Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2012
…
8 pages
1 file
Semedo is a site with archaeological potential of animal vertebrate fossils and stone tools. Human fossils as cultural actors on the site until now has not been found. In early January 2011, people found the order of human skeleton on this site. This research was conducted with the objective of identifying the human species and its relationship with the fossil vertebrates and stone tools available at this site. The method used in this study is a survey of observations and literature studies. This research is important given the results of this study will be used as a basis for policy making and management framework of the findings Semedo Site.
Widyariset, 2012
Semedo is a site with archaeological potential of animal vertebrate fossils and stone tools. Human fossils as cultural actors on the site until now has not been found. In early January 2011, people found the order of human skeleton on this site. This research was conducted with the objective of identifying the human species and its relationship with the fossil vertebrates and stone tools available at this site. The method used in this study is a survey of observations and literature studies. This research is important given the results of this study will be used as a basis for policy making and management framework of the findings Semedo Site. ABSTRAK Situs Semedo adalah situs dengan potensi arkeologis berupa fosil binatang vertebra dan alat batu. Fosil manusia sebagai pelaku budaya di situs sampai saat ini belum ditemukan. Pada awal Januari 2011, masyarakat menemukan rangka manusia di situs ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis manusia dan hubungannya dengan temuan fosil vertebrata dan alat batu yang ada di situs ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei berupa observasi dan studi literatur. Penelitian ini penting dilakukan mengingat hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan terhadap temuan rangka maupun pengelolaan Situs Semedo. Kata kunci: Situs Semendo, dan Temuan rangka manusia PENDAHULUAN Situs Semedo terletak di sebelah timur Kota Slawi, tepatnya di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Secara Astronomis situs ini terletak pada 06 0 57'21,6" LS, dan 109 0 17'10,9' BT hingga 06 0 57'55,2" LS dan 109 0 16'46.6" BT. 1 Lingkungan situs berupa perbukitan bergelombang yang berbatasan dengan daratan aluvial Pantai Utara Tegal dan merupakan lahan terbuka yang saat ini difungsikan sebagai hutan jati milik Perhutani. Situs Semedo merupakan sebuah situs baru yang ditemukan pada tahun 2005. Situs Semedo mulai dikenal sejak adanya temuan penduduk berupa beberapa fragmen tulang binatang verte-brata yang telah mengalami fosilisasi. Temuan tersebut berupa tulang panjang, tanduk, dan gigi binatang. Temuan-temuan tersebut kemudian dilaporkan ke Dinas Kebudayaan Tegal dan saat ini sebagian telah tersimpan di Museum Sekolah Slawi, Tegal. Secara geologis, situs ini merupakan bagian dari Jajaran Pegunungan Serayu Utara yang terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara. 2 Wilayah Semedo kemungkinan besar merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah
2014
Situs Semedo kaya akan fosil vertebrata darat, dengan persentase terbesar berasal dari Ordo Proboscidea. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi taxonomi fosil Proboscidea yang posisinya sangat penting bagi rekonstruksi biostratigrafi Jawa
Naditira Widya
Penelitian di situs Gua Jauharlin 1 telah dilakukan selama dua tahun, pada 2018 dan 2019. Pada tahun kedua diperoleh temuan kerangka manusia. Kondisinya hampir lengkap, tanpa bagian kaki, dan diberi kode GJL 1.1. Akan tetapi, di dekat cranium GJL 1.1, ditemukan sepasang tulang kaki manusia yang diduga milik individu GJL 1.1. Tujuan penelitian ini adalah menentukan identitas rangka GJL 1.1 berkaitan dengan data individu dan analisis konteks kuburnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis makroskopis untuk data individu GJL 1.1, serta pendekatan arkeotanatologi untuk analisis konteks kuburnya. Analisis makroskopis menghasilkan informasi profil biologis GJL 1.11, yang mengindikasikan individu berjenis kelamin laki-laki, umur 26,9-42,5 tahun, tinggi badan 155,1 cm–165 cm, dan memiliki afiliasi dengan populasi Asia. Aktivitas mengunyah sirih pinang terindikasi berdasarkan fitur warna kuning kecoklatan pada permukaan labial dan buccal gigi individu GJL 1.1. Hasil analisis arkeotanato...
Berkala Arkeologi, 2014
Semedo site is rich on vertebrate fossils, with huge percentage come from Ordo Proboscidea. The aim of this paper is to identify the taxonomy of Proboscidean fossils important for reconstruction on Biostratigraphy of Java. This research uses a descriptive comparative method on morphological and morphometry characters, compared to similar data from Java and others related places. Based on this research we know that in Semedo site there are several species of Proboscidean, i.e.: Sinomastodon bumiayuensis, Stegodon trigonocephalus, Stegodon " pygmy " semedoensis, Stegodon hypsilophus, Elephas (Archidiskodon) planifrons, and Elephas Hysudrindicus. This reflects that a long environmental changes or the history of ancient environment has been recorded in Semedo, related with ecological context of hominid appearance in this region. ABSTRAK Situs Semedo kaya akan fosil vertebrata darat, dengan persentase terbesar berasal dari Ordo Proboscidea. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi taxonomi fosil Proboscidea yang posisinya sangat penting bagi rekonstruksi biostratigrafi Jawa. Penelitian ini menggunakan deskriptif komparatif pada karakter morfologi dan karakter morfometri, dengan analisis perbandingan pada data sejenis dari Jawa dan tempat lainnya yang berkaitan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa di Situs Semedo terdapat beragam jenis fosil Proboscidea, yaitu: Sinomastodon bumiayuensis, Stegodon trigonocephalus, Stegodon " pygmy " semedoensis, Stegodon hypsilophus, Elephas (Archidiskodon) planifrons, dan Elephas Hysudrindicus. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Semedo merekam perubahan lingkungan yang cukup panjang atau sejarah lingkungan purba, dan berkaitan dengan konteks ekologi kehadiran manusia purba di kawasan tersebut.
This article aims to provide further interpretation of human skeleton from the Leang Jarie site (LJ-1), Maros, South Sulawesi. The context of this human skeleton comes from Neolithic period that associate with bone remains, faunal bones artefacts, lithic artefact, mollusk shells, pottery and ochre. Anatomical description, analysis and interpretation of individuals are a priority for comparisons with previous explorations. The updated biological aspects are based on sex, age at death, estimated height and the affiliation the of the individual. The method used physical anthropology and bioarchaeology to obtain more detailed observations of the osteology and biological aspects of the LJ-1 skeleton. The size of the LJ-1 mandible was compared with the average size of other modern humans in the Southeast Asian Archipelago and the Pacific region. The results show some changes to the initial distinctions that had been made. The individual's height was between 157-166 cm, and he was a male with the estimated age at death of 30-49 years. Also relevant to the individual's affiliation, the extant mandibular sockets reveal loss of the teeth before death (alveoloclasia). It is concluded that the LJ-1 individual belonged to a Neolithic society whose subsistence economy was characterized by the consumption of carbohydrates.
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat
Folklore that the Sentani people believe about the migration of their ancestors from Papua New Guinea who chose Yomokho Hill as an initial settlement, it is necessary to do research related to prehistoric human life forms on the Yomokho site. The purpose of this paper is to find out the prehistoric human life forms on the Yomokho Site. Methods of data collection are library studies, interviews, land surface surveys, excavations. Data analysis is artefactual analysis, contextual analysis, and XRD analysis. The prehistoric forms of human life on the Yomokho Site based on artifacts, ecophysics and the environmental context around the site indicate that they live hunting, fishing and gathering sago. ABSTRAK Cerita rakyat yang dipercaya Suku Sentani tentang migrasi nenek moyang mereka dari Papua New Guinea yang memilih Bukit Yomokho sebagai pemukiman awal, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan bentuk kehidupan manusia prasejarah di situs Yomokho. Tujuan penulisan ini untu...
The findings of three Homo sapiens skeletons in Gua Kidang cave could provide new informations in treating corpse of prehistoric human. The three skeletals were found in different stratigraphic position, and all of them have different skeletal positions, and different association findings. It provides new insight of the burial, which is known by the human inhabitants of Gua Kidang cave in treating corpses. The question arises as to whether these three skeletons were from different communities which inhabit the cave of different time periods, or the Gua Kidang cave is populated by some communities or races. The answer to this research question will be elaborated in paleoanthropological and geo-archaeological studies as well as archaeological findings. The method used is descriptive analytical, so it is expected to contribute to the prehistoric burial system. The results of geo-archaeological and paleoanthropological studies show the existence of two stages of the shelter based on the findings of three skeletons with different identification and pathology. Abstrak Temuan tiga rangka Homo sapiens di Gua Kidang memberikan informasi baru tentang perlakuan terhadap mayat yang dilakukan manusia pada masa prasejarah. Ketiga rangka tersebut ditemukan pada posisi stratigrafi yang berbeda. Selain itu, ketiganya memiliki posisi rangka dan temuan penyerta yang berbeda. Hal tersebut memberikan informasi baru tentang penguburan yang sudah dikenal manusia penghuni Gua Kidang dalam memperlakukan mayat. Permasalahan yang diangkat adalah apakah ketiga rangka tersebut merupakan komunitas yang berbeda yang menghuni gua dalam kurun waktu yang berbeda ataukah Gua Kidang dihuni beberapa komunitas atau ras dalam satu kurun waktu. Pemecahan masalah akan dijabarkan dalam kajian paleoantropologi dan geoarkeologi dengan didukung temuan arkeologis. Metode yang digunakan adalah
Der „innere Gerichtshof“ der Vernunft
Josifović ist Privatdozent für Philosophie an der Universität zu Köln. Sein Forschungsschwerpunkt liegt im Bereich der Klassischen Deutschen Philosophie, insbesondere Philosophie des Bewusstseins und Selbstbewusstseins sowie Philosophie der Freiheit. Darüber hinaus ist er in der Interkulturellen Philosophie mit einem besonderen Interesse an der Chinesischen Klassik aktiv. Neueste Veröffentlichungen: Willensstruktur und Handlungsorganisation in Kants Theorie der praktischen Freiheit (2014) und Das Kanon-Problem in der "Kritik der reinen Vernunft" (2015).
in: The Oxford Handbook of Biblical Law, ed. Pamela Barmash (New York: Oxford University Press, 2019), 489-503., 2019
La Ley Litoral, 2007
Psychology and Education: A Multidisciplinary Journal, 2024
International Congress on Scientific Research- VII, 2022
Public Policy and Administration Research, 2014
2020
Active Learning in Higher Education, 2017
Agriculture, 2021
International Journal of Contemporary Pediatrics, 2014
Image and Vision Computing, 2010
The Journal of Infectious Diseases, 2011