Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2014
…
5 pages
1 file
There is a requirement for providing water supply sufficiently for the major customer sectors including residential areas in watershed development and planning. However, the sectoral water demand has also been changing over time. More over, continuing population growth and the job opportunity has resulted in increasing water demand within dynamic manner in residential areas. This study aims to develop water demand model in water management for watershed development planning. Actual water allocations for the experimental watershed, in Banten Province, were used for the model calibration process. The established model was used for predicting the amount of water demand in the future. The advantage of this model is for guiding the local government in providing water for the community. ABSTRAK Dalam kegiatan pengembangan daerah aliran sungai (DAS), diperlukan kebutuhan air untuk semua sektor yang akan dikembangkan di wilayah tersebut. Perkembangan wilayah dan komunitas selama kurun waktu...
Watershed management consists of multi stakeholders. Therefore, institutional aspect for regulating interaction among stakeholders is very important to be taken into consideration in watershed management. Watershed management will only be efficient if institutional aspect functioning in harmony. Objective of this research is to study role and coordination of cross sectoral government institutions in management of water resource conservation. In this research five elements of water resource conservation were analized, there are: 1) involved organizations, 2) related regulations, 3) management function performance (planning, execution, and controlling)
Pengembangan adalah Seluruh sesuatu yang aktif dalam mengelola. Air sebagai energi tidak hilang tapi bermetamorfosa. Sumber ada dua yaitu SDA permukaan dan SDA bawah permukaan. SDA permukaan contohnya Sungai, Laut, Kolam, dll. Sedangkan SDA bawah permukaan contohnya air tanah. Daya terdiri dari daya guna (dimanfaatkan) dan daya rusak (dikendalikan) Air adalah zat yang di butuhkan manusia dapat sebagai PLTA, wisata, kebutuhan rumah tangga dsb.
Rencana Pengembangan Tata Kota sebagaimana panduan outline Penyusunan RISPAM dari Kementerian Pekerjaan Umum dimaknai sebagai arahan Rencana Struktur Ruang yang tertuang didalam RTRW Kabupaten Barito Kuala dengan arahan sebagai berikut : Berdasar RTRW Kabupaten Barito Kuala Tahun 2010-2030 maka rencana struktur ruang dapat diuraikan sebagai berikut : Berdasarkan hirarki sistem perkotaan nasional dalam RTRWN dan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa Kabupaten Barito Kuala ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan wilayah yang telah menjadi PKL dan memliki potensi melayani kegiatan beberapa kabupaten atau provinsi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penentuan hirarki wilayah diketahui bahwa sistem pusat kegiatan yang terbentuk di Kabupaten Barito Kuala adalah sebagai berikut:
ABSTRAK Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan industri di Jawa Barat, permintaan akan pemenuhan kebutuhan air bersih meningkat dengan pesat. Kebutuhan air bersih ini tidak dibarengi dengan daya dukung lingkungan yang memadai, terutama dari kualitas dan kuantitas air permukaan yang semakin menurun. Akibatnya pemanfaatan air tanah di masa lalu menjadi tidak terkendali, menyebabkan menurunnya muka air tanah, terbentuknya cekungan-cekungan kritis beserta akibat-akibat ikutan lainnya seperti amblesan tanah, intrusi air polutan, dan lain-lainnya. Kekeliruan di masa lalu inilah yang perlu segera dibenahi dengan mendudukkan posisi air tanah pada tempatnya, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, bahwa air tanah merupakan sumberdaya alam yang terbatas, kerusakannya sulit dipulihkan, dan bahwasanya pendayagunaan sumber daya air harus mengutamakan air permukaan. Hal tersebut mendasari disusunnya kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Jawa Barat, yang mana dalam pelaksanaannya membutuhkan peran serta dan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait. Kata kunci : air tanah, cekungan air tanah, debit, pemanfaatan. I. PENDAHULUAN 1. Keberadaan Air tanah Air merupakan unsur pokok dalam menunjang hajat hidup baik untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari maupun untuk kegiatan ekonomi yang dapat dipenuhi dari sumber air permukaan atau dari air tanah. Air tanah masih menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup dibandingkan dengan sumber air permukaan, karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber air permukaan, antara lain : sebarannya luas, kualitas air tanah relatif lebih baik, infrastruktur yang dibutuhkan lebih sederhana, dan pengaturan pemanfaatannya lebih mudah. Ketersediaan air tanah di alam terdapat pada lapisan batuan pembawa air yang disebut akuifer yang membentuk suatu cekungan air tanah. Cekungan air tanah didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas hidrogeologi dimana berlangsung semua kejadian seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan dana RHL untuk mendukung IJL, berdasarkan luas lahan yang harus direhabilitasi dan nilai air yang tercermin dari debit total yang dapat diproduksi.Kebutuhan dana RHLberdasarkan luas lahan dihitung berdasarkan kondisi kekritisan lahan dan kesesuaian penggunaan lahan dengan status kawasannya. Standar biaya dalam perhitungan per hektar lahan yang direhabilitasi adalah harga satuan pokok kegiatan (HSPK) tahun 2013 dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (PDAS) Kementerian Kehutanan. Kebutuhan dana RHLberdasarkan nilai air dihitung berdasarkan selisih debit total dari debit total yang dihasilkan oleh penggunaan lahan skenario rehabilitasi dan debit total yang dihasilkan oleh penggunaan lahan aktual. Debit total dihitung dengan menggunakan metode Soil Conservation Service Curve Number (SCS CN) yang dikembangkan oleh United States Department of Agriculture (USDA) dengan data yang dipergunakan adalah data dari tahun 2004 sampai dengan 2013. Standar biaya yang digunakan adalah harga air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk skala rumah tangga pada tahun 2013, yaitu Rp. 1.900,00 per m3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluas 5.047,56 ha lahan perlu direboisasi pengkayaan denga biaya sebesar Rp 35.139.085.089,06, sedangkan seluas 16.607,62 ha perlu dikenakan kegiatan pengkayaantanaman Hutan Rakyat (HR)dengan biaya sebesar Rp 23.034.766.753,11 sehingga kebutuhan dana RHL berdasarkan luas lahan yang perlu direhabilitasi sebesar Rp 58.173.851.842,17. Selisih debit antara debit total aktual dan debit total dari skenario penggunaan lahan sebesar 556.290,77 m3sehingga kebutuhan dana RHL berdasarkan selisih debitnya sebesar Rp 1.056.952.461,28. Berdasarkan perhitungan tersebut, kebutuhan total dana RHL untuk mendukung imbal jasa lingkungan air di DAS Keduang, Jawa Tengah sebesar Rp 59.230.804.303,45. Dengan mengetahui besarnya kebutuhan total dana untuk RHL dan asal muasal penentuannya, mekanisme imbal jasa lingkungan di DAS Keduang akan lebih mudah untuk ditentukan secara efektif.
Seminar Nasional Geomatika, 2018
Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satu cara menentukan daya dukung lingkungan adalah dengan pendekatan ketersediaan dan kebutuhan air. Air adalah unsur alam yang sangat diperlukan untuk berbagai bentuk aktivitas manusia. Keseimbangan lingkungan dapat diketahui dari ketersediaan sumber air yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui status daya dukung lingkungan berdasarkan ketersediaan air bulanan dan kebutuhan air di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2016 dan memprediksi 16 tahun ke depan (2032) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bojonegoro. Metode yang digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan adalah analisis kuantitatif melalui perbandingan antara penghitungan ketersediaan air dan kebutuhan air. Hasil penghitungan status daya dukung lingkungan berdasarkan ketersediaan air dan kebutuhan air di Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 dan prediksi tahun 2032 berada pada kategori terlampaui (overshoot). Untuk bulan Februari dan November dalam kategori aman bersyarat, dan kategori untuk bulan lainnya mengalami overshoot.
Arsitekta : Jurnal Arsitektur dan Kota Berkelanjutan
Pemenuhan akan kebutuhan air bersih menjadi hal yang esensial dalam kehidipan sehari hari. Adapun jumlah kebutuhan air berdeda beda untuk setiap sektornya. Sektor industri menjadi sektor yang cukup menarik dalam pembahasan pemenuhan kebutuhan air ini dimana sektor industri menjadi sektor penggerak roda perekonomian negara yang cukup besar sehingga memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi. Di saat yang bersamaan dengan tingginya kebutuhan air sektor industri, dampaknya terhadap sekitar (masyarakat dan lingkungan) juga relatif signifikan di mana hal ini memberikan tantangan sendiri bagi pihak perencana. Di cetuskan pada 1987 prinsip desain yang berkelanjutan memberikan arahan nyata bagi perencana untuk dapat memberikan solusi dengan dampak samping seminimal mungkin dengan nilai manfaat yang setinggi tingginya. Studi kasus Daerah Industri pada DAS Cileungsi memberikan daya tarik khusus di karenakan jenis industri yang cukup besar dengan kepentingan sektor sektor lain di dalam DA...
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 2018
Kebutuhan akan sumber daya air pada saat ini cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan industri. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam memenuhi kebutuhan di sektor pertanian dan kebutuhan air baku. Daerah Aliran Sungai Deli adalah salah satu sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di Daerah Irigasi Namorambe dan kebutuhan air baku domestik dan non domestik di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi neraca air yaitu jumlah ketersediaan air dengan kebutuhan air di DAS Deli yang didasarkan kepada jumlah alokasi air. Penelitian ini mempunyai 3 tujuan khusus yaitu menganalisis ketersediaan air di DAS Deli, menganalisis kebutuhan air di DAS Deli, dan mengevaluasi neraca air antara ketersediaan air dengan kebutuhan air di masa mendatang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan dengan klimatologi, jumlah penduduk, kebutuhan air Daerah Irigasi Namorambe, dan alokasi air di DAS Deli. Data curah hujan dan klimatologi digunakan sebagai analisis data ketersediaan air di DAS Deli sementara jumlah penduduk dan data kebutuhan air irigasi dianalisis untuk menghitung jumlah kebutuhan air yang memanfaatkan air dari DAS Deli. Hasil analisis menunjukan bahwasanya jumlah ketersediaan air terhadap kebutuhan air di DAS Deli dapat dikatakan surplus dalam kurun waktu satu tahun, water balanced tertinggi pada Bulan September pertengahan pertama sebesar 43,526 m3/detik. Potensi defisit atau kekurangan air terjadi pada Bulan Maret pertengahan pertama (water balanced-1,425 m3/detik) sehingga perlu dilakukan penanganan dalam menanggulangi defisit air tersebut oleh stakeholder atau pemerintah.
Revista Colombiana De Psiquiatria, 2004
PLOS Global Public Health, 2024
Ingeniería y …, 2010
Copyright of Catus Brooks, 2017
SSRN Electronic Journal, 2018
European Journal of Educational Research, 2024
PATRIMÔNIO MUNDIAL: PROPOSTA PARA O BICENTENÁRIO DA INDEPENDÊNCIA DO BRASIL, 2020
Wiener Linguistische Gazette 97, 2024
Revista Internacional de Lenguas Extranjeras, 2022
INTERNATIONAL JOURNAL OF MEDICAL SCIENCES
ADCAIJ: Advances in Distributed Computing and Artificial Intelligence Journal, 2013
Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy, 2020
2007
Bioorganic & Medicinal Chemistry, 2009