Mata Kuliah Psikologi Bisnis I
Tugas Analisis Jurnal :
Work engagement, tenure, and external opportunities moderate perceived high-performance work systems and affective commitment.
Behavioral aspects of organizational effectiveness: Emotional intelligence, organizational citizenship behavior, and their relationship roles.
A meta-analysis of the relationship between occupational commitment and job performance.
Oleh : Faradilah
Universitas Pancasila
2021
Analisis Jurnal
No.
Aspek
Judul Jurnal
Work engagement, tenure, and external opportunities moderate perceived high-performance work systems and affective commitment
Behavioral aspects of organizational effectiveness: Emotional intelligence, organizational citizenship behavior, and their relationship roles
A meta-analysis of the relationship between occupational commitment and job performance
Sintesis
1.
Latar Belakang
Konsep dari sistem kerja berkinerja tinggi (HPWS) diusulkan untuk mewakili praktik manajemen sumber daya manusia yang dicirikan oleh praktik seleksi yang canggih, investasi dalam pelatihan staf, manajemen kinerja yang sistematis, dan penghargaan yang menarik. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor individu yang membentuk efek HPWS pada pekerjaan.
Konsep seperti kecerdasan emosional (EI) dan OCB menentukan peran bidang ilmiah seperti bisnis, organisasi, dan psikologi pekerjaan, yang telah berkontribusi pada pemeriksaan multidisiplin topik baru-baru ini.
Komitmen kerja (OCC), yang didefinisikan sebagai "hubungan psikologis antara individu dan pekerjaannya". Para peneliti menunjukkan bahwa OCC dikaitkan dengan perilaku organisasi yang positif, seperti pergantian yang rendah dan kepuasan kerja yang tinggi.
Ketika melihat sebuah konsep, pertanyaan logisnya adalah: karena perilaku ini dan hubungannya dengan efektivitas organisasi, mengapa tidak ada tindakan yang diambil untuk mengembangkanny?. Misalnya, mengapa ada kekurangan yang jelas dari metodologi pelatihan yang dikembangkan berkaitan dengan OCB, OC, dan Work Engagement?
2.
Tujuan Penelitian
Untuk memeriksa peran moderator yang telah diusulkan para peneliti, yaitu keterlibatan kerja, masa kerja organisasi, dan peluang eksternal yang dirasakan, dalam hubungan antara sistem kerja berkinerja tinggi yang dirasakan (HPWS) dan komitmen organisasi afektif.
Untuk mengetahui konsep seperti kecerdasan emosional (EI) dan OCB, karena Ini menentukan peran bidang ilmiah seperti bisnis, organisasi, dan psikologi pekerjaan, yang telah berkontribusi pada pemeriksaan multidisiplin topik baru-baru ini.
Untuk Melakukan tinjauan meta-analitik dari literatur OCC untuk mengeksplorasi hubungan antara OCC dan kinerja pekerjaan, dan menemukan bahwa OCC berhubungan positif dengan kinerja in-role dan extrarole, menunjukkan bahwa OCC dapat menjadi prediktor yang andal dari kinerja tugas karyawan. dan OCB.
Cara lain untuk mengembangkan semua itu harus dicari. Salah satu pilihan yang sedang dieksplorasi adalah perilaku yang berhubungan dengan OCB, OC, dan Work Engagement seperti yang ada metodologi pengembangan yang sudah mapan dengan hubungan yang terbukti dengan efektivitas organisasi.
3.
Metodologi/Approach
Pengumpulan data melalui survei online yang dilakukan oleh karyawan Troy, perusahaan teknologi informasi yang didirikan pada 1996 di Chengdu, China. Troy adalah pemasok layanan telekomunikasi outsourcing, serta solusi perangkat lunak dan teknologi. Tanggapan dikumpulkan melalui situs web (www.sojump.com).
Pendekatan tujuan, pendekatan sumber daya sistem dan pendekatan proses internal.
Menggunakan database PsycINFO, Social Sciences Citation Index, ABI Inform, dan ProQuest dengan pernyataan Boolean (komitmen pekerjaan atau komitmen profesional atau komitmen karir atau komitmen kerja) dan (sikap komitmen organisasi atau komitmen organisasi afektif atau kinerja tugas atau kinerja dalam peran atau perilaku kewargaan organisasi atau perilaku ekstra peran atau perilaku membantu).
Penelitian-penelitian melalui pendekatan tersebut dapat dijadikan sebagai referensi, inspirasi atau wawasan untuk melakukan penelitian serupa dengan sudut pandang yang berbeda ataupun dapat mengembangkan penelitian dengan variabel lainnya. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti khususnya menggunakan variabel work engagement, OC, dan OCB.
4.
Temuan
Temuan peneliti mengungkapkan moderator individu penting dalam hubungan antara HPWS yang dirasakan karyawan dan komitmen organisasi afektif, dan membuka jalan bagi penelitian masa depan tentang kondisi batas untuk efek HPWS pada hasil terkait pekerjaan.
Temuan penelitian menunjukkan korelasi antara kompetensi individu kecerdasan emosional seperti Mempertahankan Hubungan dan Mengelola Situasi Sosial dalam dimensi perilaku kewargaan organisasi.
Hasil menunjukkan bahwa hubungan kinerja OCC secara signifikan lebih kuat ketika (a) peserta itu sendiri daripada yang lain melaporkan kinerja tugas dan OCB, dan (b) dua jenis kinerja diukur dengan skala yang dikembangkan oleh Meyer dan rekan daripada skala yang dikembangkan oleh Blau dan rekan.
Semua hasil penelitian dari ketiganya berkontribusi terhadap kinerja tugas individu.
5.
Implikasi
Masa kerja organisasi memperkuat efek positif HPWS terhadap komitmen afektif karyawan. Artinya, komitmen afektif bergantung pada praktik organisasi, seperti HPWS, dan pada karakteristik karyawan, seperti masa kerja organisasi.
Hubungan antara EI dan OCB dapat digunakan dalam proses rekrutmen untuk lebih akurat memprediksi kemungkinan kandidat mempraktikkan ekspresi atas kehendak bebas karyawan dan tidak terkait dengan hadiah atau hukuman.
Implikasi bagi konselor dan praktisi karir dan industri-organisasi dalam temuan ini, bahwa individu berkinerja lebih baik dalam pekerjaan mereka jika mereka lebih berkomitmen pada pekerjaan mereka. Karena kinerja tinggi merupakan prasyarat untuk promosi dan pengembangan karir, konselor karir.
Salah satu cara yang dapat dilakukan organisasi agar lebih unggul yaitu melalui perilaku individu dalam organisasi. Keunggulan organisasi tidak semata-mata hanya melihat karyawannya dari perilaku in-role, tetapi juga perlu untuk melihat dari perilaku extra-role. Dalam hal ini, perilaku inrole yaitu kinerja yang dilaksanakan berdasarkan tugas dan aturan yang ada di dalam organisasi, sedangkan perilaku extra-role adalah perilaku yang dilakukan diluar tugas yang diberikan dan muncul karena perasaan puas dari karyawan terhadap organisasinya
6.
Keterbatasan Penelitian
Saat peneliti melakukan penelitian ini dengan karyawan perusahaan teknologi informasi di Cina, hasilnya tidak dapat digeneralisasikan ke populasi lain. Karena budaya Cina dicirikan oleh jarak kekuasaan yang tinggi dan nilai-nilai kolektivis.
Kelemahan yang paling jelas adalah luasnya sampel. Kelemahan utama lainnya dapat dilihat pada sifat analisis korelasi itu sendiri.
Tidak dapat menguji korelasi kausal yang tepat, yang konsisten dengan meta-analisis sebelumnya. Meskipun temuan mendukung prediksi para peneliti mengenai hubungan kinerja OCC-pekerjaan, mereka harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena beberapa efek moderasi dan validitas tambahan OCC.
Pada tiap-tiap penelitian, didalamnya selalu memiliki keterbatasan, seperti subjektivitasnya tinggi, tidak terbacanya hasil, lamanya proses perencanaan.
7.
Originality/Value
Tingkat HPWS yang tinggi akan menciptakan lingkungan belajar bagi karyawan untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Sebaliknya, karyawan dengan keterikatan kerja yang lemah mungkin tidak menganggap HPWS sebagai cara yang efektif untuk memperkuat komitmen afektif mereka, karena mereka mungkin tidak dapat mencapai kinerja yang baik dan merasa dihargai oleh HPWS.
Pengembangan OCB melalui inisiatif pelatihan organisasi tidak berpengaruh. Alasan untuk ini adalah bahwa perilaku ini harus bersifat sukarela dan bukan persyaratan formal. Juga, harus diingat fakta bahwa untuk memiliki dampak positif pada efektivitas organisasi, manifestasi OCB harus spontan.
Komitmen organisasi afektif (AOC) sebagai fokus awal
dalam komitmen individu untuk bidang mereka telah diakui secara luas sebagai prediktor hasil tempat kerja
Tingkatan kinerja kerja masing-masing individu penting pada sebuah hasil terkait pekerjaan.
Kesimpulan:
Saat ini perusahaan perlu lebih selektif dalam mendapatkan karyawan yang akan bekerja pada perusahaannya agar dapat berjalan sesuai dengan visi dan misinya. Perusahaan juga perlu memahami karakteristik-karakteristik karyawan yang ada saat ini, salah satunya yaitu generasi milenial. Selain itu, sumber daya manusia berperan penting dalam pencapaian target di suatu perusahaan atau organisasi. Pencapaian target ini tidak hanya fokus pada jobdesk semata atau melaksanakan pekerjaan secara in-role, melainkan juga perlu adanya kontribusi extra-role dalam menjalani pekerjaannya. Perilaku tersebut dikenal dengan istilah organizational citizenship behavior (OCB). Terlepas dari pentingnya OCB, karyawan yang merasa terikat dengan pekerjaannya dapat mendedikasikan usahanya lebih maksimal. Work engagement merupakan salah satu nilai penting yang perlu dimiliki oleh setiap karyawan demi tercapainya harmonisasi di organisasi.
Referensi:
Hu, B., Hou, Z., Mak, M. C. K., Xu, S. L., Yang, X., Hu, T., Qiu, Y., & Wen, Y. (2019). Work engagement, tenure, and external opportunities moderate perceived high-performance work systems and affective commitment. Social Behavior and Personality, 47(5). https://doi.org/10.2224/sbp.7353
Dimitrov, Y. (2020). Behavioral aspects of organizational effectiveness: Emotional intelligence, organizational citizenship behavior, and their relationship roles. VUZF Review, 5(4), 15–31. https://doi.org/10.38188/2534-9228.20.4.03
Wang, Q., Jiang, Y., Weng, Q., & Wang, Q. (2019). A meta-analysis of the relationship between occupational commitment and job performance. 47(8).
Faradilah_6020210067_B