PERUBAHAN SIFAT FISIKA INCEPTISOL AKIBAT PERBEDAAN
JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK
Muyassir1, Sufardi2, Iwan Saputra3
1)
2)
Staf pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanan Unsyiah Banda Aceh
Staf pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanan Unsyiah Banda Aceh
3) Staf pengajar Jurusan Geografi, FKIP Ubudiyah Banda Aceh
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian bahan organik berbeda jenis dan dosis
terhadap sifat fisika Inceptisol. Menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial yaitu
jenis dan dosis bahan organik. Penelitian percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok pola
faktorial dengan respon yang diamati beberapa sifat fisika Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis
dan dosis bahan organik secara tunggal dan interaksi berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap
sifat-sifat fisika pada Inceptisol Krueng Raya yaitu penurunan berat volume tanah, peningkatan
porositas total, indeks stabilitas agregat, permeabilitas tanah.
Kata kunci : Pupuk Organik, Inceptisol
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inceptisol merupakan salah satu ordo
tanah yang tersebar luas di Indonesia yaitu
sekitar 20,75 juta ha (37,5%) dari wilayah
daratan Indonesia. Jenis tanah ini
mempunyai produktivitas alami yang
beragam karena tidak memiliki sifat fisik
dan kimia tanah yang khas. Oleh karena itu
pemanfaatan Inceptisol untuk masa akan
datang perlu ditingkatkan secara maksimal
khususnya
yang
telah
mengalami
pengelolaan intensif. Tanah-tanah ini
mempunyai kadar unsur hara esensial yang
rendah, terutama unsur hara nitrogen (N),
fosfor (P), dan kalium (K), sehingga perlu
penambahan unsur hara.
Pengelolaan tanah intensif dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan yaitu
kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi
tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi
karena proses pemasaman tanah, akumulasi
garam-garam (salinisasi), tercemar logam
berat, dan tercemar senyawa-senyawa
organik dan xenobiotik seperti pestisida atau
tumpahan minyak bumi (Djajakirana,
2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat
diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen
buatan secara terus menerus dalam jumlah
LENTERA : Vol.12, No.1, Maret 2012
besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah
secara fisik dapat diakibatkan karena
kerusakan struktur tanah yang dapat
menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan
struktur tanah ini dapat terjadi akibat
pengolahan tanah yang tidak tepat atau
penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh
penyusutan populasi maupun berkurangnya
biodiversitas organisme tanah, dan terjadi
biasanya
bukan
kerusakan
sendiri,
melainkan akibat dari kerusakan lain (fisika
dan atau kimia) (Ma’shum et al., 2003).
Inceptisol Krueng Raya belum banyak
dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering
secara maksimal karena keterbatasan
ketersediaan air pada musim kemarau akibat
dari rendahnya rata-rata curah hujan
tahunan di daerah tersebut. Permasalahan
lain adalah rendahnya status kesuburan
tanah yang tercermin dari rendahnya
produktivitas tanah. Salah satu strategi
untuk meningkatkan produktivitas tanah
adalah dengan pemberian bahan organik.
Bahan organik selain memperbaiki sifat
kimia dan biologi tanah juga dapat
memperbaiki sifat fisika tanah antara lain;
berat volume tanah, porositas total, pori
aerasi dan pori air tersedia, stabilitas agregat
tanah dan agregasi tanah (Juarsah, 2000).
1
Bahan organik membuat tanah menjadi
gembur, sehingga aerasi dan drainase
internal menjadi lebih baik serta lebih
mudah ditembus perakaran tanaman. Pada
tanah bertekstur pasir, bahan organik akan
meningkatkan pengikatan antar partikel dan
meningkatkan kapasitas mengikat air
(Sutanto, 2002). Poerwowidodo (1998),
menambahkan bahwa kadar bahan organik
yang
tinggi
pada
tanah
mineral
menyebabkan agregat lebih mantap, tetapi
jika terlalu rendah akan menjadikannya
lebih tidak stabil. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mengelola bahan
organik yaitu dengan jalan pengomposan,
pemberian sisa residu tanaman ke lahan
produksi dan pemberian sumber bahan
organik
lainnya.
Martopo
(1991)
menyatakan bahwa pupuk organik hasil
pengomposan selain memiliki kandungan
unsur
hara
yang
lebih
tinggi
ketersediaannya dari pada pupuk organik
yang belum dikomposkan, juga dapat
memperbaiki sifat fisika tanah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis dan dosis bahan organik
berpengaruh nyata terhadap sifat fisika
Inceptisol.
2. Apakah terjadi pengaruh interaksi yang
nyata antara jenis dan dosis bahan
organik terhadap sifat fisika Inceptisol.
II.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini pada inceptisol Krueng
Raya Aceh Besar selama April sampai Juli
2010. Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan pola
faktorial yang terdiri atas 2 faktor yaitu;
jenis bahan organik(B) dan dosis bahan
organik (D). Jenis bahan organik terdiri
atas 6 (enam) level yaitu pupuk kandang,
sisa tanaman kedele, jerami padi, pupuk
kandang + sisa tanaman kedele, pupuk
kandang + jerami padi, pupuk kandang +
sisa tanaman kedele + jerami padi. Dosis
Bahan Organik terdiri atas 3 (tiga) level
yaitu : 15 ton ha-1, 30 ton ha-1; dan 45 ton
ha-1.Dengan demikian diperoleh 18
kombinasi perlakuan dan diulang 3 (tiga)
kali.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
3.1. Sifat Fisika Tanah Penelitian
Hasil identifikasi profil tanah dan
analisis sampel tanah awal menunjukkan
bahwa di lokasi penelitian mempunyai jenis
tanah yang tergolong ke dalam ordo
Inceptisol dengan penciri utama berupa
adanya epipedon umbrik. Hasil análisis sifat
fisika tanah awal menunjukkan bahwa tanah
di lokasi penelitian mempunyai kelas
tekstur lempung berdebu, berat volume
tanah 1,32 g cm-3, porositas tanah 46%,
permeabilitas tanah dengan kriteria sedang
(2,44 cm jam-1), nilai indeks stabilitas
agregat tanah agak stabil (55,00), dan kadar
air tanah pada pF 2,54 dan 4,2 yaitu 32 %
dan 15 %.
Hasil penelitian menunjukkan jenis
dan dosis bahan organik secara tunggal
berpengaruh sangat nyata terhadap semua
variabel yang diamati, sedangkan interaksi
antara jenis dan dosis bahan organik
berpengaruh
sangat
nyata
terhadap
permeabilitas tanah, kadar air tanah pada pF
2,54, serta berpengaruh nyata terhadap berat
volume tanah, total porositas, indeks
stabilitas agregat, dan kadar air tanah pada
pF 4,2.
3.2. Bobot Volume
Jenis komposisi bahan organik dan
dosis yang diberikan secara interaktif
berpangaruh nyata terhadap bobot volume
tanah. Hal ini berarti bahwa rata-rata
bobot volume tanah terjadi keragaman
yang berbeda nyata sebagai akibat dari
perbedaan komposisi dan dosis bahan
organik yang diberikan. Bobot volume
tanah secara konsisten menurun seiring
dengan meningkatnya dosis pupuk
organik yaitu berkisar antara 1,26 g cm-3
sampai 1,16 g cm-3 (Tabel 1). Dosis pupuk
kandang 15 t ha -1 diperoleh bobot volume
tanah terendah yaitu 1,23 g cm-3 pada
pemberian
bahan
organik
berupa
campuran pupuk kandang, sisa tanaman
kedelai dan jerami padi, namun berbeda
tidak nyata dengan bobot volume akibat
perlakuan jenis bahan organik lainnya
yang diberikan secara tunggal ataupun
campuran. Fenomena yang sama juga
terlihat pada dosis bahan organik 30 ton
ha-1 dengan bobot volume tanah 1,20 g
2
cm-3 yang berbeda tidak nyata dengan
bobot volume tanah akibat campuran
bahan organik yang sama seperti di atas
baik pada dosis 15 ataupun 45 ton ha-1.
Bobot volume tanah terendah adalah 1,16
g cm-3 yang terdapat pada dosis bahan
organik 45 t ha -1 yang berupa campuran
ketiga bahan organik. Rata-rata bobot
volume tanah terendah tersebut hanya
berbeda nyata dengan hasil pada
pemberian bahan organik berupa pupuk
kandang dan sisa tanaman kedelai saja
dan berbeda tidak nyata akibat bahan
organik berupa jerami padi saja ataupun
dalam bentuk campuran dua macam
bahan organik.
Tabel 1. Rata-rata berat volume tanah akibat perlakuan jenis dan dosis bahan organik.
Dosis Bahan Organik (ton ha-1)
Jenis Bahan Organik
15
30
45
..........Bobot Volume (g cm-3)..........
1,26 a
1,25 a
1,22 a
Pupuk Kandang
A
B
B
1,25 a
1,23 a
1,21 a
Sisa Tanaman Kedele
A
AB
B
1,26 b
1,24 b
1,17 a
Jerami Padi
A
AB
AB
1,24 a
1,22 a
1,20 a
Pupuk Kandang+Sisa Kedelai
A
AB
AB
1,24 b
1,22 b
1,16 a
Pupuk Kandang +Jerami Padi
A
AB
A
Pupuk Kandang+ Sisa tanaman
1,23 b
1,20 ab
1,16 a
kedelai+jerami Padi
A
A
A
BNJ0,05 (BxD)
0,04
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama sama berbeda tidak nyata (uji BNJ0,05).
Huruf kecil dibaca mendatar, sedangkan huruf besar dibaca vertikal.
Bahan organik berbeda jenis dan
dosis dapat membantu menurunkan berat
volume tanah. Bahan organik berupa
campuran pupuk kandang dengan sisa
tanaman kedele dan jerami padi
mempunyai kandungan C-organik sebagai
sumber bahan organik tanah yang secara
kualitas lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan bahan organik jenis lainnya
sehingga penurunan berat volume tanah
paling baik dibandingkan dengan berat
volume tanah pada perlakuan bahan
organik jenis lainnya. Sejalan dengan
pendapat Endriani et al., (2009) yang
menyatakan semakin tinggi bahan organik
tanah menyebabkan berat volume (bobot
isi) semakin rendah sehingga ketahanan
penetrasi tanah pun semakin berkurang.
Penurunan berat volume tanah ini diduga
sebagai akibat dekomposisi berbagai
sumber bahan organik menjadi bahan
organik
tanah
sehingga
mampu
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
menurunkan berat volume tanah, struktur
padat menjadi remah sehingga tanah lebih
mudah diolah. Menurut Young (1989)
bahan organik tanah memiliki peran dan
fungsi yang sangat vital di dalam
perbaikan sifat-sifat tanah, meliputi sifat
fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu,
Stevenson (1992) menyatakan bahwa
bahan organik merupakan sumber energi
bagi aktivitas mikrobia tanah dan dapat
memperbaiki berat volume tanah, struktur
tanah, aerasi serta daya mengikat air.
3.3. Total Porositas Tanah
Rata-rata nilai porositas total tanah
terjadi perbedaan nyata antara dosis
dengan setiap jenis bahan organik yang
dicobakan. Dengan lain perkataan bahwa
porositas total tanah secara interaksi nyata
dipengaruhi oleh dosis dan jenis bahan
organik. Tabel 2 menunjukkan bahwa
total porositas tanah cenderung meningkat
3
seiring dengan meningkatnya dosis bahan lainnya. Rata-rata total porositas tanah
organik yang diberikan baik secara akibat interaksi perlakuan yang dicobakan
tunggal ataupun yang telah mendapat berkisar antara 52 sampai dengan 59,67
pencampuran dengan bahan organik persen.
Tabel 2. Rata-rata total porositas tanah akibat perlakuan bahan organik berbeda jenis
dan dosis.
Dosis Bahan Organik (ton ha-1)
Jenis Bahan Organik
15
30
45
..........Total Porositas Tanah (%)..........
52,67 a
53,67 a
55,33 a
Pupuk Kandang
A
A
A
54,33 a
55,67 a
56,67 a
Sisa Tanaman Kedele
A
A
AB
52,00 a
55,67 ab
58,00 b
Jerami Padi
A
A
AB
52,00 a
54,67 ab
57,67 b
Pupuk Kandang+Sisa Kedelai
A
A
AB
55,00 a
56,33 ab
59,33 b
Pupuk Kandang +Jerami Padi
A
A
AB
Pupuk Kandang+ Sisa
53,33 a
54,00 a
59,67 b
tanaman kedelai+jerami Padi
A
A
B
BNJ0,05 (BxD)
3,89
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 0,05.
Huruf kecil
dibaca mendatar, dekomposisi bahan organik merupakan
sedangkan huruf besar dibaca humus yang relativ sudah lebih resisten
terhadap pelapukan. Bahan koloidal
vertikal.
organik ini dapat berperan sebagai media
Total porositas tanah tertinggi perekat (semen atau lem) fraksi-fraksi
terdapat pada dosis bahan organik 45 ton tanah sehingga membentuk struktur tanah
yang yang berupa campuran pupuk dan proses granulasinya secara baik.
kandang, sisa tanaman kedelai, dan jerami Struktur tanah pada awalnya padat
menjadi
remah
dengan
padi yaitu 59,67%, berbeda nyata pada berubah
setiap dosis bahan organik lainnya. Selain meningkatkan persentase ruang total poriitu juga diketahui bahwa total porositas pori tanah. Sarief (1986) yang menyatakan
tanah dimaksud di atas kecuali dengan bahwa total ruang pori tanah berbanding
jenis pupuk kandang setiap dosis bahan terbalik dengan berat volume (bobot isi)
Sedangkan
Soepardi
(1983)
organik yang dicobakan pada dosis 15 ton tanah.
per ha tidak berbeda nyata. Perlakuan menyatakan bahwa total ruang pori
bahan organik campuran pupuk kandang, berbanding terbalik dengan berat volume
sisa tanaman kedele dan jerami padi (bobot isi) tanah dan sangat ditentukan oleh
terjadi penurunan berat volume tanah bahan organik yang dikandung dalam tanah.
sehingga berdampak pada peningkatan Hal ini sejalan dengan pendapat Gaur
yang
menyatakan
bahwa
rata-rata nilai total porositas tanah. (1981),
Pencampuran ketiga jenis bahan organik penambahan bahan organik dari jenis
tersebut menciptakan kondisi kualitas kompos dapat memperbaiki struktur tanah
bahan organik yang baik sehingga bagi sehingga berdampak pada perbaikan
jangka pendek ataupun jangka panjang aerasi tanah.
Peningkatan total porositas tanah
sehingga berdampak pada tingginya
penurunan berat volume tanah yang juga diduga karena penigkatan aktivitas
diiringi
dengan
peningkatan
total dan populasi biota tanah. Salah satu
porositas
tanah
tersebut.
Hasil fungsi bahan organik dalam tanah adalah
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
4
sebagai sub strat bagi berbagai jenis
organism yang aktiv dalam kondisi aerob.
Hal ini sejalan dengan pendapat Reinjtjes
et al., (1999) bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman akan mempengaruhi tata
udara pada tanah dengan adanya jumlah
pori tanah karena aktivitas biota tanah.
Bahan organik dirombak menjadi berbagai
mineral yang berguna bagi tanaman dan
mikroorganisme itu sendiri. Asam humus
dan humus yang sangat berperan dalam
memperbaiki sifat fisik tanah.
3.4. Permeabilitas Tanah
Hasil
analisis
sidik
ragam
menunjukkan bahwa perlakuan bahan
organik berbeda jenis dan dosis secara
interaksi berpengaruh nyata terhadap ratarata permeabilitas tanah. Secara umum
perbedaan jenis dan dosis bahan organik
dapat meningkatkan rata-rata nilai
permeabilitas tanah. Rata-rata nilai
permeabilitas tanah pada perlakuan bahan
organik berbeda jenis dan dosis disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata permeabilitas tanah akibat perlakuan bahan organik berbeda jenis
dan dosis.
Dosis Bahan Organik (ton ha-1)
Jenis Bahan Organik
15
30
45
..........Permeabilitas Tanah (cm jam -1)..........
2,64 a
2,73 a
2,95 a
Pupuk Kandang
A
A
A
2,68 a
2,98 a
3,02 a
Sisa Tanaman Kedele
A
A
AB
2,54 a
2,92 ab
3,23 b
Jerami Padi
A
AB
2,57 a
2,86 a
3,58 b
Pupuk Kandang+Sisa Kedelai
A
A
B
2,51 a
2,69 a
3,55 b
Pupuk Kandang +Jerami Padi
A
A
B
Pupuk Kandang+ Sisa tanaman
2,89 a
2,73 a
3,89 b
kedelai+jerami Padi
A
A
B
BNJ0,05 (BxD)
0,57
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ0,05.
Huruf kecil dibaca mendatar huruf besar dibaca vertikal.
Tabel 3 memperlihatkan rata-rata
permeabelitas tanah akibat pengaruh
interaksi perbedaan jenis dengan dosis
bahan organik yaitu berkisar antara 2,51
cm jam-1 sampai dengan 3,89 cm jam -1.
Rata-rata nilai permeabelitas tanah
tertingggi terdapat pada campuran pupuk
kandang, sisa tanaman kedele, dan jerami
padi pada dosis 45 ton ha -1. Kecuali
dengan perlakuan pupuk kandang, nilai
permeabelitas dimaksud berbeda tidak
nyata dengan perlakuan bahan organik
lainnya baik yang diberikan secara
tunggal ataupun dicampur. Akan tetapi
permeabelitas tanah tertinggi pada
kombibinasi ketiga enis bahan organik
tersebut berbeda nyata pada dosis 15 dan
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
30 ton ha -1. Hal ini menunjukkan bahwa
bahan organik berbeda jenis dan dosis
yang diberikan dapat meningkatkan
permeabilitas tanah secara nyata yang
diduga sebagai akibat dari penurunan
berat volume tanah dan peningkatan total
porositas tanah.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Rohmat dan Soekarno (2006) yang
menyatakan bahwa sifat fisika tanah yang
berpengaruh terhadap permeabilitas tanah
yaitu kandungan air tanah, berat volume
tanah, porositas total, pori drainase cepat,
pori drainase lambat, kandungan pasir
kasar, kandungan pasir halus, kandungan
debu dan kandungan liat. Bahan organik
berbeda jenis dan dosis dapat membantu
5
memperbaiki struktur tanah yang awalnya
padat menjadi remah dan merangsang
terbentuknya ruang pori dalam jumlah
lebih tinggi sehingga menyebabkan
meningkatnya permeabilitas tanah. Hal ini
sejalan dengan pendapat Stevenson
(1992)
yang
menyatakan
bahwa
penambahan
bahan
organik
dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga
dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi
tanah. Selanjutnya menurut Kohnke
(1979) peranan bahan organik terhadap
sifat
fisika
tanah
antara
lain
meningkatkan agregasi tanah, membuat
tanah lebih mudah diolah, meningkatkan
porositas dan aerasi tanah, serta
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3.5. Indeks Stabilitas Agregat Tanah
Terdapat pengaruh interaksi yang
nyata antara jenis dan dosis bahan
oerganik terhadao indek stabilitas sgregat
tanah. Pemberian bahan organik berbeda
jenis dan dosis memberikan peningkatan
yang berbeda-beda terhadap indeks
stabilitas agregat tanah yaitu sebagaimana
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata indeks stabilitas agregat tanah akibat perlakuan bahan organik
berbeda jenis dan dosis.
Dosis Bahan Organik (ton ha-1)
Jenis Bahan Organik
15
30
45
..........Indeks Stabilitas Agregat Tanah..........
67,33 a
68,00 a
71,67 a
Pupuk Kandang
A
A
A
68,67 a
70,67 ab
74,00 b
Sisa Tanaman Kedele
A
AB
AB
64,33 a
66,33 a
73,00 b
Jerami Padi
A
A
AB
67,00 a
70,67 ab
73,00 b
Pupuk Kandang+Sisa Kedelai
A
AB
AB
68,00 a
69,67 a
75,00 b
Pupuk Kandang +Jerami Padi
A
AB
AB
Pupuk Kandang+ Sisa
67,33 a
73,00 b
76,33 b
tanaman kedelai+jerami Padi
A
B
B
BNJ0,05 (BxD)
4,37
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 0,05.
Huruf kecil
dibaca mendatar, sedangkan huruf besar dibaca vertikal.
Tabel
5
menunjukkan
bahwa
peningkatan dosis pupk organik yang
dicobakan secara konsisten meningkatkan
indek stabilatas agregat tanah. Campuran
bahan organik berupa pupuk kandang,
sisa tanaman kedelai, dan jerami padi
pada dosis 45 ton-1 menghasilkan indek
stabilitas agregat tanah tertinggi yaitu
76,33, hanya berbeda nyata dengan
dengan bahan organik dari jenis pupuk
kandang saja serta berbeda tidak nyata
pada dosis 30 ton ha -1. Hasil pelapukan
bahan organik yang diberikan ke dalam
tanah akan mengalami pelapukan dan
menghasilkan berbagai senyawa organik
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
yang dapat berperan dalam pemantapan
agregat tanah. Senyawa organik dimaksud
terutama
yang
berbentuk
polimer
(polisakharida, poliuronida dan lignin)
dapat berikatan dengan liat dan fraksi-fraksi
lainnya (debu dan pasir) membentuk
agregat yang baik dan mantap.
Menurut Chen et al., (2004) bahan
organik merupakan bagian dari ekosistem
yang berhubungan erat dengan sifat
fisika, kimia dan biologi tanah.
Selanjutnya Sutono et al., (1996)
menyatakan bahwa dalam hubungannya
dengan sifat fisika tanah, bahan organik
berupa pupuk kandang dan kompos dapat
6
berperan dalam pembentukan agregat
tanah yang lebih mantap. Hal ini terjadi
karena
pemberian
bahan
organik
menyebabkan adanya gum polisakarida
yang dihasilkan bakteri tanah. Rawls
(1982), menyatakan bahwa pemberian
bahan organik dalam tanah menghasilkan
gum polisakarida yang dihasilkan oleh
bakteri tanah dan adanya pertumbuhan
hifa serta fungi dari aktinomisetes
disekitar partikel tanah. Bahan organik ini
membentuk ikatan yang menghubungkan
partikel-partikel tanah sehingga stabilitas
agregat tanah meningkat.
Semakin meningkat dosis bahan
organik yang diberikan maka stabilitas
agregat
tanah
semakin
meningkat.
Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh
proses pembentukan agregat tanah yang
didahului oleh terjadinya flokulasi dari
koloid
tanah.
Djojoprawiro
(1984),
menyatakan bahwa setelah terjadi flokulasi
maka proses-proses pemantapan dan
penyemenan berlangsung untuk mengikat
agregat-agregat. Bahan organik mempunyai
peranan yang penting dalam proses
pemantapan agregat. Menurut Stevenson
(1992) beberapa mekanisme yang menyertai
adsorpsi senyawa organik oleh mineral liat
adalah: (1) Adsorpsi fisik atau gaya Van
derwalls, (2) Adsorpsi kimia atau gaya
elektrostatik dan (3) ikatan hidrogen. Foth
dan Turk (1972) menambahkan bahwa ada
tiga macam koloid yang berguna sebagai
bahan penyemen dalam pembentukan
agregat, yaitu: (1) Mineral liat, (2) Oksidaoksida koloid Fe dan Mn dan (3) koloidkoloid bahan organik. Koloid-koloid
tersebut mengandung muatan, dengan
demikian air yang bersifat dipolar akan
melekat pada koloid tersebut. Air tersebut
membentuk suatu rantai yang berorientasi
kedalam dan menjadi penghubung partikelpartikel koloid. Rantai air tersebut bisa juga
mengandung kation-kation. Ikatan rantai
tersebut cukup kuat sehingga jika air
menguap partikel-partikel koloid itu akan
tertarik dan saling mendekat satu sama lain.
Partikel-partikel tanah yang lebih besar
tempat koloid melekat akan tertarik
membentuk kelompok. Semakin kering air
dalam tanah maka semakin meningkat
hidrasi koloid. Akhirnya, koloid akan
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
berfungsi sebagai penyemen
partikel membentuk agregat.
IV.
partikel-
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan ditemukan hal-hal berikut: (1)
Jenis dan dosis bahan organik secara
interaksi berpengaruh nyata terhadap sifatsifat fisika Inceptisol yaitu penurunan berat
volume tanah, peningkatan porositas total,
peningkatan indeks stabilitas agregat, dan
permeabilitas tanah. Campuran dan dosis
bahan organik yang paling baik adalah
pupuk kandang, sisa tanaman kelai dan
jerami padi dengan takaran 45 ton per ha.
Disarankan untuk melakukan pengembalian
sisa hasil panen dalam bentuk kompos yang
dikombinasikan dengan pupuk kandang
dengan takaran antara 35 sampai 40 ton ha1
.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, N. C. 1990. The Nature and
Properties of Soil. Mac Millan
Publishing Co., New York.
Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1982.
Ilmu
Tanah.
(Terjemahan
Soegiman). Bharata Karya Aksara,
Jakarta. 787 hal.
Chen, C.R., Xu, Z.H., Mathers, N. J., 2004.
Soil carbon pools in adjacent
natural and plantation forests of
subtropical Australia. Soil Sci. Soc.
Am. J. 68, 282–291.
Djajakirana, M. 2001. Pengelolaan Bahan
Organik. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan obat. Hlm 83 -88.
Djojoprawiro, P. 1984. Fisika Tanah Dasar,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Evenson, F. J. 1982. Humus Chemistry.
John Wiley and Sons. New York.
Endriani, Zurhalena, Refliaty, dan Yulfita,
F. 2009. Penyuluhan aplikasi
janjang kosong sebagai pupuk
alternatif pengganti pupuk anorganik guna memperbaiki hasil
tanaman di Desa Marga Mulya
Kecamatan Sungai Bahar. Laporan
7
Pengabdian Pada
Universitas Jambi.
Masyarakat.
Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air
Tanah Ultisol Akibat Penerapan
Sistem Olah Tanah Konservasi.
Jurnal Hidrolitan. Vol. 1. No. 1.
Masyarakat Konservasi Tanah dan
Air (MKTI) Cabang Jambi. Jambi.
Gaur, A. C. 1981. Improving soil fertility
through organik recycling a
manual of rural composting.
FAO/UNDP. Regional Projects
RAS/75/004. Project Field.
Juarsah.
2000. Manfaat dan alternatif
penggunaan lahan kritis melalui
penanaman leguminosa. Buku II
Prosiding Kongres Nasional VII.
HITI, Bandung.
Kohnke. 1979. Soil Physics. TMH Edition.
Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Ltd.
Ma’shum, M., Soedarsono J, dan
Susilowati, E. L. 2003. Biologi
Tanah.
Direktorat
Jenderal
Pendidikan Tinggi. Depertemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Poerwowidodo. 1998. Mengenal Tanah
Hutan
(Penampang
Tanah).
Laboratorium Pengaruh Hutan
Jurusan
Manajemen
Hutan
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Santoso, E., T. Prihartini, dan S. Widati.
1999.
Pengaruh pemanfaatan
jerami dan inokulan mikrobia
terhadap sifat kimia tanah dan hasil
padi. Konggres Nasional VII.
HITI. Bandung.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Sutanto, 2002. Peranan bahan organik
terhadap kesuburan tanah dan
upaya pengelolaannya. Dalam
Pidato Pengukuhan Guru Besar.
Universitas
Sebelas
Maret.
Surakarta.
Sutono, S., A. Abdurachman, dan I. Juarsah.
1996. Perbaikan tanah podsolik
merah
kuning
(haplorthox)
menggunakan bahan organik dan
anorganik.
Pros.
Pertemuan
Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Puslittanak. pp 17-37.
Stevenson,. F,. J., 1992. Humus Chemistry
: Genesis, Composition, Reactoin.
2 nd ed. John Willey and Sons,
New York.
Young, A. 1989. Agroforestry for soil
management. Second edition.
CABI. ICRAF.
Rawls, 1982. Estimating soil bulk density
from particle Size analysis and
organik matter content. J.Soil. Sci
123-125 (eds). Risalah Diskusi
ilmiah Hasil Penelitian Pertanian
Lahan kering dan Konservasi di
daerah Aliran Sungai, Malang 1-3
Maret 1988. P3HTA. Badan
Litbang Pertanian.
Reijntjes, C., B. Haverkort dan A. W.
Bayer. 1999.
Pertanian Masa
Depan: Pengantar untuk Pertanian
Berkelanjutan dengan Input Luar
Rendah.
Edisi
Indonesia,
Terjemahan Sukoco, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
LENTERA : Vol.12, No.1,Maret 2012
8