Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
8 pages
1 file
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 21, pemotong PPh Pasal 21, hak dan kewajiban pemotong PPh Pasal 21, wajib pajak dan tidak termasuk wajib pajak PPh Pasal 21, hak dan kewajiban PPh Pasal 21, obyek pajak dan bukan obyek pajak PPh Pasal 21, PPh Pasal 21 bersifat final dan ditanggung pemerintah, ketentuan tarif dan dasar pengenaan PPh Pasal 21, serta perhitungan PPh Pasal 21.
PPh Pasal 21 1. Wajib pajak PPh pasal 21 Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 (subyek) diantaranya: Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pegawai tetap Orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara berkala. Pegawai lepas, Penerima pensiun, Penerima honorarium serta penerima upah 2. Tidak termasuk wajib pajak PPh pasal 21 a. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat: Bukan WNI, tidak menerima penghasilan lain di luar pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. b. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan syarat tertentu.
Puji dan Syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Perhitungan PPh Pasal 21" ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perpajakan II. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat menambah wawasan kita semua. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Selaku dosen mata kuliah Perpajakan II yang telah memberikan dukungan untuk membuat makalah ini.dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari sepenuh hati bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna yang diharapkan oleh semua pihak, khususnya pembaca. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Ferandien Cahya Dira Putri, 2022
Tugas Perpajakan 2 Dosen Pengampu: Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR. Nama: Ferandien Cahya Dira Putri NIM: C1C020068 Prodi: Akuntansi Kelas: R010
Evan Thompson and Francisco Varela ground the affectively, valuatively felt contingency of intentional acts of other-relatedness in what they presume to be a primordial neutral point of pre-reflective conscious auto-affective awareness. Through meditative practice, we can access this pre-reflective state , and avail ourselves of ‘unconditionally intrinsic goodness', 'spontaneous compassion', 'luminosity', 'blissfulness', and ' a calm and peaceful life guided by the fundamental value of nonviolence'. But how do such feelings emerge as ultimate outcomes of a philosophy of groundlessness? Aren't they motivated by a sort of 'will to goodness', a preferencing of one affective dimension over others? It would seem that groundlessness for Varela and Thompson doesn't apply to the thinking of affect and desire. Despite their claim that nihilism cannot be overcome by assimilating groundlessness to a notion of the will, they appear not to recognize that the positive affectivities they associate with meditative practice are, as dispositions of feeling opposed to other dispositions, themselves forms of willing. Phenomenologists like Husserl and Merleau-Ponty show that attention, as a species of intention, is sense-making, which means it is sense-changing. Attention is affectively, valuatively and meaningfully implicated in what it attends to as co-participant in the synthesis, creation, constitution of objects of regard. As auto-affection turns reflexively back toward itself, what it finds is not the normative sameness and constancy of a neutral positivity( blissful, self-less compassion and benevolence toward all phenomena) but a newly sensing being. Thus, the basis of our awareness of a world isn’t simply compassionate, empathic relational co-determinacy, but the motivated experience of disturbing CHANGE in relational co-determinacy. Comments welcome at [email protected]
The author, a canonist, examines each chapter of Pope Francis's Apostolic Exhortation Amoris Laetitia (The Joy of Love).
Mundo Ganadero, 2001
International Journal For Multidisciplinary Research, 2022
Buletinul Știinţific al Universităţii de Stat „Bogdan Petriceicu Hasdeu” din Cahul, seria știinţe umanistice, 2 (20), 2024, pp. 149-154, 2024
Diplomacia e Democracia, 2022
Peacemakers' Press, 2020
Canada and Beyond, 2025
Proceedings of the International Conference on Sustainable Biomass (ICSB 2019), 2021
Journal of Crohn's and Colitis, 2009
Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 2009
LEIGHTON FINE ART
Journal of Biopharmaceutical Statistics, 2013
Editora Universidade de Brasília eBooks, 2021