Perancangan Materi Edukasi Visual Pola Konsumsi Sehat Kopi
Hari Ardiansyah, Irene Erika Listya, dan Okky Nugraha Pratama
STIKOM London School of Public Relations
Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dan ternyata kopi mengandung banyak
khasiat yang baik untuk kesehatan bila dikonsumsi secara baik dan benar, namun masyarakat
Indonesia belum sepenuhnya teredukasi mengenai cara minum kopi yang baik dan benar.
Sehingga diperlukan materi edukasi visual yang efektif dan mampu meliputi semua tentang
konsumsi kopi secara sehat serta manfaat dan dampak kopi untuk kesehatan. Dalam mendisain
menggunakan proses disain komunikasi visual yang terdapat 9 langkah, yaitu riset, analisis,
sintesis, karakteristik, strategi komunikasi, value-added, pemilihan media, visualisasi, dan
produksi. Dengan materi edukasi visual pola konsumsi sehat kopi diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat atau penikmat kopi agar menyadari pada pola konsumsi
kopi secara sehat,
Kata kunci: Edukasi, kopi, kesehatan, disain komunikasi visual.
ABSTRACT
Coffee has become a part of people's lifestyles and it turns out that coffee contains many benefits
that are good for health if consumed properly, but the Indonesian people have not been fully
educated on how to drink coffee that is good and right. It needed effective and capable visual
education material covering all about healthy coffee consumption and the benefits and effects of
coffee for health. In designing using a visual communication design process that has 9 steps,
namely research, analysis, synthesis, characteristics, communication strategies, value-added,
media selection, visualization, and production. With visual education material, healthy
consumption patterns of coffee are expected to increase public awareness or coffee connoisseurs
to be aware of healthy coffee consumption patterns.
Keywords: Education, coffee, health, visual communication design.
22
PENDAHULUAN
Kopi telah menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat, tidak hanya kalangan
orang tua saja yang menikmati akan tetapi
kalangan anak muda juga sekarang sudah
banyak yang menikmati kopi layanya
kalangan orang tua. Menurut Mardana kopi
dapat disimpulkan sebagai sebuah jenis
minuman yang berasal dari hasil
pengolahan biji kopi yang telah dipanggang
dan digiling menjadi bubuk kopi. Rasa
serta aroma kopi yang khas dan berbeda
dari minuman lain dapat menjadikannya
sebagai minuman yang banyak dipilih
untuk segala suasana (2016, Oktober 28,
para.1).
Selain menjadi bagian dari gaya hidup,
ternyata kopi mengandung banyak khasiat
yang baik untuk kesehatan bila dikonsumsi
secara baik dan benar. Namun menurut
Media Otten Coffe menyatakan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil kopi terbesar di dunia, namun
masyarakat Indonesia belum sepenuhnya
teredukasi mengenai cara minum kopi yang
baik dan benar (Yuliandri, 2015, November
2015. para.1).
Untuk itu pengkarya akan membuat
materi edukasi visual tentang konsumsi
kopi secara sehat serta manfaat dan dampak
kopi untuk kesehatan. Materi edukasi visual
ini akan disasarkan kepada semua kalangan
yang bergiat dalam kopi diantaranya Barista
dan Penikmat Kopi.
Barista diambil sebagai sasaran
khalayak dikarenakan sesuai data yang
telah kami ambil dari narasumber bahwa
Barista merupakan tangan terakhir yang
memberikan kopi kepada penikmat kopi,
tentunya Barista harus diedukasi mengenai
bagaimana minum kopi yang baik dan benar
serta manfaat kopi bagi kesehatan karena
pada dasarnya penikmat kopi sering
berinteraksi kepada Barista.
Kemudian, Penikmat Kopi diambil juga
sebagai sasaran karena penikmat kopi
sendiri mulai dari kalangan pelajar,
mahasiswa, hingga karyawan. Melalui
observasi ke coffeeshop yang telah
pengkarya lakukan, kami melihat beberapa
pengunjung di coffeeshop diantaranya
beberapa pelajar yang sedang mengerjakan
tugas sekolah,
kemudian beberapa
mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas
ataupun skripsi hingga kalangan karyawan
atau pekerja yang sedang melakukan
meeting. Pemilihan sasaran khalayak untuk
materi edukasi visual ini harapannya agar
akan memberikan pengetahuan bagi
masyarakat Indonesia.
Tedapat lembaga yang mendukung
dalam pembuatan materi edukasi visual ini
mengenai pola konsumsi sehat kopi
diantaranya
Kementrian
Kesehatan
Republik Indonesia dan Lembaga Badan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
(Bekraf). Dimana Bekraf RI telah banyak
mendukung perkembangan kopi di
Indonesia salah satunya terdapat campaign
“Kopi itu digiling, bukan digunting”.
Dengan adanya materi edukasi visual ini
harapannya agar memberikan pengetahuan
lebih kepada penikmat kopi di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Materi Edukasi Visual
Salah satu pendekatan edukasi yang dapat
dilakukan untuk mengedukasi masyarakat
dengan mengatur pola konsumsi kopi secara
sehat salah satunya adalah dengan
menggunakan pendekatan desain komunikasi
visual
Desain Komunikasi Visual
Salah satu pendekatan edukasi yang dapat
dilakukan untuk mengedukasi masyarakat
dengan mengatur pola konsumsi kopi secara
sehat salah satunya adalah dengan
menggunakan pendekatan desain komunikasi
23
visual.
Menurut
Kusrianto
Desain
Komunikasi Visual adalah suatu disiplin
ilmu yang bertujuan mempelajari konsepkonsep komunikasi serta ungkapan kreatif
melalui
berbagai
media
untuk
menyampaikan pesan dan gagasan secara
visual dengan mengelola elemen-elemen
grafis yang berupa bentuk dan gambar,
tatanan huruf, serta komposisi warna serta
layout (tata letak atau perwajahan). Dengan
demikian, gagasan bisa diterima oleh orang
atau kelompok yang menjadi sasaran
penerima pesan (2007, p.2).
Langkah-langkah kerja
Dalam langkah-langkah perancangan
karya, pengkarya menggunakan proses
desai komunikasi visual yang dianut oleh
Savanayong.
Dalam
buku
Desain
Komunikasi Visual Terpadu (Savanayong,
2006, p. 3), proses desain komunikasi visual
terdapat 9 langkah, diantaranya:
1. Riset
Tahap awal dalam proses perancangan
materi edukasi adalah melakukan riset.
Riset dilakukan untuk menentukan inti
permasalahan dan memfokuskan tujuan
pengkarya dalam pembuatan karya. Dalam
melakukn riset ini pengkarya akan
mengumpulan data yang berhubungan
dengan nilai kandungan dan kesehatan dari
kopi. Riset dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
Wawancara, Observasi dan Studi Pustaka.
A. Wawancara
Wawancara pertama dilakukan dengan
narasumber yakni Zafitra Indra dari Deputi
Riset dan Edukasi. Hasil Wawancara salah
satunya ialah Bekraf saat ini mengadakan
pelatihan barista dimana program tersebut
bernama “Racik Kopi”, dimana kegiatan ini
merupakan pelatihan kepada barista
sebelum melakukan proses sertifikasi
standarisasi barista. Dalam setiap metode
brewing, barista sangat berpengaruh untuk
menciptakan cita rasa dalam membuat kopi,
metode brewing terdapat dua cara yaitu
manual brewing dan modern brewing.
Untuk menciptakan cita rasa kopi yang
nikmat terdapat dua hal yang berpengaruh
yakni suhu dan ekstraksi kepadatan kopi.
Wawancara kedua dilakukan dengan
narasumber yaitu petani kopi asal Lampung
Barat yaitu Hermawan. Hasil wawancara
salah satunya ialah Kelompok petani masih
merasa
memiliki
masalah
dimana
membutuhkan suatu kelompok untuk
mengedukasi tentang manfaat kopi.
Pekerjaan kami hanya terbatas dari
produksi kopi meliputi pemetikan,
pengelolaan kebun, pengolahan paska
panen hingga sampai dicangkir, karena
ingin mengutamakan kualitas kopi.
Wawancara ketiga dilakukan dengan
narasumber yaitu media @bicarakopi. Hasil
wawancara pertama, Biji kopi harus
disimpan ditempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung. Paling aman kopi
disimpan dikemasan yang memiliki katup
atau di toples. Kemudian kedua Suhu ideal
air untuk menyeduh kopi adalah 85 hingga
94 derajat celcius. dan ketiga menyarankan
untuk mengonsumsi 2 hingga 3 gelas per
hari.
B. Observasi
Observasi dilakukan dibeberapa kedai
kopi
yang
bertempat
disekitaran
Jabodetabek. Observasi ini dilakukan untuk
melihat perilaku orang-orang yang sedang
berkunjung di kedai kopi dan melihat denah
kedai kopi. Observasi ini dilakukan
dibeberapa tempat salah satunya adalah
filosofi kopi.
Seni kanvas yang menjadi pajangan
didalam
coffeeshop
Filosofi
Kopi
berhubungan dengan kopi, namun masih
belum terlihat mengenai informasi untuk
mengedukasi pola konsumsi kopi secara
sehat. Oleh karena itu pengkarya merasa
ada peluang untuk peletakan materi edukasi
pola konsumsi secara sehat ini di
coffeeshop.
24
C. Studi Pustaka
Kemudian pengkarya melakukan studi
pustaka sebagai pelengkap dari data-data
yang telah dikumpulkan. Data pelengkap
tersebut diantaranya adalah cara memilih
biji yang baik dan manfaat kopi apabila
dikonsumsi secara sehat.
2. Analisis
Dalam tahap ini pengkarya menganalisa
dari data yang telah dikumpulkan dan akan
melakukan verifikasi untuk diperoleh
kebenarannya.
Untuk itu pengkarya bersama akan
bersama lembaga yang memahami tentang
gizi dan kesehatan untuk menganalisa dan
memverifikasi data yang dikumpulkan
terkait nilai kandungan gizi dari kopi dan
pola konsumsinya kopi yang sehat.
Lembaga yang diyakini oleh pengkarya
adalah Kementrian Kesehatan RI dalam
Deputi Gizi Masyarakat.
Dari data yang telah dikumpulkan,
dari pihak Kementrian Kesehatan RI telah
menguji kebenerannya dan menyatakan
bahwa yang dikumpulkan adalah benar
sesuai dengan pola konsumsi kopi secara
sehat. Kemenkes RI juga menambahkan
informasi dengan menekankan pada
mengonsumsi kopi tanpa gula dan tidak
mengonsumsi makanan pendamping yang
mengandung kadar gula yang tinggi pada
saat bersamaan dengan mengonsumsi kopi.
Berdasarkan diskusi pengkarya
dengan narasumber dan penganalisa data
maka menghasilkan 4 konten yang akan
dimasukkan ke dalam 4 materi poster
dimana poster sebagai materi utama dalam
perancangan
materi
edukasi
ini,
diantaranya:
1. Poster pertama akan diisi dengan ajakan
mengonsumsi kopi dengan baik.
2. Poster kedua akan diisi bagaimana
memilih biji kopi yang baik.
3. Poster ketiga akan diisi dengan konten
barista dalam membuat kopi yang benar
dan baik dan takaran yang benar pada
secangkir kopi.
4. Poster empat akan diisi dengan konten
mengonsumsi kopi diwaktu yang tepat
sehingga memiliki manfaat bila
mengonsumsi kopi dengan benar dan
sehat.
3. Sintesis
Dalam tahap ini, pengkarya akan
menentukan sasaran khalayak dari segi
geografis, demografis, dan psikografis.
Tahapan ini bertujuan untuk menenentukan
kepada siapalah pengkarya berkomunikasi
serta memberikan informasi pola konsumsi
kopi secara sehat. Untuk memenuhi
keberhasilan dari materi edukasi ini,
pengkarya akan menentukan target audiens
dari segi geografis, demografis, dan
psikografis melalui pengumpulan data
dengan wawancara dan terutama observasi
yang dilakukan oleh pengkarya melalui
kunjungan ke beberapa kedai kopi.
Geografis:
Wilayah yang dianggap sebagai trendsetter.
Wilayah trendsetter merupakan wilayah
panutan yang akan memberikan pengaruh
untuk ditiirukan oleh wilayah lainnya
terutama terutama kota besar lainnya
seperti: Bali, Jogja dan Medan. Wilayah
yang dianggap sebagai trendsetter. yakni
DKI Jakarta.
Demografis:
Usia: 17-25 tahun
Jenis Kelamin: Pria dan Wanita
Profesi: Pelajar, Mahasiswa, dan Barista
Penentuan target audiens secara
demografis
berdasarkan
observasi
pengkarya di coffeeshop. Dimana pada
observasi tersebut pengkarya berbincang
dengan penikmat kopi. Dari data observasi,
target audiens pada perancangan ini adalah
berumur 17-25 tahun.
25
Psikografis:
- Orang-orang
yang
kurang
mempedulikan kesehatannya.
- Orang-orang yang suka minum kopi di
coffeeshop.
- Penikmat kopi.
- Pecandu kopi.
Penentuan target audiens secara
geografis berdasarkan observasi pengkarya
di coffeeshop dengan melihat perilaku
penikmat dan pecandu kopi.
4. Karakteristik
Karakteristik yang digunakan dalam
desain yang akan dibuat oleh pengkarya
terdapat beberapa poin agar pesan yang
terkandung dalam sebuah perancangan
materi edukasi dapat dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat, yaitu:
1.) Pokok / Big Idea
Dalam pembuatan materi edukasinya,
pengkarya mengolaborasikan Kemenkes
RI dengan BEKRAF RI untuk
memberikan kekompakan dan keyakinan
kepada masyarakat bahwa institusi
terkait memperhatikan masyarakat
dalam mengonsumsi kopi secara sehat.
Tema yang dipilih untuk mengangkat
sebuah materi edukasi dari pola
konsumsi kopi ini adalah penyampaian
pesan melalui gaya formal digabungan
dengan pesan visual dengan gaya
informal dengan menggunakan ilustrasi
berjenis hand drawing dan vector
dipadukan dengan ilustrasi beraliran
hipster sehingga mumunculkan gaya
layout yang berjenis Flat Design. Flat
Design sendiri merupakan gaya desain
yang paling banyak digunakan dan
populer pada saat ini, karena gaya desain
ini menggunakan warna yang kalem dan
enak dipandang (Ilmunesia, 2017)
2. Pesan
Menyampaikan informasi mengenai pola
konsumsi kopi secara sehat dengan
bentuk bahasa dan tipografi.
3. Pesan Visual
Pesan visual merupakan salah satu daya
tarik dari materi edukasi dan
menampilkan karakter dimana pada
perancangan ini akan menampilkan
karakteristik dari kopi.
5. Strategi Komunikasi
Untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan,
pengkarya
menggunakan
strategi komunikasi yang tepat sesuai
dengan konsep dan karakter mengenai kopi.
Strategi komunikasi tersebut dilakukan
dengan cara menetapkan strategi yang
efektif dimana terdapat dua poin dalam
menetapkan strategi komunikasi yaitu:
1.) Isi Pesan
Pesan utama yang ingin disampaikan
yaitu
menginformasikan
kepada
masyarakat bahwa kopi itu tidak identik
dengan kafein yang berdampak negatif
saja, melainkan kopi dapat berdampak
positif apabila mengonsumsinya dengan
benar dan teratur.
2.) Bentuk Pesan
Headline yang digunakan pengkarya
harus bersifat menarik dan informatif
agar audiens yang melihat dapat
memahami keseluruhan dari materi
edukasi hingga membaca detailnya.
Headline sangat berperan penting karena
headline akan selalu menjadi pertama
yang dipandang oleh masyarakat, oleh
karena itu font untuk headline akan lebih
besar daripada konten teks yang lainnya.
6. Value-added
Value added dalam sebuah materi
edukasi tentang kopi adalah sebuah tuntutan
atau tantangan nilai lebih yang dimiliki
dalam materi edukasi untuk menarik
perhatian sasaran. Materi edukasi yang
digunakan biasanya harus memiliki unsur
keunikan agar khalayak menjadi tertarik.
26
Value added dalam perancangan materi
edukasi ini terdapat tiga keunikan, sebagai
berikut:
1. Ilustrasi bergaya hipster meskipun
nuansa dari layout materi edukasi ini
bergaya formal.
2. Tipografi bergaya hipster meskipun
pesan yang disampaikan terkesan kaku
karena membawa institusi pemerintah.
3. Fotografi akan menggunakan teknik
cropping dipadukan dengan teknik
gradasi sehingga memunculkan kesan
yang halus dan tisak kasar.
7. Pemilihan media
Untuk
mencapai
tujuan
dari
perancangan materi edukasi ini, maka
digunakan strategi pemilihan media yang
mampu menjangkau masyarakat adapun
media edukasi yang akan digunakan, yaitu
materi edukasi utama dan materi edukasi
pelengkap.
Media edukasi yang akan digunakan yaitu:
1. Poster
Poster adalah gambar pada selembar
kertas berukuran besar yang digantung
atau ditempel dipermukaan lain. Poster
merupakan alat mengiklankan sesuatu,
sebagai alat propaganda, dan protes,
serta maksudmaksud lain untuk
menyampaikan
berbagai
pesan
(Kusrianto, 2007, p.334).
2. Flyer
Flyer biasanya hanya berupa cetakan
satu muka. Kualitas cetakannya tidak
harus
bagus,
bahkan
seringkali
berkualitas seadanya, sebab dibuat
dalam jumlah besar dan berbiaya murah
karena sudah diperkirakan bahwa
banyak diantara flyer akan terbuang
dalam waktu relatif singkat berganti
fungsi menjadi sampah. Walaupun
begitu, flyer yang baik akan didesain
dengan memperhatikan kaidah yang
menarik untuk dilihat dan dibaca
(Shimp, 2003).
3. Foodtruck
Menurut Farkas a food truck is a mobile,
miniature commercial kitchen that must
meet the state sanitation requirements of
a brick-and-mortar restaurant, as well as
be in compliance with additional local
ordinance (2013, p.2).
Menurut Palupi Foodtruck digambarkan
sebagai sebuah truk yang digunakan
untuk media pemasaran produk makanan
tertentu dengan berbagai kriteria tertentu
juga (2017, p.10),.
4. Media Sosial Instagram
Instagram adalah media yang memberi
kemudahan cara berbagi secara online
oleh foto-foto , video dan juga layanan
jejaring sosial yang dapat digunakan
pengguna untuk mengambil dan
membagi ke teman mereka (Budiargo,
2015, p.48).
5. Merchandise
Menurut Rainer merchandise adalah
pernak-pernik yang sering kita jumpai
dan dipakai oleh banyak orang
diberbagai kesempatan (2017, para. 4).
Contohnya adalah pada kaos polos
dengan sablon atau bordir yang ada
gambar dan logo perusahaan, atau bisa
juga pada payung, jam dinding,
flashdisk, pulpen, buku, cangkir kopi
dan lainnya. Merchandise yang akan
digunakan pengkarya ialah cangkir kopi.
8. Visualisasi
Sebelum pengkarya mendesain materi
edukasi pola konsumsi kopi secara sehat,
pengkarya akan membuat sketsa dengan
menggunakan kertas dan pensil yang
bertujuan agar memperoleh bayangan untuk
meletakkan objek visual dan konten-konten
yang terdapat pada materi edukasi.
9. Produksi
Tahapan akhir dari proses perancangan
materi edukasi untuk pola konsumsi kopi
secara sehat adalah membuat dummy dari
hasil sketsa yang telah dibuat.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.) Media Sosial Instagram
Berikut ini adalah hasil akhir dari materi
edukasi yang telah dibuat:
1.) Poster
Gambar 1. Final Desain untuk Poster
Nantinya 4 seri poster ini akan
diletakkan di bagian pengambilan order di
coffeeshop.
2.) Flyer
Gambar 4. Final Desain untuk Media Sosial
Instagram
Dari gambar diatas menunjukkan
bahwa desain untuk media sosial instagram
akan diunggah kedalam akun Instagram
resmi dari Kemenkes RI.
5.) Merchandise
Gambar 2. Final Desain untuk Flyer
Nantinya flyer poster diletakkan diatas
meja pada gerai pemesanan yang terdapat di
coffeeshop.
3.) Foodtruck
Gambar
5.
Merchandise
Final
Desain
untuk
Nantinya gelas merchandise ini akan
dibagikan ke beberapa coffeeshop di DKI
Jakarta untuk pemesanan yang dibawa
pulang atau take away.
Gambar 3. Final Desain untuk Foodtruck
KESIMPULAN
Foodtruck ini yang nantinya akan
menjadi fasilitas yang disediakan oleh
Kemenkes RI bekerja sama dengan
BEKRAF RI dalam menjalankan workshop
“ Racik Kopi”.
Perancangan materi edukasi pola
konsumsi kopi secara sehat memfokuskan
pada upaya perubahan perilaku untuk
mengonsumsi kopi dengan baik dan benar,
28
dengan sasaran khalayak laki-laki dan
perempuan berumur 17-25 tahun. Untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat agar
lebih peduli dengan kesehatannya, terutama
pada pola konsumsi kopi secara sehat,
diperlukan berbagai materi edukasi lanjutan
dengan tujuan yang sama dengan
perancangan materi edukasi pola konsumsi
kopi secara sehat ini.
Karya
yang
dihasilkan
dari
perancangan materi edukasi memiliki
keunikan dibandingkan materi edukasi yang
diterbitkan sebelumnya dimana karya ini
menggambarkan karakter kopi yang kuat
dapat kita lihat dari ilustrasi hingga tipografi
yang ditampilkan. Pada materi edukasi
sebelumnya menggambarkan gaya formal
sehingga kurangnya muncul ketertarikan
untuk melihat, membaca, dan memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi ala
Net Generation. Jakarta: PT Elex
Media
Komputindo
Kompas
Gramedia.
Farkas, B. A., (2013). Elements of an
Effective Process for Developing
Food Truck Policies for North
Carolina
Local
Governments.
University of North Carolina. United
States: North Carolina.
Ilmunesia. (2017, August 7). Apa itu Flat
Design? – Ilmunesia. Retrieved June
26,
2019,
from
http://ilmunesia.com/apa-itu-flatdesign/
Mardana, A., (2016, Oktober 28). Kartini :
Ketika Minum Kopi Jadi Tren Gaya
Hidup Kaum Urban. Diperoleh dari
website:
http://majalahkartini.co.id/berita/serb
a serbi/ketika-minum-kopi-jaditrengaya-hidup-kaum-urban/
Kusrianto, A., (2007). Pengantar Desain
Komunikasi Visual.
AndiYogyakarta.
Yogyakarta:
Palupi, H. D., (2017). Penerapan Strategi
Bauran Pemasaran Usaha Foodtruck
di
Chip
Chop
Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia.
Rainer, D., (2017, Juni 2). Pengertian
Merchandise Fungsi, Jenis, Contoh
Lengkap. Diperoleh dari website:
http://www.spengetahuan.com/2017/
06/pengertian-merchandisefungsijenis-contoh-lengkap.html
Savanayong, Y., (2006). Desain Komunikasi
Visual Terpadu. Jakarta: Arte Media.
Shimp,T. A., (2003). Periklanan Promosi &
Aspek
Tambahan
Komunikasi
PemasaranTerpadu, Jilid I ( edisi 5),
Jakarta: Erlangga.
Yuliandri, M. T., (2015, November 10).
Otten Coffee : 4 Hal Yang Perlu
diperhatikan Sebelum Membeli Biji
Kopi. Diperoleh dari website:
https://majalah.ottencoffee.co.id/4hal-yang-perlu-diperhatikansebelummembeli-biji-kopi/
29