Academia.eduAcademia.edu

Bilingualisme dan Diglosia

Abstract

Dalam berbahasa, tiap individu memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam kajian linguistik, hal ini sebagai idiolek. Seorang individu akan memiliki idiolek yang berbeda dengan individu lainnya. Idiolek terbagi menjadi idiolek verbal dan non verbal (bahasa tubuh).Contoh idiolek dalam bahasa Indonesia adalah ketika zaman orde baru, Menteri Sekretaris Negara kala itu, Moerdiono sering menggumam "eee" dalam mengucapkan sebuah kalimat. Selain itu, pengucapan "keun" pada sebuah kata berakhiran "kan" oleh mantan presiden Soeharto dan pejabat-pejabat pada masa itu juga termasuk dalam idiolek.

Bahasa, dialek, dan idiolek SERTA VERBAL REPERTOIRE Ringkasan oleh: M. Riza D. Saldi & M. Irfan Wahid BAHASA DIALEK IDIOLEK IDIOLEK IDIOLEK IDIOLEK Gambar 1. Kedudukan Bahasa, Dialek, dan Idiolek Kedudukan Bahasa, Dialek, dan Idiolek Aslinda & Syafyahya, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama Dalam berbahasa, tiap individu memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam kajian linguistik, hal ini sebagai idiolek. Seorang individu akan memiliki idiolek yang berbeda dengan individu lainnya. Idiolek terbagi menjadi idiolek verbal dan non verbal (bahasa tubuh).Contoh idiolek dalam bahasa Indonesia adalah ketika zaman orde baru, Menteri Sekretaris Negara kala itu, Moerdiono sering menggumam “eee” dalam mengucapkan sebuah kalimat. Selain itu, pengucapan “keun” pada sebuah kata berakhiran “kan” oleh mantan presiden Soeharto dan pejabat-pejabat pada masa itu juga termasuk dalam idiolek. Sedangkan contoh idiolek non verbal adalah gestur/gerakan tubuh yang terlihat, seperti mempersilakan dengan menggunakan jari jempol pada kebiasaan orang Jawa, mengangkat bahu, mengedip, mengernyit, dan lain-lain. Jika idiolek-idiolek digolongkan ke dalam satu kelompok, maka kategori tersebut didefinisikan sebagai dialek. Maka, dialek dapat pula diartikan sebagai ciri khas sekelompok individu/masyarakat dalam menggunakan bahasa. Dialek dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dialek geografi dan dialek sosial. Dialek geografi adalah persamaan bahasa yang disebabkan oleh letak geografi yang berdekatan sehingga memungkinkan komunikasi yang sering di antara penutur-penutur idiolek tersebut. Sedangkan dialek sosial adalah persamaan yang disebabkan kedekatan sosial, yaitu penutur-penutur idiolek tersebut termasuk dalam golongan masyarakat yang sama. Kedudukan bahasa dalam hal ini adalah sebagai kategori kebahasaan yang terdiri dari dialek tiap-tiap penuturnya saling mengerti/mutual inteligibility dan dianggap oleh penuturnya sebagai suatu kelompok kebahasaan yang sama. Dapat pula dikatakan, bahasa terdiri dari dialek yang dimiliki oleh sekelompok penutur tertentu yang sewaktu berkomunikasi satu sama lain dapat saling mengerti (lihat gambar di atas). Dalam empat variasi bahasa Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004.Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. Jakarta: PT RinekaCipta, dialek dan idiolek termasuk dalam jenis variasi bahasa dari segi penutur. Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat/wilayah atau area (idiolek dan dialek). Aslinda & Syafyahya, Leni. Op Cit VARIASI BAHASA SEGI PENUTUR DIALEK IDIOLEK KRONOLEK SOSIOLEK AKROLEK BASILEK VULGAR SLANG KOLOKIAL JARGON ARGOT KEN Gambar 2. Variasi Bahasa Segi Penutur Kronolek adalah variasi bahasayang digunakan oleh kelompok sosialpada masa tertentu, misalnya variasibahasa pada masa tahun tiga puluhan. Variasi bahasa berupa sosiolek atau dialek sosial disebabkan adanya perbedaan daerah dan sosial ekonomi penutur. Labov dalam Chaer dan Agustina (1995: 86) membedakan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan, status, dan kelas sosial penuturnya atas: Akrolek, yakni variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi atau bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Contohnya pada bahasa Jawa Bagongan, bahasa Perancis, dialek kota Paris. Basilek, yang berarti variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap lebih rendah. Vulgar, yaitu variasi bahasa sosial yang cirinya tampak pada tingkat intelektual penuturnya. Contohnya variasi bahasa yang digunakan penutur atau sekelompok penutur di tengah pasar. Slang, yaitu variasi bahasa yang bercirikan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah. Variasi bahasa ini digunakan kaula muda atau kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi “di dalam rahasia” (Alwasilah, 1985:57). Artinya, slang digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan bersifat rahasia. Kolokial, yakni variasi sosial yang digunakan oleh penutur dalam percakapan sehari-hari. Pada mulanya, variasi bahasa kolokial merupakan variasi bahasa yang digunakan secara lisan dan yang ditekankan dalam kolokial adalah setting pemakaiannya. Dalam perkembangan selanjutnya, kolokial sering digunakan dalam bahasa tulis. Jargon merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial atau kelompok pekerja tertentu yang tidak dimengerti oleh kelompok lain dan digunakan dalam lingkungan sendiri. Contohnya mahasiswa fakultas sastra akan memiliki jargon tersendiri dibanding mahasiswa di luar fakultas. Argot. Ada yang mengatakan jargon dan argot adalah sama. Zeigher dalam Alwasilah (1985:51) mendefinisikan tentang argot, yaitu variasi bahasa khas para pencuri yang dipakai untuk kosa kata teknis atau khusus dalam perdagangan, profesi, dan kegiatan lainnya. Ken, yang juga dianggap sebagai sinonim dari argot. Pada umumnya, ken dipakai sebagai variasi bahasa merengek-rengek atau pura-pura. Biasanya, ken digunakan oleh kalangan sosial rendah, contohnya bahasa yang digunakan oleh pengemis. Idiolek, Dialek dalam Bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, dialek dikenal dengan istilah Lahjat (اللهجة ). Namun, sebelumnya masyarakat Arab lebih mengenal kata Lughah ( اللغة ) dan kata Laẖan( اللحن ) yang juga bermakna dialek. Namun, dalam cakupannya, Lughah lebih luas ketimbang Lahjat. Bisa dikatakan Lahjat adalah Idiolek dan Lughah adalah Dialeknya. Adapun istilah Laẖan, lebih dekat pengertiannya dengan Lahjat walau pada implementasinya, Laẖan lebih kepada konsep pronounciation (penyebutan dan bunyi). Orang-orang Arab zaman dahulu menyebutkan dalam sebuah syair mereka: لَيس هذا لحني # و لا لحن قومي Menurut Prof. Ibrahim Anis, dialek adalah sekumpulan ciri khas kebahasaan yang merujuk kepada suatu lingkungan yang khusus. Dan lingkungan inilah yang mempengaruhi setiap individu dalam bahasa mereka. Ibrahim Anis, Fi Al-Lahjah Al-‘Arabiyyah, (Kairo: Maktabah Al-Angelo Al-‘Arabiyyah, 2003), h. 15. Secara garis besar, dialek tercipta dalam suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai kesamaan keadaan geografis, geologis dan sosiologis. Pada masa Jahiliyah di Jazirah Arab hingga turunnya Islam, kata dialek juga dikenal dengan istilah Lisân ( اللسان ), walau lebih bersifat umum dalam makna, kata ini jelas menerangkan peran verbal repertoire dalam mempengaruhi sebuah dialek suatu masyarakat. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 103 dapat digunakan penggunaan kata Lisân yang berbunyi sebagai berikut: Dan Hadis Nabi SAW yang berbunyi: اقرءوا القرآن بلحون العرب و أصواتها... ( او كما قال) Hadis di atas dihukumi sebagai hadis yang dha’if. Adapun bunyi lengkap hadis tersebut sebagai berikut, اقرءوا القرآن بلحون العرب وأصواتها، وإياكم ولحون أهل الفسق والكبائر،  فإنه سيجيء أقوام من بعدي يرجعون القرآن ترجيع الغناء والرهبانية والنوح، لا يجاوز حناجرهم، مفتونة قلوبهم وقلوب من يعجبهم شأنهم" رواه مالك والنسائي والبيهقي والطبراني. Atau dalam peribahasa Arab yang berbunyi: سلامة الإنسان فى حفظ اللسان من علم لسان قوم سلم من مكرهم Proses Terbentuknya Lahjat Menurut Ibrahim Anis Sering ditemukan, dalam sebuah bangsa terdapat banyak dialek yang beragam macam. Di Indonesia sendiri, dengan bahasa persatuan Indonesia dapat ditemukan bahasa Indonesia dengan dialek Jawa, dialek Madura, dialek Batak dan lain sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari beberapa sebab. Di Jazirah Arab sendiri, walau diakui bahwa Bahasa Arab sebagai bahasa yang digunakan, banyak sekali ditemukan dialek-dialek yang berbeda. Dialek orang-orang yang tinggal di perkotaan dengan dialek orang-orang yang tinggal di desa. Dalam bukunya Fî al-Lahjât al-‘Arabiyah, Ibrahim Anis mengungkapkan dua sebab terbentuknya sebuah dialek. Kedua sebab itu adalah: Terpisahnya kawasan-kawasan dalam satu bangsa. Konflik bahasa-bahasa akibat dari peperangan atau migrasi penduduk. Dari dua sebab diatas dapat digambarkan bahwa keadaan geografis dan sosiologis sangat mempengaruhi dialek dalam suatu bahasa. Dialek Berdasarkan Keadaan Geografis Masyarakat Arab Sesuai dengan definisi yang dikemukakan Ibrahim Anis di atas, berdasarkan letak geografisnya, dialek masyarakat Arab terbagi menjadi beberapa dialek. Diantara mereka ada yang menggunakan dialek pedesaan dan perkotaan ( لهجة أهل القرى و المدن ), dialek gurun ( لهجة البدوية ). Sementara lain, berdasarkan letak geografis negaranya, dialek bahasa Arab terbagi menjadi enam macam dialek geografis. Diantaranya: Dialek Mesir ( اللهجة المصرية ) Dialek ini digunakan oleh masyarakat Mesir pada umumnya. Yakni dialek Mesir Selatan ( اللهجة الصعيدية ) dan dialek Mesir Utara ( اللهجة الإسكندرانية ). Dialek Penduduk Pinggiran Sungai Nil ( اللهجة النيلية ). Dialek Masyarakat Sudan ( السودانية ) Dialek Masyarakat Chad ( التشادية ) Dialek Masyarakat Syam ( الشامية أو المشارقية ) Dialek Masyarakat Lebanon ( اللبنانية ) Dialek Masyarakat Syiria ( السورية ) Dialek Masyarakat Palestina ( الفلسطينية ) Dialek Masyarakan Yordan ( الأردنية ) Dialek Masyarakat Iraq ( العراقية ). Dialek Baghdad ( البغدادية ) Dialek Basrah (البصروية ) Dialek Ahwazi ( الأحوازية ) Dialek Negara Teluk ( الخليجية ) Dialek ini meliputi sejumlah negara yang berada di kawasan Teluk Jazirah Arab. Diantaranya negara-negara berikut: Negara Qatar Negara Uni Emirat Arab Negara Bahrain Negara Kuwait Negara Saudi Arabia : - Saudi Hijaz dan Saudi Najd. Negara Yaman : - Yaman Bahrani, Yaman Oman dan Yaman Syahi. Dialek Maghribi ( المغربية ) Dialek Maroko ( المغربية ) Dialek Libya ( الليبية ) Dialek Aljazair ( الجزائرية ) Dialek Tunisia ( التونيسية ) Ada satu dialek lagi yang juga dianggap masuk dalam rumpun dialek bahasa Arab, yakni dialek Hilaliyah ( الهلالية ) yang meliputi kawasan Malta yang berbahasa Arab, Kepulauan Sicillia dan Andalusia. http://ar.wikipedia.org/wiki/لهجات_عربية (diakses Ahad, 29 September 2013, pukul 23.15). Dialek Berdasarkan Keadaan Sosial Masyarakat Arab Adapun secara sosial, bahasa Arab terbagi menjadi bahasa Arab Fusẖa (resmi), bahasa Arab ini biasanya digunakan di percakapan resmi, pertemuan negara, pengajaran, kajian-kajian Islam, media cetak dan media televisi. Selain Arab Fusẖa, bahasa Arab terbagi menjadi bahasa Arab ‘Amiyyah (tidak resmi). Bahasa ini awalnya hanya digunakan sebagai bahasa percakapan biasa, namun kini sudah mulai dipakai di media cetak, radio, televisi bahkan buku-buku. Bahasa ‘Amiyyah sendiri, apabila dilihat dari status sosial pengucapnya terbagi lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: a. Bahasa Percakapan Kaum Terpelajar (the Educated Spoken Arabic) b. Bahasa Percakapan Masyarakat Umum non Buta Huruf (the Enlightened Spoken Arabic) c. Bahasa Percakapan Masyarakat Buta Huruf (the Illiterate Spoken Arabic). http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/2011/08/06/isolek-isolek-di-mesir/ (diakses Ahad, 29 September 2013, pukul 20.34). Salah satu contoh Dialek Bahasa Arab: Bahasa Arab Mesir: Apa kabar? – ‘Aamel eh? ( عامل إيه؟ ) Bahasa Arab Teluk Saudi Arabia Hijaz: Apa kabar? – ‘Esh akhbarak? ( إيش أخبارك؟ ) Dalam bahasa Arab Mesir (bAM), penggunaan kata tanya berada di belakang “eh” ( إيه ). Sedangkan bahasa Arab Saudi Hijaz (bASH) kata tanya berada di depan “Esh” ( إيش ). Bahasa Arab Mesir: Saya sedang duduk di sini sekarang. – Ana dilwa’ti baglis hena. ( أنا دى الوقت بجلس هنا ). Bahasa Arab Saudi Hijaz: Saya sedang duduk di sini sekarang. – Ana saawi julus hina dahhen. ( أنا ساوى الجلوس هنا ده حين ). Penggunaan kata kerja “sekarang” (present), dalam bAM menggunakan imbuhan huruf “ba”. Sedangkan bASH menggunakan kata “saawi”. Penggunaan kata ganti waktu “sekarang” juga berbeda. bAM menggunakan istilah “dilwa’ti” ( دى الوقت ), sedangkan bASH menggunakan istilah “dahhen” ( ده حين ). Verbal Repertoire Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh penutur disebut verbal repertoire. Aslinda & Syafyahya, Leni. Op CitDalam definisi lain: “Totality of linguistic varieties used [in different social contexts] ... by a particular community of speakers ... .” (Trudgill) Schiffman, Harold. Repertoire. 2005. http://ccat.sas.upenn.edu/~haroldfs/messeas/regrep/node3.html. Diakses hari Sabtu, 28 September 2013 pukul 09:19 Dalam hal ini, penutur mampu berkomunikasi dalam berbagai ragam bahasa kepada pihak lain dalam berbagai ujaran. Dengan kata lain, makin banyak ragam bahasa yang digunakan penutur dalam berkomunikasi dengan pihak lain, makin luaslah verbal repertoire yang dimiliki penutur. Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Contoh Kasus http://www.youtube.com/watch?v=SEjGATxtjhE