PUBLIKASI PENELITIAN TERAPAN
DAN KEBIJAKAN 3 (2) (2020) : HLM. 75 - 82
PUBLIKASI PENELITIAN TERAPAN DAN KEBIJAKAN
e-ISSN : 2621-8119
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SMA TENTANG
BAHAYA BULLYING
POTRAIT OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’ KNOWLEDGE LEVEL ON
THE DANGERS OF BULLYING
Ema Noviana1, Lilik Pranata2*, Aniska Indah Fari3
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas
*Korespondensi Penulis, e-mail :
[email protected]
Diterima : 17 September 2020
Direvisi : 24 November 2020
Diterbitkan : 30 Desember 2020
ABSTRACT
Bullying is a deliberate behavior of the perpetrator to hurt the
victim. It is not negligent yet truly intentional behavior. The effects of
bullying include appetite loss, low enthusiasm in doing preferred activities,
learning achievement decline, depression, and impaired self-control that
potentially lead to suicide. Purpose: This study aims to describe the senior
high schools students’ knowledge level on the dangers of bullying.
Methods: This study used a quantitative approach with a descriptive research
design. A sample of 98 respondents was selected using total sampling.
Results: The results of the study involving 98 respondents showed
that there were 96 (98%) students in middle adolescence aged 15-17 years
old. More female respondents participated with a total of 57 respondents
(58.2%). More respondents who had sufficient knowledge level of bullying
with a total of 48 respondents (49%). Suggestion: It is expected that this
study increases the insight and knowledge about the dangers of
bullying that frequently happen among the senior high school students. The
future researchers are recommended to conduct further analysis and
correlation between the adolescent knowledge level and academic
performance variable.
Keywords: age, bullying, Danger of bullying, gender, and knowledge
level
ABSTRAK
Bullying adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh pelaku untuk
menyakiti korban, bukan suatu bentuk kelalaian namun tindakan yang
betul-betul disengaja. Dampak dari bullying yaitu kehilangan nafsu makan,
tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas yang disukai, prestasi belajar
yang menurun, mengalami depresi, gangguan pengendalian diri dan dapat
mengakibatkan bunuh diri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA tentang bahaya
bullying. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain penelitian deskriptif. Sampel berjumlah 98 responden,
diambil menggunakan total sampling. Hasil: Hasil penelitian dengan 98
responden menunjukkan bahwa masa remaja pertengahan yang berusia 1517 tahun yaitu sebanyak 96 (98%). Responden perempuan lebih banyak
yaitu sebanyak 57 (58,2%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 48 (49%).
Kata kunci : bullying, bahaya bullying, usia, jenis kelamin, tingkat
pengetahuan
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
Menurut (Nurita 2018) laporan
KPAI (Komisi Perlindungan Anak
Indonesia) tahun 2018 menyebutkan
bahwa terdapat 41 kasus dari 161 kasus
kekerasan anak dan bullying. Menurut
(Erlinda 2018) Sumatera Selatan masuk
dalam urutan 10 provinsi dengan angka
kekerasan anak terbesar di dunia.
Menurut
(Fitriana
2018)
tindak
kekerasan terhadap anak di provinsi
Sumatera Selatan capai 188 kasus,
tindak
kekerasan
ini
mayoritas
dilakukan terhadap anak perempuan
dengan jumlah kasus 141 anak dan lakilaki 47 anak. peningkatan proporsi
penduduk usia remaja masalah baru
terjadi khususnya pada dunia kesehatan
yaitu pengetahuan tentang kesehatan
remaja (Pranata 2018). Tingginya kasus
tersebut membuktikan bahwa kasus
bullying akan memberikan dampak
terhadap kondisi psikologi anak.
Menurut (Marela, Wahab, and Marchira
2015) menemukan bahwa bullying
menyebabkan depresi remaja. Sejalan
dengan itu, penelitian Takizawa et al
(2014) . menyimpulkan bahwa bullying
yang terjadi pada remaja mengakibatkan
tingginya tingkat depresi, kecemasan,
dan bunuh diri ketika dewasa.perilaku
remaja sangat labil , (Pranata 2018).
Pada masa remaja, bahaya
bullying seringkali tidak disadari karena
kurangnya pengetahuan baik apa itu
bullying, bentuk dan dampak bullying.
Pengetahuan adalah sebuah hasil dari
penginderaan atau hasil dari mencari
tahu yang dilakukan melalui inderanya
yakni dengan penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, raba oleh manusia
terhadap suatu objek tertentu sehingga
menghasilkan
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2015, p. 27).
Anak akan Mengalami proses
Pertumbuhan
dan
perkembangan
(Suryani, Pranata, and Rini 2018).
Pengetahuan memiliki kaitan yang erat
dengan pendidikan, dan diharapkan
dengan tingginya tingkat pendidikan
seseorang, maka akan semakin luas juga
PENDAHULUAN
Bullying berasal dari Bahasa Inggris
“Bull” yang berarti “banteng yang senang
menanduk kesana kemari” (Wahyu
Awaludin & Tim Konten Afrakids, 2019,
p.6). Bullying adalah suatu tindakan yang
sengaja dilakukan oleh pelaku untuk
menyakiti korban, bukan suatu bentuk
kelalaian namun tindakan yang betul-betul
disengaja (Priyatna 2010, 2). Bullying
dikenal sebagai bentuk penindasan atau
kekerasan yang dilakukan oleh satu atau
kelompok orang yang lebih kuat dan
berkuasa terhadap orang lain yang
dilakukan dengan sengaja secara terus
menerus dengan tujuan untuk menyakiti
(Katyana, 2015, p.16).
Salah satu jenis kekerasan menurut
World Health Organization (WHO)
adalah
penindasan/bullying
yang
merupakan suatu bentuk perilaku agresif
yang bersifat negatif yang dilakukan oleh
seorang anak atau kelompok anak-anak
yang bukan dari saudara kandung atau
yang memiliki hubungan dengan korban,
bullying melibatkan gangguan fisik,
psikologis, social yang berulang, dan
sering terjadi di sekolah atau tempattempat di mana anak-anak berkumpul atau
bisa lewat media online (Infodatin, 2019,
p.2).
Menurut laporan UNICEF (2019)
(United Nations Emergency Children's
Fund) tahun 2010 sampai dengan tahun
2017 jumlah kasus bullying pada
perempuan mencapai 19 kasus dan pada
laki-laki sebanyak 24 kasus. Menurut
penelitian (Salmon, S., Turner, S., Taillieu,
T., Fortier, J., & Afifi 2017). mengatakan
bahwa bullying terjadi pada 58,3% anak
laki-laki dan 67,8% pada anak perempuan.
Pembulian
yang
dialami
berupa
penampilan (28,0%), kultur/rasis (21,5%),
cyber bullying (15,0%) dan pem-bullyan
tentang orientasi seksual (10,4%). Di
Indonesia bullying pada remaja SMA
sangat tinggi dengan presentase 49%
(Marela, dkk, 2017. p. 46).
77
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
Menurut Nursalam (2013), sampel
merupakan bagian dari populasi yang
dipergunakan sebagai subjek dari
penelitian yang diambil melalui
sampling. Sampel pada penelitian ini
adalah sebagian remaja kelas XI yang
bersekolah di SMA X Palembang tahun
2020 pada saat penelitian. Sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik total
sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi. Menurut
Notoatmodjo (2012), total sampling
merupakan teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan
populasi. Teknik pengambilan sampel
ini diambil karena jumlah populasi
penelitian sebanyak 98 siswa/i.
pengetahuannya. Proses belajar tidak
hanya terjadi lewat pendidikan formal
mulai dari sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas bahkan perguruan tinggi,
(Vincencius Surani 2019). Bukan
berarti seseorang yang berpendidikan
rendah akan memiliki pengetahuan
rendah juga karena pengetahuan tidak
hanya didapatkan melalui pendidikan
formal, melainkan dapat diperoleh
melalui pendidikan non formal (Wawan
& Dewi, 2011, p. 12).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini mengunakan
pendekatan kuntitatif dengan metode
penelitian deskriptif. Penelitian ini
untuk mengetahui gambaran usia, jenis
kelamin dan tingkat pengetahuan remaja
SMA tentang bahaya bullying. Sebelum
responden mengisi kuesioner, peneliti
masuk ke dalam grup whatsapp setiap
kelas untuk membagikan link google
formulir yaitu ada 4 kelas diantaranya
XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS
3, kemudian dilakukan pertemuan di
google
meet
untuk
dilakukan
dokumentasi
dan
pengarahan
bagaimana cara mengisi kuesionernya.
Responden diminta untuk mengisi 11
pernyataan yang telah peneliti buat di
google formulir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 98 responden di SMA X
Palembang
Tahun
2020,
maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Usia
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik usia
responden
Karakteristik Frekuensi
(%)
Masa remaja 1
1
awal (1114th)
Masa remaja 96
98
pertengahan
(15-17th)
Masa remaja 1
1
akhir (1820th)
Total
98
100
Sumber: Data Primer, 2020
Jumlah dan cara pengambilan subjek
Menurut
Nursalam
(2013),
populasi merupakan keseluruhan subjek
penelitian yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil
survey yang dilakukan oleh peneliti,
populasi penelitian ini diambil pada
bulan Juni
2020 yang merupakan
seluruh semua remaja kelas XI yang
berada di SMA X Palembang Tahun
2020 dengan jumlah populasi 98
siswa/i. Tumbuh kembang anak usia
sekolah sesuia dengan pemebrian nutrisi
dengan kualitas dan kunatitas yang
benar dan baik, (Pranata and Suryani
2017).
Berdasarkan distribusi frekuensi
usia responden pada tabel 5.1 diatas
dapat dilihat bahwa masa remaja
pertengahan dengan usia 15-17 tahun
sebanyak 96 orang (98%), masa remaja
awal dengan usia 11-14 tahun sebanyak
1 orang (1%), masa remaja akhir
dengan usia 18-20 tahun sebanyak 1
orang (1%).
78
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
remaja akhir dengan usia 18-20 tahun
sebanyak 1 orang (1%). Berdasarkan
data tersebut jumlah responden dengan
usia masa remaja pertengahan (15-17
tahun) lebih banyak dibandingan
dengan responden masa remaja awal
(11-14 tahun) dan masa remaja akhir
(18-20 tahun).
(Roesdahl, C. B., & Kowalski
2014) menyatakan bahwa usia pada
masa remaja awal (11-14 tahun)
ditandai dengan peningkatan yang cepat
dari pertumbuhan dan kematangan fisik,
sebagian besar dari energi intelektual
dan emosional pada masa remaja awal
ditargetkan pada penilaian kembali dan
restrukturisasi dari jati dirinya. Pada
saat yang sama, penerimaan dari
kelompok sebaya sangatlah penting
contohnya bisa jalan bareng dan tidak
dipandang beda adalah motif yang
mendominasi banyak perilaku sosial
remaja awal ini. Remaja dimasa remaja
awal mulai mencoba berbagai hal baru
untuk menguji kemandirian serta
kepercayaan diri. Usia masa remaja
tengah (15-17 tahun) ditandai dengan
hampir
lengkapnya
pertumbuhan
pubertas, timbulnya keterampilanketerampilan berfikir yang baru,
peningkatan
pengenalan
terhadap
datangnya masa dewasa dan keinginan
untuk memapankan emosional dan
psikologis. Terjadinya peningkatan
kemandirian dan kepercayaan diri
sehingga menyebabkan masa remaja ini
menginginkan tanggung jawab lebih
besar terhadap perawatan diri dan
kebersihan personal. Sebagian besar
individu pada masa remaja tengah mulai
menunjukkan sikap maturitas sejati.
Dalam hubungan interpersonal, masa
remaja tengah ini menunjukkan
ketertarikan terhadap lawan jenis. Usia
masa remaja akhir (18-20 tahun)
ditandai dengan persiapan untuk peran
sebagai seorang yang dewasa dan
bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri et
Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
jenis kelamin responden
Karakteristik
Frekuensi (%)
Laki-laki
41
41,8
Perempuan
57
58,2
Total
98
100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan distribusi frekuensi
jenis kelamin responden pada tabel 5.2
diatas dapat dilihat bahwa remaja yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak
57 orang (58,2%) dan remaja yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41
orang (41,8%).
Tingkat Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik
tingkat pengetahuan responden
Karakteristik
Frekuensi (%)
Baik
17
17,3
Cukup
48
49,0
Kurang
33
33,7
Total
98
100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan distribusi frekuensi
tingkat pengetahuan responden pada
tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa
remaja
yang
memiliki
tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 48 orang
(49,0%), remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 33 orang
(33,7%) dan remaja yang memiliki
tingkat pengetahuan baik sebanyak 17
orang (17,3%).
Analisis Univariat:
Usia
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap remaja di
SMA X Palembang dengan jumlah
responden
sebanyak
98
orang,
didapatkan bahwa responden dengan
usia masa remaja awal dengan usia 1114 tahun sebanyak 1 orang (1%), masa
remaja pertengahan dengan usia 15-17
tahun sebanyak 96 orang (98%), masa
79
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
Hasil penelitian ini didukung
dengan teori Marela et al., (2017) yang
menyatakan bahwa remaja perempuan
memiliki peluang 1,5 kali lebih besar
mengalami depresi dibandingan dengan
remaja laki-laki. Perbedaan jenis kelamin
terjadi karena perbedaan hormon dan
stressor psikososial yang dimiliki antara
perempuan dan laki-laki. Hormon tersebut
secara
tidak
langsung
dapat
mempengaruhi kimia otak yang dapat
mengontrol emosi dan suasana hati.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tripriantini
et al., (2019) tentang gambaran tingkat
kecemasan
siswa
SMA
korban
cyberbullying di SMA negeri 27 kota
Bandung yang menyatakan bahwa
responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 79 responden dan responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44
responden. Berdasarkan data tersebut
jumlah responden yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan
responden yang berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menyatakan jumlah responden berjenis
kelamin
perempuan
lebih
besar
dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 57
(58,2%) responden. Maka peneliti
berasumsi bahwa hal ini dikarenakan oleh
mayoritas yang ada di SMA X Palembang
berjenis kelamin perempuan.
al., (2015) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku bullying
pada
remaja
yang
menyatakan
responden terbanyak pada usia masa
remaja pertengahan yaitu usia 15 tahun
sebanyak 27 responden, usia 16 tahun
sebanyak 44 responden, dan usia 17
tahun sebanyak 12 responden.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa jumlah responden
terbanyak
berusia
masa
remaja
pertengahan yaitu usia 15 tahun
sebanyak 28 responden, usia 16 tahun
sebanyak 66 responden, dan usia 17
tahun sebanyak 2 responden. Maka
peneliti berasumsi bahwa mayoritas
responden yang ada berada pada usia
masa remaja tengah (15-17 tahun) hal
ini berkaitan dengan tempat penelitian
yang dilakukan pada jenjang sekolah
menengah atas.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap remaja kelas
XI di SMA X Palembang yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 41 orang
(41,8%) dan remaja yang berjenis
kelamin seseorang yaitu memahami
yang dapat diartikan bahwa seseorang
mampu menjelaskan tentang objek yang
sudah
diketahui
dan
menginterpretasikan materi secara benar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan
diantaranya
adalah
pendidikan, informasi/media massa,
sosial budaya dan ekonomi serta
lingkungan.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fajrin
(2013) tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku bullying
pada remaja di SMK PGRI perempuan
sebanyak
57
orang
(58,2%).
Berdasarkan data tersebut jumlah
responden yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan
responden yang berjenis kelamin lakilaki.
Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap remaja di SMA X
Palembang dengan jumlah responden
sebanyak 98 orang, didapatkan bahwa
bahwa remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 17 orang
(17,3%), remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 48 orang
(49,0%), dan remaja yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 33
orang (33,7%).
Tingkat
pengetahuan
adalah
seberapa
dalam
seseorang
bisa
menghadapi,
mendalami
dan
menyelesaikan masalah tentang konsep80
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
meneliti lebih lanjut tentang analisis
atau hubungan pengetahuan ibu dengan
variable-variabel lainnya.
konsep baru dan kemampuannya dalam
belajar, salah satu tingkat pengetahuan
Semarang yang menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan rendah tentang bullying
sebanyak 1,3%, tingkat pengetahuan
sedang sebanyak 54,7% dan tingkat
pengetahuan tinggi sebanyak 44,0%.
Berdasarkan data tersebut jumlah
responden yang memiliki tingkat
pengetahuan sedang lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi
maupun responden yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menyatakan jumlah responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup (5674%) yaitu 49,0% termasuk dalam
kategori masa remaja pertengahan pada
rentang usia 15-17 tahun dimana
responden sedang menempuh pendidikan
SMA dan pengetahuan bisa didapat
melalui media sosial. Maka peneliti
berasumsi bahwa semakin bertambahnya
usia seseorang maka dapat mempengaruhi
pertambahan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Erlinda. (2018). from 2018, Angka
Kekerasan Anak di Sumsel Masuk
10 Terbesar. Gatra.com.
Fajrin, A. N. (2013). Hubungan antara
tingkat
pengetahuan
dengan
perilaku bullying pada remaja di
SMK PGRI semarang.
Fitriana. (2018). Tindak Kekerasan
Terhadap Anak di Sumsel Capai
188 Kasus, Mayoritas Perempuan.
Intens.news.
Infodatin. (2019). Kekerasan Terhadap
Anak dan Remaja. Kementerian
Kesehatan.
Katyana, W. (2015). Buku Panduan
Melawan Bullying. stop bullying
campaign.
KESIMPULAN
Marela, G., Wahab, A., & Marchira, C.
R. (2015). Bullying
verbal
menyebabkan depresi pada remaja
SMA di kota Yogyakarta. 43–48.
Distribusi frekuensi karakteristik
responden kelas XI di SMA X
Palembang dengan usia masa remaja
pertengahan dengan usia 15-17 tahun
sebanyak 96 orang (98%) dan jenis
kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang
berjenis
kelamin
laki-laki
yaitu
sebanyak 57 orang (58,2%).
Distribusi frekuensi karakteristik
responden yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 48
orang (49%).
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurita. (2018). from Hari Anak
Nasional, KPAI Catat Kasus
Bullying
Paling
Banyak.
Tempo.com.
SARAN
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai bahaya bullying yang sering
kali terjadi pada remaja SMA dan
diharapkan peneliti selanjutnya dapat
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
81
PPTK : Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 3 No 2 Tahun 2020
(2018).
Upaya
Peningkatan
Kesehatan Gigi Pada Anak Di
Kelurahan
Talang
Betutu
Palembang.
JMM
(Jurnal
Masyarakat Mandiri), 2(2), 211.
https://doi.org/10.31764/jmm.v0i0.1
349
Pranata,
L.
(2018).
Gambaran
Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Kesehatan Reproduksi Kelas X
Sman 1 Lalan Musi Banyuasin.
Jurnal Akademika Baiturrahim
Jambi,
7(2),
92.
https://doi.org/10.36565/jab.v7i2.72
Takizawa, R., Maughan, B., &
Arseneault, L. (2014). Adult Health
Outcomes of Childhood Bullying
Victimization: Evidence From a
Five-Decade Longitudinal British
Birth Cohort. (July), 777–784.
Pranata, L., & Suryani, K. (2017).
Hubungan Sarapan Pagi dengan
Konsentrasi Belajar pada Siswa
SMA
Kelas
XI
Di
Kota
Palembang.pdf. Jurnal Kesehatan
Dan Pembangunan, Vol. 7, p. 48.
Retrieved from file:///D:/Proposal
Skripsi/sarapan,
kd
hb
dan
konsentrasi/Hubungan Sarapan Pagi
dengan Konsentrasi Belajar.pdf
Tripriantini, S. I., Hidayati, Nu. O., &
Emaliyawati, E. (2019). Gambaran
tingkat kecemasan siswa SMA
korban cyberbullying di SMA Negeri
27 Bandung. 7.
Putri, H. N., Nauli, F. A., & Novayelinda,
R. (2015). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku bullying
pada remaja. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan
Dengan
Perilaku
Bullying Pada Remaja, 2.
Vincencius Surani, D. A. N. Y. H. P. L.
P. (2019). Pendampingan Belajar
Cemara: Solusi Belajar Bagi Anak
Dan Solusi Pendampingan Belajar
Bagi Orangtua Di Lorong Cemara Rt
006 Kelurahan Sukajaya. Journal of
Chemical Information and Modeling,
3(1),
29–36.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107
415324.004
Roesdahl, C. B., & Kowalski, M. T.
(2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar
(Edisi 10). jakarta: EGC.
Salmon, S., Turner, S., Taillieu, T.,
Fortier, J., & Afifi, T. O. (2017).
Bullying victimization experiences
among middle and high school
adolescents: Traditional bullying,
discriminatory
harassment,
and
cybervictimization.
Journal
of
Adolescence, 63, 29–40.
Suryani, K., Pranata, L., & Rini, M. T.
Wahyu Awaludin & Tim Konten
Afrakids.
(2019).
EbookBullying.pdf. afrakids.
Wawan, A., & Dewi. (2011). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika
82