peta Berdasar Skalanya Ditinjau dari skalanya, peta terdiri dari: 1. Peta teknik atau peta rencana. 2. Peta topografi. 3. Peta geografi. 24 3.4 Cara Menggambar dengan Skala Contoh: Jarak pengukuran lurus/jarak sebenarnya = 36,4 km Skala gambar = 1 : 50.000 Jarak dalam kertas/peta JP=Js x Skala Jarak dalam kertas/peta JP=3.640.000/5000=72.8 cm d. Tugas Gambarkan denah sekolah Anda dirumah (sket tanpa skala) selengkap dan sebagus mungkin. e. Tes Formatif Kerjakan soal – soal di bawah ini : 1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat, jelas dan benar ! a. Jelaskan tujuan survey dan pemetaan! b. Jelaskan ruang lingkup survey dan pemetaan! c. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan peta! d. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan skala peta! e. Ada berapa macam peta! Sebutkan! f. Apa gunanya peta teknik! g. Jika jarak lapangan 25 km, skala gambar 1 : 100.000, berapakah jarak dalam kertas gambar! 2. Ubahlah besaran sudut seksagesimal di bawah ini menjadi sentesimal 1. 1240 27’ 21” = 2. 160 24’ 42” = 3. 1720 24’ 42” = 4. 760 34’ 28” = 5. 2420 14’ 13” = Ubahlah besaran sudut di bawah ini menjadi seksagesimal 6. 144g 26c 16cc = 7. 67g 12c 48cc = 8. 174g 51c 95cc = 25 9. 225g 63c 38cc = Ubahlah besaran sudut seksagesimal di bawah ini menjadi radian 10. 3250 25’ 18” 11. 1050 12’ 23” 12. 970 14’ 45” 13. 2040 32’ 23” 14. 1070 46’ 13” f. Kunci Jawaban : Soal no 1. a. Secara umum, tujuan Survei dan Pemetaan adalah menerapkan bagaimana cara : 1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di atas permukaan bumi. 2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang berbeda di atas atau di bawah suatu bidang yang berpedoman pada permukaan air laut rata – rata/ Mean Sea Level (MSL). Lihat Gambar 1 berikut. 3. Menentukan bentuk atau relief permukaan tanah beserta luasnya. 4. Menentukan panjang, arah/ sudut, dan koordinat suatu titik (posisi) dari titik lain yang terdapat pada permukaan bumi, dan menghitung luas daerah yang telah dibatasi suatu areal tertentu. b. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan a. Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk menentukan batas-batas tanah milik pemerintah, milik perorangan dan milik swasta sehingga dapat untuk membuat Sertifikat Hak Milik (SHM), menentukan besarnya pajak kepada pemerintah/ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 26 b. Kementrian pekerjaan umum dalam rencana pembuatan jalan, saluran-saluran/parit-parit dan irigasi besar kecil sebagaimana disebut dalam ruang lingkup diatas. c. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang menentukan batas-batas sebuah negara dengan negara tetangganya (menentukan batas negara harus diukur oleh kedua belah pihak dengan perjanjian-perjanjian bersama dan dilindungi oleh undang-undang). d. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) tentang batas – batas tambang minyak, tambang batu bara, tambang emas dsbnya. e. Jawatan Topografi Angkatan Darat, dibidang kemiliteran, dalam penentuan situasi Medan Pertempuran. f. Maritim, parawisata, transmigrasi dan pembuatan proyek proyek kecil maupun proyek besar dan pemeliharaannya. g. Perancanaan Tata Kota dll. h. Mengadakan pengukuran tanah untuk pemetaan dengan skala-skala tertentu dari data –data lapangan dipindahkan di atas kertas yang disebut PETA. i. Fotogrametri yaitu pengukuran yang salah satu unsurnya menggunakan foto udara. j. Pengukuran hidografi yaitu pengukuran untuk mendapatkan gambar permukaan dasar laut dan lain-lain. k. Selain hal tersebut, luas tanah juga diperlukan untuk perencanaan kotamadya, perluasan suatu daerah, rsncana jalan, rencana pengairan, dan rencana transmigrasi. c. Peta adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara vertikal dari atas pada suatu bidang datar. d. Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas peta (kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi. e. Macam-macam Peta 27 1. Peta Agraria 2. Peta Teknik 3. Peta Topografi 4. Peta Hidrografi 5. Peta Khusus 6. Peta Dunia f. Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk pekerjaan teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung, jalan raya, jalan kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain untuk pembangunan. Jawaban Soal no 2. 1. 138g 28c 42cc,592 2. 18g 23c 51cc,852 3. 191g 56c 85cc,185 4. 85g 08c 27cc,1604 5. 269g 15c 21cc,604 6. 1290 50’ 7”,584 7. 600 24’ 44”,35 8. 1570 4’ 3”,18 9. 2030 4’ 13”,51 10. 5,679.679.541 rad 11. 1,836.197.879 rad 12. 1,697.259.976 rad 13. 3,569.891.604 rad 14. 1,880.946.183 rad Kegiatan Belajar 2 a. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari setiap unit kegiatan belajar 2 ini, siswa diharapkan dapat : A. Menjelaskan Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan. 28 B. Menerapkan Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan C. Mengelola Jenis - Jenis Pekerjaan Survei Dan Pemetaan D. Menelaah Pengoperasian Peralatan Sipat Datar (Leveling) Dan Alat Sipat Ruang. b. Uraian Materi A. Menjelaskan jenis-jenis Peralatan Survei dan Pemetaan 1. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan Sederhana (bukan optic) 1.1. Tanda Titik – Titik di Lapangan dan Kegunaannya. Pada pekerjaan Ukur Tanah, baik pengukuran jarak maupun pengukuran sudut, diperlukan perlengkapan maupun peralatannya. Menurut sifat dan kegunaannya, titik-titik Survei dan Pemetaandapat dibedakan menjadi 2 (dua) buah, yaitu titik bersifat tetap (Bench Mark) dan titik bersifat sementara. 1.2. Titik Tetap (Bench Mark) Titik tetap terdiri dari titik triangulasi dan titik polygon. Titik triangulasi terbuat dari tugu beton dan dipasang di daerah-daerah luas/pegunungan atau di setiap pulau. Titik polygon terbuat dari tugu beton dan dipasang di daerah-daerah kecil, seperti dalam kota atau kawasan industri dan perumahan. Dari titik tetap ini selain diketahui koordinat-koordinatnya (X,Y), dan diketahui pula ketinggiannya yang diambil dari permukaan air laut rata – rata. Koordinat titik tetap ini diukur dan dihitung secara Teliti karena titik ini akan menjadi dasar pengukuran selanjutnya. 29 Gambar 2 Gambar 3 Macam – macam patok tetap 1.3.Titik Sementara Titik sementara adalah tanda/titik yang pembuatan bersifat sementara, baik dan penggunaannya dalam pengukuran. Tanda titik sementara terdiri atas: 1.3.1 Patok 30 Alat ini terbuat dari kayu atau bambu, yang digunakan untuk memberi tanda batas yang bersifat sementara pada saat pengukuran. Titik ini ditanam ke dalam tanah dengan kedalaman 0,25 s.d. 0,50 meter. Patok dimasukkan ke dalam tanah dengan cara dipukul dan sisa yang menonjol dari permukaan tanah 5 sampai 10 cm. Sebaiknya alat ini diberi tanda dengan cat merah agar mudah terlihat. Ukurannya 5 x 5 cm atau 10 x 10 cm. Gambar 5 Gambar 4 Patok semestara 1.3.2 Yalon Yalon terbuat dari pipa besi dengan ukuran diameter ¾ inci yang digunakan untuk memberi tanda titik/batas pengukuran dan bersifat sementara. Agar mudah terlihat, alat ini setiap jarak 20cm diberi warna merah dan putih berselang-seling. Agar tidak cepat rusak, akibat ditancapkan ke dalam tanah, maka bagian bawah dilengkapi dengan sapatu besi. 31 Gambar 6 Yalon besi Gambar 7 Yalon kayu dan Statif Yalon 1.3.3 Rambu Ukur (Bak Ukur) 32 Alat ini terbuat dari kayu atau bahan aluminium, pada sisi depannya terdapat skala pembacaan, digunakan untuk memberi tanda titik sementara dilapangan pada saat pengukuran. Rambu ukur berpenampang segi empat berukuran ± 2 cm x ±4 cm dan panjang 3 sampai 5 meter. Bagian depannya dilengkapi dengan ukuran skala sentimeter. Pada setiap 1 meternya diberi cat yang berbeda dan mencolok. Rambu ukur yang penjangnya 5 meter dapat distel dalam pemakaian di lapangan (Gambar 7). Kedudukan alat ini harus benar – benar tegak/vertikal. Kegunaan pokok alat ini adalah untuk pembacaan data pada pengukuran sipat datar maupun sipat ruang (untuk bantuan mengukur jarak optis, sudut miring dan beda tinggi). Gambar 8 Rambu Ukur 1.2. Alat Ukur Jarak Langsung Dilapangan 33 Alat-alat ukur jarak yang digunakan pada pengukuran dilapangan antara lain sebagai berikut: 1.2.1 Pita Ukur Kain Linen Pita ukur ini terbuat dari kain linen, lebar 2 cm dan panjang 10 m, 15 m, 30 m, 50m.. Kelemahan pita ukur ini adalah mudah basah bila terkena air, sehingga mudah merenggang/ memanjang dan mudah rusak/putus. Dan pemakaiannya tidak menggunakan pocket balance. Hal ini akan mengakibatkan kurang teliti dalam pengukuran jarak langsung. Gambar 9 Pita Ukur Kain Linen 1.2.2 Pita Ukur Fiberglass Pita ukur ini terbuat dari bahan fiberglass, lebar 2 cm panjang 15m, 30 m dan 50 m. Pita ukur ini sangat kuat, ringan dan tahan terhadap air, sehingga banyak dipakai pada pengukuran, baik didaerah basah maupun daerah kering. Saat pemakaiannya tidak menggunakan pocket balance. Perlu diperhatikan pula bahwa pada saat menggulung jangan sampai terlipat.. 34 Gambar 10 Pita Ukur Fibre Glass 1.2.3. Pita Ukur Baja Pita ukur ini terbuat dari pita baja lebar 2 cm, tebal 0,4 mm, serta panjang 20 m, 30 m, 50 m dan 100 m. Alat ini menggunakan pocket balance yang dipasang pada ujung pita ukur yang ditarik 5 sampai 8 koligram. Yang perlu diperhatikan, penggunaan alat ini harus menghindari lalu lintas kendaraan, karena bila pita ukur baja ini terlindas roda kendaraan akibatnya bisa putus. Gambar 11 Pita Ukur Baja 1.2.4. Mata yang dihubungkan satu sama lain dan dipasang cincin kuningan untuk tiap panjang 1 m, 10 m, 20 m, 25 m dan 30 meter. Namun sat ini sudah jarang rantai ukur ini 35 digunakan, dan pemakaian alat ini harus menggunkan pocket balance dengan gaya tarik maksimum 10 kg. Dalam penarikan rantai ukur ini, harus diperhatikan yaitu mata rantai tidak boleh kusut dan terlipat. Sebagai pelengkap,dalam pemakaian dilapangan, harus disediakan pen baja untuk menghindari kesalahan pengukuran. Gambar 12 Rantai Ukur 1.2.5 Roda ukur (Odometer) Alat ini berupa roda yang berukuran 30 cm s/d 40 cm dan dilengkapi dengan tongkat pendorong. Diantara roda terdapat skala pencatat jarak mulai dari sentimeter, meter,dan kilometer. Roda ini dilengkapi dengan jraum penunjuk batas ukuran. Alat ini banyak dipakai pada pengukuran jarak jalan raya dalam rangka perhitungan volume pekerjaan. Yang perlu diperhatikan, alat ini digunakan dengan cara harus didorong lurus. 36 Gambar 13 .3. Alat Ukur Sudut Sederhana Gambar 14 37 Gambar 15 Kompas 38 Gambar 15 Gambar 16 2. Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan 2.1 Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan Sederhana Untuk : a. Membuat garis lurus antara dua titik di lapangan 39 1. Petunjuk a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek. b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah kerjanya. c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin). d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan tanah). e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah ditentukan. f. Membuat laporan kerja 2. Peralatan dan Perlengkapan Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan untuk membuat garis lurus antara dua buh titik di lapangan yaitu : 1. Yalon (minimal 4 buah) 2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) 3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 3. Keselamatan Kerja Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar keselamatan terjamin antara lain : a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan yalon tidak boleh diseret b. Saat praktek dilarang bercanda. c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah. d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali. 4. Langkah Kerja a. Tancapkan yalon di titik P dan Q b. Minimum dilaksanakan oleh 2 orang. 40 c. Orang pertama berdiri di belakang yalon titik P sejauh X cm ( ± 30 cm) menghadap ke arah titik Q dan memberi perintah pada orang ke dua. d. Orang ke dua diantara titik P dan Q memegang yalon dengan ibu jari dan jari telunjuk, mengikuti petunjuk orang pertama sehingga yalon A segaris lurus dengan P dan Q. e. Orang kedua menancapkan yalon A setegak-mungkin pada titik yang sudah didapat. f. Orang pertama mengincar kembali posisi yalon, sehingga benarbenar tampak yalon PAQ berimpit (hanya terlihat satu yalon). g. Demikian lakukan seperti di atas pada yalon B, C, dan seterusnya. h. Bila pekerjaan selesai maka titik-titik P, A, B, C, .... Q tampak seperti satu yalon, karena lurus sekali. Kegunaan membuat garis lurus di lapangan : Diantaranya untuk membantu pada saat pengukuran jarak langsung dengan pita ukur, yang mana bila panjang jarak yang akan diukur melebihi dari panjangnya pita ukur . Sehinga supaya jaraknya benar-benar lurus (tidak membelok kekanan dan kekiri), maka dibuatlah garis lurus tersebut dengan bantuan Yalon. 5. Pertanyaan Awal a. Sebutkan kegunaan dari titik-titik pembagi (A,B,C) tersebut! b. Dalam mengincar yalon, kita harus berdiri minimum 130 cm. (benar/salah) c. Cara memegang yalon pada waktu menerima aba- aba boleh digenggam. (benar/salah) d. Untuk memberi perintah pada teman yang jauh kita menggunakan bahasa isyarat. (benar/salah) e. Bolehkah membawa yalon dengan cara diseret? 6. Pertanyaan Akhir 41 a. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, membuat garis lurus ini dilaksanakan? b. Bila pada pekerjaan ini tidak ada yalon, apakah yang akan dipakai sebagai pengganti yalon? Gambar 17 b. Memperpanjang garis lurus dilapangan 1. Petunjuk a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek. b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah kerjanya. c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin). d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan tanah). e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah ditentukan. f. Membuat laporan kerja 2. Peralatan dan Perlengkapan 1. Yalon (minimal 4 buah) 2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) 3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 42 3. Keselamatan Kerja Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar keselamatan terjamin antara lain : a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan yalon tidak boleh diseret b. Saat praktek dilarang bercanda. c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah. d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali. 4. Langkah Kerja b. Minimum pekerjaan dilakukan oleh satu orang (boleh lebih) c. Membuat garis lurus PQ (tancapkan yalon P dan Q (yang akan diperpanjang) d. Orang yang berdiri di titik A (perpanjangan P-Q) membidik kea rah Q - P dan berusaha agar yalon A – Q – P terlihan satu buah saja. e. Setelah tepat satu buah saja, kemudian yalon A ditancapkan, lakukan hal tersebut pada titik B f. Bila pekerjaan dilakukan oleh dua orang: f. Membuat garis lurus PQ (dengan menancapkan yalon dititik P dan Q) g. Orang pertama berdiri di titik P, orang kedua di titik A menuruti aba – aba dari orang pertama sambai yalon P – Q – A terlihat satu buah saja. h. Lakukan hal tersebut sampai pada titik titik yang diperlukan 5. Pertanyaan Awal a. Jelaskan dengan singkat cara memperpanjang garis lurus di lapangan! b. Apa kegunaan dan alat yang digunakan untuk pengukuran ini? c. Perlukah adanya pemeriksaan terakhir kala pengukuran ini telah selesai? d. Sesudah selesai, perlukah alat-alat yang digunakan untuk praktek di bersihkan/dicuci? 43 6. Pertanyaan Akhir a. Pada akhir pekerjaan-pekerjaan apakah, memperpanjang garis lurus dilakukan? b. Sesudah pekerjaan/pengukuran selesai, apa yang anda lakukan? Gambar 18 c. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik Melalui Rintangan 1. Petunjuk a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek. b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah kerjanya. c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin). d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan tanah). e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah ditentukan. f. Membuat laporan kerja 2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan 1. Yalon (minimal 8 buah) 2. Patok-patok kayu/bambu sementara(minimal 4 buah) 3. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) 4. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 3. Keselamatan Kerja 44 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar keselamatan terjamin antara lain : a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan yalon tidak boleh diseret b. Saat praktek dilarang bercanda. c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah. d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali. 4.Langkah Kerja Cara I a. Tancapkan yalon di titik P dan titik Q (P dan Q titik utama). b. Tancap yalon R sehingga dapat melihat ke P dan Q. c. Ukur PR dan QR. d. Bagi PR menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4 bagian), sehingga RS = 1/4 RP. e. Bagi RQ menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4 bagian), sehingga RT = 1/4 RQ. g. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST//PQ. h. Proyeksikan titik P ke perpanjangan TS di A, sehingga PA tegak lurus ST (dengan menggunakan cermin sudut/penta prisma atau dengan cara garis tinggi, setinggi segi tiga sama kaki, (alasnya dibagi 2 sebagai titik A) h. Proyeksikan pula Q ke perpanjangan ST di D, Sehingga DQ=AP, dan DQ tegak lurus DT i. Tentukan titik-titik pembagi B,C secukupnya buat BB’// DD’ dengan perbandingan segitiga = 3:4:5 dan tentukan titik B’ dengan ukur BB’ = AP. j. Dengan jalan sama buat CC’//DQ, CC’= DQ k. Jadi titik B, S, T, C segaris dengan garis PQ. l. Lakukan untuk titik titik S’ T’ kemudian hubungkan titik – titik P B’ S’ dan Q T’ dan C’, itulah garis PQ yang terhalang bangunan 5. Pertanyaan 45 a. Dapat dilakukan oleh berapa orangkah pekerjaan ini? b. Alat-alat apakah yang digunakan untuk pekerjaan ini? c. Bolehkah ketika bekerja sambil bergurau? d. Apa yang dimaksud 3:4:5, buat contoh dan buktikan? e. Di manakah titik R ditempatkan pada pekerjaan ini? f. Coba terangkan cara memproyeksikan suatu ttik pada suatu garis! g. Bagaimanakah cara mengontrol bahwa pengukur yang kamu lakukan sudah betul-betul lurus? h. Adakah cara lain untuk mengerjakan pekerjaan ini? Kalau ada terangkan? Gambar 19 Cara II : Gambar 20 46 Pada cara II, dibuat suatu gris lurus lainnya sejajar dengan PQ.pilihlah titik A dan titik B sedemikian rupa hingga jarak dari P Q dan AB sama panjangnya = p. Dengan demikian, haruslah dibuat < PAB = < QBA kedua-duanya 90o. Bagaimana sudut siku-siku ini dibuatnya? Tentukan titik-titik a, b, c, d, dan selanjutnya pada garis lurus AB dan buatlah pada titik-titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama dengan jarak P. Maka didapatkan titik a1, b1, c1, d1, dan seterusnya yang merupakan titik-titik pada garis lurus PQ. Cara III : Pada cara ketiga, dicarilah titik A dilapangan yang letaknya sedemikian rupa hingga titik P dan titik Q dapat terlihat dari titik A. Buatlah di lapangan garis lurus PA (lihat gambar di bawah ini) dan buatlah titiktitiknya a, b, c, dan d. Hitunglah berturut-turut: P1  Pa p; Pq P2  P4  Pb p; Pq P3  Pc p; Pq Pd p; Pq Gambar 21 Buatlah jarak P1, P2, P3, dan P4 sebagai garis tinggi-garis tinggi berturut-turut dari titik a, b, c dan d, sehingga didapatlah titik-titik a1, b1, c1 dan d1 yang akan terletak digaris lurus PQ. Perlulah disini dibuat sudut-sudut dititik a, b, c, dan d yang besarnya sama dengan 90o. 47 Cara ketiga ini memerlukan hitungan jarak-jarak P1 dan seterusnya. Bila garis PQ panjang, maka banyaklah pula hitungan yang harus dilakukan. Pada cara sebelumnya, tidak ada hitungan yang harus dikerjakan karena jarak-jarak yang harus dibuat di lapangan sama panjangnya dengan jarak p yang ditentukan. d. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Yang Bersilangan di Lapangan. 1. Petunjuk a. Pelajarilah lembaran pekerjaan ini dengan langkah-langkah yang baik dan benar! b. Pekerjaan ini dapat dilakukan 3 orang. c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan awal! d. Jawablah pertanyaan-pertanyaan akhir! e. Gambarlah hasil praktek untuk dijadikan laporan hasil pengukuran! 2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan a. Yalon (minimal 8 buah) b. Patok-patok bambu/kayu sementara (minimal 8 buah) c. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) d. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 3. Keselamatan Kerja Sama seperti pada praktek – praktek sebelumnya 4. Langkah Kerja a. Pasanglah yalon di titik A, B, P, dan Q (pada titik-titik yang telah ditentukan) b. Orang pertama (I) membidikan yalon A ke B. c. Orang kedua (II) membidikan yalon P ke Q. 48 d. Orang ketiga (III) menancapkan yalon S, kira-kira diperkirakan tepat pada gars lurus AB dan PQ, dengan memperhatikan aba – aba dari orang ke satu (I) dan orang ke dua (II) e. Periksa kembali pekerjaannya apakah sudah memenuhi syarat atau belum! 5. Pertanyaan Awal a. Alat apa saja yang kita gunakan untuk pekerjaan ini dan berapa banyaknya? b. Minimal dilakukan oleh berapa orangkah pengukuran ini? c. Bagaimanakah cara menancapkan yalon yang aman? d. Apakah tugas orang ketiga di dalam pengukuran ini? e. Perlukah membuat garis silang ini dibedakan kembali dari titik yang lain? 6. Pertanyaan Akhir e. Terangkan dengan singkat bagaimana langkah kerja di dalam pengukuran ini? f. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, menentukan titik potong ini biasanya dilaksanakan? Gambar kerja Gambar 22 e. Membuat Garis Lurus Antara Dua Buah Titik Yang Terletak Pada Sudut Bangunan. 49 1. Petunjuk (sama dengan praktek – praktek sebelumna) 2. Keselamatn Keja (sama dengan praktek – praktek sebelumnya) 3.Peralatan dan perlengkapan (sama dengan pada saat praktek sebelumnya) 4. Langkah Kerja Misalnya, titik P dan Q adalah titik-titik suatu gedung besar, maka diperlukan dua orang untuk menempatkan titik-titik yang terletak di satu garis dengan P dan Q (terletak antara titik P dan titik Q). Orang pertama memegang yalon a dan orang kedua memegang yalon b. Orang kedua berusaha menempatkan yalonnya di titik b1 dan orang pertama menempatkan yalonhya di titik a 1, dengan jalan kedua orang tersebut saling membidik/melihat agar titik b1, a1, dan P dan a 1 dan b 1 Q terlihat satu garis lurus. . Gambar 23 f. Mengukur Jarak antara 2 buah titik di lapangan. Petunjuk, keselamatam kerja dan peralatannya sama dengan praktek sebelumnya (peralatannya ditambah pen baja atau patok bambu/kayu) Bila menggunakan pita ukur, baik dari bahan kain linen,fibre glass maupun baja, maka harus berhati-hati karena angka-angkanya mudah terhapus dan 50 apabila terlilit lama kelamaan dapat patah. Pita ukur ujungnya mempunyai kaitan (pegangan) dan bertitik 0 pada jarak 10 cm dari pegangan. Langkah kerja: Dikerjakan minimal oleh 2 orang. a. Tentukan titik-titik yang akan diukur (misalnya titik A dan titik B). b. Apabila jaraknya melebihi panjang pita ukur, maka jarak A B dibagi menjadi beberapa kali panjang pita ukur tersebut, dengan bantuan yalon, lakukan seperti pada langkah membuat garis lurus di lapangan, agar jarak AB atau garis AB benar-benar lurus, sehingga jaraknya sangat teliti. c. Agar jaraknya benar-benar datar, maka gunakanlah waterpas tukang kayu/tukang batu (agar pita ukurnya selalu mendatar kedudukannya) d. Untuk membantu penghitungan jaraknya, biasanya menggunanakan pen baja atau patok bambu e. Pen baja/patok bambu gunanya untuk menghitung langkah pengukuran. Misalnya, orang pertama pada akhir pengukuran mengumpulkan 11 buah pen berarti jumlah langkah 11-1 = 10. Jadi, jarak yang diukur 10 x panjang pita ukur, bila panjang pita ukur 20 m, maka jaraknya = 10 x 20 m = 200 m, ditambah sisanya yang mungkin kurang dai 20 meter ( 8 meter) jadi pangjang totalnya 208 meter. g. Membaca Rambu Ukur Seperti dijelaskan sebelumnya, rambu ukur berfungsi sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi dengan menggunakan pesawat sipat datar , rambu ukur biasanya terdiri dari beberapa jenis, antara lain seperti gambar 24 di bawah ini. Rambu Interval 5 mm Rambu Interval 10 mm 51 4 2 2 2 3 2 1 1 9 2 2 2m 2 1 2 m 1 8 Gambar 24 Untuk mendapatkan ketinggian suatu titik, diperlukan data dari suatu rambu bacaan ukur tersebut, lihat contoh hasil bacaan rambu ukurr di bawah ini: Gambar 25 Ditanya: a. Berapa  t (beda tinggi) b. Berapa d (jarak optik) Untuk menyelesaikan hal di atas, juru ukur/surveyor harus dapat melaksanakan pembacaan rambu dengan pesawat. Cara mendapatkan BA (benang atas), BT (benang tengah), BB (benang bawah) adalah sebagai berikut : 52 2 2 2 1 2m BA = 2,160m 1 9 BT = 1,990m BB = 1,820m 1 8 Gambar 26 53 4 2 3 2 2 BA = 2,355m 2 1 BT = 2,201m BB = 2,047 2 m Gambar 27 Dari contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan = 2355 angka didepan koma, (0,000) harus berpatokan pada keberadaan benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), pada tiap-tiap kolom 10 cm. Melihat contoh diatas, bila ba = 0,875, berarti nilai yang menjadi patokan adalah satu angka didepan koma dan belakang koma, 0,8. Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan dalam menghasikan hasil yang tepat supaya beda tinggi dan jaraknya mendekati kebenaran sesuai data di lapangan. Pengukuran beda tinggi ada tiga cara. 1. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di atas titik 2. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di antara 2 titik 3. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di luar 2 titik 54 Untuk itu, pembacaan mempunyai ketentuan untuk koreksi apakah bacaan ketiga benangnya benar atau salah, sebagai berikut: bt  ba  bb atau 2 bt  ba  bb 2 Sedangkan untuk mendapatkan jarak (d) mempunyai ketentuan sebagai berikut: D/ jarak optik = t = (ba – bb) x 100 bacaan bt belakang – bacaan bt muka. h. Mengukur jarak datar tidak langsung (mengukur jarak miring dan sudut lereng dulu antara dua buah titik) dengan klinometer di lapangan. 1. Petunjuk a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda atau binatang yang berbahaya. b. Hati – hati dalam membaca sudut miring, agar hasilnya teliti c. Hati –hati dalam membaca jarak miring, biasanya titik nol tidak dimulai dari awal pita ukur 2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan a. Yalon (minimal 2 buah) b. Klinometer c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah) d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) e. Rol meter yang 3m atau 5 meter f. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 3. Keselamatan Kerja a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan yalon tidak boleh diseret b. Saat praktek dilarang bercanda. 55 c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah. d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali. Klinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut lereng pada lapangan yang miring. Sudut miring yang didapat dari hasil pengukuran ini, untuk keperluan/ mendapatkan jarak datar dan beda tinggi, namun hasilnya kurang teliti. Untuk mendapatkan jarak datar dapat dihitung dengan rumus: Jarak datar = jarak miring x cos sudut miring. Untuk menghitung beda tinggi adalah: Beda tinggi = jarak miring x sin sudut miring. Catatan : ketinggian yang dibidik pada yalon harus setinggi mata pembidik. Contoh: Misalkan hasil pengukuran sudut miring = 30 o, dan hasil pengukuran jarak miring = 20,00m, maka jarak datar = 20,00 x Cos 30o = 20,00 x 0,866025 = 17,321 m Sedangkan beda tinggi = 20,00 x Sin 30o = 20,00 x 0,0,500 = 10,00 m i. Mengukur sudut Azimuth/ Sudut jurusan dengan Kompas Kompas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan/ sudut azimut. Yang kemudian data tersebut dapat untuk menghitung koordinat suatu titik bila koordinat titik sebelumnya telah diketahui, jarak datar dan sudut jurusannya juga diketahui. Adapun sudut juusan adalah sudut yang diukur dari arah utara sebenarnya (astronomis) searah dengan arah putaran jarum jam, pada jurusan yang dimaksud. Sedangkan sudut azimut adalah sudut yang diukur dari arah utara magnetis, searah dengan arah putaran jarum jam. Perbedaaan antara utara astronomis dan utara magnetis disebut deklinasi. Langkah Kerja 56 a. Tempatkan tripod (statif) kompas (ada yang asli) atau membuat sendiri, di titik A dan pasanglah kompas pada statif. b. Pasanglah yalon pada tiitik B yang diukur Azimuthnya c. Setel kompas dan aturlah visir segaris dengan jarum magnet. d. Bila jarum magnet dan visir sudah terletak pada satu garis, artinya kompas sudah mengaah ke Utara, aturlah skala sudut pembacaan 0° 0' arah Utara. e. Arahkan kompas ke titik B, bidiklah melalui visir ke arah yalon B, bacalah sudut kompas f. Ukuran jarak A -B, dengan pita ukur (d1). g. Contoh menghitung koordinat titik B bila koordinat titik A diketahui : Misal diketahui hasil pengukuran Azimut antara titik A dan titik B (α o = 60 ), jarak antara titik A dan B (d A-B A-B = 20,000m), koordinat titik A (XA, YA), = A ( 10m,10m), hitunglah koordinat titik B. Penyelesaian : ∆X A-B = jarak datar x Sin α A-B = 20 x 0,86603 x 1m = 17,321 m ∆Y A-B = jarak datar x Cos α A-B= 20 x 0,50000 x 1m = 10,000 m Maka X B = X A + ∆X A-B = 10,000m + 17,320m= 27,321m Dan Y B = Y A + ∆Y A-B = 10,000m + 10,000m= 20,000m j. Memproyeksikan suatu titik pada suatu garis di lapangan 1. Petunjuk a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda atau binatang yang berbahaya. b. Hati – hati dalam mengunakan yalon, agar benar – benar tegak c. Hati –hati dalam menggunakan penta prisma, usahakan bayangan yalon dari sebelah kiri dan sebelah kanan benar – benar tegak 2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan a. Yalon (minimal 3 buah) b. Penta Prisma, cermin sudut c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah) 57 d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m) e. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan. 3. Keselamatan Kerja a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan yalon tidak boleh diseret b. Saat praktek dilarang bercanda. c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah. d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali. Cara I : Membuat sudut siku-siku di lapangan, dengan alat penta prisma. Susunannya terdiri dari prisma bagian atas dan bawah, bagian atas untuk bayangan yalon kanan, bagian bawah untuk bayangan yalon kiri, dan bagian tengah yang merupakan kaca tembus pandang sebagai jendela pembidik. Bayangan yang terlihat pada prisma ini harus menyatu/ tegak, dari bagian bawah, tengah dan bagian atas. Langkah keja : 1. Orang ke I menancapkan yalon di titik A dan B yang benar-benar tegak 2. Orang ke II menancapkan yalon C yang akan diproyeksikan ke garis A – B 3. Orang ke I membawa penta prisma yang dilengkapi unting – unting bergerak kearah kiri atau kanan pada garis ukur A –B yang akan ditancapkan dititik C’ (proyeksi dari titik C) 4 Apa bila bayangan yalon yang dititik A dan yang di titik B pada penta prisma yang di pegang oleh orang I tadi sudah tegak, maka proyeksi unting – unting pada prisma yang dibawa oleh orang I tadi adalah meupakan tempat kedudukan titik C’ yang dicari.(poyeksi titik C terhadap garis A – B). 58 Gambar 28 Cara II : Menggunakan cermin sudut, yang pada prinsipnya seperti pada cara pertama, Dasar pemikiran yang dipakai pada alat ini adalah teori pemantulan sinar yang jatuh pada cermin yang berada di dalam kotak. Sinar yang datang dari yalon menuju bidang cermin, dipantulkan sedemikian rupa sehingga sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal adalah sama besar dengan sudut pantul sinar tersebut terhadap garis normal. Sudut yang terjadi dari pemantulan sinar-sinar tersebut adalah 90° (siku-siku). Langkah Kerja Menggunakan Cermin Sudut a. Siapkan cermin sudut dan pasanglah unting-unting. b. Tempatkan yalon di titik A, B, dan C dengan posisi tegak vertikal. c. Berjalanlah searah garis AB dengan membawa cermin sudut. d. Masukkan bayangan yalon A dan B ke dalam cermin sudut. e. Bila bayangan yalon A dan B sudah masuk ke dalam cermin sudut, kemudian bidikan ke arah yalon C. f. Bila bayangan yalon AB dan bidikan yalon C di dalam cermin sudah menyambung tegak, maka titik di mana unting-unting berada (C1) merupakan titik proyeksi yalon, sehingga yalon CC1 tegak lurus yalon AB. 59 Gambar 29 k. Mengukur Peta Situasi Dengan Kompas Cara Polar 1. Petunjuk a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja. b. Putarlah kompas| searah dengan jarum jam. c. Buatlah laporan hasil pengukuran. 2. Peralatan dan Perlengkapan a. Kompas. b. Statief (tripod). c. Pita ukur. d. Yalon-dan patok. e. Buku catatan. 3. Keselamatan Kerja a. Pada saat pengukuran, jauhkan/hindarkan benda logam di sekitar kompas. b. Pakailah pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan. c. Jangan bercanda pada saat bekerja. d. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih. 4. Langkah Kerja 60 a. Tentukan titik batas daerah yang akan djukur dan sketlah pada buku catatan. b. Tempatkan yalon di titik batas daerah yang akan diukur (P1- P2, P3, P4, P5, P6). c. Pasanglah kompas statief di titik Po sehingga dapat melihat ke semua batas pengukuran, d. Pasanglah kompas statief P0 dan aturlah posisi jarum magnet dan visir serta skala sudut ke arah utara (0° 0') e. Bidiklah visir pada kompas ke titik P1f baca sudut pada kompas, ukurkan jarak P0 - P1 dengan pita ukur dan catatlah pada buku catatan. f. Putar dan arahkan visir kompas ke titik P2, bacalah sudut, ukuran jarak P0 - P2 dan catatlah pada buku catatan, demikian seterusnya sampai titik terakhir dengan cara yang sama, sehingga didapat sudut dan jarak. g. Hitunglah sudut datar B, yang merupakan sudut yang dicari untuk perhitungan luas daerah. h. Gambarkan hasil pengukuran. Gambar 30 Contoh Soal : 61 Dietahui : Jarak AB (Po – P1) = 20m Jarak AC (Po – P2) = 10 3 = 17,321m Sudut yang diapit sisi AB dan AC = 30 o Penyelesaian : Rumus Luas Segitiga = ½ x AB x AC x Sin (sudut yang diapitnya) Jadi Luas Segitiga ABC = ½ x 20 x 17,321x Sin 30o = 86,605 m2 Bila segitiganya lebih dari satu, sebaiknya rumusnya diprogram dengan Kalkulator program misalnya CASIO fx 3650 P,fx 3950 P atau kalkulator program lainnya l. Mengukur Peta Situasi Dengan Koordinat Siku-Siku 1. Petunjuk a. Peganglah prisma yang sudah dilengkapi unting - unting dengan tangan kanan dengan posisi vertikal. b. Bayangan yalon sebelah kiri pada prisma bagian bawah prisma, dan bayangan yalon yang sebelah kanan ada dibagian atas prisma harus menyambung lurus dan tegak. c. Buatlah sket pengukuran secara detail sebelum diukur. d. Buatlah laporan pekerjaan. 2. Peralatan dan Perlengkapan a. Yalon dan Patok b. Prisma c. Pita Ukur d. Buku Catatan 3. Keselamatan Kerja a. Prisma harus tetap dipegang, tidak boleh diletakkan sembarangan. b. Pada pengukuran jarak, pita ukur ditarik sedatar mungkin. c. Pakailah pakaian kerja, sepatu, dan topi lapangan. 62 d. Kembalikan semua peralatan dengan baik, bersih, dan lengkap. 4. Langkah Kerja a. Tentukan titik batas daerah yang akan diukur, dan sket daerah tersebut pada buku catatan. b. Tempatkan yalon di titik batas P1, P2, P3, P4, P5, P6. c. Tentukan titik pembagi PQ dengan yalon sebagai pedoman penentuan lurus garis kerja. d. Pegang prisma dan proyeksikan semua titik mulai dari titik P 1, P2, P3 dan seterusnya terhadap garis ukur PQ. e. Demikian seterusnya pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang sama, sehingga titik batas daerah diproyeksikan ke arah garis ukur PQ. f. Ukurlah semua jarak P1,P2, P3, dan seterusnya terhadap garis ukur yang merupakan jarak absis (X), ukurkan jarak titik proyeksi yang satu terhadap yang lain pada garis ukur yang merupakan jarak ordinat (Y) dan semua data harus dicatat pada buku catatan. g. Untuk perhitungan luas daerah yang telah diukur adalah dengan menjumlahkan luas dari bangun-bangun trapesium dan segi tiga. h. Pengukuran selesai dan gambarkan hasil pengukuran dengan skala tertentu. 63 Gambar 31 m. Membuat Peta Situasi Dengan Cara Rangkaian Segitiga 1. Petunjuk a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja. b. Menarik pita ukur harus dalam keadaan tegang/kencang, lurus dan mendatar. c. Buatlah laporan hasil pengukuran. 2. Peralatan dan Perlengkapan a. Yalon dan Patok b. Pita Ukur minimal 30 m c. Alas tulis dan Catatan 3. Keselamatam Kerja a. Pakailah selalu pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan. b. Dalam bekerja tidak bolah bersenda guarau/bercanda. c. Dalam menarik pita ukur harus diperhatikan tidak bolah terlipat/kusut. 64 d. Jagalah alat jangan sampai hilang/rusak. e. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih. 4. Langkah Kerja a. Tentukan batas daerah yang akan diukur dan sket daerah tersebut dengan lengkap pada buku catatan. b. Tempat yalon di titik P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. c. Ukurkan jarak dengan pita ukur yalon P1 – P2 (S1), yalon P2, - P6 (S2), dan Yalon P1 – P6 (S3), Yalon P2 – P5 (S4), Yalon P5 – P6 (S5), dan seterusnya, sehingga membentuk rangkaian segitiga. d. Semua sisi jarak segitiga pada daerah tersebut (S 1, S2, S3, S4, S5, S6) harus diukur dan dicatat pada buku catatan. e. Menghitung luas daerah yang diukur adalah dengan menjumlahkan masing-masing luas segitiga dengan menggunakan rumus. f. Misalnya L segi tiga I (P1 P2 P6) = g. Catatan : S (S  S1 ) (S  S2 ) (S  S3 ) S  1 S1  S2  S3  2 h. Demikian sterusnya sampai segitiga terakhir, sehingga daerah tersebut dapat dihitung luasnya dan dapat digambar. 65 Gambar 32 Contoh Soal : Diketahui Jarak P2 -P1 (S1) = 30,000m Jarak P2 P6 (S2) = 40,000m Jarak P1 P6 (S2) = 50,000m Ditanyakan : Hitung Luas Segitiga P2 P1 P6 = S = (30m+40m+50m):2 = 60m Luas Segitiga P2 P1 P6 =  (60 x (60 – 30) x (60 – 40) x (60 – 50)) Luas Segitiga P2 P1 P6 = 600m2 66 n. Menghitung Hasil Pengukuran Luas Dengan Cara Rangkaian Segitiga Gambar 33 Untuk meyelesaikan luas bidang tanah seperti gambar di atas, kita harus membagi segi diatas menjadi beberapa rangkaian segitiga. Kemudian cara menyelesaikannya sebagai berikut: Luas segi tiga I + Luas segi tiga II + Luas segi tiga III + Luas segi tiga IV + Luas segi tiga V + Luas segi tiga VI. L  SS  aS  bS  h Untuk luas segitiga I : abh S  1 keliling  2 2   L 1 Gambar 34 L  S S - bS - c S - h  L 2 Untuk segi tiga II: S  1 keliling  2 c bh 2 67 Gambar 35 L  S S - c S - dS - h  L 3  Untuk segi tiga III: S  1 keliling  2 c bh 2 Gambar Gambar3636 L  S S - dS - eS - h  L 4 Untuk segi tiga IV: S  1 keliling  2 deh 2 Gambar 37 68 L  S S - eS - f S - h  L 5 Untuk segi tiga V: S e f h 2 Gambar 38 L  S S - f S - gS - h  L 6 Untuk segi tiga VI: S f gh 2 Gambar 39 Luas bidang yang beraturan diatas : L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 Bila melihat gambar di atas, kita akan mendapatkan titik-titik ABCDEFG yang membentuk sudut. Untuk mengetahui besarnya sudut, dalam pengukuran itu kita menggunakan alat yang didebut Kompas/Theodolite. 69 Gambar 40 Latihan I Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar diatas panjang sisi-sisinya: AF = 30 m AB = 55 m AE = 25 m BD = 33 m FE = 10 m DC = 11 m AD = 32 m BC = 32,50 m AF = 8m Hitunglah luas bidang di atas Latihan II Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar di bawah ini. Ditanya : tentukan luas bidang tersebut! Gambar 41 70 Panjang sisi-sisinya: AB = 17,50 m AF = 10 m AC = 19,80 m BC = 9m AD = 22,50 m CD = 9,50 m AB = 18 m DE = 8m EF = 10 m Ditanya : Luas bidang di atas m. Menghitung hasil pengukuran Luas Dengan Cara Koordinat Contoh Soal: 1) Dengan rumus silang : Koordinat Station A B C A X Y +3 +6 +8 +3 2 x Luas +4 +7 +2 +4 2 x luas = (3 x 3) - (4 x 6) = 21 - 24 = -3 = (6 x 2) - (7 x 8) = 12 - 56 = -44 = (8 x 4) - (2 x 3) = 32 - 6 = 21 Jumlah harga mutlak = -21 jadi luas tersebut = ½ x 21 = 10.50 m2 2). Jika Peta terletak di kwadran I, II, III dan IV Lihat Gambar. D(-1,+ 5) Y C(+ 4,+ 3) kw. I (+x,+y) kw IV (-x,+y) X B(+ 6,-1) E(-3,-2) kw. III (-x,-y) A(+ 2,-3) kw. II (+x,-y) Gambar 42 71 Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat Station Koordinat X A B C D E A 2X Garis (double X) Y +2 +6 +4 -1 -3 +2 -3 -1 +3 +5 -2 -3 AB BC CD DE EA +8 +10 +3 -4 -1 Beda Y Cara 2 x luas +2 +4 +2 -7 -1 Cara Silang +16 +40 + 6 +28 + 1 (2x-1)-(3x6) =16 (6x3) -(-1x4)=22 (4x 5)-(3x-1)=23 (-1x-1)-(5x-3)=17 (-3x-3)-(-2x2)=13 jml = 91 Luas=1/2 x91=45.50 m2 jumlah =91 luas=1/2x91=45.50 m2 Soal Latihan : 1. Hitunglah luas sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEF yang masing-masing titik mempunyai koordinat sbb : 2. A = (1, 3) C = (8, 7) B = (7, 2) D = (10, 8) E = (7, 11) F = (1, 8) Sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEFG, masing-masing titik-titik mempunyai koordinat : A = (2, 2) C = (10, 4) E = (5, 7) B = (8, 1) D = (8, 8) F = (3, 8) E = (6, 10) F = (0, 8) Ditanya G = (1, 5) :Luas bidang tanah yang dibatasi oleh titik- titik tersebut di atas 3. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan jenis Optik. 3.1. Sipat Datar (Level) Sipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan pemetaan yang biasa digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang satu dengan titik-titik lainnya, serta dapat pula mengukur jarak (disebut jarak optik = jarak tidak langsung) 72 3.1.1 Bagian-bagian Alat Sipat Datar : Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang menumpu pada kepala statip yang mana mempunyai lubang sekrup untuk mengunci agar pesawat menyatu secara kuat dengan statip Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk menyetel gelembung nivo tabung agar kedudukan nya ditengah-tengah, sehingga garis acuan sejajar dengan bidang horizontal Kiap Atas (Tribrach) adalah landasan utama tempat berdirinya puncak tiga sekrup penyetel. Disamping itu juga sebagai pemikul bagian atas badan pesawat. Teropong, didalamnya terdapat lensa objektif (di muka) dan lensa okuler (di belakang). Juga terdapat garis bidik, yakni garis khayal yang menghubungkan antara titik potong benang silang diafragma dengan titik tengah lensa objektif, diteruskan ke target/sasaran. Teropong ini hanya dapat diputar pada sumbu kesatu. Nivo Tabung/Kotak adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman penyetelan pesawat agar garis bidiknya sejajar dengan garis arah nivo. Nivo ini diletakkan menjadi satu dengan teropong. Lensa Objektif, adalah salah suatu lensa pada teropong yang letaknya dibagian depan, dan paling besar Lensa Okuler, adalah salah suatu lensa pada teropong yang letaknya dibagian belakang yang lebih kecil dari lensa objektif. Cincin/Lingkaran Pengatur Diafragma, adalah alat yang digunakan untuk mengatur agar gambar/bayangan target kelihatan jelas didalam teropong. Pada dasarnya alat Sipat Datar dapat dibedakan atas tiga tipe/jenis, diantaranya : 73 a. Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level) Alat Sipat Datar tipe Kekar adalah jenis alat Sipat Datar yang konstruksinya solid dan sangat sederhana. Gambar 43 Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level) Ciri-ciri alat Sipat Datar Tipe Kekar adalah : Garis bidik telah dibuat tegak lurus terhadap sumbu kesatu oleh pabriknya, sehingga jika gelembung nivo telah berada ditengah-tengah, ini berarti : - garis arah nivo mendatar - karena garis arah nivo sejajar dengan garis bidik dan garis bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, maka garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu kesatu (sb. I). b. Alat Sipat Datar tipe Ungkit (Tilting Level) Adalah jenis alat Sipat Datar, yang bagian atas dan bawahnya dipisahkan oleh sebuah engsel atau sendi, sehingga teropongnya dapat diungkit naik maupun turun (ke atas / ke bawah) sedikit demi sedikit, agar kedudukan garis bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, seperti diperlihatkan pada gambar 2. 74 Bagian-bagian dari Alat Sipat Datar Tipe Ungkit : Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang menumpu pada kepala statip seperti pada tipe kekar Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk menyetel gelembung nivo tabung/kotak, sehingga sumbu kesatu tegak lurus dengan bidang acuan nivo dan benang silang mendatar. Gambar 44 Alat Sipat Datar Tipe Ungkit Kiap Atas (Tribrach) adalah tempat kedudukan nivo kotak serta engsel. Teropong, agak berbeda dengan tipe kekar, karena didalam/diluar teropongnya terdapat nivo tabung (nivo koinsidensi) Nivo Tabung/nivo koinsidensi adalah satu nivo yang digunakan untuk pedoman sejajar tidaknya garis bidik dengan garis acuan nivo. Nivo Kotak, adalah nivo untuk pedoman bahwa sumbu kesatu telah tegak lurus dengan bidang acuan nivo Sendi (Engsel), untuk penghubung bagian bawah dan atas pesawat, dimana melalui engsel inilah teropong dapat diungkit keatas/kebawah, agar garis bidiknya sejajar dengan garis acuan nivo dengan pedoman nivo tabung atau nivo koinsidensi. 75 Sekrup Pengungkit, digunakan untuk mengungkit teropong ke atas / ke bawah, sehingga gelembung nivo tabung/koinsidensi seimbang, yang berarti garis bidik tegak lurus sumbu kesatu. c. Alat Sipat Datar Tipe Otomatis (Automatic Level) Konstruksinya telah dilengkapi dengan bandul (kompensator) otomatis, sehingga meskipun garis bidik belum dibuat tegak lurus dengan sumbu kesatu oleh pabriknya, tetapi bila gelembung nivo kotak telah ditengah, secara otomatis semua syarat-syarat telah terpenuhi. Selain itu, konstruksinya biasanya kedap air. Gambar 45 Alat Sipat Datar Tipe Otomatis Bagian-bagian Alat Sipat Datar tipe Otomatis Kiap bagian Bawah adalah landasan pesawat yang menumpu pada kepala statip, yang mana mempunyai lubang sekrup pengunci seperti pada alat Sipat Datar lainnya. Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran, terdiri dari tiga buah sekrup yang gunanya untuk menyetel nivo kotak, sehingga arah sumbu kesatu tegak lurus garis acuan nivo. Teropong, yang terdiri dari tiga bagian lensa obyektif, prisma penegak (prism a) atau disebut “bandul/kompensator”, prisma penegak (prism b), 76 dua lensa focus, dua bagian kaca tempat goresan benang silang diafragma dan tiga bagian lensa penyetel bayangan benang silang Gambar 46 : Susunan Lensa Pada Teropong Sipat Datar Otomatis Nivo Kotak, adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman penyetelan sumbu kesatu tegak lurus bidang acuan nivo, yaitu bila gelembung nivo kotak telah ditengah. Lingkaran Mendatar, adalah suatu lingkaran pada mana tercantum skala sudut datar dari 0o sampai 360o Tombol Pengatur Fokus, adalah suatu tombol yang digunakan untuk menyetel ketajaman objek gambar (target), yang mana ada yang diberi tanda/petunjuk arah (tidak terhingga), sehingga dapat memutar kearah yang benar. Sebelum membahas tentang penggunaan pesawat Sipat Datar, yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu persyaratan yang harus dipenuhi setiap alat ukur Sipat Datar, yaitu :    Syarat Utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis acuan nivo Syarat Kedua : garis acuan nivo harus tegak lurus dengan sumbu kesatu Syarat Ketiga: garis mendatar benang silang harus tegak lurus dengan sumbu kesatu 77 Cara Menyetel Alat Sipat Datar 1. Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan 2. Memasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan pesawat ke landasan kepala statif, 3. Menyetel nivo kotak, dengan cara: a. Memutar skrup A,B secara bersamaan (kearah masuk semua atau keluar semua, bila tampak atas gerakannya gelembung nivo kekiri atau kekanan), b. Sedangkan untuk menepatkan agar gelembung nivo di tengah tengah lingkaran, ganti dengan memutar skrup yang satunya yaitu skrup C dengan gerakan masuk atau keluar.(kalau tampak dari atas, gerakannya ke bawah atau ke atas. c. Bila ternyata belum tepat di tengah – tengah, maka lakukan langkah a dan b berulang – ulang hingga gelembung nivo tepat di tengah tengah lingkaran. Gambar 47 Gambar 48 4. Memeriksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dengan cara memutar teropong kesegala arah. Jika posisi gelembung nivo bergeser, maka setel nivo beberapa kali lagi, hingga pada saat pesawat diputar kesegala arah gelembung nivo tidak bergeser. 2.2. Sipat Ruang/Theodolite Alat Sipat Ruang/Theodolite adalah salah satu alat pada lingkup survai pemetaan, dimana digunakan untuk mengukur besarnya sudut datar, sudut miring/zenit, dan bisa juga mengukur jarak optik dengan cara pengukuran Tacheometry/ Takimetri. Sipat Ruang/Theodolite pada umumnya dikenal ada dua macam, yaitu Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi dan Sipat Ruang/Theodolite Repetisi 78 2.2.1 Sipat Ruang Reiterasi/Theodolie Reiterasi Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi adalah alat pengukur sudut datar, lereng, jarak optic dan beda tinggi. Dimana lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga lingkaran skala mendatar tidak dapat diputar-putar (gambar 5) Karena konstruksinya demikian, maka bacaan lingkaran mendatar untuk suatu target tertentu adalah sembarang (tidak bisa di nolkan). Sehingga besar sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target adalah bacaan muka dikurang bacaan belakang (untuk sudut yang atas), sedangkan bacaan belakang dikurangi bacaan muka adalah untuk sudut yang bawah. Gambar 49 Bagian-bagian dari Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi Lingkaran Skala Tegak, adalah suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut vertikal untuk mengetahui besarnya sudut lereng/zenith (untuk perhitungan Tacheometry/Takimetri). Nivo Indeks Lingkaran Tegak, adalah nivo yang dipakai sebagai pedoman penyetelan garis bidik supaya tegak lurus terhadap sumbu kedua, bila 79 gelembung nivonya telah ditengah-tengah. Bila kedudukan nivo belum seimbang, maka sudut lereng/ zenith belum boleh dibaca. (ada alat yang otomatis). Teropong, terdapat lensa obyektif (di depan) dan lensa okuler (di belakang)., ada juga yang sudah diberi lensa pembalik dan ada yang belum Penyangga Sumbu Mendatar, adalah termasuk pesawat bagian tengah, yang terdapat nivo kotak, sekrup pengunci gerakan vertical, lubang penerangan, sekrup penggerak halus vertical, pengunci dan penggerak halus gerakan horizontal serta knop micrometer sudut. Lingkaran Mendatar, suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut mendatar, dan ada juga yang diberi kompas. Kiap, adalah landasan yang berkaki tiga, dan terdaat tiga buah sekrup (disebut sekrup kaki kiap), yang berguna untuk menyetel agar sumbu kesatu tegak lurus dengan sumbu kedua dan juga pada bidang acuan nivo. 2.1.2 Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi ini pada prinsipnya adalah sama dengan alat Sipat Ruang/Theodolit reiterasi, bedanya adalah dalam hal konstruksinya. Dimana lingkaran skala mendatar dapat diatur (pada sudut nol derajat) dan juga mengelilingi sumbu tegak. Bila sekrup pengunci skala mendatar dibuka, tidak dapat diperoleh bacaan ukuran sudut datar. Theodolite Repetisi konstruksinya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Bagian atas, yang terdiri dari :  Teorpong dengan konstruksinya yang tidak jauh berbeda dengan  alat Sipat Datar, lengkap dengan garis bidik  Sumbu Mendatar, dimana teropong dan lingkaran tegak berputar  Lingkaran Skala Tegak Indeks pembacaan lingkaran tegak Bagian tengah, terdiri dari :  Kaki penyangga, untuk mengangga sumbu mendatar 80  Indeks pembacaan lingkaran mendatar, atau lingkaran skala  mendatar yang konsentris dengan lingkaran mendatar pertama  berputar mengelilinginya. Sumbu tegak, dimana seluruh bagian tengah dan atas dapat Nivo tabung, untuk mengatur agar sumbu tegak benar-benar tegak lurus dengan bidang acuan nivo. Bagian bawah terdiri dari :    Lingkaran skala mendatar yang berputar mengelilingi sumbu tegak Landasan berkaki tiga (kiap) Sekrup kaki kiap, terdiri dari tiga buah Gambar 50 Alat Sipat Ruang/Teodolite Repetisi Bagian-bagian Alat Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi 81 Lingkaran Skala Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi. Nivo Indeks Lingkaran Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi (tetapi ada juga yang otomatis) Teoropong, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite reiterasi, tetapi ada juga yang diberi nivo tabung Penyangga Sumbu Mendatar, sama seperti alat Sipat Ruang/Theodolite reiterasi Lingakaran Mendatar, tidak sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi. Sebab lingkaran mendatarnya dapat diputar mengelilingi sumbu tegak. Sehingga bila sekrup penguncinya dibuka (sekrup repetisi), maka bacaan besar sudut tidak dapat diperoleh. Kiap, sama seperti Sipat Ruang/Theodolite reiterasi Sebelum menggunakan pesawat Sipat Ruang/Theodolite, harus diketahui terlebih dahulu persyaratan yang harus dipenuhi setiap Sipat Ruang/Theodolite, yaitu : Syarat Utama : sumbu tegak (sumbu kesatu) harus tegak lurus dengan garis acuan nivo Syarat Kedua : sumbu mendatar harus benar-benar mendatar atau tegak lurus dengan sumbu kesatu Syarat Ketiga :garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua (sumbu mendatar) Syarat Keempat :tidak adanya salah indeks pada skala lingkaran tegak, yang disebabkan tidak tepatnya indeks bacaan 0 o lingkaran tegak jika kedudukan garis bidik mendatar atau garis bidik tegak ke atas, tergantung dari sudut miring/zenit yang dibaca. c. Rangkuman. Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan sederhana (bukan optik) antara lain : 1. Pita Ukur, rol meter 2. Rambu Ukurr 3. Penta Prisma 4. Cermin Sudut 82 5. Kompas 6. Yalon 7. Klinometer Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan jenis optik antara lain : 1. Sipat Datar (Leveling) ada 3 jenis yaitu : 1.1 Dumpy Level (sipat datar tipe kekar) 1.2 Tilting Level (sipat datar tipe jungkit) 1.3 Otuomatic Level (sipat datar tipe otomatis) 2. Sipat Ruang (Theodolite) ada 2 jenis yaitu : 2.1 Theodlite Reiterasi 2.2 Theodolite Repetisi d. Tugas : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas 1. Apa yang membedakan sipat datar dumpy level dengan sipat datar tilting level ? 2. Sebutkan fungsi nivo tabung pada pesawat Sipat Datar tipe kekar ? 3. Berapa jumlah nivo yang terdapat pada pesawat Sipat Datar tipe jungkit/tilting ?. Dan Sebutkan kegunaan nivo tersebut ! 4. Mengapa pesawat Sipat Datar disebut pesawat otomatis ? 5. Jelaskan perbedaan antara Sipat Ruang/Teodolite Reiterasi dengan Sipat Ruang/Teodolite Repetisi dilihat dari konstruksinya. Pengukuran untuk Perencanakan Bangunan Sebelum suatu bangunan didirikan, maka terlebih dahulu harus dilaksanakan pengukuran tanah dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah. Beda tinggi tanah tersebut sangat diperlukan dalam pemerataan tanah. Dengan mendapatkan beda tingginya, maka dengan mudah dapat diketahui permukaan tanah yang akan digali dan tanah yang akan diurug. Bila akan mendirikan rumah, maka kita harus ada ijin bangunan dari dinas agraria atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan 83 daerah, pembuatan jalan, dan rencana irigasi, terlebih dahulu tanah yang akan dibangun harus diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah. Disamping itu, pekerjaan Survei dan Pemetaanmerupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan bangunan karena dapat memudahkan rencana biaya. Pengukuran untuk Membuat Peta Untuk memberi petunjuk berapa jauh jarak dari tempat A ke tempat B, maka kita harus membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta. Untuk praktisnya, pemerintah mulai dari tingkat desa, kabupaten, propinsi, bahkan setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang dinamakan peta. Peta tersebut harus digambarkan berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik pengukuran secara teristis maupun secara fotogrametris. Kegiatan Belajar 3 a. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan dapat menjelaskan tentang: a. Menerapkan fungsi masing – masing baian dari peralatan jenis optis b. Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat rruang (Theodilite) PENGAMATAN 2 1. Lakukan pengamatan tentang benda-benda disekitar siswa, bagaimanakah kedudukannya terhadap benda lain antara lain jaraknya, besarnya (panjangnya, lebarnya, tingginya), perbedaan ketinggiannya terhadap benda lain, misalnya perbedaan tinggi antara muka kursi dan muka meja, dsb 2. Amatilah benda-benda tersebut sebanyak-banyaknya, dan tulislah sebagai hasil pengamatan siswa, yang mana hasil tersebut akan didiskusikan dengan hasil pengamatan dari siswa yang lainnya. 84 b. Uraian Materi Menerapkan pelaksanaan pekerjaan dasar-dasar survei dan pemetaan dengan alat sipat datar Prinsip dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang. Rumus beda tinggi antara dua titik : T = BTB – BTM Keterangan : T = beda tinggi BT A = bacaan benang tengah A BT B = bacaan benang tengah B Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus : BT = (BA + BB) / 2 Keterangan : BT = bacaan benang tengah BA = bacaan banang atas BB = bacaan benang bawah Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut : J = (BA – BB) x 100 Keterangan : J = jarak datar optis BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah 100 = konstanta pesawat Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan. 85 Kegunaan Pengukuran Tinggi (Pengukuran sipat datar) antara lain : 1. Perencanaan proyek pengairan 2. Perencanaan pembuatan jalan dan jembatan 3. Pemerataan tanah dan timbunan tanah buat bangunan besar 4. Perencanaan pembuatan jalan kerata api 5. Perencanaan terowongan melalui pengunungan (saluran dalam tanah) 6. Perencanaan Pengendalian bahaya banjir (pembuatan tanggul-tanggul) sungai dan saluran-saluran pembuangan (untuk menghitung rancana anggaran biaya) 7. Perencanaan pembuatan pelabuhan. 8. Perencanaan landasan kapal terbang 9. Perencanaan pengeboran tanah dan lain-lain. A. Pengukuran beda tinggi antara 2 buah titik di lapangan dengan 3 cara: a. Pengukuran beda tinggi dan jarak optis bila pesawat di antara 2 titik Ada dua buah titik P1 dan P2 tentukan beda tinggi titik P1 – P2 dan jarak P1 – P2 (lihat gambar) Gambar 51 Diantara titik P1 dan titik P 2 : Data hasil bacaan gambar di atas sbb: Bacaan belakang Bacaan muka ba = 1,475 ba = 1,950 bt = 1,375 bt = 1,750 bb = 1,275 bb = 1,550 86 Penyelesaian: Kontrol bacaan belakang: ba  bb 2 1,475  1,275 1,375  2 2,750  2  ,1,375 (bacaan benar) bt  = (1,475 – 1,275) x 100 d1 = 0,20 x 100 = 20 m (pesawat ke P1) = 1,950 – 1,550 . 100 d2 = 0,40 x 100 = 40 m (pesawat ke P2) D = d1 + d2 = 20 m + 40 m = 60 m (jarak P1 – P2) Beda Tinggi ( H) = Bacaan bt belakang – bacaan bt muka  H P1 – P2 =1,375 – 1,750 = - 0,375 m = - 37,5 cm (beda tinggi P1 – P2 adalah - 37,5 cm) Latihan 1: Diketahui hasil bacaan seebagai berikut: Bacaan Belakang (P1) Bacaan Muka (P2) ba = 1,375 ba = 1,475 bt = 0,875 bt = 1,075 bb = 0,375 bb = 0,675 Ditanya : 87 a. jarak (D) b. Beda tinggi ( H) Latihan 2: Diketahui hasil bacaan sebagai berikut: Bac. Belakang (P2) Bac. Muka (P3) ba = 1,755 ba = 1,875 bt = 1,555 bt =? bb =? bb = 1,555 Ditanya: a. Jarak b. Tinggi b. Pengkuran jarak optis dan beda tinggi bila pesawat di atas titik P 1 Gambar 52 Jarak P1 – P2  P1 – P2 = (ba P1 – bb P2) x 100 = ta – bt P2 Contoh: Bila hasil pengukuran dilapangan, cara diatas titik P 1 = ta = 1,475 Bacaan pesawat di titik P2 ba = 1,950 bt = 1,750 bb = 1,550 88 jawab: Beda tinggi ( Y) P1 –P2 = = ta – bt di P2 H = 1,475 – 1,750 = - 0,275 m (27,5 cm) D P1 – P2 = (ba – bb) x 100 = (1,950 – 1,550) x 100 = (0,4) x 100 = 40 m c. Pengukuran beda tinggi bila Pesawat di luar garis ukur ke dua titik (Polar) Gambar 53 Contohnya seperti pada gambar di atas.  H = bt P1 – bt P2 Untuk jarak (D) cara Polar diukur jarak langsung dengan meteran. Contoh: Bila hasil pengukuran dilapangann, cara Polar di luar titik. 89 Bacaan P1 Bacaan P2 ba = 1,375 ba = 1,475 bt = 0,875 bt = 1,075 bb = 0,375 bb = 0,675 Ditanya:  t (beda tinggi) P1 – P2 Jawab :  t P1 – P2 = bt P1 – bt P2 = 0,875 – 1,075 = - 0,2 m = - 20 cm B. Mengelola Pengukuran Sipat Datar Memanjang Bebas Jika jarak antara dua titik P1 - Px yang harus ditentukan selisih ketinggiannya menjadi demikian besar, sehingga tidak mungkin diukur dengan satu kali pesawat berdiri di antara titik atau kondisi medan yang tidak mungkin diukur satu kali maka pengukuran beda tinggi harus dilakukan waterpas memanjang dengan beberapa kali berdiri pesawat di antara titik. Jarak bidik untuk menghasilkan nilai beda tinggi dan jarak agar lebih teliti, jarak antara titik ke pesawat ±30-40 m. Untuk menanggulangi apabila kondisi medan seperti di atas maka pengukurannya harus dilakukan sebagai berikut. 1. Jumlah slag harus genap 2. Mengggunakan 1 bh rambu ukur 3. Jumlah jarak belakang harus sama dengan jumlah jarak muka 90 Gambar 54 Keterangan : Slag/ Seksi adalah tiap/satu langkah pengukuran (satu kali stel pesawat, untuk satu kali bacaan belakang satu kali bacaan muka) Contoh bila jumlah slag genap, dan jumlah jarak belakang (∑ JBelakang) harus sama (∑ JMuka) sebagai berikut (lihat gambar di atas) Misal : d1 = 15m; d3 = 25m; d5 = 30m; d2 = 15m; d4 = 25m; d6 = 20m; Jarak P 4 - P X = 60 m d7 = ? m dan d8 = ? m Penyelesaian : d1 + d3 + d5 + d7 = 15m + 25m + 30m + d7 = 70m + d7 d2 + d4 + d6 + (60 - d7) = 15m + 25m + 20m + 60m - d7 = 120m - d7 70m + d7 =120m - d7 2 d7 = 50m d7 = 25m Maka d8 = 60m - d7 91 d8 = 60m – 25m d8 = 35m. Kesempulannya, pada slag terakhir Pesawat diletakkan pada jarak 25m dari titik P4 atau pada jarak 35m dari titik P5. Contoh Lembaran Laboratorium Judul Praktek : “MENYIPAT DATAR MEMANJANG” Nama Pengukur :…………………. Hari/tanggal:…………………. Nama + No. Alat :…………………..…..Waktu :………………….……. Lokasi Pengukuran :……………...…..….. Regu : ……………………..…. tasiun Alat __ Stand I No. TTK P1 A __ P2 B __ P3 C __ P4 D __ Px BTB 2.140 2.045 1.950 1.340 1.240 1.140 1.660 1.560 1.460 1.970 1.870 1.770 Stand II BTM Jarak (d) M Beda Tinggi Rata-rata BTB BTM t 1 t 2 t1  t 2 2 k o r e k s i Tinggi TTK Ket 2041 +10.000 1.950 1.835 1.735 1.750 1.550 1.350 1.420 1.320 1.220 1.650 1.450 1.250 1243 1832 1562 1552 1864 1321 1445 Untuk hasil pengkuran dilapangan seperti diatas maka langkah kita untuk menyelesaikan tabel diatas adalah; Yang harus diselesaikan pengisiannya setelah pengambilan data. 1. d (jarak) 2. t1 (beda tinggi) 3. Tinggi titik Cara penyelesaian untuk mendapatkan jarak P1 – P2 sbb: 92 1. Cara mencari jarak P , -A(Pesawat) d P1-A = (2.140-1.950). 100 = 0,190 x 100 = 19 m. 2. Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat) J P2-A = (1.935-1735). 100 = 0,200 x 100 = 20 m Jadi jarak P1 - P2 = (J P1 - A) + (J P2 - A) = 19 m + 20 m = 39 m. Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2. ∆t = bt belakang - bt muka . ∆t = 2,045 -1,835 = 0,210 m = 21 cm Pekerjaan mencari jarak P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX dan beda tinggi P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX, kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P 1 – P2 di atas. 3. Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb: P2 = P3 = P1 +  t P1-P2 P2 +  t P2-P3 Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-) dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau menambah tinggi dari awal. Contoh : Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P1) = + 10,000m maka tinggi titik P2 = P1 ±  t P1 – P2 93 t P1 - P2 = + 0,210 m P2 = 10,000m + 0,210m Tinggi titik P2 = 10,210m Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas. Contoh Hasil Pengukuan Sipat Datar memanjang sbb (lihat halaman berikut) 4. Cara mencari jarak P , -A(Pesawat) DP1-A = (2.140-1.950). 100 = 0,190 x 100 = 19 m. 5. Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat) DP2-A = (1.935-1735). 100 = 0,200 x 100 = 20 m Jadi jarak P1 - P2 = (DP1 - A) + (DP2 - A) = 19 m + 20 m = 39 m. Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2. t = Bt belakang - Bt muka . t = 2,045 -1,835 = 0,210 m = 21 cm Pekerjaan mencari jarak P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX dan beda tinggi P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX, kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P 1 – P2 diatas. 6. Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb: P2 = P1  t P1 – P2 atau P2 = P1+  t P1-P2 P2 = P1  t P1 – P2 atau P2 = P1+  t P1-P2 94 Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-) dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau menambah tinggi dari awal. Contoh: Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P 1) = + 10,00 maka tinggi titik P2 = P1, ±  t P1 - P t P1 - P2 = + 0,210 m P2 = 10,00 + 0,210 = 10,210 (tinggi titik P2) Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas. C. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Double Stand Pengukuran sipat datar memanjang double stand digunakan untuk mengelimine kesalahan masuknya statif kedalam tanah (Tanahnya labil) Pada dasarnya langkah kerjanya seperti mengukur beda tinggi, namun pada stand ke dua rambu yang dibidik yang muna terlebih dulu, setelah itu baru pesawat dibidikkan kearah belakang. Hasil perhitungan beda tinggi pada stand pertama (I), ditambah hasil perhitungan beda tinggi stand kedua (II) , kemudian dibagi dua = beda tinggi rata – rata. 95 Tabel 5 Contoh Data Hasil Pengukuran Beda Tinggi Cara Double Stand “MENYIPAT DATAR MEMANJANG DOUBLE STAND TERBUKA BEBAS” Stasiun a l No. a TTK t _ _ P1 A _ _ P2 B _ _ P3 C _ _ P4 D _ _ Px Nama Pengukur : ………………….. Nama + No. Alat : ………………….. Lokasi Pengukuran : ………………….. Stand I BTB Beda Tinggi Rata-rata Stand II BTM Jarak (d) M BTB 2.140 2.045 BTM t 1 t 2 t1  t 2 2 + + + 0,210 0.209 0.210 - - - 0,310 0.309 0.310 + + + 0.240 0.241 0.341 + + + 0.420 0.419 0.420 k o r e k s i Tinggi TTK Ket 2041 1.950 1.340 1.240 1.950 1.835 +10.000 1.140 1.660 1.560 1.735 1.750 1.550 20 + 40 60 1.460 1.970 1.870 1.350 1.420 1.320 20 + 20 40 1.770 1.220 1.650 1.450 20 + 40 60 19 + 20 39 1243 1832 +10.210 1562 1552 +9.900 1864 1321 +10.141 1445 1.250 +10.561 b. Dari hasil perhitungan tabel diatas: d P1 – P2 = 39 m d P2 – P3 = 60 m d P3 – P4 = 39 m d P4 – Px = 39 m c. Beda tinggi (t) P1 - Px 96 t P1 – Px = 10,00 – 10,560 = -0,560 Beda tinggi t P1 - Px dari hasil pengkuran waterpas memanjang diatas dari hasil perhitungan dengan tabel mendapatkan nilai: d. 0,560 m = -56 cm, artinya t P1 lebih rendah 56 vcm terhadap Px D. Fungsi Gambar hasil sipat datar/Waterpass Memanjang Penggambaran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu gambar dari pengukuran sipat datar/waterpass yang dilakukan di lapangan. Penggambaran dapat dilakukan apabila tinggi titik t P1 - Px sudah dicari tinggi titiknya dengan menggunakan tabel ukur atau dengan uraian. Penggambaran waterpas memanjang berfungsi untuk melihat permukaan tanah yang sebenarnya dan untuk perencanaan selanjutnya apakah lebar tersebut sudah baik, tidakterkena bagian atau untuk perencanaan galian dan timbunan. Adapun penggambaran waterpas memanjang ini data yang harus ada adalah jarak antara P1 - P2 ; P2 - P3 ; P4 - Px dan hasil perhitungan ketinggian titik-titik yang ada p1 - P2 - P3 - P4 - Px. Dalam penggambaran waterpas memanjang menggunakan dua skala: 1. Skala jarak ( panjang ) antara titik. 2. Skala tinggi masing-masing titik. Skala jarak digunakan 1 : ......... sesuai panjang antara titik, misal DP1 - P2 = 40 m maka skala jarak 1 : 1000, jarak di atas lantai 4000 : 1000 = 4 cm dan seterusnya. Skala tinggi digunakan 1 : 200 ; 1 : 100 ; 1 : 50 Sesuai tinggi titik yang didapat di lapangan. 97 Cara Pengambaran Waterpass Memanjang Gambar 55 E. Mengelola Pengukuran Beda Tinggi Double Stand Keliling (Tertutup) 1. Menghitung beda tinggi antara titik (H) H = BTBelakang  BTMuka  HStand.I P0_P1 = BTBelakang  BTMuka = (0702  3921)/1000 = 3,219  HStand.II P0_P1 = BTBelakang  BTMuka = (0705  3922)/1000  HStand.I P1_P2  HStand.II P1_P2 = 3,217 = BTBelakang  BTMuka = (0647  1941)/1000 = 1,294 = BTBelakang  BTMuka 98  H P2_P3 = BTBelakang  BTMuka ………………..…. dst.  H P6_P0 = BTBelakang  BTMuka 2. Menghitung H rata-rata atau H rata-rata P0_P1 = H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 - 3,219  - 3,217 = = 3,218 H rata-rata P1_P2 = 2 H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 - 1,297  - 1,299 = = 1,298 2 H rata-rata P2_P3 = H Sta nd.1  H Sta nd..2 ………………..…. dst. 2 H rata-rata P6_P0 = H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 3. Menghitung koreksi H  Dengan menjumlahkan H, karena keliling/tertutup, maka H = 0 atau Tinggi awal = Tinggi akhir H = Tx awal + H)  Tx akhir H = (20,000 + 0,004)  20,000 = 20,004  20,00 = +0,004 dibagi pada jarak terpanjang dengan tiap titik 0,001 atau 1mm, karena slagnya 6, maka dibagi 4 slag saja, sedangkan 2 slag lagi tidak ada koreksi. 99 H dan (+) berarti jumlah beda tingginya berlebih, maka harus dikurangi atau tanda (), begitu juga sebaliknya. 4. Menghitung tinggi titik elevasi (Tx) Txberikut = Txawal + H +  Tx P1 = TxP0 + HP0_P1 = 20 + (3,219) + 0,000 = 16,782 = TxP1 + HP1_P2 Tx P2 = 16,782 + (3,219) + (0,001) = 15,485 Tx P3 = TxP2 + HP2_P3 ………………..…. dst. Tx P6 = TxP6 + HP5_P6 5. Menghitung Toleransi Untuk pengukuran jalur utama (kerangka luar) = 10 d = 10 = 10 d = 10 d ⟶ d dalam Km. 0,298 = 5,5 mm Hasil pengukuran 5 mm  5,5 mm, hasil pengukuran oke Gambar kerja : 100 PENAMPANG MEMANJANG KELILING (Tertutup) 20 18 16 14 12 Jarak (m) 100.00 125.10 45.96 51.09 102.05 125.27 19.700 18.079 15.355 15.996 15.718 15.135 19.700 Elevasi (m) 16.432 +10.00m 150.00 Skala H 1:100 Skala V 1:100 Gambar 56 101 F. Mengelola Pengukuran Beda tinggi/ Sipat Datar Double Stand Tebuka Terikat Sempurna Pengukuran beda tinggi terikat sempurna adalah ketinggiaan awal dan akhir sudah diketahui. 1. Menghitung beda tinggi antara titik (H)  H = BTBelakang  BTMuka  HStand.I P0_BP  HStand.II P0_BP  HStand.I PB_R1 = BTBelakang  BTMuka = (0822  3950)/1000 = 3,128 = BTBelakang  BTMuka = (0704  3831)/1000 = 3,127 = BTBelakang  BTMuka = (0869  1025)/1000 = 0,156  HStand.II PB_R1 = BTBelakang  BTMuka  H R1_R2  H R4_P0 = BTBelakang  BTMuka ………………..…. dst. = BTBelakang  BTMuka 2. Menghitung H rata-rata atau H rata-rata P0_PB = = = H rata-rata PB_R1 = = = H rata-rata P2_P3 = H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 - 3,128  - 3,127 3,128 2 H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 - 2,131  - 2,132 2,132 2 H Sta nd.1  H Sta nd..2 ……………dst. 2 102 H rata-rata P6_P0 H Sta nd.1  H Sta nd..2 2 = 3. Menghitung koreksi H Dengan menjumlahkan H dari table perhitungan, diperoleh H = 4,351 dan tinggi titik awal (Tx awal = 20,000 m) dan tinggi titik akhir (Tx 15,655 m, maka koreksi (H) dengan menjumlahkan H H = Tx awal + H)  Tx akhir H = (20,000 + (4,351)  15,655) akhir = = (20,000  4,351)  15,655 = 15,650  15,655 = 0,005 Dibagikan pada jarak terpanjang dengan tiap titik 0,001 atau 1mm, karena slagnya 6, maka dibagi 5 slag saja, sedangkan 1 slag lagi tidak ada koreksi. H dan (+) berarti jumlah beda tingginya berlebih, maka harus dikurangi atau tanda (), begitu juga sebaliknya. SKET KERJA Tgb P0 Tgb PB Tgb Tgb R1 Gambar 57 R3 R2 Pengukuran Beda Tinggi Terikat Sempurna (Kerangka dalam) 103 Tabel 6 PENYIPAT DATAR PROFIL MEMANJANG TERIKAT SEMPURNA LOKASI DARI KE TEMPAT BERDIRI ALAT : : : PENAMPANG NAMA ALAT NAMA PENGUKUR TARGET 0.30 P0 BENANG TENGAH HALAMAN : NO. ALAT : TANGGAL : : : : STAND I STAND II B. ATAS B. ATAS ∆H B. BAWAH BENANG TENGAH 822 B. BAWAH PB 3950 PB 748 2879 R1 869 R2 1025 R2 919 R3 930 R3 787 R4 568 R4 2081 JUMLAH P5 -0.158 16.873 16.673 14.586 827 -0.011 0.001 837 14.576 785 14.346 14.576 0.222 0.221 0.001 563 14.798 2041 14.578 14.798 0.855 0.857 1186 0.001 15.655 BACAAN BELAKAN BACAAN MUKA -4.349 -4.351 -4.350 NO. TITIK : P.0 B.T P.1 R.1 R.2 P.6 14.336 14.586 -0.010 SKETCH 14.472 0.001 929 BACAAN BELAKAN BACAAN MUKA 19.700 14.742 -0.159 1223 20.000 0.001 770 0.858 0.30 MUKA TANAH 14.742 0.219 0.22 -2.132 2782 -0.011 0.23 DI ATAS PATOK 16.873 -2.132 -0.156 0.25 -3.128 650 -2.131 R1 -3.127 KOREKSI 3831 . 0.27 ∆H 704 -3.128 0.20 ELEVASI RATARATA R.3 R.4 P.2 P.3 P.5 P.4 104 15.355 PENAMPANG MEMANJANG (Kerangka dalam) 20 20 18 16 Jarak (m) 82.62 62.92 39.15 53.84 15.355 15.996 15.718 15.133 16.432 Elevasi (m) 19.700 +12.00m 53.84 18.079 14 59.59 Skala H 1:100 Skala V 1:100 Gambar 58 105 G. Contoh Laporan Praktek Profil Memanjang Jenis Tugas : Pengukuran Profil Memanjang. Alat Pengukuran : 1. Pesawat PPD WILD NK 05 2. Statif + Payung 3. Rambu ukur + nivo kotak 4. Rol meter 5. Data board Diukur oleh : ……………………………….. Grup : ……………… Hari / Tanggal : ……………………………….. Langkah Kerja : 1. Buat sket daerah pengukuran 2. Tentukan titik-titi pengukuran P1 , P2 dan titik detail 3. Tempatkan pesawat diantara slag pertama atau antara titik P1 dan P2. 4. Setel pesawat hingga siap pakai dan sekaligus mengukur tinggi alat (pesawat) 5. Arahkan teropong ke titik P1 untuk melakukan bacaan belakang titik P1 yang telah ditentukan ketinggian titiknya 6. Putar skrup lensa okuler untuk mendapatkan benas silang tampak jelas 7. Putar skrup lensa diaframa agar mendapat bayangan rambu tampak jelas 8. Putar skrup pengarah sehingga benang tegak silang berimpit dengan rambu ukur Lakukan membacaan BA, BT, BB untuk rambu di titik P1, dan kontrol BA  BB  BT bacaan dengan menggunakan rumus 2 10. Untuk menentukan jarak dapat dilakukan dengan jarak optis dengan rumus 9. (BABB)x100/1000 11. Catat hasil bacaan rambu pada table 12. Pindahkan rambu ukur ke titik rincikan memanjang antara P 1 dan P2 yaitu titik rincikan a, kemudian lakukan pembacaan rambu BA, BT dan BB catat pada table  Pindahkan rambu ukur ke depan titik a untuk pengukuran titik b, c dst yang caranya sama dengan pengukuran pada titik a tadi.  Putar teropong kira-kira 1800 ke titik P2 untuk melakukan pembacaan BA, BT dan BB sebagai bacaan muka, catat pada table setelah itu pindahkan rambu ke belakang titik P2 untuk pembacaan titik rincikan, 106 carannya sama dengan pengukuran pada titik rincikan di titik a dan b tadi. 13. Pindahkan pesawat ke titik berikutnya yaitu titik P2 dan P3 untuk melakukan pengukuran profil memanjang dan pengukuran sampai titik terakhir yang telah ditentukan, perinsip kerjanya sama seperti pada titiktitik P1 dan P2 tadi, yang tersebut di atas. 14. Bila pada satu rincikan tidak dapat dibaca atau rambu ukur tidak nampak karena terlampau dalam, maka pesawat dipindahkan dan ditempatkan diatas titik rincikan sebagai titik bantu, kemudian melakukan pengukuran terhadap titik tersebut diperoleh dengan menjumlahkan tinggi/kedalaman dengan bacaan rambu pada titik bantu. 15. Hitunglah tinggi garis bidik dengan menjumlahkan tinggi titik P 1 + bacaan benang tengah rambu di atas titik P1 atau TGB = TX P1+ Bt P1 Tinggi titik rincikan = tinggi garis bidik dikurangi dengan bacaan rambu benang tengah pada titik rincikan a atau TX a= Tgb – Bta Gambar Kerja : Tgb P1 a b c d e P2 Gambar 59 107 H. Contoh Laporan Praktek Profil Melintang Jenis Tugas : Pengukuran Profil Melintang Pada Titik Profil Memanjang. Alat Pengukuran : 1. Pesawat Penyipat Datar Topcon AT-D2 No. A113 + statif + unting-unting 2. Rambu ukur dan yalon 3. Pita ukur 4. Patok kayu + palu 5. Alat tulis + table pengukuran Diukur oleh : ……………………………….. Grup : ……………… Hari / Tanggal : ……………………………….. Langkah Kerja : 1. Jelajahi lokasi pengukuran yang akan diukur dan membuat sket situasi lokasi tersebut. 2. Lakukan pengukuran profil memanjang untuk menghitung ketinggian titik-titik untuk profil melintang, dengan cara pesawat ditempatkan diantara dua titik. 3. Jika pengukuran profil memanjang selesai, maka dilanjutkan pengukuran profil melintang dengan 3 cara, yaitu : a. Pengukuran dilakukan, pesawat diatas titik 1). Menempatkan statif + pesawat di atas titik P1 (titik ikat profil memanjang yang telah ditentukan ketinggiannya, Stel pesawat dan mengatur untingunting sehingga tepat berada di atas titik P1, kemudian kenyetel nivo kotak agar gelembung berada di tengah-tengah dengan mempergunakan skrup A, B dan C. 2). Bidik teropong pesawat ke titik P0(arah belakang), sehingga garis bidik teropong sejajar dengan sumbu profil memanjang kemudian stel sudut mendatar 0000. 3). Setelah selesai bacaan kebelakang,kemudian putar lagi teropong pesawat 900 searah jarum jam, untuk menentukan garis profil melintang. 4). Tempatkan rambu ukur pada garis ukur profil melintang untuk pembacaan rincikan sepanjang garis ukur tersebut. 5). Untuk pembacaan rincian titik a, rambu ukur digeser-geser sesuai dengan perintah orang yang membidik hingga benang tegak diaframa berimpit dengan sumbu rambu ukur. 108 6). Membaca benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), kemudian dikoreksi dengan BA + BB = 2 BT, dan setelah dioreksi catat pada daftar pengukuran. 7). Ukur jarak dari titik P1 ke titik a, bias dengan jarak optis (BA-BB)x100 atau dengan mengukur langsung dengan pita ukur. 8). Pindah rambu ukur ke depan titik a, untuk mengukur titik b, c, dst, yang caranya sama dengan pengukuran pada titik a. 9). Putar teropong 1800 untuk melakukan pengukuran titik rincikan sebelah kiri titik P1. Cara pengukuran sama dengan pengukuran pada rincian sebelah kanan atau titik a. 10). Bila pada satu rincikan tidak dapat dibaca atau rambu ukur tidak nampak karena terlampau dalam, maka pesawat dipindahkan dan ditempatkan di atas titik rincikan sebagai titik bantu atau bias juga di luar titik rincikan, dengan syarat rambu ukur yang ditempatkan di atas titik rincikan dan sebagai bacaan belakang, kemudian melakukan pengukuran terhadap titik tersebut. Tinggi garis bidik pada titik tersebut diperoleh dengan menjumlahkan tinggi/kedalaman dengan bacaan rambu pada titik bantu. 11). Pindahkan pesawat ke titik P2, untuk melakukan pengukuran profil melintang pada titik tersebut dengan cara yang sama. 12). Tinggi garis bidik (TGB) = tinggi titik + tinggi pesawat = TGB = T X + Ta. Tinggi titik rincikan = Tinggi garis bidik  bacaan rambu (btx) = Tx = Tgb  Btx 109 Gambar Kerja : Tgb Tgb g f p Tgb o n e d c a b P1 h m i j Tgb = Tx = Keterangan TP1 + ta Tgb = Tgb  tx Txj = Txi + btx k l Gambar 60 Tgb  btx : Tgb = Tinggi garis bidik Tx = Tinggi titik x (rincikan) TP1 = Tinggi titik P1 btx = Bacaan benang tengah rambu Ta = Tinggi pesawat 110 b. Pengukuran dengan pesawat di luar titik 1). Tempatkan statif + pesawat di atas titik P4. 2). Stel pesawat/nivo kotak dengan mempergunakan skrup A, B dan C. 3). Bidik pesawat ke titik P3, kemudian menyetel sudut mendatar pada 0000. 4). Memutar teropong sesuai dengan arah jarum jam dan bidikan ke titik P5, dan baca besar sudut. 5). Putar teropong setengah sudut terbaca dari langkah kerja no. 4 untuk mendapatkan garis ukur profil melintang. 6). Dengan menggunakan yalon digeser-geser hingga berimpit dengan benang tegak pada yalon tersebut. 7). Pindah pesawat di atas patok, kemudian di stel nivo kotak dengan skrup A, B dan C. 8). Letakkan rambu di atas titik P4 kemudian baca BA, BT dan BB dan mengoreksi dengan BA + BB = 2 BT. Setelah dikoreksi kemudian dicatat pada table pengukuran. 9). Lakukan pengukuran atau baca rambu pada titik rincikan sepanjang garis ukur profil melintang, kemudian ukur jarak titik-titik rincikan terhadap titik P4. 10). Putarkan teropong 1800 untuk melakukan bacaan rambu pada titik rincikan di belakang titik P4. 11). Pindah pesawat ke titik P5 untuk pengukuran profil melintang dengan cara yang sama 12). Gambar kerja : Tgb b c a P4 Tgb g m h i Gambar 61 Tgb = Tx = j k l TP4 + btP4 Tgb  btx c. Pengukuran dengan cara polar 1). Buatlah garis ukur profil melintang pada titik P 6, dengan langkah kerja sebagai berikut : 111  Tempatkan pesawat di atas titk P6 dan stel hingga siap pakai.  Arahkan teropong ke titik P5 dan stel sudut mendatar 0000, kemudian putar teropong dan arahkan ke titik P1, lalu baca sudut yang terjadi.  Putar teropong kembali setengah sudut yang terbaca tadi, kemudian menamcapkan yalon yang posisinya harus berimpit dengan benang tegak benang silang dan beri patok.  Tentukan titik-titik rincikan sepanjang garis ukur profil melintang dan memberi tanda dengan patok. 2). Pindahkan pesawat di luar garis ukur profil melintang, dan tempatkan pesawat hingga dapat membidik semua titik rincikan. 3). Stel pesawat hingga siap pakai. 4). Letakkan rambu ukur di atas titik P6, kemudian baca BA, BT dan BB kemudian mengecek bacaan tadi dan catat lagi pada tabel. 5). Dengan cara yang sama, lakukan pembacaan rambu ukur di atas titik rincikan a, b, c, d, e dan seterusnya. 6). Ukur jarak dari titik-titik rincikan ke titik P6, dan catat pada tabel. 7). Dengan cara yang sama, lakukan pengukuran cara polar pada profil melintang titik selanjutnya. 8). Tinggi garis bidik dapat dihitung dengan menjumlahkan tinggi titik P6 + bacaan rambu di atas titik P6 atau Tgb = TX + btX Tinggi titik rincikan = tinggi garis bidi di kurang dengan rambu benang tengah pada titik rincikan tersebut atau TX = Tgb  btX. Gambar kerja Tgb e d f c b a P6 g n h m i j k l Gambar 62 tgb = Tx = TP6 + bt P6 Tgb  btX Keterangan : Tgb = Tinggi garis bidik Tx = Tinggi titik x (titik rincikan) 112 TP6 = Tinggi titik P6 Bt P6 = Bacaan benang tengah pada titik P6 btx = Bacaan benang tengah pada titik X (rincikan) 113 Tabel 7 DAFTAR PENGUKUR SUDUT DENGAN PPD NAMA PENGUKUR NAMA & NO. ALAT LOKASI NO. TITIK P1 P2 P3 P4 P5 PEMBACAAN RAMBU B 1492 1435 1377 1534 1486 1438 1535 1496 1437 1791 1680 1569 2763 2684 2605 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 1821 1757 1693 1881 1780 1670 1444 1396 1348 2010 1925 1840 1570 1518 1464 1802 1776 1752 1830 1791 1752 1577 1523 1464 1326 1291 1255 1320 1257 1194 HARI / TANGGAL WAKTU REGU : AHMAD ZARKASYI : PPD TOPCON NO. 2/AII3 : M BESAR SUDUT 0 0947 0875 0803 0788 0744 0700 1853 1762 1672 1288 1218 1148 2387 2366 2355 1318 1274 1231 1027 0973 0920 0663 0628 0693 1366 1306 1246 0997 0937 0877 0705 0651 0596 0683 0662 0641 1202 1160 1118 1405 1345 1285 BEDA TINGGI + TINGGI TITIK KETERANGAN - 0 750.000 25.700 163 30 0.560 750.560 0.742 751.302 17.900 198 45 28.900 178 30 -0.266 751.036 34.800 180 00 0.462 751.498 0.318 751.816 1.410 753.226 0.784 754.010 1.152 755.162 0.090 755.252 0.988 756.240 0.867 757.107 1.114 758.221 0.631 758.852 0.178 759.030 0.242 759.272 0.005 759.277 10.800 173 00 12.000 188 00 149 30 23.600 23.900 228 00 21.000 190 00 20.400 153 30 17.000 192 00 9.000 170 00 10.500 166 30 22.000 183 00 13.5 183 1312 1252 1192  0 JARAK : : : 00 24.2 315.2 114 PENYIPAT DATAR PROFIL MELINTANG a b c d e f g g h i j k k l m (CONTROL) BA + BB JARAK SUDUT   25.70 0 0 KOREKSI MM BT BA+BB 2 B ATAS B BAWAH / D RANTAI BENANG TENGAH (BT) TINGGI TERHADAP TITIK NOL TGB = TINGGI TX + BTX TITIK (TX) TX + TA 750.000 1.00 751.000 1.00 1.322 1.244 1.166 1.254 1.098 0.942 1.102 0.923 0.744 1.000 0.800 0.600 0.264 0.055 3.318 3.306 3.294 3.858 3.833 3.807 2.177 2.150 2.123 2.937 2.919 2.901 3.273 3.259 3.244 3.336 3.324 3.311 1.270 1.260 1.250 2.888 2.872 2.853 1.558 1.547 1.536 0.352 0.332 0.312 15.60 90 : : : 0 TGBBTX 750.000 749.756 15.65 749.902 4.60 750.077 4.20 750.200 1.80 750.945 2.40 270 NO TITIK KETERANGAN BAGAN HARI/TGL WAKTU REGU Tabel 8 0.547 0.420 0.293 2 1 : : : (BABB).100 TINGGI ALAT (TA) NO. TITIK STASIUN ALAT NAMA PENGUKUR NAMA / NO. ALAT LOKASI 0 747.694 2.70 747.167 747.167 2.150 749.317 747.167 1.70 746.398 0.64 746.058 1.65 745.993 748.057 1.38 6.33 270 0 748.057 2.872 750.929 748.057 749.382 750.597 115 PENYIPAT DATAR PROFIL MELINTANG m n o HARI/TGL WAKTU REGU BT BA+BB 2 (CONTROL) B ATAS B BAWAH BA + BB 3.034 3.014 2.994 2.427 2.407 2.387 0.436 0.414 0.392 JARAK / D RANTAI BENANG TENGAH (BT) 1.62 SUDUT   270 0 KOREKSI MM Lanjutan Tabel 8 : : : TINGGI TERHADAP TITIK NOL TGB = TINGGI TX + BTX TITIK (TX) TX + TA 750.597 3.01 753.611 TGBBTX NO TITIK KETERANGAN BAGAN : : : (BABB).100 TINGGI ALAT (TA) NO. TITIK STASIUN ALAT NAMA PENGUKUR NAMA / NO. ALAT LOKASI 750.597 751.204 1.58 753.197 116 “MENYIPAT DATAR MEMANJANG DOUBLE STAND” Nama Pengukur : ………………….. Nama + No. Alat : ………………….. Lokasi Pengukuran : ………………….. Stasiun a No l . a TT t K Stand I Stand II Tabel 9 Beda Tinggi k Rata-rata o Jarak (d) BTB BTM M BT B BTM t 1 t 2 t1  t 2 2 r e k Tinggi TTK et s i 2.140 __ P1 2.045 2.04 1 1.950 A __ P2 B __ P3 C __ P4 D +10.000 1.340 1.950 19+ 21.5= 1.240 1.835 40.5 124 1.832 3 1.140 1.735 1.660 1.750 20 + 40= 1.560 1.550 60 1.350 1.970 1.420 20 + 20= 1.870 1.320 40 156 1552 186 1321 Px 0,210 0.209 0.210 - - - 0,310 0.309 0.310 + + + 0.240 0.241 0.341 1.220 +10.241 1.650 20 + 40= __ + +9.900 4 1.770 + +10.210 2 1.460 + 1.450 60 1.250 1445 + + + 0.420 0.419 0.420 K +10.661 117 3. Dari hasil perhitungan tabel diatas: 4. d P1 – P2 = 39 m d P2 – P3 = 60 m d P3 – P4 = 39 m d P4 – Px = 39 m Beda tinggi (t) P1 - Px t P1 – Px = 10,00 – 10,560 = -0,560 Beda tinggi t P1 - Px dari hasil pengkuran waterpas memanjang diatas dari hasil perhitungan dengan tabel mendapatkan nilai: 5. 0,560 m = -56 cm, artinya t P1 lebih rendah 56 cm terhadap Px I. Mengelola Alat Sipat Ruang/ Theodolite Topcon Tl –6 DE 1. Pasang statif sesuai dengan tinggi si pengukur dan mengusahakan kepala statif sedatar mungkin. 2. Pasang pesawat diatas statif serta menguncinya dengan skrup di bawah kepala statif. 3. Sambil melihat - melihat melalui lup centre point dua kaki statif diangkat dan sambil menggerakkan hingga titik mendekati berada didalam lingkaran centre point, kemudian kedua statif ditancapkan ketanah. 4. Setel nivo kotak dengan menggunakan skrup penyetel datar atau skrup A, B, dan C sehingga gelembung nivo berada di tengah-tengah lingkaran. 5. Melihat kembali melalui centre point apakah titik keluar dari lingkaran centre point, jika bergeser maka membuka kunci bagian pesawat atau skrup bawah kepala statif, lalu menggeser pesawat hingga titik berada kembali dalam lingkaran centre point, kemudian dengan menggunakan skrup A, B, C mengetengahkan nivo tabung. 6. Sambil melihat kedalam teropong, memutar skrup okuler sehingga benang silang tampak jelas. 7. Membaca sudut mendatar. a. Arahkan teropong kesuatu titik P, kemudian memutar skrup diafragma hingga target tampak jelas. b. Dengan menggunakan penggerak halus horizontal dan penggerak halus vertikal tepatkan benang silang vertical dengan target titik P. c. Buka jendela cermin cahaya sambil melihat ke lup bacaan sudut dan kemudian memutar mikrometer atau tromol sehingga garis strip pada skala harus benar-benar 118 ditengah dua strip dibawah angka menit, angka ini menunjukkan menit dalam puluhan, sedangkan angka satuan menit dan detik dapat dibaca pada kotak kecil di bawah skala derajat dan menit (puluhan). Untuk jelasnya, dapat di lihat pada gambar pembacaan sudut dalam lup bacaan sudut pada halaman berikut. Hasil bacaan diatas adalah bacaan biasa (posisi lop bacaan sudut disebelah kanan teropong). d. Untuk bacaan luar biasa, teropong dibalik dan diputar searah jarum jam dan arahkan kembali ketitik P. e. Dengan menggunakan skrup penggerak halus horizontal dan penggerak halus vertikal impitkan benang silang vertikal dengan target pada titik P. f. Dengan cara yang sama dengan pembacaan sudut biasa akan menghasilkan bacaan luar biasa, dimana kedua bacaan berselisih 180 0 . g. Hasil bacaan rata-rata adalah : bacaan biasa di tambah dengan luar biasa, dikurangi 180 0 kemudian dibagi dua. Misal (1) Bacaan biasa 20 0 23' 25" Bacaan luar biasa 200 0 23' 40" Bacaan rata-rata = 20 0 23'25"(200 0 23'40"180 0 ) 2 = 20 0 23' 32,5" Misal (2) Bacaan biasa Bacaan luar biasa Maka bacaan rata-rata  2250 50' 20"  750 50' 22" 225050'20" 75050'22"1800  2    225050'21" 8. Membaca sudut vertikal a. Ukurlah tinggi pesawat untuk bacaan benang tengah rambu ukur. b. Arahkan teropong pada rambu ukur pada angka setinggi pesawat c. Membaca bacaan sama caranya dengan membaca bacaan sudut datar sedang untuk derajat lihat pada bagian atas atau huruf V, dan satuan menit dan detik pada kotak bagian bawah. d. Untuk bacaan luar biasa teropong dibalik dan diputar dan arahkan pada rambu semula, dan darri bacaan biasa akan menghasil bacaan luar biasa. e. Bacaan biasa dan luar biasa jika dijumlahkan hasilnya 360 0 (untuk TL 6DE) f. Misal bacaan biasa dan luar biasa sbb : Biasa  810 06' 37" 119 Luar biasa  2780 53' 30" Bacaan rata-rata  81006'37"(3600  278053'30" ) 2  810 06' 33,5" Sudut zenith  90000'81006'33" 1) Bacaan biasa  1050 47' 22"  80 53' 26" naik  Bacaan luar biasa  2540 12' 33" Bacaan rata-rata  105047'22"(3600  254012'33" ) 2  1050 47' 24,5" Sudut zenith = < 90 - 105˚ 47 24,5 = -15˚ 47 24,5 (Permukaan tanah turun) Demikianlah seterusnya untuk pembacaan titik-titik yang dengan cara yang sama seperti di atas. 120 Pembacaan sudut vertikal/lereng theodelite topcon TL-6 DE 00 00 1. 810 06'37" 90 0 270 0 278053'30" 90 0 270 0 180 0 1800 Gambar 63A Bacaan luar biasa : 2780 53' 30" Bacaan biasa : 810 06' 37"  Bacaan rata-rata 81006'37'(3600  278053'30" ) 2 = 81˚ 06 33,5 = < 90o – 81o 06 33,5 Sudut lereng = +8o 53 26,5 (naik) Permukaan tanah naik. 00 00 2. 180 0 90 270 0 90 0 0 1050 47'22" 2700 Gambar 63B Bacaan biasa : 1050 47' 22" Bacaan rata-rata 254012'33"   180 0  Bacaan luar biasa : 2540 12' 33" 105047'22" 3600  254012'33" 2  1050 47' 24,5" Sudut lereng = < 90 - 105˚ 47 24,5 = -15˚ 47 24,5 (Permukaan tanah turun). 121 J. Contoh Laporan Pengukuran Situasi Cara Polar Koordinat Jenis tugas : Pengukuran Situasi Cara Polar Koordinat Metode Tacheometry Tanpa Magnit. Alat pengukuran : Pesawat Theodolit TL 6 DE Statif Rol meter Palu Rambu ukur Daftar pengukuran Data board Patok/paku Keselamatan kerja : 1. Periksa alat-alat pengukuran sebelum dibawa ketempat pengukuran. 2. Periksa lokasi pengukuran dari keadaan/lalu lintas kendaraan agar tidak mengganggu pengukuran. 3. Melakukan kerja sama yang baik dengan teman agar pengukurannya ketelitian. 4. Menyeberang jalan menunggu kendaraan/lalu lintas aman. 5. Lindungi pesawat theodelite dari sinar matahari. 6. Bersihkan alat-alat sebelum dikembalikan. Langkah kerja : 1. Perhatikan lokasi pengukuran serta membuat sket situasi pengukuran. 2. Tentukan tempat berdiri pesawat agar semua titik-titik yang diukur dapat terbidik semua (tidak terhalang). 3. Tentukan titik-titik pengukuran sebanyak 25 titik dengan diberi tanda dengan paku di pinggir jalan atau batas-batas pengukuran. 4. Setel pesawat di atas titik yang telah ditentukan. 5. Bidiklah teropong ketitik P, dengan menyetel derajat mendatar pada 0 0 0' 0" . 6. Bacalah sudut vertikal pada bacaan biasa dan mencatat pada daftar ( sewaktu membaca sudut vertikal terlebih dahulu benang silang tengah dihimpitkan pada bacaan rambu di atas titik P1 setinggi pesawat). 7. Baca bacaan pada rambu benang atas dan benang bawah, lalu catat pada daftar. 122 8. Balikkan teropong dan membidikan kembali ketitik P1 kemudian membaca sudut datar bacaan luar biasa dan sudut vertikal luar biasa. 9. Setelah mengembalikan posisi teropong dengan mengimpitkan benang silang tengah pada rambu yang sama dengan tinggi pesawat, (Ta=BT) atau boleh tidak sama tinggi pesawat dengan benang tengah(Ta≠BT) lalu membaca sudut vertikal (bacaan biasa), dan kemudian membaca benang atas dan benang bawah (BA dan BB). 10. Gerakkan teropong dengan mengimpitkan benang silang tengah pada angka rambu yang sama dengan tinggi pesawat, lalu membaca sudut vertikal (bacaan biasa), dan kemudian membaca benang atas dan benang bawah. 11. Balikan teropong dan diputar searah jarum jam lalu membidikan kembali ketitik P 1 untuk membaca sudut datar dan vertikal luar biasa. 12. Dengan cara yang sama lakukan langkah kerja seperti di atas untuk titik-titik berikut, hingga pengukuran berakhir. Perhitungan dengan cara tachymetri : BT Inklinasi B B BT Inklinasi A dBA A dAB Gambar 64 a. Jarak miring : b. Sudut Zenith c. Jarak datar : d. Beda tinggi : dm = (BA – BB) x 100 : < 90 - < Vertikal Bila z0  5 0  dm dAB H = dm cos z0  z0 sudut zenith = dm sin z0 +Ta-Bt = dm cos 2 sin z0 H = dm cos m0 sin z0 sin z0 = dm 1 sin 2 z0 +Ta - Bt atau 2 H = < V x 2 = sin x 0.5 x dm = + Ta - Bt Tinggi Titik : Tx detail =Tx awal + H 123 a. Jarak miring /jarak optis dm B-a dm B-b = (BABB) x 100/1000 = (30100190) x 100/1000 = 282,000 = (BABB) x 100/1000 (18450755) x 100/1000 = 109 m < Zº = < 90º - 910 35 27 = 10 35 27 b. Sudut Zenith c. Jarak datar : dh = dm . cos² z 0  z0 sudut zenith = 282. cos² 10 35 27 = 281,783 m Jarak datar:dh = dm .cos² z 0  z0 sudut zenith = 109. cos² 00 58 28 d. Beda tinggi = H = 108,968 m ...... dan seterusnya = dm sin z0 +Ta-Bt Kalau z0 > 5 0  dm = dm cos 2 sin z0 H = dm cos m0 sin z0 sin z0 = dm 1 sin 2 z0 +Ta-Bt 2 H = zº x 2 = sin x 0,5 x dm = + Ta – Bt = 910 35 27x2=sin 0,5x282=+1,4-1,6 = - 8,026 m  (tanah turun) dst...... e. Tinggi Titik : Tx a detail =Tx A + H A-a = 60,000+(- 8,026) = 51,974 m Tx b detail =Tx A + H A-a = 60,000+(- 1,753) = 58,247 m ...... dan seterusnya Menghitung absis (X ) dan kordinat (Y) Bila diketahui Koordinat titik B (246293 ; 430526) Koordinat : Menghitung X dan Y  pada titik a X = dh Ba . sin  B-a = 281,783. sin 930 38 06 = 281,216 m 124 Y = dh Ba . cos  B-a = 281,783. cos 930 38 06 = -17,865 m  pada titik b XB-a = dh Bb . sin  B-b = 108,968 sin 1150 26 45 = 98,398 m Y B-b = dh Bb . cos  B-b = 108,968 cos 1150 26 45 = -46,819 m ........dstrnya  pada titik a Koord. Xa = XB + X = 246293,000 + 281,216 Koord. Ya = Y + Y  pada titik b = 246574,216 m = 430526,000 + (-17,865) = 430508,135 m Koord. Xb = X + X = 246293,000 + 98,398 = 246391,398 m Koord. Yb = Y + Y = 430526,000 + (- 46,819) =430479,181 m ........dstrnya Untuk menghitung besar sudut antara titik-titik, jika diperlukan untuk menghitung luas. Titik a Sudut H blk =120 49 36 Titik a Sudut H mk =340 38 15 Maka < ß = Bacaan < H muka –Bacaan < H belakang = 340 38 15- 120 49 36 = 210 48 39 Untuk menghitung luas hasil pengukuran ada 3 cara yaitu : 1. Dengan rumus segitiga L= 1 ab sin  2 2. Dengan rumus L  s(s  a )(s  b)(s  c) dimana 2. Cara koordinat S a bc 2 1 : L   yi xi  1   xi  yi  1 2 125 Contoh cara 1. Contoh : a = 281,783 m ,b=108,968 m dan  = 210 48 39 Maka luas nya adalah: 1 L  . a.b sin  2 1  .281,783.108,968. sin 21048'39" L 2 5704,181 m2 ……..dst Kegiatan Belajar 4 a. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari setiap unit kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan Cara Merawat Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan. 2. Menjelaskan Cara Memeriksa Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan 3. Mengelola hasil proses pengecekan kebenaran data pengukuran b. Uraian Materi 1. Merawat jenis-jenis Peralatan Survei dan Pemetaan Merawat dan memeriksa alat merupakan dua kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari membuat, memperbaiki dan menggunakannya. Merawat alat dimaksudkan sebagai memelihara alat dengan tujuan : a. Agar alat dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama b. Agar alat dapat digunakan dengan lancar tidak terjadi hambatan, seperti macet atau bagian tertentu lepas c. Untuk mencegah terjadinya kerusakan, agar alat selalu dapat digunakan. Dalam melakukan perawatan alat alangkah baiknya bila sekaligus dilakuka pemeriksaan terhadap alat tersebut apakah masih laik atau tidak untuk digunakan. Dari hasil pemeriksaan akan diketahui selain laik atau tidaknya untuk digunakan atau dioperasikan juga diketahui perlunya melakukan perbaikan, agar kerusakan yang terjadi tidak lebih parah. Beberapa kerusakan yang mengakibatkan tidak atau kurang laiknya dari beberapa alat, antara 126 lain seperti tersaji pada Tabel berikut Tabel. 5 Di bawah ini menjelaskan beberapa kerusakan dan atau kurang laiknya beberapa alat. Dari hasil pemeriksaan akan diketahui selain layak atau tidaknya alat untuk digunakan atau dioperasikan, juga diketahui perlunya dilakukan perbaikan agar kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih parah. Beberapa kerusakan yang mengakibatkan tidak atau kurang layaknya dari beberapa alat, antara lain sebagai berikut : Jenis Alat Pita Ukur Jenis Kerusakan - Seluruh atau sebagian skala angkanya sudah tidak terlihat jelas atau terhapus - Ujungnya awal pita ukur/ meteran sudah terputus, hingga awalnya tidak nol lagi Kompas - Jarum magnit sudah tiddak dapat bergerak secara bebas lagi diporosnya. Hal ini dapat terjadi karena porosnya rusak atau cairan yang tadinya ada di dalam kompas sebagian atau seluruhnya sudah habis keluar/ menguap - Skala angkanya sebagian atau seluruhnya sudah tidak terlihat jelas lagi. Odometer - Rodanya sudah tidak bulat lagi - Rodanya sering macet/ tidak berputar - Bunyi atau alat penghitungnya sudah rusak. Klinometer - Nivonya rusak, atau sebagian airnya keluar, sehingga bentuk gelembung nivonya tidak ada - Kaca yang ada benang silang untuk melakukan pembidikan rusak atau goresan benang silangnya sudah tidak jelas/ tidak ada. - Setengah lingkaran berskala/klinometernya rusak 127 Sipat Datar - Garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo - Sumbu kesatu tidak tegak - Diafragma horizontal tidak mendatar, atau diafragma vertical tidak tegak - Lensa teropong rusak atau kotor/ berjamur - Teropong tidak bias diputar - Nivo kotak rusak - Bacaan sudut tidak terlihat - Sekrup sekrup penyetel focus dan penggerak halus horizontal tidak berfungsi Sipat Ruang/ Theodolite - Sumbu kesatu tidak tegak - Sumbu kedua tidak mendatar - Diafragma horizontal tidak mendatar atau diafragma vertical tidak tegak - Lensa teropong rusak atau kotor/ berjamur - Teropong tidak bisa diputar - Nivo kotak dan atau nivo tabung rusak - Bacaan sudut horizontal dan atau vertical tidak telihat - Sekrup sekrup penyetel focus dan gerakan halus horizontal dan atau vertical tidak berfungsi Adapun pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan terhadap alat alat di atas antara lain seperti tersaji pada Tabel berikut. Jenis Alat Meteran Kain Linen Jenis Perawatan - Gulungan pada rolnya diatur serapih mungkin - Meminyaki alat pemutar rolnya Meteran Baja - Gulungan meteran pada rolnya perlu diminyaki agar tidak berkarat dan mudah digulung kedalam atau ditarik keluar - Meminyaki alat pemutar rolnya 128 - Selalu dalam keadaan bersih Kompas - Dibersihkan Odometer - Menjaga selalu dalam keadaan bersih - Meminyaki poros rodanya Klinometer - Menjaga selalu dalam keadaan bersih - Selalu tersimpan pada kotak tempatnya - Meminyaki poros setengah lingkarannya Sipat Datar - Menjaga selalu dalam kedaan bersih - Bila terkena hujan segera dikeingkan - Tersimpan di (dilemari yang tempat diberi yang kering lampu agar temperaturnya konstan) - Meminyaki bagian gerakan horizontal, sekrup pemfokus dan gerakan halus horizontal Sipat Ruang/Theodolite - Menjaga selalu dalam keadaan bersih - Bila terkena hujan segera dikeringkan - Tersimpan di (dilemari yang tempat diberi yang kering lampu agar temperaturnya konstan) - Meminyaki bagian gerakan horizontal dan vetikal, sekrup-sekrup pemfokus dan gerakan halus horizontal dan vertikal 2. Mengelola Hasil Perawatan Beberapa Alat Survei dan Pemetaan Lembar Kerja 1. Merawat Beberapa Alat Survei dan Pemetaan 1.1. Alat : 1) Meteran Kain Linen 2) Meteran Baja 3) Kompas 4) Odometer 5) Klinometer 6) Sipat Datar 129 7) Sipat Ruang 1.2. Bahan 1) Kain Lap 2) Air dan Ember 3) Minyak Kelapa/ Sawit 1.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bekerjalah dengan hati-hati 1.4. Langkah Kerja Persiapan alat dan bahan yang diperlukan Perhatikan dan catat yang perlu dari penjelasan instruktur Lakukan perawatan alat-alat dengan cara sebagai berikut : a. Pita Ukur Kain Linen - Gulungan pada rolnya diatur serapih mungkin - Meminyaki alat pemutar rolnya b. Pita Ukur Baja - Gulungan pada rolnya diminyaki agar tidak berkarat dan mudah digulung kedalam atau keluar c. Kompas - Dibersihkan d. Odometer - Menjaga selalu dalam keadaan bersih - Meminyaki poros rodanya f. Klinometer - Usahakan selalu dalam keadaan bersih - Selalu tersimpan pada kotak tempatnya - Meminyaki poros setengah lingkarannya g. Sipat Datar/Waterpass - Usahakan selalu dalam keadaan bersih - Bila terkena hujan segera dikeringkan - Simpan di tempat yang kering (di lemari yang diberi lampu minimal 10 watt) - Minyaki bagian gerakan horizontal , skrup-skrup penyetel fokus dan gerakan halus horizontal 130 i. Sipat Ruang/Theodolite - Usahakan selalu dalam keadaan bersih - Bila terkena hujan segera dikeringkan - Simpan di tempat yang kering (di lemari yang diberi lampu minimal 10 watt) - Minyaki bagian gerakan horizontal dan vertikal, skrup-skrup Penyetel fokus dan gerakan horizontal seta vertikal 3. Memeriksa Beberapa Alat Survei dan Pemetaan : 3.1. Alat a) Pita Ukur/ Meteran Kain Linen b) Pita Ukur/ Meteran baja c) Kompas d) Odometer e) Klinometer f) Penta Prisma g) Sipat Datar/ Waterpass h) Sipat Ruang/ Theodolite 3.2 Bahan a. Kain lap b. Air dalam ember c. Minyak kepala/sawit 3.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bekerjalah dengan hati-hati 3.4. Langkah kerja : 1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Perhatikan dan catat yang perlu dari penjelasan Instruktur 3. Lakukan pemeriksaan dari alat berikut : a. Pita Ukur/ Meteran kain 1. Kerapihan gulungannya 2. Pemutar rolnya 3. Angka awal nolnya dan angka-angka lainnya 131 b. Pita Ukur/ Meteran baja 1. Kerapihan gulungannya 2. Pemutar rolnya 3. Angka awal nolnya dan angka-angka lainnya c. Kompas - Gerakan jarumnya d. Odometer 1. Lingkaran rodanya 2. Keadaan poros rodanya e. Klinometer 1. Keadaan nivonya 2. Kaca yang ada benang silangnya 3. Keadaan Klinometernya f. Sipat Datar/ Waterpass, yang diperiksa adalah : 1. Putaran sumbu kesatu 2. Putaran skrup pengatur dan penyetel fokusnya 3. Posisi benang diafragmanya 4. Garis bidik sejajar garis nivo atau tidak, dengan cara : a. Dirikan alat di tengah – tengah 2 buah titik misalnya titik A dan B b. Tempatkan rambu ukur pada titik A dan titik B c. Arahkan pesawat ke titik A, baca dan catatlah hasilnya benang atas, benang tengah dan benang bawahnya d. Arahkan pesawat ke titik B, baca dan catatlah hasilnya benang atas, benang tengah dan benang bawahnya e. Pindahkan pesawat sipat datar diantara titik A dan titik B tetapi letaknya sembarang f. Lakukan seperti langkah c dan d g. Pindahkan pesawat sipat datar diluar garis ukur titik A titik B tetapi letaknya sembarang h. Lakukan seperti langkah c dan d i. Hitung beda tinggi antara titik A dan titik B dari beberpa letak pesawat di atas j. Bila ternyata beda tingginya sama semua, ini berarti syarat ke I sudah terpenuhi (Garis bidik sejajar dengan garis arah nivo), tetapi bila ternyata ada yang tidak sama beda tingginya, berarti syarat ke I tidak 132 terpenuhi, maka harus dikalibrasi terlebih dahulu k. Namun bila terpaksa alat tersebut akan dipakai, maka kedudukan pesawat harus selalu di tengah- tengah slag 5. Apakah sumbu kesatu dalam keadaan tegak (tegak lurus bidang nivo) dengan cara : a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar – benar di tengah – tengah lingkaran b. Setelah nivonya ditengeh – tengah, kemudian teropong diputar kesegala arah, bila ternyata gelembung nivonya berubah – ubah /tidak ditengah – tengah lagi, berarti sumbu kesatu (sumbu tegak) tidak tegak lurus dengan bidang nivo, berarti syarat ke dua belum terpanuhi, dan harus dikalibrasi dulu baru alat sipat datar bias dipakai. 6. Apakah benang silang tengah mendatar tegak lurus dengan sumbu ke satu? Dengan cara : a. Dirikan alat, setel hingga gelembung nivo di tengah - tengah b. Bidikkan ke suatu kertas yang ditempelkan pada suatu tembok,dan tadailah kedudukan perpotongan benang silang tengah, dengan pensil c. Gerakan teropong kearah kiri atau kanan, sambil membidik titik yang ada pada kertas tadi, bila ternyata titik tersebut selalu tertutup oleh benang silang horizontal, ini berarti benang silang mendatar tegak lurus dengan garis arah nivo d. Namun bila titik pada kertas tadi tidak tertutup oleh benang silang mendatar, ini berarti benang silang mendatar tidak tegak lurus dengan bidang nivo (syarat ke tiga belum terpenuhi), maka pesawat harus dikalibrasi terlebih dulu sebelum dipakai g. Sipat Ruang/ Theodolite yang diperiksa adalah : a. Putaran sumbu kesatu b. Putaran skrup pengatur dan pemokusnya c. Posisi benang diafragmanya d. Putaran sumbu kedua e. Apakah sumbu kesatu dalam keadaan tegak, dengan cara : a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar – benar di tengah – tengah lingkaran b. Setelah nivonya ditengeh – tengah, kemudian teropong diputar kesegala arah, bila ternyata gelembung nivonya berubah – ubah 133 /tidak ditengah – tengah lagi, berarti sumbu kesatu (sumbu tegak) tidak tegak lurus dengan bidang nivo, berarti syarat ke dua belum terpanuhi, dan harus dikalibrasi dulu baru alat sipat datar bias dipakai. f. Apakah garis bidik tegak lurus sumbu kesatu, dengan cara sebagai berikut a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar – benar di tengah – tengah lingkaran b. Setelah nivonya ditengeh – tengah, kemudian teropong diarahkan ke suatu tembok yang sudah tergantung suatu unting – unting, c. kemudian bidiklah benang unting –unting tersebut, putarlah ke atas dan kebawah, bila ternyata benang unting – unting tersebut tertutup/ berimpit dengan benang silang tegak, ini berarti garis bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, d. bila benang unting – unting ternyata tidak tertutup dengan benang silang tegak, berarti garis bidik tidak tegak lurus dengan sumbu kesatu, sehingga pesawat haus dikalibasi terlebih dulu bila akan dipakai g. Apakah sumbu kesatu tegak lurus sumbu kedua, dengan cara : a. Dirikan alat pada statif, dan setel nivonya hingga siap dipakai b. Lakukan seperti langkah kerja pada point f, yaitu bila teropong diarahkan naik dan turun benang unting – unting selalu berimpit dengan benang silang vertical, ini berarti sumbu ke satu tegak lurus sumbu kedua (syarat ke tiga terpenuhi) h. Apakah kesalahan skala index pada skala lingkaran tegak sama dengan nol, dengan cara : a. Bila pada waktu garis bidik mendatar pembacaan tidak sama dengan nol atau 90o , karena garis skala nol atau 90o tidak berimpit dengan garis index nonius , maka dikatakan : ada kesalahan index, berarti pesawat harus diperbaiki/dikalibrasi bila akan digunakan b. Bila hasil pembacaan sudut lereng pada posisi teropong Biasa ditambah hasil bacaan sudut lereng Luar Biasa sama dengan 360o maka syarat ke empat terpenuhi. c. Rangkuman Merawat dan memeriksa alat merupakan dua kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari membuat, memperbaiki dan menggunakannya 134 Dalam melakukan perawatan alat alangkah baiknya bila sekaligus dilakukan pemeriksaan terhadap alat tersebut apakah masih laik atau tidak untuk digunakan. Dari hasil pemeriksaan akan diketahui selain laik atau tidaknya untuk digunakan atau dioperasikan juga diketahui perlunya melakukan perbaikan, agar kerusakan yang terjadi tidak lebih parah. Pesawat sipat datar dikatakan sempurna bila memenuhi 3 syarat, kalau pesawat sipat ruang harus memenuhi 4 syarat, d. Tugas Lakukan pemeriksaan terhadap pesawat sipat datar yang ada di sekolah Anda, kemudin simpulkan hasilnya apakah pesawat sipat datarnya memenuhi 3 syarat yang telah ditentukan? e. Tes Formatif 1. Tuliskan masing-masing 2 alasan perlunya melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan Alat ! 2. Tuliskan 2 komponen meteran yang paling perlu diperiksa ! 3. Tuliskan masing-masing 3 komponen utama yang perlu diperiksa dari alat ukur sipat datar dan theodolite ! 4. Tuliskan 2 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan alat ! f. Kunci Jawaban : 1. Pemeriksaan dan perawatan alat diperlukan dengan tujuan : a. alat dapat berfungsi atau dipakai dalam jangka waktu yang lama b. terhindar dari gangguan pada saat melakukan akibat alat macet c. menghindari kerusakan yang berkelanjutan/lebih parah 2. (1) Pita ukurnya (2) Penggulung meterannya 3. 3 Komponen sipat datar yang perlu dipelihara : - Sumbu kesatu agar gerakannya tetap lancar - Lensanya tidak jamuran - Sekrup – sekrup gerakan halus dan sekrup penyetel focus 4. 3 Komponen sipat ruang yang perlu dipelihara : - Sumbu kesatu agar gerakannya tetap lancer - Sumbu kedua agar gerakannya tetap lancar - Lensanya tidak jamuran - Sekrup – sekrup gerakan halus dan sekrup penyetel focus 135 DAFTAR PUSTAKA - Gunawan Nawawi, Ir.,MS TIM Program Keahlian Mekanisme Pertanian 2001, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta - Iskandar Muda. 2008 TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. - Soekandar 2003 Gaalian dan Timbunan, TEDC Bandung - Soetomo Wongsotjitro.1992 ILMU UKUR TANAH. Kanisius , Yogyakarta - Zarkasyi. 2010 Modul Survei dan Pemetaan, SMK N 1 Meulaboh 136