Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
8 pages
1 file
Dalam berbahasa, tiap individu memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam kajian linguistik, hal ini sebagai idiolek. Seorang individu akan memiliki idiolek yang berbeda dengan individu lainnya. Idiolek terbagi menjadi idiolek verbal dan non verbal (bahasa tubuh).Contoh idiolek dalam bahasa Indonesia adalah ketika zaman orde baru, Menteri Sekretaris Negara kala itu, Moerdiono sering menggumam "eee" dalam mengucapkan sebuah kalimat. Selain itu, pengucapan "keun" pada sebuah kata berakhiran "kan" oleh mantan presiden Soeharto dan pejabat-pejabat pada masa itu juga termasuk dalam idiolek.
Dalam masyarakat global, dimana setiap komunitas saling berhubungan satu sama lain, penguasaan terhadap lebih dari satu bahasa telah menjadi fenomena umum. Pada usia dini, seorang anak mampu menguasai paling tidak satu bahasa, yang oleh para linguist disebut bahasa pertama atau L1 bahkan tanpa menyadarinya karena sedikitnya usaha sadar dalam penguasaan bahasa tersebut. Seiring dengan pertambahan usia, perkembangan kemampuan berpikir dan proses interaksi dalam lingkungan yang lebih luas, anak-anak akan mulai mempelajari bahasa kedua atau L2, biasanya dengan lebih banyak usaha sadar dan proses berpikir. Akan tetapi,
Kajian sosiolinguistik sebagaimana kita ketahui adalah bahasa dilihat dari pemakainya. Dalam hal ini diantaranya adalah penutur, dengan siapa penutur berbahasa, apa yang dibahas dalam tuturan, untuk apa tutur dilakukan, dan bahasa apa yang digunakan penutur. Terkait dengan penutur dan bahasa yang digunakan penutur, dalam sosiolinguistik dikenal istilah bilingualisme dan diglosia. Bilingualisme sudah tidak asing lagi bagi kita. Di televisi, radio, dan media-media penyiaran lain sering kali menggunakan istilah bilingual, seperti dalam film-film asing, terdapat tulisan "bilingual" di pojok atas layar televisi. Tulisan bilingual tersebut artinya film itu ditayangkan dengan dua bahasa, yaitu bahasa asli film dan bahasa terjemahan. Lalu bagaimana bilingualisme di dalam kajian sosiolinguistik? Dan apa itu diglosia? Pembahasan lebih lajut mengenai bilingualisme dan diglosia akan diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut.
MABASAN, 2019
Indonesia sebagai sebuah bangsa memiliki keragaman budaya dan bahasa yang sangat tinggi. Tingkat kemajemukan yang sangat tinggi ini tercermin dalam jumlah bahasa daerah yang dimiliki dan keragaman budaya adat istiadat suku bangsa yang mendiaminya. Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang mewakili setiap kelompok etnis. Jumlah Bahasa daerah terbanyak terdapat di Papua, lebih dari 200 bahasa daerah hidup di tanah Papua. Di samping kekayaan bahasa daerah, masyarakat Indonesia juga memiliki bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa persatuan yang dideklarasikan oleh seluruh komponen bangsa yang diwakili oleh kaum muda dari berbagai daerah pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Keputusan bahwa bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa nasional Indonesia sudah final bagi bangsa Indonesia.Dalam konteks keragaman bahasa, masyarakat Indonesia paling tidak menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah sebagai identitas asal daerahnya dan ba...
2017
Kajian ini berkenaan masyarakat bahasa Orang Asli Semai (OAS) yang dijalankan di kawasan perkampungan Semai daerah Batang Padang, Tapah, Perak. Fokus kajian adalah tentang pemilihan bahasa dan ‘diglosia’ dalam masyarakat OAS. Metodologi yang diguna dalam kajian ini ialah metode kajian kepustakaan dan kajian lapangan dengan menerapkan kerangka kajian bidang sosiolinguistik sebagai landasan utamanya. Teori yang digunakan ialah pendekatan analisis domain Fishman (1972) yang meneliti pemilihan bahasa berdasarkan domain. Informan terdiri daripada masyarakat OAS yang ditemui di kawasan Batang Padang, Tapah, Perak berdasarkan penentuan sampel menggunakan teknik accidently seperti yang dinyatakan oleh Creswell (1998). Data rakaman diambil menggunakan pendekatan Domain Fishman (1972). Analisis kajian adalah berdasarkan kaedah kualitatif. Hasil kajian mendapati tidak ada diglosia dalam masyarakat bahasa OAS. Bahasa Melayu (BM) merupakan bahasa yang berstatus tinggi sebagai bahasa perhubungan ...
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 18, 2020
Glosolalia atau dalam jargon Kristen, bahasa roh, merupakan praktik yang seringkali dilakukan dalam tradisi Kristen, khususnya pada denominasi beraliran Pentakostalisme yang sudah ada sejak awal abad ke-20. Meskipun glosolalia tidak selalu terbatas pada tradisi Kristen, dalam penelitian ini, tetapi bentuk ujaran glosolalia yang akan diteliti adalah yang berasal dari tradisi Kristen. Seringkali ujaran glosolalia yang dilakukan dalam jemaat tidak dapat dipahami oleh penutur dan petutur dikarenakan glosolalia bukan merupakan ujaran yang memiliki makna secara linguistik. Penelitian mengenai glosolalia dalam segi linguistik merupakan hal yang penting selain dari kurangnya kajian linguistik terhadap glosolalia, khususnya di Indonesia, penelitian terhadap glosolalia dapat melihat bagaimana fenomena bahasa ini dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan glosolalia dalam aspek linguistik. Sehingga dalam penelitian ini, glosolalia hanya akan dianalisis dalam linguistik, tanpa menilai aspek teologis dari ujaran glosolalia. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Lalu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Peneliti menyimak sambil merekam ujaran-ujaran glosolalia baik dalam peribadatan maupun dalam doa bersama. Lebih lanjut, data-data tersebut berasal dari ujaran-ujaran glosolalia yang diujarkan oleh beberapa jemaat dari Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) yang termasuk dalam aliran Pentakostalisme. Setelah itu, data berbentuk rekaman tersebut akan dibuat dalam bentuk transkrip sehingga dapat juga dianalisis secara linguistik. Dalam pengamatan peneliti, praktik glosolalia dilakukan ketika sedang dalam situasi doa, baik dalam peribadatan maupun doa bersama. Jadi, dapat dikatakan bahwa ujaran glosolalia merupakan sebuah bentuk doa yang diujarkan dengan ujaran yang tidak dapat dimengerti oleh pendengar. Lalu, hal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah praktik glosolalia yang dilakukan jemaat seringkali muncul fenomena alih kode dari ujaran glosolalia ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Selain itu, fonem-fonem yang diujarkan selama glosolalia terbatas pada inventaris fonem bahasa ibu para pengujar glosolalia. Dalam penelitian ini juga, ditemukan beberapa silabel serupa yang diujarkan secara repetitif. Penelitian ini pun masih merupakan kajian awal yang perlu pengembangan dengan meneliti ujaran glosolalia yang dilakukan oleh denominasi lain.
Proceedings of the ICECRS
Kertas kerja ini akan meneliti kewujudan diglosia dalam dialog yang digarapkan oleh A.Samad Said melalui novel Salina. Analisis dijalankan bersandarkan sifat-sifat diglosia yang wujud berdasarkan Ferguson (1959) dan Fishman (1967). Pengukur ini adalah untuk memperlihatkan kewujudan diglosia dalam bentuk dwi/multibahasa. Analisis ini dideskripsi dalam bentuk kualitatif. Kaedah utamanya adalah mengumpul data diglosia daripada teks novel dan dihubungkan dengan faktor sosiolinguistik yang menentukan pemeringkatan diglosia. Dapatan mendapati terdapat diglosia rendah (L) yang wujud dalam beberapa pemeringkatan dan berlaku pertindihan fungsi. Terdapat juga diglosia rendah yang mencapai tahap tinggi (H) apabila berlaku pertembungan dua diglosia rendah yang dibezakan oleh faktor sosiolinguistik menjadikannya sebagai (HL).
Rasionalitas pengembalian modal konsumen dalam tatanan politik konsumen Manusia merupakan modal yang berkesinambungan secara genetis. Setelah sekian lama terjajah yang diakhiri dengan kemerdekaan, manusia Indonesia lambat laun berkembang seiring perubahan dunia global, namun sedikit sekali pengembalian modal manusia selaku konsumen dari bangsa dan negaranya. Sebagian besar pengembalian modal konsumen berada dalam pangsa ekonomi yang spekulatif dalam konotasi terjebak dalam alam sosial individu yang super egosentris. Paradigma pembangunan yang super hit lambat laun dapat menikam budaya asli yang bercirikan hilangnya watak karakter bangsa timur. Hal ini diperlukan jalan orsinil demi tegaknya harkat dan martabat konsumen Indonesia yang ber Pancasila dan ber Bhinneka Tunggal Ika. Alat penting pemertahanan bangsa bukanlah terletak karena senjata dan kekuatan hukum. Namun efisiensi atas investasi publik modal manusia Indonesia yang Berbobot, yang dapat mengukur sedikitnya untuk pengembalian sosial yang besar untuk generasi anak bangsanya dalam tujuan pembangunan berkelanjutan dari generasi ke generasi. Manusia berbudaya dalam peradabannya menciptakan reward penghargaan atas individu manusia yang berprestasi dari negaranya, sehingga manfaat yang dimilikinya berkesinambungan dan kosisten tersalurkan terhadap sosial masyarakat pada umumnya.
2018
The purpose of education is to create a generation that has competencies that can compete both on a national and international scale. Accordingly, mathematics education in schools should provide the competence that enables students to align their abilities with other students in the international world. To be like that, the student must have the ability to understand the English language which is typical for the field of study of mathematics. In order for them to access the correct information so as to avoid mistakes and misunderstandings. For that learning mathematics in schools should provide an introduction to the terms of English in mathematics so that students become familiar with the use of different foreign terms. But in fact, the use of English in learning mathematics in schools is generally still very limited. This is due to a lack of understanding of bilingualism in mathematics learning, so teaching bilingual math to teachers can be a fear of its own. This paper explores h...
Akademika
Kajian ini membincangkan fenomena pengglotisan dalam bahasa minoriti Bugis di Malaysia. Dalam huraian kajian lepas menyatakan kehadiran hentian glotis dalam leksikal bahasa Bugis hanya terhad di posisi akhir kata sahaja. Huraian ini walau bagaimanapun menimbulkan persoalan sama ada benarkah hentian glotis hanya hadir di akhir kata sahaja dalam bahasa ini. Justeru, kajian inidilakukan untuk mengesahkan posisi kehadiran hentian glotis dalam bahasa Bugis dengan mengenal pasti kehadirannya dalam leksikal serta menghuraikan ciri akustik kehadiran hentian glotis di posisi kata yang telah dikenal pasti. Data kajian diperolehi daripada lapangan yang melibatkan soal selidik, temu bual, rakaman dan pemerhatian. Seramai 100 informan yang merupakan penutur asli Bugis di beberapa buah kampung Bugis yang terletak di Pontian dan Pasir Gudang, Johor telah ditemu bual. Analisis spektografik menggunakan Praat dibuat untuk mengesahkan kehadiran hentian glotis dalam leksikal yang diperolehi.Hasil analisis spektografik yang dilakukan menunjukkan bahawa hentian glotis hadir di empat posisi dalam kata, iaitu awal, tengah dan akhir kata serta di sempadan awalan seperti [ʔika], [buʔkãŋ], [bẽmbeʔ] dan [mãʔ-keda]. Kehadiran hentian glotis di semua posisi kata menunjukkan proses fonologi yang berbeza. Hasil kajian mendedahkan fenomena sebenar pengglotisan dalam bahasa Bugis yang belum diterokai sebelum ini. Justeru, kajian ini telah memberi pengetahuan dan sudut pandangan yang baru mengenai penyebaran hentian glotis dalam leksikal bahasa Bugis.Kajian ini membuka ruang kepada para pengkaji menggali dan mengupas lebih banyak lagi fenomena linguistik yang terdapat dalam bahasa Bugis, di samping menyumbang kepada usaha pemeliharaan bahasa ini agar tidak terus ditelenggami oleh arus pemodenan dan dapat terus diamalkan oleh generasi muda pada masa akan datang.
ANZAC Battlefield A Gallipoli Landscape of War and Memory, 2016
Clinical and Experimental Dermatology, 2013
Annalen der Physik, 2012
Journal of Management, Economics, and Industrial Organization, 2021
Megalithic Traditions of Northeast India (Q. Marak Ed.), 2019
Environmental Science and Pollution Research
Revista de Neuro-Psiquiatria, 2013
Nickel & Cobalt, 2009
International Conference on Public Health, 2017
African Journal of Science, Technology, Innovation and Development, 2016
Eurasia Border Review, 2012
Journal of strength and conditioning research / National Strength & Conditioning Association, 2015