ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
RANCANG BANGUN BLADE TURBIN ANGIN TIPE
HORIZONTAL
Rusuminto Syahyuniar1, Yuliana Ningsih2, Herianto3
1,2)
Staf Pengajar Mesin Otomotif Politeknik Negeri Tanah Laut
3)
Mahasiswa Jurusan Mesin Otomotif
1)
Email :
[email protected]
Naskah diterima: 18 Mei 2018 ; Naskah disetujui: 24 Juni 2018
ABSTRAK
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Di dalam
turbin angin terdapat komponen yang sangat penting yaitu blade/baling-baling. Blade merupakan
bagian dari turbin angin yang berfungsi menerima energi kinetik dari angin dan merubahnya
menjadi energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak, dari fungsi blade tersebut dan
beberapa faktor di atas maka dilakukan eksperimen lebih lanjut untuk mencoba membuat blade
turbin angin horizontal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara perancangan
pembuatan blade turbin angin tipe horizontal, dan mengetahui cara pembuatan blade turbin tipe
horizontal. Pada saat perancangan blade tersebut diperlukan perancangan gambar teknik
geometris tampak depan, tampak atas, dan tampak samping agar menghasilkan tangkapan angin
yang baik dan putaran poros yang optimal. Adapun perancangan dan pembuatan blade adalah
dengan pembentukan blade, pembuatan penampang blade, pengeleman, dan pemasangan blade ke
poros, dan pengujian. Dari pengujian kecepatan poros tersebut maka didapatkan hasil kecepatan
putaran poros dalam 10 kali pengujian yang paling maksimal adalah 171 rpm, dengan kecepatan
angin 18 m/s.
Kata Kunci : Blade, Kecepatan Poros, Perancangan dan Pembuatan Blade
PENDAHULUAN
Sudu adalah baling–baling pada turbin angin.
Sudu pada turbin angin biasanya dihubungkan
dengan rotor pada turbin angin.Sudu merupakan
salah satu bagian dari turbin angin yang memiliki
fungsi menerima energi kinetik dari angin dan
merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar
pada poros penggerak, angin yang menghembus
menyebabkan turbin tersebut berputar. Pada sebuah
turbin angin, baling-baling rotor dapat berjumlah 3
atau lebih.
Turbin angin sumbu horizontal jenis ini ialah
jenis turbin angin yang paling banyak digunakan
sekarang. Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang
di puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang
berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau
membelakangi arah angin. Sebagian besar turbin
angin jenis ini yang dibuat sekarang mempunyai dua
atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga
turbin bilah dengan baling-baling kurang atau lebih
daripada yang disebut diatas.
Biasanya turbin jenis ini memiliki sudu
berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada pesawat.
Pada turbin ini, putaran rotor terjadi karena adanya
gaya angkat (lift) pada sudu yang ditimbulkan oleh
aliran angin. Pada tipe Horizontal memanfaatkan
efek gaya angkat sebagai gaya penggerak rotor. Oleh
karena itu kecepatan linier sudu dapat lebih besar
daripada kecepatan angin. Turbin ini cocok
digunakan pada tipe angin sedang dan tinggi, dan
banyak digunakan sebagai pembangkit listrik skala
besar.
Dari fungsi blade tersebut dan beberapa
faktor di atas maka penulis tertarik melakukan
eksperimen lebih lanjut untuk mencoba membuat
blade turbin angin horizontal, sehingga saya
mengambil judul “Rancang Bangun blade Turbin
Angin Horizontal”
TINJAUAN PUSTAKA
Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang
digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk
mengakomodasi kebutuhan para petani dalam
melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi,
dan lain-lain. Turbin angin terdahulu banyak
dibangun di Denmark, Belanda serta negaranegara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan
istilah windmill.
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 28
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
Kini turbin angin lebih banyak
digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik
masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi
energi dan menggunakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai
saat ini pembangunan turbin angin masih belum
dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional
(Contoh: PLTD, PLTU, dan lain-lain), turbin masih
lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena
dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan
dengan masalah kekurangan sumber daya alam
tak
dapat
diperbaharui (Contoh: batubara,
minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk
membangkitkan listrik (Soroyo,2001:12).
Jenis-jenis tubin angin
Turbin Angin Sumbu Horizontal
Turbin angin jenis ini ialah jenis turbin
angin yang paling banyak digunakan sekarang.
Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di
puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang
berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau
membelakangi arah angin. Sebagian besar turbin
angin jenis ini yang dibuat sekarang mempunyai
dua atau tiga bilah baling-baling.
Biasanya turbin jenis ini memiliki sudu
berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada
pesawat. Pada turbin ini, putaran rotor terjadi
karena adanya gaya angkat (lift) pada sudu yang
ditimbulkan oleh aliran angin. Pada tipe HAWT
memanfaatkan efek gaya angkat sebagai gaya
penggerak rotor. Oleh karena itu kecepatan linier
sudu dapat lebih besar daripada kecepatan angin.
Turbin ini cocok digunakan pada tipe angin
sedang dan tinggi, dan banyak digunakan sebagai
pembangkit listrik skala besar (Sumiati Ruzita,
2014:).
a Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal
(TASH)
1. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses
ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang
memiliki geseran angin (perbedaan antara laju
dan arah angin antara dua titik yang jaraknya
relatif dekat di dalam atmosfer bumi di sejumlah
lokasi geseran angin.
2. Setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin
meningkat sebesar 20 %.
3. Efisiensi lebih tinggi, karena blades selalu
bergerak tegak lurus terhadap arah angin, dan
menerima daya sepanjang putaran.
b. Kelemahan Turbin Angin Sumbu Horizontal
(TASH)
1. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang
sulit diangkut, diperkirakan besar biaya
transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh
biaya peralatan turbin angin.
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
2. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk
menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan
generator (Gatot Suwoto, 2001:6).
Turbin Angin Sumbu Vertikal
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau
TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang
disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini
adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar
menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di
tempat-tempat yang arah anginnya sangat
bervariasi.
Dengan sumbu yang vertikal, generator
serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah
diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini
menyebabkan sejumlah desain menghasilkan
tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang
menahan pergerakan sebuah benda padat melalui
fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir
berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara,
turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke
dasar tempat diletakkan, seperti tanah atau puncak
atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan
pada ketinggian yang rendah, sehingga yang
tersedia adalah energi angin yang sedikit turbin
TASV ini juga mempunyai kelebihan dan
kelemahan yaitu:
Kelebihan TASV
1. Tidak membutuhkan struktur menara yang
besar.
2. Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak
dibutuhkan mekanisme yaw.
3. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke
tanah,
membuat
pemeliharaan
bagianbagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
4. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan
melintang berbentuk kotak atau empat persegi
panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih
besar untuk diameter tertentu daripada wilayah
tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
5. TASV memiliki kecepatan awal angin yang
lebih rendah daripada TASH.
6. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana
struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun.
7. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa
mengambil keuntungan dari berbagai lokasi
yang menyalurkan angin serta meningkatkan
laju angin (seperti gunung atau bukit yang
puncaknya datar dan puncak bukit), TASV tidak
harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
Kelemahan TASV
1. Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya
50% dari efisiensi TASH karena drag tambahan
yang dimilikinya saat kincir berputar.
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 29
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
2.
3.
4.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin
yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih
tinggi.
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang
rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai
berputar.
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk
menyanggahnya memberi tekanan pada
bantalan dasar karena semua berat rotor
dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan
ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong
ke bawah saat angin bertiup.
Bagian Bagian Turbin angin
Transmisi
Pada umumnya transmisi di turbin angin
berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke
generator dengan dipercepat putaranya. Hal ini
diperlukan karena umumnya putaran rotor
berotasi pada putara rendah, sementara
generatornya bekerja pda putaran tinggi.
1. Generator
Generator merupakan komponen terpenting
dalam sistem turbin angin, dimana fungsinya
adalah merubah energi gerak (mekanik) putar
pada poros penggerak menjadi energi listrik.
2. Poros Rotor
Poros rotor berfungsi untuk memindahkan daya
dari rotor ke generator, dapat secara langsung
maupun melalui mekanisme transmisi gearboks.
3. Rotor Hub
Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi
menghubungkan sudu dengan shaft (poros)
utama.
4. Sudu (Blade /Baling-baling)
Rotor trubin angin yang terdiri dari balingbaling/sudu dan rotor merupakan bagian dari
turbin angin yang berfungsi menerima energi
kinetik dari angin dan merubahnya menjadi
energi gerak (mekanik) putar pada poros
penggerak. Pada sebuah turbin angin, balingbaling rotor dapat berjumlah 1, 2, 3 atau
lebih.Bentuk sudu yang digunakan pada turbin
angin adalah Horozontal dengan jumlah sudu 3
(Khairul Amri, 2014:14).
Konsep Jumlah Sudu
Jumlah sudu (blade) pada turbin angin sangat
bervariasi dan mempengaruhi setiap kinerja dari
turbin angin tersebut. Penggunaan jumlah sudu
tergantung dari keadaan lingkungan kerja dari turbin
dan penggunaan dari turbin tersebut, misalkan pada
daerah kecepatan angin rendah orang biasanya
menggunakan turbin angin tiga sudu karena sudu
tersebut bisa menangkap energi angin lebih efektif
dari jumlah sudu yang sedikit. Hal ini bisa kita
simpulkan bahwa jumlah sudu bisa mempengaruhi
dari kinerja turbin angin.
1. Konsep
satu
sudu,
sulit
setimbang,
membutuhkan angin yang sangat kencang untuk
menghasilkan gaya angkat memutar, dan
menghasilkan noise di ujungnya. Konsep ini
telah dikembangkan sukses di Jerman.
2. Konsep dua sudu, mudah untuk setimbang, tetapi
kesetimbangannya masih mudah bergeser.
Desain sudu harus memiliki kelengkungan yang
tajam untuk dapat menangkap energi angin
secara efektif, tetapi pada kecepatan angin
rendah (sekitar 3 m/s) putarannya sulit dimulai.
3. Konsep tiga sudu, lebih setimbang dan
kelengkungan sudu lebih halus untuk dapat
menangkap energi angin secara efektif. Konsep
ini paling sering dipakai pada turbin komersial.
4. Konsep multi sudu (misalnya 12 sudu), justru
memiliki efisiensi rendah, tetapi dapat
menghasilkan momen gaya awal yang cukup
besar untuk mulai berputar, cocok untuk
kecepatan angin rendah walaupun dioperasikan
dengan transmisi gear sampai 1:10. Memiliki
profil sudu yang tipis, kecil, kelengkungan halus,
dan konstruksi yang solid. Konsep ini banyak
dijumpai pada turbin angin untuk keperluan
memompa air, menggiling biji-bijian, karena
murah dan mampu bekerja pada kecepatan angin
rendah sehingga tower tidak perlu terlalu tinggi
dan air dapat dipompa secara optimal (Harrison,
2000:9).
Bentuk kipas yang akan digunakan dari turbin
angin adalah Horizontal.
Luasan kipas dapat dihitung
Solidity =
𝐵.𝑎
𝐴
Dimana: B = Jumlah sudu
A = Luasan Tangkapan Agin
α = Luasan Blade
Sedangkan luasan tangkapan angin bisa
didapat dengan persamaan:
𝐴 = 𝜋𝑟 2
Dimana: r = jari-jari Blade
π = 3,14
Sedangkan jumlah massa per unit waktu
dapat dihitung dengan persamaan:
m=Avρ
Dimana: A = Luas Penampang
(m2 )
v = Kecepatan Angin
(m/s)
ρ = Kerapatan (kg/m2 )
Energi Angin
Energi angin merupakan enegi alternatif
yang mempunyai prosfek, Karena merupakan
sumber energi yang bersih dan terbarukan kembali.
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan
oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan
tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 30
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara
rendah. Pemanasan oleh matahari, maka udara
memuai. Tekanan udara yang telah memuai masa
jenisnya menjadi lebih ringan sehinga naik. Apabila
hal ini terjadi, tekanan udara turun. Udara
disekitarnya mengalir ketempat yang bertekanan
rendah. Udara menyusut menjadi lebih berat dan
turun ketanah. Di atas tanah udara menjadi panas
lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas
dan turunnya udara dingin ini dikarenakan konveksi
(Daryanto 2007:9).
Karakteristik angin
Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah
mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi
putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan
untuk memutar generator, yang akhirnya akan
menghasilkan listrik. (Martono, 2019)
Gambar 1 Prinsip kerja turbin angin (Martono,
2009)
Optimasi Energi angin
Optimasi dari turbin angin dapat ditinjau
dari beberapa faktor yang mempengruhi dari turbin
tersebut untuk mendapatkan torsi yang optimum
(Firman Aryanto, 2013).
1. Kecepaatan angin
2. Arah kecepatan angin
3. Suhu udara
4. Putaran turbin
5. Sudut sudu
6. Jumlah sudu
7. Putaran alternator
8. Kecepatan putaran turbin
9. Jari-jari turbin angin.
METODOLOGI
Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Gerinda tangan (Hand grinding)
Meteran (Meter)
Tukul (Hammer)
Kunci kombinasi 12 mm (Combination lock
12 mm)
Kunci kombinasi 10 mm (Combination lock
10 mm)
Kunci kombinasi 19 mm (Combination lock
19 mm)
Kunci kombinasi 13 mm (Combination lock
13 mm)
Kunci kombinasi 17 mm (Combination lock
17 mm)
Kunci shok (Lock shock)
Amplas (Sandpaper)
Kikir (Miserli)
Bor tangan (Hand drill)
Bor duduk (Drill sitting)
Las listrik (Electrik welding)
Gerinda duduk (Grinding wheel)
Bahan
1. Kayu (Wood)
2. Besi has 3 diameter
3. Baut 12, 14, 17, dan 19 mm
4. Elektroda 3,2 (Welding elektrodes)
5. Bantalan duduk (Bearing sitting)
6. Besi plat 3 mm
Prosedur Pengerjaan
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mengukur kecepatan angin
3. Menentukan jumlah blade
4. Menentukan panjang dan ketebalan blade
5. Menentukan ukuran rotor hub
6. Menentukan panjang rotor
7. Melakukan perakitan/pemasangan semua
komponen blade turbin angin
8. Melakukan pengukuran kecepatan poros
blade
9. Melakukan
pengambilan
data
hasil
pengukuran kecepatan poros blade
10. Bersihkan, simpan alat dan bahan.
Waktu dan Tempat
Pengerjaan Tugas Akhir ini dilaksanakan pada:
1. Waktu: Perancangan alat ini dilakukan dari
bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2018.
2. Tempat: di Workshop Jurusan Teknik Mesin
Otomotif, Politeknik Negeri Tanah Laut.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
turbin angin adalah sebagai berikut:
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 31
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
3 . 0,32
S=
8,03
S = 0,11
Sedangkan jumlah massa yang melewati suatu
tempat per unit waktu adalah:
ṁ=Avρ
Dimana:
ṁ = Massa (kg)
A = Luas Penampang (m2 )
v = Kecepatan Angin (m/s)
ρ = Kerapatan (kg/m3 )
A=P.L
P = Panjang blade
L = Lebar blade
A = 0,2 . 1,6
A = 0,32 𝑚2)
Gambar 2 Diagram alir penelitian
V = Kecepatan angin (m/s)
V = 15 m/s
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan Blade
Luasan Blαade yang telah direncanakan
dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan: S =
𝐵.𝑎
𝐴
S = Solidity
B = Jumlah blade
α = Luasan blade
A = Luasan tangkapan
angin
B = Jumlah blade (𝑚2) )
B=3
α = Luasan blade (𝑚2) )
α=P.L
P = Panjang blade
L
=
Lebar
α = 0,20 . 1,6
α = 0,32 𝑚2)
α = Luasan blade
Diketahui:
Diameter turbin (m) = 3,20 m
Jari-jari turbin = 1,60 m
π = 3,14
B = jumlah blade
B=3
A = Luasan tangkapan angin
blade
ρ = Kerapatan ( kg/𝑚3) )
ρ = 1,29 kg/𝑚3 )
ṁ=A.V.ρ
ṁ = 0,32 . 15 . 1,29
ṁ = 6,19 kg/s
Dari perhitungan yang telah dilakukan
didapat nilai solidity sebesar 0,11, dengan nilai
solidity tersebut maka blade dapat berfungsi dengan
baik. Dilihat dari perhitungan di atas maka massa
yang melewati suatu tempat sebesar 6,19 kg/s, nilai
tersebut sudah cukup untuk memutar blade. Jika
kecepatan angin lebih cepat maka massa yang
melewati suatu tembat lebih besar dan pukulan
massa yang memukul blade lebih besar, dari nilai
massa udara yang melewati blade inilah yang
membuat terjadi perbedaan kecepatan poros.
Cara pembuatan blade turbin angin
1.
membuat kayu persegi panjang dengan ukuran
panjang 160 cm dan lebar 20 cm
𝐴 = 𝜋𝑟 2
Dimana r (yang digunakan) = 1,6 𝑚2
= 3,14 . (1,60)2 = 8,03 𝑚2
S=
𝐵. 𝛼
A
Gambar 3 Kayu Persegi panjang
2.
Pembentukan kayu menjadi simetris agar
tangkapan blade lebih optimal
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 32
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
Gambar 4 Proses pembentukan Blade
Gambar 8 Pengeleman blade
5.
Pemasangan blade terhadap poros
Gambar 5 Bentuk Blade simetris
3.
Pembuatan penampang blade
Gambar 9 Pemasangan blade
Kecepatan poros
Hasil penelitian dilakukan menggunakan
Tachometer untuk mencatat kecepatan poros pada
turbin angin. Hasil kecepatan poros tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.13 dan table 4.1.
Gambar 6 Pembuatan penampang blade
Gambar 10 Kecepatan poros
Gambar 7 Tutup penampang blade
4.
Pengeleman blade menggunkan piber agar
tidak keropos
Dilihat dari data di atas maka kecepatan
poros dalam 10 kali pengujian dari jam 13.00 sampai
jam 14.30 maka kecepatan putaran poros paling
cepat adalah 171 rpm dengan kecepatan angin 18
m/s, sedangkan kecepatan poros paling rendah
adalah 80 rpm pada jam 13:30 dikarenakan
kecepatan angin berkurang.
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 33
Jurnal Elemen Volume 5 Nomor 1, Juni 2018
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan hasil
optimasi dan pembahasan yang telah dilakukan
adalah:
1. Perancangan blade dapat disimpulkan dengan
perancangan blade tampak depan, tampak atas,
dan tampang samping. Pembuatan blade adalah
dengan pembentukan blade, pembuatan
penampang
blade,
pengeleman,
dan
pemasangan blade ke poros.
2. Kecepatan putaran poros dalam 10 kali
pengujian yang paling maksimal adalah 171
rpm, dengan kecepatan angin 18 m/s.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yuni, 2002, Pemanfaatan Angin sebagai
Pembangkit Listrik, Jakarta
ISSN 2442-4471 (cetak)
ISSN 2581-2661 (online)
[2] Daryanto, 2007. Kajian potensi angin untuk
pembangkit listrik tenaga banyu. Balai
PPTAGG-UPT-LAGG
[3] Soroyo, 2001, Analisis Teknis Sudu Kincir
Angina Tipe Sudu Horizontal , Indralaya
[4] Martono, 2009, Karekteristik Dan Variabel
Angin Permukaan Samudra Hindia,
Bandung.
[5] Sumiati Ruzita, 2014 dkk, turbin angin
pembangkit istrik untuk rumahan, Jakarta
[6] Firman
Aryanto,
2013,
Pengaruh
Kecepatan Angin, Mataram.
[7] Suwoto Gatot, 2001, Karakteristik turbin
angin poros Horozontal, Jakarta
[8] Amri khairul, 2014, Rancang bangun micro
turbin angin pembangkit listrik untuk
rumahan, Semarang
[9] Harrison, 2000, Rancangan awal dan
analisis bentuk sudu turbin angin, Jakarta.
Syahyuniar dkk. Rancang Bangun Blade Turbin Angin Tipe Horizontal
| 34