Academia.eduAcademia.edu

KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK

KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah sosiolinguistik Disusun Oleh : Kelompok 13 Novira Nurdilanita (1988201056) Selly Annisa (1988201065) Yona Sari (1988201005) Dosen Pengampu : Sugiarti, M.Pd. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NURUL HUDA OKU TIMUR 2021 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan panulisan makalah  ini yang berjudul “KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK”. Selawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang. Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya. Amiin Yarabbal ‘alamin. Tanah Merah, Desember 2021 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1 BAB II PEMBAHASAN 2 Pengertian Sosiolinguistik 2 Kegunaan sosiolinguistik 2 Masalah masalah (ruang lingkup) sosiolinguistik 2 BAB III PENUTUP 8 Kesimpulan 8 DAFTAR PUSTAKA iii 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya, melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Pengkajian secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan prosedur linguistik saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan bahasa sebagai objek kajiannya. Namun satu hal yang harus digarisbawahi bahwasanya bahasa sebagai objek kajian sosiolinguistik tidak dilihat maupun didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu sebenarnya; bagaimana hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta masalah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun kemudian tertarik untuk membicarakan masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan dan ruang lingkup sosiolinguistik. B. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang di atas, adapun rumusan yang menjadi masalah dalam penulisan makalah ini yaitu: 1. Apakah sosiolinguistik itu? 2. Jelaskan kegunaan disertai masalah-masalah (ruang lingkup) sosiolinguistik? C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik. 2. Menjelaskan kegunaan dan masalah-masalah (ruang lingkup) sosiolinguistik. D. Manfaat Penulisan Melalui makalah ini diharapkan agar pembaca dapat memperoleh manfaat berupa: Pengetahuan atas pengertian sosiolinguistik. Mampu memahami kegunaan dan masalah-masalah (ruang lingkup) sosiolinguistik? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sosiolinguistik Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan sebagai kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. De Saussure (1961) pada awal abad ke-20 menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lembaga kemasyarakatan yang sama dengan lembaga kemasyarakatan yang lain seperti perkawinan, pewarisan harta peninggalan dan sebagainya. Pada pertengahan abad ini para pakar di bidang bahasa merasa perlu adanya perhatian yang lebih terhadap dimensi kemasyarakatan bahasa, karena ternyata dimensi kemasyarakatan bukan hanya memberi “makna” kepada bahasa, tetapi juga menyebabkan terjadinya ragam-ragam bahasa yang tidak hanya menunjukkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat tetapi juga memberi indikasi mengenai situasi berbahasa serta mencerminkan tujuan, topik, kaidah dan modus-modus penggunaan bahasa. Berbeda dengan De Saussure, dalam bukunya Sign, Language and Behaviour, Charles Morris (1946) membicarakan bahasa sebagai sistem lambang, membedakan adanya tiga kajian bahasa berkenaan dengan fokus perhatian yang diberikan. Jika perhatian difokuskan pada hubungan antara lambang dengan maknanya disebut semantik; jika fokus perhatian diarahkan pada hubungan lambang disebut sintaksis; dan kalau fokus perhatian diarahkan pada hubungan antara lambang dengan penuturnya disebut pragmatik yang tidak lain daripada sosiolinguistik. Bahasa sebagai objek dalam sosiolinguistik tidak didekati sebagai bahasa sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia selalu berhubungan dengan bahasa. Oleh karena itu, bagaimana pun rumusan mengenai sosiolinguistik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Perhatikan beberapa rumusan mengenai sosiolinguistik dari beberapa pakar berikut: Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan denan ciri funngsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1984:94) Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan... disebut sosiolinguistik (Nababan 1984:2) Sosiolinguistics is the study of the characteristics of language variaties, the characteristics of their function, and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community (sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A. Fishman 1972:4) Sociolinguistyiek is de studie van taal en taalgebruik in de kontext van maatschapij en kultuur (sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Rene Apple, Gerad Hubert, Greus Meijer 1876:10) Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke social factoren een rol spelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het special vekeer (sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yabg mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G. E. Booij, J.G. Kersten, dan H.J. Verkuyl 1975: 139). Sociolinguistics is the study of language in operation, it’s purpose is to investigate how the convention of the language use relate to other aspect of social behaviour (sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial (C. Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B. Allen dan S. Piet Corder (ed.) 1975: 156). Sociolinguistics is a developing subfield of linguistics which takes speech variation as it’s focus, viewing variation of it social context. Sociolinguistics is concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation (sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajianya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa (Nancy Parrot Hickerson 1980: 81). Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak orang menganggap kedua istilah itu sama: tetapi banyak pula yang menganggapnya berbeda. Ada yang mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasukkan dari bidang linguistik; sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitiannya itu dimasuki dari bidang sosiologi (Nababan 1884: 3, juga Bright 1992: vol 4:9). J.A. Fishman, pakar sosiolinguik mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Artinya kajian sosiolinguistik sendiri lebih bertumpu pada hubungan dengan perincian-perincian penggunaaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu yang dilakukan penutur, topik dan latar pembicaraan. Sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa/dialek. B. Kegunaan Sosiolinguistik Setiap bidang ilmu tentu mempunyai kegunaan dalam kehidupan praktis. Begitu juga dengan sosiolinguistik. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu seperti dirumuskan Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah, “who speak what language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fishman itu dapat kita jabarkan manfaat atau kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis. Pertama-tama pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik akan mendapatkan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda pula terhadap guru, terhadap teman kelas, atau terhadap sesama murid yang kelasnya lebih tinggi. Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada di dalam mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan sepak bola. Dalam pengajaran bahasa di sekolah, sosiolinguistik juga mempunyai peranan besar. Coba kita lihat. Kajian bahasa secara internal, seperti sudah dibicarakan diatas, akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif deskriptif, dalam wujud berbentuk sebuah buka tata bahasa. Kalau kajian secara internal itu dilakukan secara deskriptif, dia akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa deskriptif. Kalau kajian itu dilakukan secara normatif, dia akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa normatif. Kedua buku tata bahasa itu mempunyai hasil perian yang berbeda. Lalu, kalau digunakan dalam penggunaan bahasa, juga akan mempunyai persoalan yang berbeda. Kalau dalam pengajaran digunakan buku tata bahasa deskriptif, maka kesulitannya adalah bahwa ragam bahasa yang harus diajarkan adalah ragam bahasa baku, padahal dalam buku tersebut terekam juga hasil perian ragam nonbaku. Sebagai contoh konkret, silahkan lihat buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia karya kridalaksana (1989). Tanpa bantuan atau penjelasan sosiolinguistik buku tersebut tidak dapat digunakan dalam pendidikan formal, sebab prefiks Nasal nge-, n-, m-, dan ny-, serta sufiks –in terekam juga sebagai khazanah afiks bahasa Indonesia. Sebaliknya, buku Ttata Bahasa Baru Bahasa Indonesia karya Sultan Takdir Alisjahbana (1981, cetakan ke-43) yang sangat bersifat normatif itu juga tidak dapat digunakandalam pendidikan formal tanpa bantuan sosiolinguistik, sebab norma-norma yang digunakan sudah “ketinggalan zaman” dari norma ragam bahasa Indonesia baku yang berlaku dewasa ini. Contoh, kata ekspres harus ditulis experes, kata struktur, harus ditulis seteruktur, dan kata ulang sebaik-baiknya harus ditulis sebaik2nya. Alasannya, karena menurut norma (lama) bahasa Indonesia tidak ada pola suku kata KKVK dan KKKVK, sedangkan untuk pengulangan sudah lazim digunakan angka 2; yang lainnya, huruf x lebih hemat dari pada gabungan huruf ks. Buku-buku tata bahasa, sebagai hasil ujian internal terhadap bahasa, biasanya hanya menyajikan kaidah-kaidah bahasa tanpa mengaitkannya dengan kaidah-kaidah penggunaan bahasa. C. Masalah-Masalah Sosiolinguistik Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah (1) identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penelitian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (lihat Dittmar 1976:128). Identitas sosial dari penutur adalah, antara lain, dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengen lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Identitas sosial dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas pendengar itupun dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluargadi dalam sebuah rumah tangga, di dalam mesjid, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan, atau di pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. Misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak keras, di lapangan sepak bola kita boleh berbicara keras-keras, malah diruang yang bising dengan suara mesin-mesin kita harus berbicara dengan suara keras, sebab kalau tidak keras tentu tidak dapat didengar oleh lawan bicara kita. Analisis diakronik dan sinkronikdari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu, baik dari berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Maka, berdasarkan kelas sosialnya itu, dia mempunyai penilaian tersendiri, yang tentunya sama, atau jadi berbeda, tidak akan terlalu jauh dari kelas sosialnya, terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang berlangsung. Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi, manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi, entah namanya dialek, varietas, atau ragam, mempunyai fungsi sosialnya masing-masing. Dimensi terakhir, yakni penerapan paraktis dari penelitian sosiolinguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Misalnya, masalah pengajaran bahasa, pembukuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa, dan sebagainya. BAB III PENUTUP Berdasarkan penulisan makalah, dapat disimpulkan tentang sosiolinguistik, sebagai berikut: sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, dalam penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu. Ada tujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik yaitu (1) identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penelitian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Kaitan Sosiolinguistik dan Disiplin Ilmu Lain. http://staff.uny.ac.id. Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 3