Academia.eduAcademia.edu

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Sma Tentang Bahaya Bullying

Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan

Bullying adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku untuk menyakiti korban, bukan suatu bentuk kelalaian namun tindakan yang betul-betul disengaja. Dampak dari bullying yaitu kehilangan nafsu makan, tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas yang disukai, prestasi belajar yang menurun, mengalami depresi, gangguan pengendalian diri dan dapat mengakibatkan bunuh diri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA tentang bahaya bullying. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampel berjumlah 98 responden, diambil menggunakan total sampling. Hasil: Hasil penelitian dengan 98 responden menunjukkan bahwa masa remaja pertengahan yang berusia 15-17 tahun yaitu sebanyak 96 (98%). Responden perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 57 (58,2%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48 (49%).

PUBLIKASI PENELITIAN TERAPAN DAN KEBIJAKAN 3 (2) (2020) : HLM. 75 - 82 PUBLIKASI PENELITIAN TERAPAN DAN KEBIJAKAN e-ISSN : 2621-8119 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA TENTANG BAHAYA BULLYING POTRAIT OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’ KNOWLEDGE LEVEL ON THE DANGERS OF BULLYING Ema Noviana1, Lilik Pranata2*, Aniska Indah Fari3 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas *Korespondensi Penulis, e-mail : [email protected] Diterima : 17 September 2020 Direvisi : 24 November 2020 Diterbitkan : 30 Desember 2020 ABSTRACT Bullying is a deliberate behavior of the perpetrator to hurt the victim. It is not negligent yet truly intentional behavior. The effects of bullying include appetite loss, low enthusiasm in doing preferred activities, learning achievement decline, depression, and impaired self-control that potentially lead to suicide. Purpose: This study aims to describe the senior high schools students’ knowledge level on the dangers of bullying. Methods: This study used a quantitative approach with a descriptive research design. A sample of 98 respondents was selected using total sampling. Results: The results of the study involving 98 respondents showed that there were 96 (98%) students in middle adolescence aged 15-17 years old. More female respondents participated with a total of 57 respondents (58.2%). More respondents who had sufficient knowledge level of bullying with a total of 48 respondents (49%). Suggestion: It is expected that this study increases the insight and knowledge about the dangers of bullying that frequently happen among the senior high school students. The future researchers are recommended to conduct further analysis and correlation between the adolescent knowledge level and academic performance variable. Keywords: age, bullying, Danger of bullying, gender, and knowledge level ABSTRAK Bullying adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku untuk menyakiti korban, bukan suatu bentuk kelalaian namun tindakan yang betul-betul disengaja. Dampak dari bullying yaitu kehilangan nafsu makan, tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas yang disukai, prestasi belajar yang menurun, mengalami depresi, gangguan pengendalian diri dan dapat mengakibatkan bunuh diri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA tentang bahaya bullying. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampel berjumlah 98 responden, diambil menggunakan total sampling. Hasil: Hasil penelitian dengan 98 responden menunjukkan bahwa masa remaja pertengahan yang berusia 1517 tahun yaitu sebanyak 96 (98%). Responden perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 57 (58,2%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48 (49%). Kata kunci : bullying, bahaya bullying, usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 Menurut (Nurita 2018) laporan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun 2018 menyebutkan bahwa terdapat 41 kasus dari 161 kasus kekerasan anak dan bullying. Menurut (Erlinda 2018) Sumatera Selatan masuk dalam urutan 10 provinsi dengan angka kekerasan anak terbesar di dunia. Menurut (Fitriana 2018) tindak kekerasan terhadap anak di provinsi Sumatera Selatan capai 188 kasus, tindak kekerasan ini mayoritas dilakukan terhadap anak perempuan dengan jumlah kasus 141 anak dan lakilaki 47 anak. peningkatan proporsi penduduk usia remaja masalah baru terjadi khususnya pada dunia kesehatan yaitu pengetahuan tentang kesehatan remaja (Pranata 2018). Tingginya kasus tersebut membuktikan bahwa kasus bullying akan memberikan dampak terhadap kondisi psikologi anak. Menurut (Marela, Wahab, and Marchira 2015) menemukan bahwa bullying menyebabkan depresi remaja. Sejalan dengan itu, penelitian Takizawa et al (2014) . menyimpulkan bahwa bullying yang terjadi pada remaja mengakibatkan tingginya tingkat depresi, kecemasan, dan bunuh diri ketika dewasa.perilaku remaja sangat labil , (Pranata 2018). Pada masa remaja, bahaya bullying seringkali tidak disadari karena kurangnya pengetahuan baik apa itu bullying, bentuk dan dampak bullying. Pengetahuan adalah sebuah hasil dari penginderaan atau hasil dari mencari tahu yang dilakukan melalui inderanya yakni dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba oleh manusia terhadap suatu objek tertentu sehingga menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2015, p. 27). Anak akan Mengalami proses Pertumbuhan dan perkembangan (Suryani, Pranata, and Rini 2018). Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan pendidikan, dan diharapkan dengan tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin luas juga PENDAHULUAN Bullying berasal dari Bahasa Inggris “Bull” yang berarti “banteng yang senang menanduk kesana kemari” (Wahyu Awaludin & Tim Konten Afrakids, 2019, p.6). Bullying adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku untuk menyakiti korban, bukan suatu bentuk kelalaian namun tindakan yang betul-betul disengaja (Priyatna 2010, 2). Bullying dikenal sebagai bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan oleh satu atau kelompok orang yang lebih kuat dan berkuasa terhadap orang lain yang dilakukan dengan sengaja secara terus menerus dengan tujuan untuk menyakiti (Katyana, 2015, p.16). Salah satu jenis kekerasan menurut World Health Organization (WHO) adalah penindasan/bullying yang merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang bersifat negatif yang dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak-anak yang bukan dari saudara kandung atau yang memiliki hubungan dengan korban, bullying melibatkan gangguan fisik, psikologis, social yang berulang, dan sering terjadi di sekolah atau tempattempat di mana anak-anak berkumpul atau bisa lewat media online (Infodatin, 2019, p.2). Menurut laporan UNICEF (2019) (United Nations Emergency Children's Fund) tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 jumlah kasus bullying pada perempuan mencapai 19 kasus dan pada laki-laki sebanyak 24 kasus. Menurut penelitian (Salmon, S., Turner, S., Taillieu, T., Fortier, J., & Afifi 2017). mengatakan bahwa bullying terjadi pada 58,3% anak laki-laki dan 67,8% pada anak perempuan. Pembulian yang dialami berupa penampilan (28,0%), kultur/rasis (21,5%), cyber bullying (15,0%) dan pem-bullyan tentang orientasi seksual (10,4%). Di Indonesia bullying pada remaja SMA sangat tinggi dengan presentase 49% (Marela, dkk, 2017. p. 46). 77 PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 Menurut Nursalam (2013), sampel merupakan bagian dari populasi yang dipergunakan sebagai subjek dari penelitian yang diambil melalui sampling. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian remaja kelas XI yang bersekolah di SMA X Palembang tahun 2020 pada saat penelitian. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Menurut Notoatmodjo (2012), total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel ini diambil karena jumlah populasi penelitian sebanyak 98 siswa/i. pengetahuannya. Proses belajar tidak hanya terjadi lewat pendidikan formal mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi, (Vincencius Surani 2019). Bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan memiliki pengetahuan rendah juga karena pengetahuan tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal, melainkan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal (Wawan & Dewi, 2011, p. 12). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini mengunakan pendekatan kuntitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran usia, jenis kelamin dan tingkat pengetahuan remaja SMA tentang bahaya bullying. Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti masuk ke dalam grup whatsapp setiap kelas untuk membagikan link google formulir yaitu ada 4 kelas diantaranya XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3, kemudian dilakukan pertemuan di google meet untuk dilakukan dokumentasi dan pengarahan bagaimana cara mengisi kuesionernya. Responden diminta untuk mengisi 11 pernyataan yang telah peneliti buat di google formulir. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 98 responden di SMA X Palembang Tahun 2020, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Usia Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik usia responden Karakteristik Frekuensi (%) Masa remaja 1 1 awal (1114th) Masa remaja 96 98 pertengahan (15-17th) Masa remaja 1 1 akhir (1820th) Total 98 100 Sumber: Data Primer, 2020 Jumlah dan cara pengambilan subjek Menurut Nursalam (2013), populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, populasi penelitian ini diambil pada bulan Juni 2020 yang merupakan seluruh semua remaja kelas XI yang berada di SMA X Palembang Tahun 2020 dengan jumlah populasi 98 siswa/i. Tumbuh kembang anak usia sekolah sesuia dengan pemebrian nutrisi dengan kualitas dan kunatitas yang benar dan baik, (Pranata and Suryani 2017). Berdasarkan distribusi frekuensi usia responden pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa masa remaja pertengahan dengan usia 15-17 tahun sebanyak 96 orang (98%), masa remaja awal dengan usia 11-14 tahun sebanyak 1 orang (1%), masa remaja akhir dengan usia 18-20 tahun sebanyak 1 orang (1%). 78 PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 remaja akhir dengan usia 18-20 tahun sebanyak 1 orang (1%). Berdasarkan data tersebut jumlah responden dengan usia masa remaja pertengahan (15-17 tahun) lebih banyak dibandingan dengan responden masa remaja awal (11-14 tahun) dan masa remaja akhir (18-20 tahun). (Roesdahl, C. B., & Kowalski 2014) menyatakan bahwa usia pada masa remaja awal (11-14 tahun) ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan kematangan fisik, sebagian besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya. Pada saat yang sama, penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting contohnya bisa jalan bareng dan tidak dipandang beda adalah motif yang mendominasi banyak perilaku sosial remaja awal ini. Remaja dimasa remaja awal mulai mencoba berbagai hal baru untuk menguji kemandirian serta kepercayaan diri. Usia masa remaja tengah (15-17 tahun) ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilanketerampilan berfikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan emosional dan psikologis. Terjadinya peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri sehingga menyebabkan masa remaja ini menginginkan tanggung jawab lebih besar terhadap perawatan diri dan kebersihan personal. Sebagian besar individu pada masa remaja tengah mulai menunjukkan sikap maturitas sejati. Dalam hubungan interpersonal, masa remaja tengah ini menunjukkan ketertarikan terhadap lawan jenis. Usia masa remaja akhir (18-20 tahun) ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang yang dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri et Jenis Kelamin Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin responden Karakteristik Frekuensi (%) Laki-laki 41 41,8 Perempuan 57 58,2 Total 98 100 Sumber: Data Primer, 2020 Berdasarkan distribusi frekuensi jenis kelamin responden pada tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa remaja yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang (58,2%) dan remaja yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang (41,8%). Tingkat Pengetahuan Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik tingkat pengetahuan responden Karakteristik Frekuensi (%) Baik 17 17,3 Cukup 48 49,0 Kurang 33 33,7 Total 98 100 Sumber: Data Primer, 2020 Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa remaja yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 48 orang (49,0%), remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 33 orang (33,7%) dan remaja yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang (17,3%). Analisis Univariat: Usia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja di SMA X Palembang dengan jumlah responden sebanyak 98 orang, didapatkan bahwa responden dengan usia masa remaja awal dengan usia 1114 tahun sebanyak 1 orang (1%), masa remaja pertengahan dengan usia 15-17 tahun sebanyak 96 orang (98%), masa 79 PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 Hasil penelitian ini didukung dengan teori Marela et al., (2017) yang menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki peluang 1,5 kali lebih besar mengalami depresi dibandingan dengan remaja laki-laki. Perbedaan jenis kelamin terjadi karena perbedaan hormon dan stressor psikososial yang dimiliki antara perempuan dan laki-laki. Hormon tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi kimia otak yang dapat mengontrol emosi dan suasana hati. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tripriantini et al., (2019) tentang gambaran tingkat kecemasan siswa SMA korban cyberbullying di SMA negeri 27 kota Bandung yang menyatakan bahwa responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 79 responden dan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 responden. Berdasarkan data tersebut jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 57 (58,2%) responden. Maka peneliti berasumsi bahwa hal ini dikarenakan oleh mayoritas yang ada di SMA X Palembang berjenis kelamin perempuan. al., (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku bullying pada remaja yang menyatakan responden terbanyak pada usia masa remaja pertengahan yaitu usia 15 tahun sebanyak 27 responden, usia 16 tahun sebanyak 44 responden, dan usia 17 tahun sebanyak 12 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa jumlah responden terbanyak berusia masa remaja pertengahan yaitu usia 15 tahun sebanyak 28 responden, usia 16 tahun sebanyak 66 responden, dan usia 17 tahun sebanyak 2 responden. Maka peneliti berasumsi bahwa mayoritas responden yang ada berada pada usia masa remaja tengah (15-17 tahun) hal ini berkaitan dengan tempat penelitian yang dilakukan pada jenjang sekolah menengah atas. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja kelas XI di SMA X Palembang yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang (41,8%) dan remaja yang berjenis kelamin seseorang yaitu memahami yang dapat diartikan bahwa seseorang mampu menjelaskan tentang objek yang sudah diketahui dan menginterpretasikan materi secara benar Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah pendidikan, informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi serta lingkungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajrin (2013) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI perempuan sebanyak 57 orang (58,2%). Berdasarkan data tersebut jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin lakilaki. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja di SMA X Palembang dengan jumlah responden sebanyak 98 orang, didapatkan bahwa bahwa remaja yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang (17,3%), remaja yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 48 orang (49,0%), dan remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 33 orang (33,7%). Tingkat pengetahuan adalah seberapa dalam seseorang bisa menghadapi, mendalami dan menyelesaikan masalah tentang konsep80 PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 meneliti lebih lanjut tentang analisis atau hubungan pengetahuan ibu dengan variable-variabel lainnya. konsep baru dan kemampuannya dalam belajar, salah satu tingkat pengetahuan Semarang yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan rendah tentang bullying sebanyak 1,3%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 54,7% dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44,0%. Berdasarkan data tersebut jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup (5674%) yaitu 49,0% termasuk dalam kategori masa remaja pertengahan pada rentang usia 15-17 tahun dimana responden sedang menempuh pendidikan SMA dan pengetahuan bisa didapat melalui media sosial. Maka peneliti berasumsi bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka dapat mempengaruhi pertambahan pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Erlinda. (2018). from 2018, Angka Kekerasan Anak di Sumsel Masuk 10 Terbesar. Gatra.com. Fajrin, A. N. (2013). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI semarang. Fitriana. (2018). Tindak Kekerasan Terhadap Anak di Sumsel Capai 188 Kasus, Mayoritas Perempuan. Intens.news. Infodatin. (2019). Kekerasan Terhadap Anak dan Remaja. Kementerian Kesehatan. Katyana, W. (2015). Buku Panduan Melawan Bullying. stop bullying campaign. KESIMPULAN Marela, G., Wahab, A., & Marchira, C. R. (2015). Bullying verbal menyebabkan depresi pada remaja SMA di kota Yogyakarta. 43–48. Distribusi frekuensi karakteristik responden kelas XI di SMA X Palembang dengan usia masa remaja pertengahan dengan usia 15-17 tahun sebanyak 96 orang (98%) dan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 57 orang (58,2%). Distribusi frekuensi karakteristik responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48 orang (49%). Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurita. (2018). from Hari Anak Nasional, KPAI Catat Kasus Bullying Paling Banyak. Tempo.com. SARAN Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bahaya bullying yang sering kali terjadi pada remaja SMA dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 81 PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020 (2018). Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Pada Anak Di Kelurahan Talang Betutu Palembang. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 2(2), 211. https://doi.org/10.31764/jmm.v0i0.1 349 Pranata, L. (2018). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Kelas X Sman 1 Lalan Musi Banyuasin. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2), 92. https://doi.org/10.36565/jab.v7i2.72 Takizawa, R., Maughan, B., & Arseneault, L. (2014). Adult Health Outcomes of Childhood Bullying Victimization: Evidence From a Five-Decade Longitudinal British Birth Cohort. (July), 777–784. Pranata, L., & Suryani, K. (2017). Hubungan Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Belajar pada Siswa SMA Kelas XI Di Kota Palembang.pdf. Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, Vol. 7, p. 48. Retrieved from file:///D:/Proposal Skripsi/sarapan, kd hb dan konsentrasi/Hubungan Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Belajar.pdf Tripriantini, S. I., Hidayati, Nu. O., & Emaliyawati, E. (2019). Gambaran tingkat kecemasan siswa SMA korban cyberbullying di SMA Negeri 27 Bandung. 7. Putri, H. N., Nauli, F. A., & Novayelinda, R. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku bullying pada remaja. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja, 2. Vincencius Surani, D. A. N. Y. H. P. L. P. (2019). Pendampingan Belajar Cemara: Solusi Belajar Bagi Anak Dan Solusi Pendampingan Belajar Bagi Orangtua Di Lorong Cemara Rt 006 Kelurahan Sukajaya. Journal of Chemical Information and Modeling, 3(1), 29–36. https://doi.org/10.1017/CBO9781107 415324.004 Roesdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar (Edisi 10). jakarta: EGC. Salmon, S., Turner, S., Taillieu, T., Fortier, J., & Afifi, T. O. (2017). Bullying victimization experiences among middle and high school adolescents: Traditional bullying, discriminatory harassment, and cybervictimization. Journal of Adolescence, 63, 29–40. Suryani, K., Pranata, L., & Rini, M. T. Wahyu Awaludin & Tim Konten Afrakids. (2019). EbookBullying.pdf. afrakids. Wawan, A., & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika 82