Tonika Vol. 2 No. 2 November 2019
KONSEP MAT DALAM MUSIK KULINTANG TARI MILUR
Dedy Firmansyah1, Awang Kautzar2
Universitas PGRI Palembang1
[email protected]
Universitas PGRI Palembang2
[email protected]
Abstrak
Fungsi musik kulintang bagi masyarakat suku komering ialah sebagai sarana pendukung untuk
melangsungkan seluruh proses pernikahan adat suku Komering. Salah satu proses pernikahan tersebut di
dalamnya terdapat prosesi menggunakan tari milur yang diiringi oleh musik kulintang. Konsep mat
merupakan karakter khas sekaligus pedoman dalam permainan musik kulintang, sehingga penulis tertarik
untuk mengkaji konsep mat dalam musik kulintang suku komering, khususnya dalam mengiringi tari milur.
Penelitian ini juga melakukan analisis bentuk dan struktur konsep mat musik kulintang dalam tahapan
pernikahan suku Komering khususnya dalam mengiringi tari milur. Analisis meliputi unsur-unsur musikal
yang terdapat dalam bentuk dan struktur penyajian musiknya seperti frase, figure dan motif. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi
data tertulis dan dokumen. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep mat dalam musik kulintang
untuk mengiringi tari milur adalah suatu pedoman koordinasi permainan musik agar setiap pemain dapat
memainkan instrumen musiknya dengan benar dan tepat. Sedangkan bentuk musik kulintang dalam
mengiringi tari milur selalu diawali dengan konsep mat di setiap pertunjukannya.
Kata kunci: adat pernikahan; bentuk musik; kulintang; mat
Abstract
The function of kulintang music for the Komering tribe is as a supporting means to carry out the entire
process of customary marriage of the Komering tribe. One of the marriage process in it there is a procession
using milur dance accompanied by kulintang music. The concept of mat is a distinctive character as well as a
guideline in the kulintang music game, so the writer is interested in studying the concept of mat in the
komering kulintang music, especially in accompanying the milur dance. This study also analyzes the shape
and structure of the kulintang music mat concept in the stages of the Komering marriage, especially in
accompanying the milur dance. The analysis includes musical elements contained in the form and structure
of the musical presentation such as phrases, figures and motifs. This study uses qualitative methods and data
collection is done by observation, interviews, study of written data and documents. The results of this study
conclude that the concept of mat in kulintang music to accompany the milur dance is a guideline for
coordinating musical games so that each player can play his musical instruments correctly and
appropriately. Whereas the form of kulintang music in accompanying the milur dance always begins with the
concept of mat in each of its performances.
Keywords: customary marriage; music form; kulintang; mat
Pendahuluan
Musik kulintang di Kabupaten OKU Timur merupakan salah satu kesenian musik
yang dimiliki suku Komering. Alat musik kulintang menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat suku Komering karena sebagai sarana yang mutlak diperlukan
dalam upacara ritual adatnya yaitu pernikahan. Setidaknya terdapat empat upacara yang
1
Dedy Firmansyah & Awang Kautzar: Konsep Mat Dalam Musik Kulintang Tari Milur
menggunakan musik kulintang sebagai iringannya yaitu pada saat acara arak-arakan
(menjemput pengantin), tarian milur, tarian sada sabai, dan pemberian gelar. Bagi suku
Komering di OKU Timur, musik kulintang sudah merupakan satu kesatuan dalam setiap
tahapan proses adat pernikahan sukunya, sehingga dapat dikatakan bahwa musik kulintang
tergolong musik etnik (Sasongko, 2019, p. 34). Bentuk musik kulintang dapat dilihat pada
gambar 1.
Babondi
Gong
Kulintang
Nunggu
Gambar 1. Seperangkat Alat Musik Kulintang
(Dokumentasi: Firmansyah)
Alat musik inti pada kulintang terdiri dari delapan buah pencon logam berukuran
kecil yang disusun secara horizontal dan sejajar, lalu diletakkan di atas sebuah stand yang
terbuat dari kayu. Dalam proses penyajiannya alat musik inti kulintang tersebut dibantu
oleh alat musik lain yang berbentuk pencon logam berukuran sedang dan besar, sedangkan
pencon logam berukuran sedang disebut babondi atau tawak-tawak dengan jumlah satu
buah. Pencon logam berukuran besar disebut tala atau gong dengan jumlah satu buah.
Dapat dilihat pada gambar 1 bahwa musik kulintang merupakan seperangkat dari seluruh
kesatuan beberapa alat musik tersebut.
Musik kulintang suku Komering dimainkan dengan cara dipukul menggunakan
kayu dan membutuhkan empat orang untuk memainkannya yang terdiri dari dua orang
memainkan delapan buah pencon logam kecil (kulintang), seorang memainkan pencon
logam sedang (tawak-tawak atau babondi) dan seorang lagi memainkan sepasang pencon
logam besar (gong). Dua orang yang memainkan delapan buah pencon kecil berbagi peran,
dimana seorang sebagai pemain melodi sedangkan yang seorang lagi berperan sebagai
penjaga tempo atau dalam istilah permainan ini disebut nunggu.
2
Tonika Vol. 2 No. 2 November 2019
Istilah mat dalam permainan musik kulintang merupakan suatu aba-aba yang
dimainkan oleh salah satu pemain kulintang untuk mengundang pemain lain masuk dan
bergabung dalam suatu permainan kulintang. Sistem mat terdapat di 3 permainan musik
kulintang yaitu saat mengiringi arak-arakan, mengiringi tari milur, dan mengiringi tari sada
sabai. Konsep mat sangat penting untuk diketahui karena selalu menjadi patokan dalam
memulai permainan musik kulintang. Oleh karena konsep mat menjadi bagian dalam
bentuk musik kulintang yang tidak terlepas dari struktur yang membangunnya, sehingga
untuk mengkajinya perlu mengidentifikasi dan mengklasifikasi keseluruhan struktur yang
terdapat dalam musik kulintang.
Analisis bentuk sebuah musik menurut Leon Stein adalah mengklasifikasikan
unsur-unsur musikal atau struktur yang membangun bentuk musik tersebut. Klasifikasi
struktur terhadap sebuah bentuk musik dimulai dari struktur terbesar yaitu frase atau
kalimat lagu, kemudian struktur yang lebih kecil yaitu motif, hingga struktur terkecil yang
masih dapat diidentifikasi yaitu figure (Stein, 1979). Proses analisis ini berlaku secara
general terhadap semua bentuk musik karena pada dasarnya bunyi yang dihasilkan sebuah
musik tentunya mengandung melodi dan ritme.
Analisis bentuk musik kulintang pada tulisan ini menggunakan disiplin ilmu
musikologi, meskipun nada-nada di dalamnya tidak dapat merepresentasikan frekuensi
secara tepat. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk dapat memudahkan pembaca
dalam mengetahui melodi dan dapat menjadi salah satu bentuk pendokumentasian
permainan kulintang. Dengan penulisan not balok yang bersifat universal ini juga akan
membuat identifikasi serta proses pengklasifikasian bentuk dan struktur menjadi lebih
mudah dipahami.
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yaitu mengenai
konsep mat musik kulintang, maka diperlukan metode penelitian yang bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan sebuah bidang penelitian yang berdiri sendiri. Penelitian
kualitatif menerobos disiplin, bidang, dan pokok bahasan (Denzin & Lincoln, 2011, p. 2).
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian ini yang tidak hanya mengkaji kulintang dari
sudut pandang musiknya saja, namun juga aspek sosial seperti eksistensi musik kulintang
tersebut dalam adat pernikahan suku Komering di Kabupaten OKU Timur.
3
Dedy Firmansyah & Awang Kautzar: Konsep Mat Dalam Musik Kulintang Tari Milur
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara,
dan studi dokumen. Penulis melakukan observasi terlibat di daerah kabupaten OKU Timur
Sumatera Selatan khususnya dalam adat pernikahan suku Komering yang dilakukan oleh
empat marga yang masih memiliki alat musik kulintang. Sedangkan wawancara dilakukan
kepada beberapa responden di tempat penelitian seperti Muhammad Yakub Marga
Semendawai Suku III selaku pemangku adat Marga Semendawai Suku III dan Fahmi tokoh
adat Marga Paku Sengkunyit, serta beberapa seniman kulintang.
Dari segi fungsi dan kedudukannya, dokumen dibedakan menjadi dua macam yaitu
a) dokumen formal, dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu, dan b) dokumen
informal, dokumen yang semata-mata merupakan catatan pribadi seperti buku harian dan
catatan-catatan pribadi (Ratna, 2010, p. 234). Dokumen formal diperoleh dari beberapa
lembaga seperti dinas kebudayaan dan pariwisata OKU Timur, Lembaga Adat, sedangkan
dokumen informal didapatkan dari dokumentasi masyarakat tentang alat musik kulintang
berupa tulisan dan foto.
Tari Milur
Istilah milur dalam bahasa Komering berarti saudara mempelai laki-laki yang telah
bersuami. Para pelaku tari milur ialah saudara perempuan dari mempelai pria yang telah
bersuami baik itu adik, kakak, maupun sepupu. Tari milur bermakna selamat datang dari
keluarga mempelai pria kepada mempelai wanita yang kini telah resmi menjadi bagian dari
keluarganya. Proses tari milur dilaksanakan pada saat rombongan arak-arakan telah sampai
di depan gerbang rumah mempelai pria, dan kedua mempelai disambut dengan tari milur.
Bentuk tari milur pada tahun 1984 dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tari Milur Menyambut Kedua Mempelai Tahun 1984
(Repro, Firmansyah 2014)
4
Tonika Vol. 2 No. 2 November 2019
Tari milur dalam pelaksanaannya menggunakan sarana musik kulintang. Tari milur
terdapat dalam adat pernikahan suku Komering di Marga Semendaway Suku III. Namun
karena aktivitas berkesenian musik kulintang dan apresiasi masyarakat yang rendah
terhadap adat pernikahan suku Komering di marga tersebut, maka saat ini tari milur sudah
sulit dijumpai lagi dalam proses adat pernikahan di OKU Timur. Bentuk pertunjukan
musik kulintang dalam mengiringi tari milur pada tahun 1984 dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Pemain Kulintang Mengiringi Tari Milur Tahun 1984
(Repro, Firmansyah 2014)
Konsep Mat dalam Musik Kulintang Tari Milur
Penyajian musik kulintang untuk tari milur mempunyai banyak kesamaan di setiap
sanggar kulintang yang terdapat di OKU Timur, baik dalam bentuk permainan maupun
koordinasi antar instrumen. Dari semua desa yang mempunyai sanggar kulintang, semua
seniman sepakat menyatakan bahwa melodi kulintang tidak dapat dimainkan tanpa pemain
nunggu, pemain babondi, serta pemain gong. Dengan demikian ansambel musik kulintang
tidak dapat dimainkan oleh pemain tanpa mendengar instrumen yang memberikan aba-aba
awal. Adanya koordinasi dan saling ketergantungan antar instrumen agar permainan
kulintang dapat berjalan dengan baik. Sistem koordinasi permainan dengan menunggu abaaba masuk dari instrumen lain ini dikenal oleh seniman kulintang dengan istilah mat.
Mat ini diawali dengan permainan salah satu instrumen yang memberikan tempo
untuk memberikan aba-aba masuk kepada instrumen lain. Setelah mendapatkan aba-aba
masuk, maka pemain instrumen lain membuat pola tabuhan awal untuk memberikan abaaba masuk juga bagi pemain instrumen lain. Setelah semua instrumen ikut bermain, maka
seluruh permainan musik kulintang mulai berjalan beriringan.
Peranan gong dalam permainan musik kulintang ialah memberikan sebuah ruang
sekaligus batasan frase bagi pemain kulintang untuk mengisinya dengan sebuah pola
5
Dedy Firmansyah & Awang Kautzar: Konsep Mat Dalam Musik Kulintang Tari Milur
tabuhan melodi. Satu frase permainan musik kulintang ditandai dengan dua kali bunyi
pukulan gong. Setelah dua kali bunyi gong yang menandai berakhirnya satu frase maka
pada frase selanjutnya alat musik kulintang membuat rangkaian melodi lagi dan begitu
seterusnya hingga proses ritual adat selesai.
Analisis Konsep Mat dan Struktur Musik pada Tari Milur
Musik kulintang dalam tarian milur memang permainannya tidak fleksibel seperti
musik arak-arakan, dikarenakan musik kulintang dalam tarian milur haruslah selaras
dengan tariannya sehingga satu frase harus mencapai tempo yang tepat dengan gerakan
penarinya. Akan tetapi terdapat kesamaan konsep bentuk dan struktur musik antara tari
milur dan musik arak-arakan. Salah satu kesamaannya ialah satu frase bentuk musiknya
mempunyai jumlah yang sama yaitu dua birama. Identifikasi mengenai struktur motif,
figure, dan frase pada tari milur ditulis sebanyak dua birama dikarenakan birama-birama
selanjutnya merupakan repetisi dan variasi.
Permainan musik kulintang tari milur diawali dengan permainan instrumen nunggu
selama satu pola figure sebanyak satu birama yang bertujuan memberikan aba-aba kepada
instrumen babondi. Permainan pola figure yang dimainkan oleh instrumen nunggu
dilakukan secara berulang-ulang, baik nada dan ritme di setiap birama. Pola figure yang
dimainkan instrumen nunggu sebanyak satu frase (dua birama) dapat dilihat pada partitur
1.
Figu re
Partitur 1. Figure dan Frase Pola Tabuhan Nunggu dalam Tari Milur
(Sumber: Versi Sanggar Kulintang Munggah Jaman)
Setelah instrumen babondi menerima aba-aba dari instrumen nunggu, maka
instrumen babondi juga akan memainkan satu pola figure sebanyak satu birama. Satu
birama yang dimainkan oleh babondi ini bertujuan untuk mengajak instrumen gong dan
kulintang memulai permainan bersama-sama yang dapat dilihat pada partitur 2.
6
Tonika Vol. 2 No. 2 November 2019
Figu re
Partitur 2. Figure dan Frase Pola Tabuhan Babondi dalam Tari Milur
(Sumber: Sanggar Kulintang Munggah Jaman)
Permainan kulintang dimulai setelah menerima aba-aba sebuah pola figure dari
instrumen nunggu selama dua birama dan instrumen babondi selama satu birama. Musik
kulintang dimainkan dengan struktur motif melodi dan ritme menggunakan tangan kiri dan
tangan kanan yang dapat dilihat pada partitur 3. Satu frase dari permainan musik kulintang
terdiri dari dua birama. Motif-motif kalimat lagu dari permainan kulintang baik melodi
maupun ritme merupakan sebuah hasil kreativitas dari seniman.
Motif
Motif
Partitur 3. Motif dan Frase Pola Tabuhan Melodi dalam Tari Milur
(Sumber: Sanggar Kulintang Munggah Jaman)
Aba-aba permainan untuk dimulainya instrumen gong bersamaan dengan instrumen
kulintang yaitu setelah instrumen nunggu memainkan pola figure selama dua birama dan
instrumen babondi selama satu birama. Permainan gong juga memiliki pola figure yaitu
nada empat ketuk yang dimulai disetiap awal birama. Instrumen gong dalam permainan
musik kulintang mempunyai fungsi sebagai penanda suatu frase. Satu kalimat lagu terjadi
setelah gong berbunyi dua kali, dan bunyi gong berikutnya sudah merupakan frase baru.
Permainan satu frase dari musik kulintang berpedoman pada instrumen gong yang
dibunyikan sebanyak dua kali tersebut dan dapat dilihat pada partitur 4.
Figu re
Partitur 4. Figure dan Frase Pola Tabuhan Gong dalam Tari Milur
(Sumber: versi sanggar kulintang munggah jaman)
Penjelasan yang sudah diberikan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat sistem
aba-aba dalam bentuk permainan musik kulintang untuk mengiringi tari milur. Mat dalam
permainan musik kulintang tari milur digunakan hanya pada awal permainan. Akan tetapi
7
Dedy Firmansyah & Awang Kautzar: Konsep Mat Dalam Musik Kulintang Tari Milur
konsep mat dalam permainan musik kulintang tari milur memiliki perbedaan dengan musik
kulintang pada proses arak-arakan. Konsep mat musik kulintang pada proses arak-arakan
dimulai oleh melodi kulintang, sedangkan pada tari milur diawali oleh instrumen nunggu.
Konsep mat dalam permainan musik kulintang untuk mengiringi proses tari milur yang
dapat dilihat di partitur 5.
Partitur 5. Konsep Mat dalam Musik Kulintang Tari Milur
(Sumber: Sanggar Kulintang Munggah Jaman)
Keterangan:
= Mat pada instrumen nunggu
= Mat pada instrumen babondi
= Nada awal musik pada Tari Milur
Pada partitur 5 dapat dilihat bahwa konsep mat musik kulintang dalam tari milur
diawali dengan instrumen nunggu selama 1 birama, lalu dilanjutkan dengan permainan mat
pada instrumen babondi selama 1 birama dan pada akhirnya permainan mat dimainkan
oleh instrumen kulintang dan gong secara bersamaan selama 1 birama. Dalam permainan
musik kulintang pada tari milur, frase instrumen babondi, nunggu, dan gong dimainkan
8
Tonika Vol. 2 No. 2 November 2019
berulang-ulang tanpa perubahan ritme dan melodi hingga selesainya penyajian tari milur.
Bunyi mat dalam musik kulintang untuk mengiringi tari milur sama pentingnya dengan
bunyi awal saxophone pada penyajian Tanjidor dalam iringan Midang yaitu sebagai
instruksi dimulainya sebuah permainan musik (Heryanto, 2015, p. 176). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konsep mat dalam musik kulintang memiliki peranan penting sebagai
media komunikasi antar pemain di setiap pertunjukan yang dilakukan.
Kesimpulan
Musik kulintang bagi suku Komering di OKU Timur merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap tahapan proses adat pernikahan sukunya.
Pernikahan tersebut terdiri dari empat upacara yang menggunakan musik kulintang sebagai
iringannya yaitu pada saat acara arak-arakan (jemput pengantin), tarian milur, tarian sada
sabai, dan pemberian gelar. Fungsi musik kulintang dalam tari milur adalah untuk
menyambut kedatangan mempelai wanita ke rumah keluarga besar mempelai pria dalam
proses pernikahan dan penyajian tarian berlangsung sekitar 10 menit.
Pertunjukan musik kulintang dalam mengiringi proses adat pernikahan memiliki
konsep permainan yang unik dan menarik yaitu mat. Konsep mat ini menjadi bagian
penting dalam sistem komunikasi antar pemain supaya dapat menghasilkan pertunjukan
musik kulintang yang padu dan kompak. Sistem koordinasi antar pemain dalam
memainkan masing-masing instrumen musiknya untuk mengiringi tari milur dimulai
dengan tidak berbarengan karena menggunakan mat. Konsep mat dalam musik kulintang
untuk mengiringi tari milur dimulai dari instrumen nunggu, lalu babondi, lalu kulintang
dan gong secara bersamaan. Masing-masing instrumen tersebut memainkan konsep mat
selama 1 birama.
Kepustakaan
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2011). The Sage Handbook Qualitative Research 1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Heryanto. (2015). Perubahan Bentuk Sajian Midang pada Masyarakat Morgesiwe
Kacamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir. Gelar: Jurnal Seni Budaya,
13(2), 168–177. Retrieved from http://jurnal.isiska.ac.id/index.php/gelar/article/view/1643/1583
Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu sosial Humaniora
Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9
Dedy Firmansyah & Awang Kautzar: Konsep Mat Dalam Musik Kulintang Tari Milur
Sasongko, M. H. (2019). Musik Etnik Dan Pengembangan Musik Gereja. Tonika: Jurnal
Penelitian Dan Pengkajian Seni, 2(1), 32–47. Retrieved from http://journal.sttabdiel.ac.id/tonika/article/view/41
Stein, L. (1979). Structure and Style The Study and Analysis of Musical Form. Miami:
Summy – Birchard Music.
10