MAKALAH KAJIAN TEORI DAN SEJARAH SASTRA INDONESIA
“PERKEMBANGAN SASTRA ZAMAN 1970-2000 ”
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Hesti Mustika Ati,M.Pd
Disusun oleh :
Ajeng Ayu Ramadanti ( 198610001)
Nafilah Khairiyah (198610054)
Semester : 5 (siang)
Program Studi : Pendidikan Guru SD
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
( STKIP ) Arrahmaniyah
Jl. Masjid al – ijtihad No. 22 Bojong Pondok Terong kec. Cipayung Depok 1644
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasullullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Penulisan makalah berjudul “ Perkembangan Sastra pada Periode 1970 - 2000 “ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian teori dan sejarah sastra indonesia. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada bapak selaku dosen mata kuliah kajian teori dan sejara sastra indonesia. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Bogor, 14 September 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Periode sastra pada tahun 1970 2
a. Sejarah sastra tahun 1970 2
b. Ciri – ciri sastra 1970 3
c. Sastrawan Angkatan 70 beserta karyanya 3
d. Peristiwa – peristiwa penting 5
B. Periode sastra tahun 1980 5
a. Sejarah sastra 1980 5
b. Ciri – ciri sastra Angkatan 80 6
c. Sastrawan Angkatan 80 beserta karya – karyanya 7
C. Periode sastra Angkatan 1990 8
a. Sejarah sastra 90 8
b. Ciri – ciri Angkatan 90 9
c. Pengarang beserta karyanya 9
D. Periode sastra era Reformasi 9
a. Sejarah Sastra era Reformasi. 9
b. Ciri – ciri sastra era Reformasi 10
c. Pengarang beserta karyanya. 10
E. Periode Angkatan 2000-an 11
a. Sejarah sastra angkatan 2000 11
b. Ciri – ciri sastra Angkatan 2000 11
c. Pengarang beserta karyanya 11
BAB III 13
PENUTUP 13
A. Kesimpulan : 13
B. Saran : 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra jawa, dan sejarah sastra inggris, dengan pengertian dasar itu, dapat dilihat bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa.
Dalam sejarah sastra Indonesia periodisasi dibagi sebagai berikut: Angkatan balai Pustaka, Angkatan pujangga baru, Angkatan 45, Angkatan 50-an, Angkatan 60-an, Angkatan kontemporer (7o-an sampai sekarang ). Dalam makalah inii kami akan membahas tentang Angkatan 70-2000.
Rumusan Masalah
Bagaimana Sejarah sastra pada periode 1970?
Bagaimana sejarah sastra pada periode 1980?
Bagaimana sejarah sastra pada periode 1990?
Bagaimana sejarah sastra pada periode Reformasi?
Bagaimana sejarah sastra pada periode 2000-an?
Tujuan Masalah
Menjelaskan sejarah sastra pada periode 1970
Menjelaskan sejarah sastra pada periode 1980
Menjelaskan sejarah sastra pada periode 1990
Menjelaskan sejarah sastra pada periode Reformasi
Menjelaskan sejarah sastra pada periode 2000-an
BAB II
PEMBAHASAN
Periode sastra pada tahun 1970
Sejarah sastra tahun 1970
Munculnya periode 70-an karena adanya pergesaran sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G 39 S/PKI. Abdul Hadi W.M dan damai toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Korrie layuan rampan cenderung menamai sastra Indonesia sesudah Angkatan 45 dengan Angkatan 80. Perbedaan esensial antara kedua versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan yaitu :
Keduanya tidak mengakui adanya Angkatan 66 yang di cetus oleh HB. Jassin.
Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah Angkatan 45.
Keduanya memiliki persamaan pandangan dengan tokoh – tokoh pembaruan sastra Indonesia modern sesudah Angkatan 45.
Dala periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas -batas beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun drama semakin tidak jelas. Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang sudah berani membuat cerpen dengan Panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat seperti bentuk sajak.
Dalam bidang drama mereka mulai menulis dan mempertunjukan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan dalam bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro. Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang, antara lain: wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya. Para sastrawan tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan berusaha untuk menjadikannya sebagai titik tolak dalam menghasilkan karya sastra modern.
Konsepsi improvasi dalam karya sastra dipahami oleh Putu Wijaya. Ia mengatakan bahwa sebuah novel hanyalah cerita pendek yang disambung, sehingga yang muncul di dalam penulisan suatu karya sastra adalah faktor ketiba – tibaan. Sebuah novel, drama, atau cerita pendek ditulis dengan tiba-tiba karena pada saat menulis berbagai ide yang datang dimasukkan ke dalam ide pokok. Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan unsur improvisasi. Perkembangan sastra Indonesia periode 70-an maju pesat, karena banyak penerbitan yang muncul dan bebas menampilkan hasil karyanya dalam berbagai bentuk. Sutardji menampilkan corak baru dalam kesusastraan Indonesia di bidang puisi. Alasan tersebut menyebabkan sutardji dianggap salah satu periode 70-an dalam sastra Indonesia. Pada tahun 1979 sutardji menerima hadiah sastra dari ASEAN.
Ciri – ciri sastra 1970
Pada masa ini para pengarang sangat bebas bereksperimen dalam penggunaan Bahasa dan bentuk, seperti dikatakan ajib rosidi (1977;6) dalam laut biru langit biru bahwa mereka seakan – akan menjajaki bats kemungkinan Bahasa Indonesia sebagai alat pengucapan sastra, disamping mencoba batas- batas kemungkinan berbagai bentuk, baik prosa maupun puisi, sehingga perbedaan antara prosa dan puisi kian tidak jelas.
Sastrawan Angkatan 70 beserta karyanya
Putu Wijaya
Lahir di puri Anom Tabanan, Tabanan Bali 11 April 1944 adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel, dan juga scenario, film, dan sinetron.
Dengan karya :
Orang – orang mandiri ( drama )
Lautan bernyanyi ( drama )
Telegram ( novel )
Aduh ( drama )
Pabrik ( novel )
Stasiun ( novel )
Hah ( novel )
Iwan Simatupang
Lahir 18 januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara dan meninggal 4 Agustus 1970 di Jakarta. Ia pernah mengikuti kuliah di fakultas Kedokteran di Surabaya, memperdalam antropologi dan drama di belanda, serta belajar filsafat di paris.
Diantara karya – karyanya, yaitu :
Merahnya Merah ( roman )
Kering ( roman )
Ziarah ( roman )
Koong ( roman )
Budi Darma
Solilokui ( kumpulan essai )
Olenka ( novel )
Orang – orang Bloomington ( kumpulan cerpen )
Taufik Ismail
Lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1937. Di besarkan di Pekalongan, telah mulai mengumumkan sajak – sajak, cerpen-cerpen, dan essai -essainya sejak tahun 1944. Tetapi baru pada awal tahun ditulisnya dengan nama samara Nur Fadjar diumumkan dengan judul Tirani ditengah – tengah demonstrasi para mahasiswa dan pelajar menyampaikan “ Tritura “. Sajak – sajak itu seluruhnya ada 18 dan ditulis dalam waktu seminggu ( tanggal 20-28 Februari 1966) dan diterbitkan dalam bentuk stensilan sebagai nomor khusus majalah gema psychology. Sebulan kemudian penerbitan Tirani disusul oleh Benteng. Dalam kumpulan ini Taufik sudah terang – terangan mengumumkan Namanya sendiri. Ketika itu kekuasaan Soekarno sudah mulali mundur.
Puisi – puisi sepi ( kumpulan sajak )
Kota, Pelabuhan, ladang, angin, dan langit ( kumpulan sajak )
Sajak ladang jagung ( kumpulan sajak )
Peristiwa – peristiwa penting
Iskandawasid, dkk. ( 1997-1998:150-179) menyebutkan bahwa pada periode ini tercatat beberapa peristiwa penting, antara lain seperti berikut ini :
Pada tahun 1970, H.B. Jassin diadili. Majalah yang dipimpinya dituduh memuat cerita pendek yang menghina agama islam.
Tahun 1973, Sutardji Calzoum Bachri mengumumkan kredo puisinya. Masih pada tahun ini muncul istilah Aliran Rawamangun dan M.S Hutagalung.
Pada bulan September tahun 1974 diselenggarakan pengadilan di Bandung. Masih pada bulan September diselenggarakan “ jawaban atas pengadilan puisi “ yang dilangsungkan di Jakarta.
Pada tahun 1975 diselenggarakan “ diskusi Besar Cerita pendek Indonesia” di bandung.
Tahun 1977 muncul istilah Angkatan 70 dilontarkan oleh Dami N.Toda.
Tahun 1980 novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer dilarang oleh pemerintah. Demikian pula untuk novel -novel lainnya ( 1985,1987,1988)
Periode sastra tahun 1980
Sejarah sastra 1980
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahum 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan Wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. karya sastra Indonesia pada masa Angkatan ini tersebut luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan decade 1980-an ini antara lain : Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja dan sebagainya. Nh. Dini ( Nurhayati Dini ) adalah sastrawan wanita yang paling menonjol pada decade 1980-an. Dengan beberapa karyanya : pada sebuah kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel – novelnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan Wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantic yang menjadi ciri – ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah Wanita. Bertolak belakang dengan novel – novel balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra eropa abad ke-19 di mana tokoh utama yang selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealism, karya – karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh di lupakan, pada era 1980-an juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel popular yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan seriel Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah yang diyakini tumbuh generasi gemar membaca yang kemudian tertarik membaca karya – karya yang lebih berat.
Ciri – ciri sastra Angkatan 80
Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religious, seperti karya yang berjudul “ Kubakar Cintaku” karya Emba Ainun Najib.
Sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
Sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
Menurut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
Bahasa yang digunakan realistis, Bahasa yang ada dimasyarakat dan romantic.
Terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Didominasi oleh roman percintaan.
Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh yang kuat dari budaya barat yang tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Sastrawan Angkatan 80 beserta karya – karyanya
Himan Hariwijaya
Lupus : lupus adalah karakter tokoh laki – laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di majalah Hai.
Olga : karakter tokoh Wanita yang diciptakan Hilman pada tahun 1990 di bukukan pada Juli 1990.
Lulu : pemekaran dari cerita lupus, tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman Bersama Boim Lebon dan Gusur Adhikarya.
Marga T
Adapun beberapa karyanya :
Sekali dalam 100 tahun : kumpulan ( 1990 )
Satir ( 1990 )
Tesa ( 1989 )
Sembilu Bermata Dua ( 1988 )
Setangkai Edelwies ( 1986 )
Nh .Dini
Peraih penghargaan SEA Write Award dibidang sastra dari pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia. Padahal ia sendiri mengaku hannyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan. Pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis, pendiri pondok baca NH Dini di sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Beberapa karyanya yaitu:
Sebuah kapal ( 1972)
La barka ( 1975 )
Orang – orang tran ( 1983 )
Pertemuan Dua Hati ( 1986 )
Hati Yang Damai ( 1998 )
Periode sastra Angkatan 1990
Sejarah sastra 90
Pembicaraan kali ini mengenai karya sastra Angkatan 90. Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1990, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan yang menonjol pada masa tersebut. Karya sastra Indonesia pada masa Angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Persoalan sejarah memang memegang peranan penting disini. Angkatan 90-an memberikan nafas, terutama surealisme pembongkaran Bahasa dan mulai memunculkan masalah gender.
Memasuki era Angkatan 90an penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran. Dengan ditemukannya percetakan, maka karya sastra jadi bersifat individual, seorang pengarang menulis secara pribadi ketangan pembacanya yang menikmati secara pribadi pula.
Sebetulnya pada Angkatan 90 ini belum benar – benar dikatakan Angkatan, namun karena banyak pengarang yang menciptakan suatu karya – karya pada tahun 90-an disebutkan bahwa adanya Angkatan 90 itu. Generasi 1990-an memang hana menjadi pencatat peristiwa – peristiwa Ketika fenomena “ di luar” tengah diterjang badai kesemarakan beragama, sempitnya ruang artikulasi public dan lahirnya generasi yang gamang, para penyair mengusung peristiwa “ luar” it uke dalam kamar puisinya. Maka sangat tidak mungkin menciptakan sebuah Angkatan tanpa adanya perambahan estetika dari sebuah generasi yang selalu mengklaim dirinya menjaga wilayah kata-kata.
Ayu Utami adalah salah satu pelopor atau tokph yang paling popular pada Angkatan 90 dengan karyanya saman diantaranya yang memenangkan sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998.
Ciri – ciri Angkatan 90
Kecenderungan dominan dari penyairnya yaitu lebih menyodorkan unsur asketik di antara kerumunan tema – tema sosial yang menghinggapi generasi penyair 90-an.
Semakin banyak karya – karya sastra yang diterbitkan tanpa ketakutan apapun.
Ditandai dengan banyaknya roman percintaan.
Mulai muncul masalah gender.
Mulai muncul sastrawan Wanita yang menonjol.
Pengarang beserta karyanya
Ayu Utami
Saman ( 1998 )
Larung ( 2001 )
Jenar Mahessa Ayu
Mereka Bilang Saya Monyet
Ahmadun Yosi Herfanda
Sajak penari ( 1990 )
Sebelum Tertawa Dilarang ( 1997 )
Fragmen – fragmen kekalahan ( 1997 )
Periode sastra era Reformasi
Sejarah Sastra era Reformasi.
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan soeharto ke BJ Habiebie lalu ke KH Abdulrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang “ sastrawan Angkatan reformasi”. Munculnya Angkatan ini ditandai dengan maraknya karya – karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial – politik, khsusnya seputar Reformasi. Di rubik sastra harian repoblika misalnya, selama berbulan – bulan dibuka rubik sajak – sajak peduli bangsa atau sajak -sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen, dan novel pada masa itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak – sajak sosial-politik mereka. Periode sastra Indonesia modern.
Ciri – ciri sastra era Reformasi
Isi karya sastra sesuai situasi Reformasi.
Bertema sosial – politik, romantic, naturalis.
Produktivitas karya sasta lebih marak lgi, seperti, puiis, cerpen, novel.
Disebut Angkatan Reformasi karena tahun 1998 merupakan puncak dari Angkatan 90-an.
Banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angin baru dalam kesusastraan Indonesia, contohnya Ayu Utami yang muncul diakhir 90-an dengan karyanya saman.
Pengarang beserta karyanya.
Acep Zamzam Noor
Acep Zamzam Noor lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960, umur 54 tahun, adalah sastrawan Indonesia. Acep adalah putra tertua dari K.H. Ilyas Ruhiat, seorang ulama Kharismatis dari pondok pesantren Cipasung, Tasikmalaya. Menikahi seorang santri Bernama Euis Nurhayati dan di karunia 2 orang anak. Acep menghabiskan masa kecilnya dan remajanya di lingkungan pesantren, melanjutkan Pendidikan pada jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB, lalu Universita Italiana perstranieri, Perugia, Italia. Kini tinggal di Desa Cipasung, Tasikmalaya. Karya Acep Zamzam Noor yaitu:
Tamparlah Mukaku ( sajak, 1982 )
Aku Kini Doa ( sajak, 1986 )
Kasidah Sunyi ( sajak, 1989 )
Aseano ( antologi, 1995 )
Dongeng dari Negeri Sembako ( puisi, 2001 )
Periode Angkatan 2000-an
Sejarah sastra angkatan 2000
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karna tidak memiliki juru bicara, korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya “ Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Serratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada 1990-an seperti Ayu Utami, dan Dhorotea Rosa Herliany.
Ciri – ciri sastra Angkatan 2000
Tema sosial – politik, romantic masih mewarnai tema karya sastra
Banyak muncul kaum perempuan
Disebut Angkatan modern
Karya sastra lebih marak lgi, termasuk adanya sastra koran, contohnya dalam H.U. pikiran Rakyat.
Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, feminism.
Banyak muncul karya popular atau gampang dicerna, dipahami pembaca.
Adanya sastra religi.
Muncul Cybersastra di internet.
Pengarang beserta karyanya
Andrea Hirata
Lascar Pelangi ( 2005 )
Sang pemimpi ( 2006 )
Edensor ( 2007 )
Masyamah Karpov ( 2008 )
Dewi lestari
Supernova ( 2001)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Demikianlah, kesusastraan Indonesia pada dasawarsa 1970-2000 itu memperlihatkan sebuah perkembangan penting yang tidak sekadar heboh sebagai sebuah wacana konseptual, melainkan diikuti dengan sejumlah karya yang dilandasi oleh kesadaran dan semangat membangun gerakan estetik. Hal tersebut ditandai dengan lahirnya berbagai karya eksperimental, polemik dan perdebatan mengenai konsep-konsep kesastraan, serta derasnya semangat melakukan perubahan.
Saran :
Pada dasarnya mempelajari tentang sejarah sastra Indonesia adalah mempelajari periodisasi sastra di Indonesia dan segala aspek yang berhubungan dengan itu . untuk lebih dapat memahami periode pada masa tahun 1970-2000 , maka hendaklah kita mengetahui tentang semua sejarah sastra Indonesia terlebih dahulu .
DAFTAR PUSTAKA
http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/09/makalah-sejarah-sastra-angkatan-2000.html?m=1 (diakses pada tanggal 14, September 2021, pukul 12:23 WIB)
http://vildapuspitaloka2407.blogspot.com/2019/09/sejarah-sastra-angkatan-70-dan-80.html?m=1 ( diakses pada tanggal 15, September 2021, pukul 16.00 WIB )
https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-2000-an.html?m=1 ( diakses pada tanggal 15, September 2021, pukul 16.15 WIB )
1