Academia.eduAcademia.edu

Jadilah Pemandu Wisata yang Baik

2021, Poltekpar Makassar

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Drs. ARIANUS MANDADUNG Dra. MARGARETHA WADID RANTE, M.Si POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR Penulis Drs. Arianus Mandadung Dra. Margharetha Wadid Rante, M.SI Editor dan Tata Letak Muh. Zainuddin Badollahi Desain Sampul Ahmad Suthami Putra ISBN 978-623-95958-3-8 Diterbitkan oleh POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR Jl. Gunung Rinjani, Kota Mandiri Tanjung Bunga, Makassar 90224 Email: email.poltekparmakassar.ac.id Telepon. (0411) 838456; Faksimile (0411) 838366 Cetakan Pertama, Juli 2021 100 eksemplar xviii + 164 hlm.; 15,5 cm x 24 cm KATA PENGANTAR Perkenankan kami, menyampaikan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang memberikan hikmat, sehingga kami diperkenankan melakukan aktivitas menyusun suatu rangkaian pengetahuan kepramuwisataan, dan terwujud dalam bentuk sebuah buku yang berjudul “JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”. Terima kasih kepada semua pihak, sehingga tulisan ini bisa diselesaikan dan akan menjadi sebuah buku yang berguna bagi kepentingan kepramuwisataan khususnya, dan kepariwisataan pada umumnya. Virus Corona yang telah melanda dunia di akhir tahun 2019, sampai ke Indonesia di awal tahun 2020 hingga sekarang, membuat wajah harus ditutupi dengan masker pengaman virus corona untuk semua orang di muka bumi tanpa kecuali. Selain pakai masker, diharuskan mencuci tangan dengan air mengalir, memakai disinfectant dan menjaga jarak, dan DI RUMAH SAJA. Berawal dari hidup “di rumah saja”, justru kami gunakan kesempatan ini untuk mengisi waktu dan membuat sesuatu yang bisa kami kenang, dan dipedomani oleh generasi di masa yang akan datang. Bekal Pemanduan Wisata dalam bentuk buku, akan menjadi salah satu pedoman bagi yang terpanggil untuk melakukan tugas Pemandu Wisata yang kemudian bisa menjadi Pramuwisata. Banyak orang Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || v melatih diri menjadi Pemandu Wisata, tetapi belum tentu menjadi Pramuwisata. Hal inilah yang diuraikan pada bagian awal buku kepemanduan wisata ini. Sebagai kenangan penulisan buku ini, suatu event penting Pramuwisata Indonesia yaitu, Rapat Kerja Nasional XVIII Himpunan Pramuwisata Indonesia (Rakernas XVIII HPI), untuk pertama kali diselenggarakan secara virtual/ webinar/zoom meeting pada tanggal 5 Oktober 2020. HPI dalam usianya yang ke-32 tahun, lahir di Bumi Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan tanggal 5 Oktober 1988. Dengan alasan itulah, maka pengantar penulis buku ini mengambil tanggal 5 Oktober 2020 sebagai hari penulisan. Isi buku ini sangat mudah dimengerti karena bukan buku hasil penelitian ilmiah, melainkan buku bernuansa praktisi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan lapangan. Memakai kata-kata sederhana, bukan kata-kata ilmiah yang sulit dimengerti. Mamasa, 01 Juni 2021 Penulis vi || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik SAMBUTAN KEPALA DINAS PARIWISATA PROVINSI SULAWESI BARAT Perjalanan wisata merupakan salah satu kegiatan yang mendasar, sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam dalam bentuk menambah pengalaman, pencerahan keadaan, penyegaran fisik dan psikis, maupun dalam bentuk aktualisasi diri mewujudkan impian yang selama ini dipendamnya. Aktivitas perjalanan wisata oleh wisatawan, terkait dengan produk wisata yang merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan, dinikmati oleh wisatawan selama melaksanakan perjalanan wisata. Produk wisata dalam bentuk atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan ancillary sebagai penyelenggara perjalanan wisatawan, yang di dalamnya membutuhkan Pemandu Wisata yang berkompeten dan profesional. Sulawesi Barat, dianugerahi sumber daya pariwisata yang beragam, dimulai dari alam pegunungan, lembah, dataran sampai sumber daya kelautan dan perikanan. Berbagai ragam suku, dan etnolinguistik yang hidup di dalamnya, menjelajah Sulawesi Barat dari alam menyulut berbagai sensasi yang menggoda untuk datang menyaksikannya. Keelokan alam, keunikan budaya serta akan hidup, bila Pemandu Wisata dapat menerangkan dengan afik, memberikan informasi lengkap kepada wisatawan, pemandu yang baik dilengkapi pengetahuan tentang Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || vii objek wisata dan hal lain yang terkait dengan lingkungan sekitarnya, sebagai bahan ceritra menguatkan narasi sehingga wisatawan dapat puas berkunjung ke daerah ini. Menjadi pemandu yang baik selalu melengkapi dirinya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta senantiasa menjaga penampilan dirinya. Bila saja wisatawan yang mengunjungi Sulawesi Barat mendapatkan pemandu wisata yang sesuai dengan harapannya, tentu akan puas berada di Sulawesi Barat. Kepuasan itu dicirikan dengan inginnya berlama lama di tempat ini (long of stay), atau akan mengulang perjalanannya datang lagi (repeating) atau ketika mereka tiba di tempat asalnya berceritra tentang, kerabat, kenalannya bahkan orang lain pun, sekalipun untuk berwisata, menikmati, suasana alam pegunungan, panorama pesisir dan laut keunikan budayanya, pola kehidupan keramahtamahan masyarakatnya di Sulawesi Barat. Peran pemandu Wisata sangat penting untuk menambah hidupnya suatu perjalanan wisata, sebab berwisata itu adalah harus dirasakan langsung “Tourism is about the Experience“ berwisata itu tentang pengalaman nyata, mesti didatangi (visited), dirasakan (felt), dinikmati (enjoyed), dialami (experienced), keterlibatan (engage). Kesan yang kuat dan mengasyikkan ini menjadi pengalaman yang menyenangkan (guest satisfaction). Menghidupkan suasana yang asik dan berkesan selain dari keindahan objeknya sendiri juga kemampuan atau competence Pemandu Wisata dalam menuturkan objek dimaksud alur ceritra, cara menerangkan, karakter kepribadian, serta penampilannya menjadi bagian penting dari suksesnya perjalanan wisata itu. Upaya yang dilakukan oleh Arianus Mandadung dengan Margaretah Wadid Rante yang Menyusun buku viii || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik “JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”, salah satu inisiasi yang dibutuhkan para penggiat pariwisata saat ini. Buku ini akan banyak memberikan informasi, bimbingan, arahan serta langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang Pemandu Wisata. Di tengah tuntutan memenuhi target jumlah kunjungan wisatawan. Kontribusi Pemandu Wisata dalam memberikan informasi mengarahkan wisatawan untuk menikmati perjalanannya di Sulawesi Barat, berdampak pada aktivitas kunjungan wisatawan selanjutnya (Sustainable Tourism Development) kini dan yang akan datang, sehingga hal yang terkait peningkatan pengetahuan destinasi di Sulawesi Barat, penyusunan perjalanan wisata, nilai dan kearifan lokal masyarakat, peraturan-peraturan yang berlaku dan prosedur keselamatan dan kesehatan itu menjadi hal utama dan penting bagi Pemandu Wisata. Secara khusus, perkenankan kami sebagai kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada Bapak Arianus Mandadung dan Ibu Margaretha Wadid Rante di tengah umur yang tidak muda lagi, namun semangatnya masih membara tetap produktif aktif terlibat dalam berbagai aktivitas pariwisata lokal, nasional dan internasional, mengabdi di tanah leluhurnya membesarkan pariwisata, memberikan yang terbaik yang mereka miliki demi berkembangnya pariwisata di Sulawesi Barat. Sekali lagi, buku yang berada di tangan para pembaca ini, merupakan karya literasi kepariwisataan yang patut kita apresiasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pemanduan wisata, sekaligus akan mendapatkan kiat-kiat jitu akan dibagikan berdasarkan pengalaman memandu selama bertahun-tahun kedua penulis. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || ix Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa meridhoi segala aktivitas kita. Amin. Mamuju, 10 Maret 2021 KEPALA DINAS PARIWISATA PROVINSI SULAWESI BARAT Drs. FARID WAJDI, M. Pd. x || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik SAMBUTAN DIREKTUR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan hidayat-Nya, buku dengan judul “JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK” telah terbit. Penerbitan buku ini merupakan upaya untuk memberikan informasi kepariwisataan, referensi mengenai Pramuwisata dalam melaksanakan tugas (pemanduan wisata) dan tanggungjawab sebagai garda terdepan bangsa dalam melayani wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, dan dapat pula dimanfaatkan oleh mahasiswa(i) Politeknik Pariwisata Makassar secara khusus, dan Politeknik Pariwisata yang di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif, serta perguruan tinggi lainnya untuk memajukan kepariwisataan di Indonesia. Politeknik Pariwisata Makassar tetap komitmen dalam mengembangkan sumber daya manusia yang unggul di bidang kepariwisataan dan menyambut baik dan bangga dengan diterbitkannya buku ini untuk memperkaya pengetahuan, secara terkhusus di bidang pemanduan wisata yang dilakukan Pramuwisata. Melalui sambutan ini, saya ingin menyampaikan apresiasi kepada penulis dan panitia yang telah meluangkan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xi waktunya dalam menyiapkan penerbitan buku ini. Atas nama Direktur Politeknik Pariwisata Makassar, menyampaikan selamat atas penerbitan buku ini, semoga dapat bermanfaat dan membantu masyarakat mengenal lebih dalam tentang Pramuwisata. Makassar, 01 Juni 2021 DIREKTUR, POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR Drs. MUHAMMAD ARIFIN, M.Pd. xii || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik SAMBUTAN KETUA UMUM DPP HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (DPP-HPI) Salam Pramuwisata, Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Sulawesi Barat, Bapak Arianus Mandadung profess Ibu Margaretha Wadid Rante, telah menyelesaikan buku yang sangat berguna, baik bagi mereka yang ingin menjadi Pramuwisata, maupun yang sudah melakoni profesi tersebut, yang karena tuntutan profesinya mesti meningkatkan kualitas dan kemampuannya sebagai professional. Buku ini dapat melengkapi beberapa buku tentang profesi Kepemanduan Wisata yang sudah beredar. Mengingat peran pramuwisata yang di lapangan lebih dikenal dengan sebutan gaid (guide), di mana dalam melakukan pekerjaannya, posisinya berhadapan langsung dengan wisatawan mewakili perusahan pemberi kerja dan destinasi atau daerahnya. Di sanalah peran strategisnya yang membutuhkan profession khusus yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap/tingkah laku untuk memenuhi kompetensinya sebagai pramuwisata. Melalui kiprahnya, orang sering mengatakan bahwa baik atau buruknya citra sebuah destinasi tergantung pramuwisatanya. Pramuwisata harus dibekali kemampuan public speaking, storytelling, dan interpretasi. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xiii Di samping pengetahuan tentang budaya, pramuwisata harus mempunyai informasi dari berbagai sumber baik dari buku, jurnal, professi dan majalah, serta sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang berhubungan dengan pariwisata. Kode etik profesi dalam wujud sikap dan tindakan serta aturan yang mengatur keberadaannya dan peraturan tentang kepariwisataan harus pula dipahami. Berkenaan dengan hal tersebut kami Dewan Pimpinan Pusat HPI menyambut baik penerbitan buku yang berjudul “JADILAH PEMANDU WISATA YANG BAIK”. Semoga buku ini dapat dijadikan pegangan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakoni profesi pramuwisata, agar naik kelas dari pekerja pariwisata menjadi Pramuwisata professional. Amin. Jakarta, 05 Maret 2021 DEWAN PIMPINAN PUSAT HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (DPP-HPI), KETUA UMUM, SANG PUTU SUBAYA, S.H., M.H. xiv || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................... v SAMBUTAN • KEPALA DINAS PARIWISATA PROVINSI SULAWESI BARAT ............................... • DIREKTUR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR ............ • KETUA UMUM DPP HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (DPP-HPI) ............ xiii DAFTAR ISI .................................................................... xv BAB I vii xi PEMANDU WISATA DAN PRAMUWISATA .......................................... 1. PEMANDU WISATA .............................. 2. PRAMUWISATA ..................................... 1 2 3 BAB II PEMANDU WISATA ................................... 11 BAB III KODE ETIK PRAMUWISATA INDONESIA .................. 17 PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK SEORANG PRAMUWISATA SEBELUM MENJALANKAN TUGAS PEMANDUAN WISATA ............................. 1. PERSIAPAN FISIK .................................. 2. PERSIAPAN MENTAL ........................... 3. KEPRIBADIAN ........................................ 19 19 22 28 BAB IV Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xv BAB V BAB VI PROTOKOL DAN ETIKET KEPEMANDUAN ......................................... 1. PROTOKOL .............................................. 2. ETIKET DAN PERGAULAN .................. 3. PERPADUAN PROTOKOL DAN ETIKET BAGI PRAMUWISATA ............ 41 KOMUNIKASI DAN PUBLIC SPEAKING ...................................... 1. KOMUNIKASI ......................................... 2. PUBLIC SPEAKING ................................. 45 45 51 31 31 34 BAB VII PROSEDUR TRANSFER IN, CITY TOUR, TRANSFER OUT ........................................... 1. TRANSFER IN DARI BANDARA KE HOTEL ...................................................... 2. CITY TOUR .............................................. 3. TRANSFER OUT DARI HOTEL KE BANDARA ............................................... 4. WAKTU ISTIRAHAT/REST ROOM STOP DALAM PERJALANAN .............. 64 BAB VIII PROSEDUR OVERLAND TOUR ................ 1. DEPARTURE BRIEFING ......................... 2. PEMBERIAN INFORMASI ..................... 67 67 67 BAB IX MATERI PEMBERIAN INFORMASI ........ 1. KLASIFIKASI PRAMUWISATA ............ 75 77 BAB X PERENCANAAN PERJALANAN DAN PAKET WISATA ........................................... 1. BENTUK PAKET WISATA ..................... 2 ORGANISASI PERENCANAAN PERJALANAN WISATA......................... 3. MENYUSUN PROGRAM TOUR............ 4. MENGHITUNG HARGA PAKET WISATA (TOUR QUOTATION) ............. xvi || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 59 59 62 62 81 83 84 92 94 BAB XI PENANGAN TAMU KAPAL PESIAR TURIS ............................... 1. PENANGANAN TOUR DI PELABUHAN (SHORE EXCURSION) ............................ 103 105 BAB XII SEJARAH LAHIRNYA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (HPI) ....... 109 BAB XIII KARAKTERISTIK WISATAWAN ............. 119 BAB XIV BERBAGAI KESAN DAN PENGALAMAN PRAMUWISATA DI SULAWESI SELATAN ................................. 133 BAB XV PENGALAMAN PRIBADI PENULIS BUKU INI .................................... 145 DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 155 BIODATA PENULIS ...................................................... 157 Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || xvii BAB I PEMANDU WISATA DAN PRAMUWISATA Istilah Pemandu Wisata dan Pramuwisata, sering disamakan saja. Padahal sangat berbeda secara administrasi dan hukum atau legal dan ilegalnya. Dalam menjalankan kegiatan pelayanan kepada wisatawan, keduanya tidak bisa dibedakan masing-masing ketika memandu dan membimbing wisatawan ke destinasi dan daya tarik wisata. Baik dalam sikap dan tingkah laku serta berbahasa, susah dibedakan secara sepintas. Untuk itulah, sebelum menjadi Pramuwisata, terlebih dahulu mengetahui dengan pasti arti dan tugas Pramuwisata dalam kedudukannya sebagai ujung tombak dan garda terdepan bangsa, menghadapi wisatawan dari luar negeri ke Indonesia dan antar daerah dalam negeri. Garda atau ujung tombak pariwisata bermakna bahwa, wisatawan dari berbagai bangsa di dunia yang masuk ke Indonesia dengan tujuan berwisata, dihadapi langsung oleh Pramuwisata, bukan pemerintah pusat dan daerah. Kalau pelayanan prima mampu dilakukan seorang Pramuwisata terhadap wisatawan tersebut, wisatawan akan mengatakan “Indonesia sangat bagus”. Mereka tidak lagi mengatakan Pramuwisata si “A” bagus. Dengan pujian ini, nama pariwisata Indonesia di luar negeri bagus karena pelayanan Pramuwisatanya kepada wisatawan, sukses penuh pujian. Dengan demikian nama pemerintah Indonesia di pusat dan daerah terangkat bagus. Tetapi sebaliknya, jika seorang Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 1 Pramuwisata tidak melakukan pelayanan yang memuaskan maka wisatawan akan mengatakan “Indonesia jelek”. Sebab itu, jadilah Pemandu Wisata yang baik dalam pelayanan kepada wisatawan demi mengangkat nama bangsa dan tanah air di dunia internasional. Berikut ini, persamaan dan perbedaan antara Pemandu Wisata dan Pramuwisata, serupa tapi tak sama secara administrasi dan hukum. 1. PEMANDU WISATA Pemandu Wisata adalah seseorang yang memandu dan membimbing wisatawan ke destinasi dan daya tarik wisata, baik setelah melalui bimbingan/pelatihan pemandu wisata, maupun secara alami belajar sendiri sampai bisa mengantar dan membimbing wisatawan. Walaupun memandu wisatawan secara baik dan benar, tetapi secara administrasi dan hukum belum memiliki lisensi untuk tugas tersebut. Sehingga belum berhak menyandang nama sebagai Pramuwisata serta tidak berhak memakai atribut/tanda pengenal Pramuwisata yaitu Lencana Burung Cendrawasih dan Lisensi Pramuwisata (Badge License) yang dipasang di dada atau digantung seperti kalung panjang di leher. Sama halnya dengan pengendara kendaraan bermotor, ada yang bisa menyetir dengan baik dan benar tetapi belum mempunyai Surat Izin Mengendara (SIM) yang memiliki dasar hukum untuk mengemudi. Demikian juga pemandu wisata mampu menjalankan tugas secara baik dan benar, tetapi belum punya lisensi. Resikonya, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menyangkut keamanan negara dan daerah misalnya bahkan menyangkut pribadi, maka pemandu 2 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik wisata ilegal dan pengendara sepeda motor ilegal lebih tinggi resiko hukumnya dibanding yang punya lisensi tugas tersebut. Inilah yang perlu diwaspadai, apalagi kalau terjadi penipuan dan pemerkosaan atau pemberian informasi yang salah terhadap wisatawan yang dibimbingnya, ke mana hendak dicari pelakunya. Untuk itulah biasanya Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata Daerah bekerja sama dengan pengurus organisasi profesi Pramuwisata yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) melakukan swiping di tempat-tempat strategis jalur wisata bagi mereka yang mengantar wisatawan, apakah mempunyai izin atau tidak. Sehingga setiap ada tugas mengantar wisatawan, Pramuwisata yang mengantarnya harus memakai Tanda Pengenal Pramuwisata (Tour Guide Badge). 2. PRAMUWISATA Pramuwisata adalah seseorang yang memandu dan membimbing wisatawan ke destinasi dan daya tarik wisata, sebelum menekuni profesi Pramuwisata sudah mengikuti bimbingan/pelatihan pemandu wisata serta dinyatakan lulus ujian pramuwisata. Dengan demikian, berhak memiliki sertifikat dan lisensi pramuwisata. Berhak memakai atribut/tanda pengenal pramuwisata sesuai sertifikat dan lisensi yang dimiliki. Dalam dunia kepariwisataan, istilah “guide” masih lebih populer dibanding istilah “pramuwisata”. Apa sebabnya karena biasa dihubungkan dengan pramugari/pramugara, pramuria dan pramu-pramu lainnya, tetapi istilah “guide” atau “tour guide” pasti adalah orang yang profesinya mengantar wisatawan atau turis. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 3 Pramuwisata terdiri dari dua kata yaitu “pramu” dan “wisata”. Pramu artinya melayani, wisata adalah kegiatan perjalanan dengan masa waktu tertentu yang bertujuan rekreasi, bisnis, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor: KM.82/PW.102/MPPT-88 tahun 1988 tanggal 17 September 1988 menyatakan: Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk mengenai objek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Dalam SK tersebut khususnya Pasal 2, 3, dan 4 memaparkan tugas dan tanggung jawab Pramuwisata sebagai berikut: a. Mengantar wisatawan, baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan dengan menggunakan transportasi yang tersedia. b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan objek wisata, serta memberikan penjelasan tentang dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya. c. Memberikan petunjuk tentang objek wisata. d. Membantu menguruskan barang bawaan wisatawan. e. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan, atau musibah lainnya. Pada Pasal 5 SK Menparpostel tersebut ditegaskan bahwa hal yang penting diperhatikan dan ditaati seorang Pramuwisata adalah dilarang melaksanakan kegiatan usaha Biro Perjalanan Umum (BPU) sekarang dipakai istilah Biro Perjalanan Wisata (BPW). Seorang Pramuwisata semata-mata hanya menjalankan 4 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik pekerjaan dengan memberikan jasa layanan pada kegiatan usaha. Hal ini dimaksudkan, seorang Pramuwisata dilarang menyusun program wisata/tour itinerary dan paket wisata secara sembunyi-sembunyi dan diberikan/dijual kepada wisatawan lalu ditangani sendiri tanpa campur tangan Biro Perjalanan Wisata yang punya kewenangan secara hukum menangani perjalanan wisata. Pramuwisata hanyalah seseorang yang menuntun dan membimbing wisatawan tanpa menjual paket wisata dan ditangani sendiri. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi tersebut tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata terdapat 3 (tiga) klasifikasi sebagai berikut: 1) Pramuwisata Muda Pramuwisata yang kursus/pelatihannya diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/ Kota. Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota. Wilayah kerjanya dalam kabupaten/kota penerbit sertifikat dan lisensi. Sertifikat berlaku sepanjang masa. Lisensi dapat diperpanjang setiap 2 (dua) tahun selama masih memenuhi persyaratan perpanjangan, atau tidak melakukan pelanggaran Kode Etik Pramuwisata Indonesia dan pelanggaran lainnya. 2) Pramuwisata Madya Pramuwisata yang kursus/pelatihannya diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi. Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi. Lingkup kerjanya dalam wilayah provinsi penerbit sertifikat dan lisensinya. Sertifikat berlaku sepanjang masa, lisensi dapat diperpanjang setiap 2 (dua) tahun sepanjang masih Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 5 memenuhi persyaratan perpanjangan, atau tidak melakukan pelanggaran Kode Etik Pramuwisata Indonesia dan pelanggaran lainnya. 3) Pengatur Wisata (Tour Leader) Pengatur Wisata yang kursus/pelatihannya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata RI. Sertifikat dan lisensinya diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata RI. Wilayah kerjanya di dalam wilayah republik Indonesia dan luar negeri menangani wisatawan rombongan. Sertifikat berlaku sepanjang masa, lisensi dapat diperpanjang setiap 2 (dua) tahun sepanjang masih memenuhi persyaratan perpanjangan, atau tidak melakukan pelanggaran Kode Etik Pramuwisata Indonesia dan pelanggaran lainnya. Sebelum terbitnya SK Menparpostel tahun 1988, yang dikenal dalam awal pengembangan pariwisata Indonesia di than 1970-an s/d 1980-an hanyalah Pramuwisata Umum tingkat provinsi. Belum ada klasifikasi Pramuwisata dengan istilah Pramuwisata Muda, Pramuwisata Madya dan Pengatur Wisata (Tour Leader). Istilah Pramuwisata Umum diatur dalam beberapa keputusan antara lain: berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor: 243/K/1970 tertanggal 5 Agustus 1970 dan Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor: 12/Kpts/1170-Par, tertanggal 24 Nopember 1970. Sesudah itu terbit pula Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.73/KP.103/PHB-80 tertanggal 1 April 1980 dan Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor: Kep-21/U/IV/80 tertanggal 21 April 1980. 6 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Dalam perkembangan selanjutnya, selain ketiga klasifikasi Pramuwisata tersebut di atas, ada juga yang disebut Pramuwisata Khusus seperti wisata minat khusus (Special Interest Tour), museum, tempat peninggalan sejarah dan purbakala, hutan wisata, wisata berburu, kawasan industri, perkebunan/agro wisata, dan lain-lain yang bersifat khusus dan wilayah kerjanya terbatas. Bimbingan dan pelatihannya dilaksanakan secara khusus oleh instansi tersebut. Sertifikat dan Lisensinya diterbitkan secara khusus pula. 1) Lambang/Logo Pramuwisata Burung cendrawasih yang merupakan burung chiri khas dari Tana Papua sebagai burung kebanggaan nasional yang dilindungi. Lambang yang berupa pin ini dipasang di dada, seragam untuk semua klasifikasi Pramuwisata dan Pengatur Wisata (Tour Leader). Yang membedakannya adalah Tanda Pengenal Pramuwisata (Tour Guide License) yang digantung di leher memakai tali atau dipasang di dada sebelah kiri di atasnya kantong baju sejajar logo/lambang burung cendrawasih di dada sebelah kanan baju. Pramuwisata Muda berlatar/dasar Hijau, Pramuwisata Madya berlatar/dasar kuning, Pengatur Wisata (Tour Leader) berlatar/dasar merah. Dengan menggunakan kedua atribut yang berbeda warna dasarnya, wisatawan dan seprofesi Pramuwisata dapat mengetahuinya dengan mudah. Lencana Pramuwisata adalah BURUNG CENDRAWASIH dari Papua, ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional II (Rakernas II) HPI di Banjarmasin pada tahun 1989 dengan alasan: a) Ciri khas ke-Indonesiaan, b) Komposisi warna bulu serasi, Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 7 c) Burung yang paling peka terhadap perubahan, d) Menurut agama Hindu, burung yang membawa arwah ke surga. 2) Pramuwisata (Licensed Tour Guide) Dalam hal ini, dapat dibaca pada BAB VI, Pasal 14, diktum (1) poin F Undang-Undang No.: 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, telah membakukan dan memuat secara resmi bahwa Pramuwisata termasuk dalam salah satu Usaha Pariwisata yang resmi diakui berdasarkan Undang-Undang RI yang berlaku sejak tahun 2009. Seorang Pramuwisata mendapatkan upah kerja dalam dua jalur, sehingga dikenal adanya Pramuwisata Tetap (Payroll guide) dan Pramuwisata Tidak Tetap (Freelance Guide): a) Payroll guide (guide tetap) adalah Pramuwisata yang bekerja tetap pada salah satu Biro Perjalanan Wisata (BPW), mendapatkan gaji tetap dan kesejahteraan dari BPW tempat bekerja tetap. Mendapatkan uang jasa pramuwisata (guide fee) pada saat mengantar wisatawan dari BPW tempat bekerja, tetapi jumlahnya lebih rendah dibanding guide yang tidak bekerja tetap di BPW tersebut. Jika Payroll guide dibutuhkan BPW lain, harus mendapat izin dari BPW tempat bekerja tetap. Beda dengan guide bebas/tidak terikat (freelance guide) di salah satu BPW, kalau tidak ada kegiatan mengantar tamu, gaji dan kesejahteraannya setiap bulan tidak ada yang membayarkan. b) Freelance Guide (guide tidak tetap) adalah Pramuwisata bebas/tidak terikat dengan salah satu BPW, mendapatkan uang jasa pramuwisata (guide fee) hanya pada saat mengantar wisatawan. Uang jasa Pramuwisata (guide fee) 8 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik freelance guide lebih besar dari pada uang jasa pramuwisata tetap. Tetapi kalau tidak ada tugas mengantar wisatawan, tidak mendapatkan uang jasa pramuwisata. Pramuwisata tidak tetap, bebas melakukan hubungan kerja sama dengan semua BPW yang ada di daerahnya. Kalau Pramuwisata tidak tetap, bagus hubungannya dengan banyak BPW, maka bisa saja orderan mengantar wisatawan setiap saat, sisa melayaninya berdasarkan prioritas pilihannya sendiri. Tetapi jika seorang Pramuwisata tidak tetap tidak jujur dan melakukan hal-hal tercela bagi BPW maka pramuwisata tersebut bisa saja di black list dan disampaikan ke semua BPW sehingga pramuwisata tersebut tidak ada yang order untuk melayani wisatawan. Organisasi Pramuwisata: Pramuwisata Indonesia tergabung dalam suatu organisasi profesi yang dikenal dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sebagai satusatunya wadah profesi pramuwisata yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Organisasi profesi Pramuwisata berdiri sejak tahun 1988 dengan nama Himpunan Duta Wisata Indonesia (HDWI), kemudian berubah menjadi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) sampai saat ini. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 9 BAB II PEMANDU WISATA Wisata konvensional sejatinya memacu pertumbuhan ekonomi melalui aktivitas wisata massal yang lebih menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan hedonistik tanpa manfaat yang berarti. Bahkan sebaliknya justru, menghasilkan dampak yang tidak diharapkan, seperti masalah moral, masalah sosial, serta kesenjangan antar warga, maupun antar kelompok warga. Lebih dan itu, juga menimbulkan dampak berupa kerusakan lingkungan, baik ekosistem perairan maupun ekosistem hutan. Seiring dengan itu, bergulirnya wacana tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya, menyebabkan ekowisata menjadi penting untuk mendukung wacana tersebut melalui sustainable tourism development. Arus global kepariwisataan pun berubah seiring makin signifikannya pertumbuhan ekonomi di negara-negara asal wisatawan, terutama Eropa-Amerika. Di negara-negara ini, segmen pasar wisata semakin besar dengan eksploitasi yang lebih besar pula untuk melakukan perjalanan wisata, terutama perjalanan wisata yang lebih berkualitas. Kondisi ini menyebabkan makin tingginya permintaan perjalanan wisata dalam bentuk wisata minat khusus (special interest tourism). Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 11 Seseorang yang punya kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, menguasai minimal bahasa Inggris, tidak mutlak bisa dan mampu menjadi pramuwisata yang baik. Sama halnya dengan seseorang yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi belum tentu mampu tampil berdiri di muka umum membawakan sambutan, ucapan belasungkawa, ucapan terima kasih dalam suatu resepsi pernikahan, atau tugas lainnya, apalagi kalau ditugaskan secara tiba-tiba. Hal yang sama, seseorang yang menguasai bahasa Indonesia dengan sempurna, tetapi belum tentu bisa menulis artikel, apalagi mau menulis sebuah atau lebih buku. Banyak yang terpanggil, tetapi hanya sedikit yang terpilih, demikian juga halnya untuk menjadi pramuwisata. Pertama-tama harus ada kemauan keras, bakat dan kemampuan untuk menjadi seorang pramuwisata. Dia harus punya seni dan teknik berbicara sehingga pendengarnya setia dan bersemangat mendengarkannya, tidak merasa bosan. Tidak kasar, tidak berteriak seperti orang ketakutan sampai pendengarnya tutup telinga bahkan menjauh. Tetapi juga tidak terlalu halus yang kadang-kadang tidak kedengaran suaranya sehingga pendengarnya harus mendekatkan telinganya ke Pramuwisata yang sedang berbicara. Harus memiliki kemahiran dan pengalaman serta pengetahuan, sehingga mahir dalam penjelasan tidak tersendat-sendat, tidak terpotong-potong, tidak setiap saat mengintip catatan apalagi teks atau buku. Hal ini tentu harus ditunjang oleh pengalaman dan pengetahuan yang cukup, sehingga tidak kaku. Punya solidaritas yang tinggi, menjalin kerja sama antar seprofesi Pramuwisata, saling mengangkat dalam memberi rekomendasi yang baik kepada wisatawan, tidak 12 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik saling menjatuhkan atau menjelekkan antar seprofesi Pramuwisata. Kalau se-profesi Pramuwisata saling memberikan rekomendasi yang baik, maka wisatawan akan terkesan bahwa semua Pramuwisata di daerah atau negara itu bagus-bagus cara pelayanannya. Sebaliknya jika saling menjelekkan, wisatawan akan berkesan bahwa semua Pramuwisata di daerah atau negara itu jelek. Marilah saling memberikan rekomendasi yang baik se-profesi Pramuwisata, sehingga nama daerah dan negara harum di mata dunia. Dalam menjalankan tugas kepramuwisataan, seorang Pramuwisata harus mengenal dan mematuhi Tata Krama Pramuwisata yang tertuang dalam 5 (lima) butir yaitu: 1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Seorang Pramuwisata Indonesia harus yang menganut salah satu agama yang resmi di Indonesia yaitu: Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha. 2. Menjunjung tinggi Falsafah Pancasila dan UndangUndang Dasar tahun 1945 Seorang Pramuwisata Indonesia harus memahami dan setia kepada falsafah Negara RI yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945. 3. Mengutamakan Kepentingan dan Keselamatan Masyarakat, Bangsa dan Negara Dalam menjalankan tugas, Pramuwisata harus melayani wisatawan mancanegara (wisman) sebaik-baiknya dan tetap memperhitungkan kepentingan masyarakat Indonesia secara umum. 4. Menghargai Martabat, Nilai-Nilai Luhur Kepribadian Bangsa Indonesia Tidak boleh menginjak-injak kepribadian bangsa dan kearifan lokal suatu daerah di mana wisatawan berkunjung sebagai jati diri nasional dan daerah. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 13 5. Memelihara Azas Gotong Royong dengan Se-profesi Pramuwisata Semua Pramuwisata Indonesia harus memiliki rasa kerjasama yang baik, tidak saling menjatuhkan atau menjelek-jelekkan nama sesama Pramuwisata demi kepentingan diri sendiri. Seorang Pramuwisata dalam ikut mengembangkan kepariwisataan nasional melalui peningkatan pelayanan di semua sektor pariwisata, harus berusaha: 1. Menjaga Nama Baik Jabatan Profesi Pramuwisata, dan Perusahaan yang Diwakili Memelihara nama baik secara pribadi sebagai Pramuwisata Indonesia dan tidak menghianati Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang memberikan tugas mengantar wisatawan. 2. Mengutamakan Kejujuran dan Kebenaran dalam Pelayanan Pramuwisata adalah bendahara pengeluaran uang di lapangan selama melayani wisatawan dan melaporkannya kepada Biro Perjalanan Wisata yang memberikan tugas mengantar wisatawan. Kalau jujur akan dilamar terus, tetapi kalau tidak jujur akan ditolak terus alias di black list oleh Biro Perjalanan Wisata yang saling memberikan informasi terhadap Pramuwisata tertentu, khususnya Freelance Guide. 3. Bertindak Sopan, Bijaksana dan Bertanggung Jawab Kesopanan merupakan awal sukses suatu pelayanan wisata di lapangan, penuh tanggung jawab dalam menangani wisatawan sebagai duta bangsa dan wakil daerah di daerah/destinasi wisata. 14 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 4. Patuh dan Taat terhadap Kesepakatan bersama antara Pramuwisata dan Perusahaan dalam hal ini Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang Memberikan Tugas Mengantar Tamunya Sebelum melaksanakan tugas pemanduan wisata, ada perjanjian yang dibuat antara Pramuwisata dan Biro Perjalanan Wisata termasuk kesejahteraan (guide fee) Pramuwisata khususnya Freelance Guide ketika menangani tamu Biro Perjalanan Wisata. 5. Memelihara Hubungan yang Harmonis dengan Pimpinan Perusahaan yang Menugaskan, Wisatawan yang Ditangani, Rekan-Rekan Se-profesi Pramuwisata, bahkan Semua Unsur Terkait Selama Menjalankan Tugas Pelayanan kepada Wisatawan Jadilah penilai yang baik terhadap perusahaan yang menugasi dan tetap menjaga keharmonisan kerja sama dengan rekan-rekan Pramuwisata, bahkan mengangkat nama baik Biro Perjalanan Wisata yang menugasi. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 15 BAB III KODE ETIK PRAMUWISATA INDONESIA Kode etik Pramuwisata Indonesia ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional I Himpunan Pramuwisata Indonesia (MUNAS I HPI) di Palembang Sumatera Selatan dengan Keputusan Nomor 07/MUNAS.I/X/1988 tanggal 5 Oktober 1988 sebagai berikut: 1. Pramuwisata harus mampu menciptakan kesan penilaian yang baik atas daerah, negara bangsa, dan kebudayaan. 2. Pramuwisata dalam menjalankan tugasnya harus mampu menguasai diri, senang, segar, rapi, bersih serta berpenampilan yang simpatik (menghindari bau badan, perhiasan, dan parfum yang berlebihan). 3. Pramuwisata harus mampu menciptakan suasana gembira dan sopan menurut kepribadian Indonesia. 4. Pramuwisata harus mampu memberikan pelayanan dan perlakuan yang sama kepada wisatawan dengan tidak meminta tip, tidak menjajakan barang dan tidak meminta komisi. 5. Pramuwisata mampu memahami latar belakang asal usul wisatawan serta mengupayakan untuk meyakinkan wisatawan agar mematuhi hukum, peraturan, adat kebiasaan yang berlaku dan ikut melestarikan objek. 6. Pramuwisata mampu menghindari timbulnya pembicaraan serta pendapat yang mengundang Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 17 7. 8. 9. 10. perdebatan mengenai kepercayaan, adat istiadat, agama, ras dan sistem politik sosial negara asal wisatawan. Pramuwisata berusaha memberikan keterangan yang baik dan benar. Apabila ada hal-hal yang belum dapat dijelaskan maka pramuwisata harus berusaha mencari keterangan mengenai hal tersebut dan selanjutnya menyampaikan kepada wisatawan dalam kesempatan berikutnya. Pramuwisata tidak dibenarkan mencemarkan nama baik perusahaan, teman seprofesi dan unsur-unsur pariwisata lainnya. Pramuwisata tidak dibenarkan untuk menceritakan masalah pribadinya yang bertujuan untuk menimbulkan rasa belas kasihan dari wisatawan. Pramuwisata saat perpisahan mampu memberikan kesan yang baik agar wisatawan ingin berkunjung kembali. 18 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB IV PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK SEORANG PRAMUWISATA SEBELUM MENJALANKAN TUGAS PEMANDUAN WISATA Dalam melaksanakan tugas pemanduan wisata, seorang Pramuwisata terlebih dahulu harus mempersiapkan mental dan fisik sebelum berhadapan dengan wisatawan. Hal ini sangat penting karena pramuwisata akan berhadapan dalam pelayanan terhadap wisatawan yang membayar paket wisata untuk senang, bukan untuk susah. Wisatawan telah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk berwisata, menikmati alam dan budaya serta fasilitas sesuai kelas paket wisata yang dibeli, pramuwisata sangat berperan menyukseskan suatu perjalanan wisata. Sehingga wisatawan menginginkan pelayanan prima selama ditangani oleh seorang Pramuwisata. Dalam mempersiapkan suatu perjalanan wisata yang matang, jauh-jauh sebelumnya biasanya Pramuwisata sudah punya daftar tugas di Biro Perjalanan Wisata (BPW) tempat bekerja, baik payroll guide maupun freelance guide. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak mempersiapkan mental dan fisik Pramuwisata sebelum menjalankan tugas, walaupun ada juga tugas dadakan karena satu dan lain hal. 1. PERSIAPAN FISIK a. Kapan? Sebelum melaksanakan tugas pemanduan sudah ada orderan guide. Seorang Pramuwisata yang baik, sebaiknya membuat daftar tugas sendiri dan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 19 kalau perlu di tempel di tempat yang strategis mudah dilihat. Keluarga bisa diinfokan untuk mengingatkan dengan adanya daftar tempel agar tidak sampai terlupakan, kapan akan memandu wisatawan. b. Apa? Apakah transfer in saja, city tour saja atau overland ke suatu destinasi wisata selama beberapa hari, atau wisata jalan kaki (trekking), wisata laut, wisata minat khusus lainnya dan lain sebagainya. Dengan mengetahui jenis pemanduan apa yang akan dilakukan, perlu ada persiapan perlengkapan dan juga perlu olah raga jika misalnya akan melakukan wisata jalan kaki (trekking) agar tidak kaget tubuh ketika jalan kaki tiba saatnya dilaksanakan. Demikian juga makanan harus dipilih makanan yang tepat dalam persiapan fisik. Untuk yang akan trekking, kurangi makan makanan berlemak dan pedas, tetapi perbanyak makan sayur dan buahbuahan. Bagi yang perokok dan peminum alkohol supaya dikurangi, cukup untuk menyegarkan dan menguatkan badan, bukan untuk bermabukmabukan dengan minuman alkohol berlebihan. c. Siapa? Yang akan ditangani nanti orang Indonesia (wisnus) atau mancanegara (wisman) kebangsaan apa, perorangan (individual) atau rombongan (group), dan lain-lain. Perlu mengetahui karakter wisatawan yang akan ditangani. Dengan mengetahui siapa yang akan diantar, dengan muda seorang Pramuwisata mempersiapkan segala sesuatu untuk memberikan pelayanan prima. 20 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik d. Ke Mana/Di Mana? Tujuan wisata ke daerah mana, jalur mana yang akan dilalui, kendaraan apa yang akan dipakai, apa yang harus disiapkan, di mana menginap, dan lain sebagainya. Untuk memastikan ke mana dan di mana, maka terlebih dahulu harus menguasai Program Tour (Tour Itinerary) dan peta (map) yang dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata yang menugasi Pramuwisata. Program tour tersebut tidak boleh dirubah oleh seorang Pramuwisata, kecuali atas persetujuan Biro Perjalanan Wisata yang menugasi jika ada halhal tertentu istimewa yang harus dilakukan. Jika program tour dirubah dan wisatawannya keberatan/ mengeluh (complaint) maka yang menanggung resikonya adalah Pramuwisata. Apalagi kalau ada pengembalian harga paket wisata (refund) akibat perubahan program tour yang semena-mena dirubah oleh Pramuwisata di lapangan. e. Bilamana? Dengan mengetahui ke mana wisatawan akan diantar, seorang Pramuwisata yang sudah berpengalaman sudah mengetahui rintangan dan halangan apa yang bisa terjadi lewat jalur yang akan dilalui. Misalnya sering ada tanah longsor atau banjir di musim hujan dan harus lewat sungai, daerah yang dilalui sering ada pengadangan atau pencopetan di pasar/tempat keramaian, sering ada anak-anak muda nakal berkumpul di pinggir jalan di tempat tertentu, susah mendapatkan makanan dan tempat menginap sesuai selera wisatawan pada jalur trekking, serta banyak hal yang bisa terjadi selama dalam perjalanan. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 21 f. Bagaimana? Bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana diuraikan pada poin (e) di atas, seorang Pramuwisata harus mampu mengatasinya di lapangan tanpa harus setiap saat menghubungi kantor Biro Perjalanan Wisata yang menugasi untuk menyelesaikan masalah, kecuali dalam keadaan terpaksa. Di situlah seorang Pramuwisata diuji kemampuannya, sekaligus menjadi penilaian bagi Biro Perjalanan Wisata yang memberikan tugas guiding. Semakin mulus penyelesaian masalah di lapangan yang dilakukan seorang Pramuwisata, semakin tinggi nilai ordernya terutama bagi Freelance Guide. 2. PERSIAPAN MENTAL a. Penampilan Diri Kesan pertama wisatawan ketika untuk pertama kalinya berjumpa dengan seorang Pramuwisata yang akan mengantarnya. Pada saat itu, wisatawan akan terkesan kalau Pramuwisata yang menemuinya pertama kali, akan mampu memberikan pelayanan prima dalam bentuk informasi dan tuntunannya ke destinasi dan daya tarik wisata sesuai program yang telah disusun sebelumnya. Senyum dan mimik serta raut muka harus menampakkan keseriusan melayani wisatawan. Jangan menampakkan wajah seperti barua saja marah-marah, atau menatap layar HP lebih banyak dari pada menatap muka wisatawan dengan penuh gembira. Muka tidak perlu murung dan tidak kelihatan loyo yang bisa mengurangi keyakinan wisatawan akan keberhasilan tour yang akan dilakukan. Pada prinsipnya penampilan diri pertama menghadapi wisatawan harus 22 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik memperlihatkan kesegaran jiwa penuh semangat agar wisatawan juga penuh semangat mengawali perjumpaan pertama dan seterusnya dengan Pramuwisata yang akan menanganinya. b. Pakaian Basah Sering tidak disadari kalau pakaian yang basah, terutama pakaian dalam sangat menjadi sumber bau tidak sedap, sehingga hindarilah memakai pakaian basah ketika menangani wisatawan. Termasuk pula kaos kaki yang basah sangat meresahkan apalagi kalau robek walaupun sepatunya mengkilap kelihatan tetapi baunya menyengat tidak nyaman. c. Pemakaian Parfum, Lipstick, Minyak Rambut Dalam menangani wisatawan janganlah parfum, dan minyak rambut itu terlalu tajam baunya sehingga membuat wisatawan tutup hidung dan mulut serta bersin ketika berada di dalam mobil yang ber-AC. Lipstik juga jangan terlalu tebal mengkilap silau yang berlebihan. Demikian juga minyak gosok, vicks, aroma therapy, bedak berlebihan, sering mengganggu penghirupan wisatawan, sehingga jangan terlalu berlebihan pemakaiannya. Demikian juga bau badan terutama ketiak bagi yang memang berbau ketiaknya, sering mengganggu penghirupan wisatawan, pakailah obat yang menghilangkan atau mengurangi bau ketiak tersebut saat mengantar wisatawan. d. Mulut, Hidung, dan Telinga Ketiga lubang ini harus bersih sebelum menangani wisatawan. Mulut sudah disikat sampai tidak berbau. Hidung sudah dibersihkan dan digunting bulunya jika terlalu panjang dan jangan dikorekkorek saat menangani wisatawan. Telinga harus Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 23 digosok sampai bersih kelihatan sampai ke lubangnya. Dengan demikian persiapan ketiga lubang yang bersih akan menyegarkan penglihatan wisatawan yang ditangani. Jangan sebentar-sebentar menguak karena mengantuk, karena itu akan terbaca bagi wisatawan bahwa pramuwisatanya kelihatan mengantuk. Ada wisatawan yang justru mengejek Pramuwisata yang kelihatan mengantuk dan berkata: “Lebih baik guide pergi tidur dulu karena mengantuk”. e. Kuku Sebelum melaksanakan tugas pemanduan wisata, periksalah kuku anda jangan sampai panjang dan kotor, ada juga yang pecah dan tajam mengganggu dalam gerak. Malahan ada orang yang menggigit kukunya karena ada yang menonjol tajam, potong sebelum bertugas. f. Rambut dan Kumis Rapikan rambut dan kumis sebelum melayani wisatawan agar mereka merasa nyaman dan tidak ketakutan selama bersama dengan Pramuwisata. g. Pandangan Mata Mata merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pemanduan wisata. Ketika sedang berbicara dengan wisatawan, jangan membuang muka dan memandang ke arah lain, tetapi tataplah matanya dengan penuh kelembutan dan senyum. Pada saat menjelaskan di atas mobil atau di daya tarik wisata, pandangan mata harus bebas dan meluas ke segala penjuru yang serasi dan seirama dengan apa yang sedang keluar dari mulut seorang Pramuwisata. Jangan hanya terfokus pada salah satu arah atau sudut pandang tertentu. Ada juga orang karena 24 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik wisatawannya cantik atau gagah, pandangan mata terus ke orang itu. Ini akan mengganggu konsentrasi pemberian informasi dan bisa sistematika pemberian informasi terganggu dan berantakan. Ada Pramuwisata yang menangani wisatawan yang sedang berbulan madu, pura-pura selalu memberikan penjelasan dan menatap wajahnya, hanya mau mengetahui gerak dan perlakuan yang indah di antara dua insan yang sedang menikmati dunianya. Kalau menangani wisatawan rombongan, sering konsentrasi mata ditujukan kepada seseorang yang menarik perhatiannya ketika sedang memberikan informasi. Wisatawan lain bisa cemburu dan merasa bahwa hanya satu orang saja yang dilayani, selebihnya adalah tambahan. Semua itu harus dihindari supaya ada pemerataan mendapatkan pandangan dan senyuman ketika sedang menangani wisatawan. h. Posisi Tangan dan Kaki Kaki dan tangan memegang peran ketika sedang memberikan informasi kepariwisataan. Kedua alat tubuh manusia ini harus digerakkan dalam fungsi yang tidak kaku. Jangan hendaknya kedua atau satu telapak tangan dimasukkan ke dalam kantong celana sambil memberikan informasi, ini tanda-tanda orang gugup menghadapi wisatawan. Jangan sambil menggaruk telinga, korek hidung dan menyapunyapu mulut ketika sedang memberikan informasi, wisatawan bisa merasa jijik. Jangan juga kaki kanan dan kaki kiri dalam posisi bersilangan, tetapi harus berdiri tegak sejajar dan tidak kaku tegang tetapi santai. Tangan biasanya digerakkan secara bebas terbatas sesuai dengan arah pembicaraan, sehingga menarik perhatian wisatawan, jangan siap di tempat Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 25 seperti sedang menyanyikan lagu kebangsaan, lalu bercerita dengan mulut setengah terbuka seperti setengah terkunci. Sering seseorang karena asyiknya bicara dengan gerakan tangannya yang berlebihan, menyentuh orang di sekitarnya, terlebih jika ada orang di sampingnya. i. Percakapan dan Kata-Kata yang Digunakan Hubungan komunikasi oral dengan wisatawan merupakan suatu kunci utama dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu perjalanan wisata. Berbicaralah dengan nyaring pelan-pelan dan sopan sesuai situasi dan kondisi di lapangan, jangan terburu-buru dan aturlah pernafasan anda sehingga kedengaran suara anda stabil, terlebih jika memakai sound system di atas mobil. Pilihlah katakata yang sederhana dan mudah dimengerti untuk semua orang. Jika ada kata dalam bahasa daerah terutama benda atau tumbuhan serta objek lainnya tetapi tidak ada dalam bahasa Indonesia, jelaskanlah dalam bahasa Indonesia sampai wisatawannya mengerti. Demikian juga jika ada istilah dalam bahasa Indonesia tetapi tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa mancanegara, jelaskanlah sampai wisatawannya mengerti. Jangan dibiarkan berlalu membuat wisatawan menyimpan kesan yang tidak terselesaikan dalam hidupnya. j. Idiolek Pribadi Suatu bahasa terbagi atas beberapa dialek, dialek terbagi atas beberapa sub-dialek, sub-dialek terbagi atas beberapa logat, paling akhir adalah idiolek. Idiolek adalah satu atau lebih kata yang merupakan kata-kata emas seseorang. Tanpa katakata itu, pembicaraannya tidak lancar. Misalnya 26 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik kata “oleh karena”, “oleh sebab itu”, “senantiasa”, “agar supaya” ada juga seseorang lancar berbicara dengan idiolek “a . . . ; e . . . . ”; dan banyak lagi yang merupakan kebiasaan yang melekat pada seseorang yang susah kalau tidak diucapkan. Ada idiolek sampai puluhan kali disebutkan ketika sedang berpidato atau sambutan dan semacamnya, demikian juga kalau memberikan informasi kepada wisatawan. Hal ini perlu dievaluasi dan dihindari, jangan sampai karena banyaknya kata-kata yang sama diulangi, bisa wisatawan membalikkan katakata tersebut sebagai ejekan kepada Pramuwisata yang menanganinya. k. Sistematika Pemberian Informasi Informasi yang diberikan di ruangan dan informasi di lapangan sangat berbeda situasi dan kondisinya. Sehingga seorang Pramuwisata harus mampu menyesuaikan diri dalam pemberian informasi. Pemberian informasi dalam ruangan tidak banyak gangguan, apalagi kalau menggunakan banyak alat peraga dan presentasi melalui layar in focus dan didukung oleh peserta yang patuh tidak ribut tetapi berkonsentrasi mendengarkan dan melihat alat peraga, penampilan layar dan suara serta mimik pembicara. Namun keletihan lebih tinggi untuk pemberian informasi di dalam ruangan dengan gerak terbatas, duduk terus-menerus. Dalam membangun suatu informasi khususnya di luar ruangan, laksana merangkai sebuah pohon plastik, mulai dari akar, batang, dahan/cabang, ranting dan daun sampai di ujung pucuk bagian atas, maka jadilah sebuah pohon yang kelihatan indah. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 27 Pada saat mulai memasang dan ada pertanyaan, berhentilah dulu melanjutkan pekerjaan itu tetapi peganglah akar itu sehingga tidak lupa apa yang akan dikerjakan sesudah menjawab pertanyaan. Setelah menjawab pertanyaan, dilanjutkan memasang batang dahan/cabang. Ketika ada pertanyaan, tetaplah memegang dahan/cabang itu dan sesudah menjelaskan, lanjutkan memasang ranting dan daun. Dengan demikian, sistematika pemasangan sebuah pohon tidak terganggu dan tidak ada bagian yang terlupakan. Demikian juga ketika sedang memberikan informasi kepariwisataan, apakah itu tentang alam, sejarah, budaya, upacara pernikahan, upacara kematian, syukuran keberhasilan hidup dan lain sebagainya. Mulailah bercerita, ketika dalam perjalanan cerita ada yang memotong pembicaraan dan bertanya, jawablah itu apabila memang sudah saatnya dijawab atau ditunda sampai masuk sesi ceritanya. Tetapi ingat ! Di mana percakapan itu berhenti, harus disambung dengan baik, jangan sampai lupa sehingga bercerita lagi dengan topik lain. Demikian juga pada saat bercerita dan ada sesuatu yang melintas dalam pikiran yang harus dijelaskan, jelaskanlah itu lalu masuk lagi ke intinya. Demikian selanjutnya, maka lengkaplah sebuah topik cerita, walaupun terpotong atau tersendat tetapi diusahakan disambung dengan sambungannya, jangan sampai tidak nyambung. 3. KEPRIBADIAN a. Tepat Waktu Seorang Pramuwisata harus mampu menghargai waktu/tepat waktu. Sangatlah fatal jika seorang 28 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Pramuwisata yang akan menjemput di Bandara atau di hotel atau di tempat mana saja untuk berjumpa, selalu terlambat membuat wisatawannya bingung dan komplain. Hal ini sangat merugikan diri pribadi terlebih perusahaan yang memberi kepercayaan. Jangan biasakan ditunggu tamu dengan gelisah, sementara Pramuwisatanya santai-santai saja tidak disiplin waktu. Hadirlah di tempat yang ditentukan jauh sebelum waktunya untuk menunggu wisatawan yang akan ditangani. b. Jaga Kestabilan Emosional Jangan membawa situasi dari rumah jika ada masalah dengan suami/istri, dengan pacar, dengan tetangga atau orang lain, sehingga muram masam terimbas ke tamu yang ditangani. Tidak bisa senyum terlebih tertawa, kurang melakukan komunikasi dengan tamu karena masih menyimpan kemarahan. Simpanlah dulu masalah yang tidak menyenangkan itu lalu menangani tamu, seolah-olah tidak ada masalah. c. Siap Dikritik Sebagai seorang Pramuwisata yang sudah dilatih melalui pelatihan pemanduan wisata harus siap dikritik oleh wisatawan jika ada hal-hal yang tidak sesuai dalam pelayanan. Dari kritikan membangun itulah yang membuat seorang Pramuwisata akan bisa merubah cara yang tidak sesuai dan menjadi bagian dari pengalaman. Namun jika ada kritikan yang tidak sesuai dengan pendapat seorang Pramuwisata, tangguhkanlah masalah itu jangan bertahan lanjut dan pelan-pelan mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 29 d. Penuh Inisiatif Seorang Pramuwisata yang mau maju, harus memiliki inisiatif yang tinggi. Tidak perlu menunggu komando tetapi langsung melakukan sesuatu yang positif, bukan over acting yang negatif di hadapan tamu. Misalnya menjemput tamu di Bandara, tidak perlu disuruh dan ditunjukkan barang bawaan wisatawan, tetapi tanyakan mana barangnya. Menjemput di hotel, jangan duduk asyik menelepon, tau-tau tamunya sudah kiri-kanan, keluar masuk di mana guidenya. Seorang Pramuwisata yang profesional harus gelisah mencari di mana tamunya, kalau perlu tanya ke Receptionist hotel. 30 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB V PROTOKOL DAN ETIKET KEPEMANDUAN Protokol dan etiket merupakan dua kata yang mengandung dua fungsi yang tidak bisa dipisahkan. Protokol merupakan aturan memposisikan seseorang atau sekelompok orang pada urutan atau tempatnya yang benar dalam suatu upacara atau kegiatan kecil dan besar. Etiket merupakan cara atau tingkah laku serta gerak yang sopan, baik gerak tubuh (action) maupun untaian kata dan kalimat (orality). Jika kedua fungsi ini dipadukan secara serasi dan seimbang, sempurnalah tugas dan tanggung jawab yang dilakukan dalam suatu upacara atau kegiatan tertentu. Seorang Pramuwisata harus mampu menguasai dan memadukan kedua fungsi tersebut dalam menangani wisatawan. Jika hanya protokol melulu saja dan mengabaikan etiket, maka bisa saja menjadi pusat perhatian orang di sekelilingnya. Sebaliknya jika hanya sopan santun beretiket melulu saja tetapi tidak bisa mengatur posisi tempat dan gerak orang yang diantarnya, bisa menjadi pusat ejekan banyak orang. 1. PROTOKOL Kadang-kadang kata “protokol” diartikan sempit yaitu “pembawa acara/pengatur acara” dalam suatu acara atau kegiatan tertentu. Padahal “protokol” itu jauh lebih luas lingkup tugasnya dibandingkan “pembawa acara/pengatur acara” atau biasa disebut “MC (Master Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 31 Ceremony)” yang mengatur urutan-urutan acara dalam suatu upacara atau sejenisnya mulai dari awal sampai selesai, sekaligus sebagai pemegang mic sound system dalam suatu upacara. Sering juga diartikan, beberapa orang yang lari-lari berpakaian seragam lengkap, khusus mengatur perjalanan pejabat atau orang penting ketika memasuki upacara atau pertemuanpertemuan berskala besar dan kecil. Dapat diartikan pula penghubung antara orang yang akan menemui pejabat tertentu untuk maksud tertentu. Kata “protokol” aslinya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Protos” dan “Kolla”. Kata “Protos” berarti “yang pertama”, kata “kolla” berarti “lem atau perekat” . Mula-mula, perkataan “protokol” digunakan bagi lembaran-lembaran gulungan papyrus (paper) atau kertas tebal yang ditempelkan/dilekatkan. Kemudian kata “protokol” digunakan untuk seluruh gulungan itu dimana dicatat semua dokumen negara yang bersifat nasional dan internasional. (Renyut hal: 1). Secara luas tetapi terbatas, arti “protokol” memiliki fungsi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Informator, Komunikator, Guide/Pemandu Tamu, Announcer, Security, Generalist. Salah satu bagian yang teramat penting dalam protokol ialah tata krama yaitu penggunaan kata-kata sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya menurut tinggi rendahnya pejabat yang bersangkutan atau mayoritas peserta upacara. Bisa juga tergantung kepada jenis upacara yang dihadapi. Memilih kata-kata yang tepat 32 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dan bisa langsung dimengerti pendengarnya, tidak memamerkan keahlian mengucapkan kata-kata bahasa tinggi atau bahasa ilmiah/bahasa buku-buku supaya tidak membingungkan peserta atau pendengarnya. Unsur protokol yang baik dan benar membentuk suasana/iklim yang mempengaruhi berhasil tidaknya suasana upacara. Ada 3 (tiga) esensi yang terkandung dalam keprotokolan: 1. Tata Cara, 2. Tata Krama, 3. Rumus-rumus dan aturan-aturan tertentu. Tugas protokol sangat luas ruang lingkupnya. Secara singkat dapat diformulasi, sebagai pemberian pelayanan (service) kepada pimpinan atau atasan serta tamu-tamu dan masyarakat umum, hubungannya protokoler penyelenggaraan upacara-upacara. Seperti urutan-urutan sambutan dalam upacara. Apakah level paling tinggi sampai terendah diurutkan atau sebaliknya, itulah salah satu bagian protokol yang nyata dan sederhana. Demikian juga tempat duduk yang diatur secara protokoler di bidang pemerintahan atau kedinasan, siapa yang paling layak duduk di bagian depan, kemudian pendampingnya lalu siapa yang duduk di rei/barisan berikutnya, biasanya dilihat eselonnya. Namun tatanan adat dan kebiasaan wilayah/daerah tertentu lain lagi protokol tradisinya. Walaupun seseorang memiliki pangkat/golongan tinggi dalam pemerintahan di luar wilayah daerahnya, tetapi jika berada di lingkup adat tentu ada tempat duduk yang khusus secara protokoler adat yang patut baginya. Ada juga orang VIP (Very Important Person) atau orang penting, ada juga masyarakat dengan fungsi dan kedudukan masing-masing. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 33 Kalau di masa Covid-19 ini, dikenal Protokol Kesehatan: memakai masker lalu menuju suatu tempat, sebelum memasuki ruangan atau tempat tertentu cuci tangan dulu dengan air bersih mengalir dan memakai sabun atau zat lain pembunuh kuman, masuk ke ruangan dan duduk dengan mengatur jarak sesuai tanda atau kode dalam ruangan. Itulah contoh protokoler di bidang kesehatan di masa Covid-19. Istilah ini sangat populer di masa virus corona yang merupakan virus berbahaya secara global dunia. Seorang Pramuwisata harus mampu bertindak protokoler terbaik terhadap wisatawan yang diantarnya. Sehingga seorang Pramuwisata wajib mengetahui seluk beluk masyarakat di destinasi wisata tempat berkunjung wisatawan yang diantarnya dan mengetahui karakter wisatawan yang ditanganinya. Dengan demikian salah satu kunci keberhasilan seorang Pramuwisata akan terlihat dari cara mengatur tamunya di mana berada dan ke mana saja perginya. 2. ETIKET DAN PERGAULAN a. Sopan Santun dalam Pergaulan Hidup Sehari-Hari Dalam hal ini, dapat menyenangkan perasaan banyak orang, jika betul-betul dilakukan secara spontan, tidak dibuat-buat atau karena paksaan. Seorang anak akan dikagumi oleh sebayanya atau orang yang lebih kakak dari padanya atau orang banyak, jika anak itu sopan dalam berbicara dan santun dalam tingkah laku dengan orang sepergaulannya. Dasar ini, bisa berkelanjutan di masa remajanya sampai dewasa karena telah tertanam sejak dini. Kalau anak dapat pujian, biasanya orang bertanya siapa orang tuanya. Sehingga orang tua sangat berperan dalam 34 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik menanamkan etiket pergaulan hidup yang baik dan benar sejak masa kecil supaya menjadi kebiasaan. Orang tua yang sopan dan santun dalam pergaulan hidupnya sehari-hari akan dikagumi banyak orang, dan dijadikan contoh serta pedoman pergaulan hidup remaja dan pemuda serta banyak orang akan menjadi simpati terhadapnya. Banyak perempuan yang mampu memikat pria, hanya bermodalkan bahasa yang santun, gerakan yang serasi dan tahu menghargai lawan bicara, walaupun sekejab tetapi langsung tersimpan dalam hati pria dan sebaliknya. Begitu indahnya sopan santun dalam kehidupan setiap insan, sehingga dapat menyenangkan banyak orang dan menjadi perhatian orang-orang tertentu yang terlibat dalam pergaulan hidup yang bernapaskan sopan santun. Banyak wanita cantik dan pria ganteng berperawakan meyakinkan, kaya orang tuanya atau dirinya sendiri, tetapi membujang seumur hidup hanya karena tidak memiliki sopan santun yang memikat dalam pergaulan dengan lawan jenisnya dan masyarakat umum. Sebaliknya banyak wanita jelek wajahnya atau pria yang tidak tampan, tetapi lawan jenisnya terpikat hanya karena sopan santunnya yang menawan hati membuatnya cepat mendapat jodoh. Namun tidak semua yang membujang seperti itu, kemungkinan ada penyebab lain. Ada beberapa petunjuk yang bisa menolong seorang Pramuwisata memahami dan mempraktikkan etiket dalam menangani wisatawan: • Sesuaikan diri dengan keadaan, berada di Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 35 • • • • • tengah antara kepribadian bangsa Indonesia/ kearifan lokal dan kepribadian asal wisatawan yang sedang ditangani, jangan kehilangan kepribadian bangsa/daerah tempat berkunjung. Berlaku sopanlah, tidak kasar dan emosi dalam mengemukakan sesuatu yang mungkin bertentangan dengan jiwa wisatawan yang ditangani, beranilah tetapi punya perhitungan dengan kadang-kadang menyatakan maaf jika perlu, tetapi tidak selalu. Jangan menonjolkan diri untuk dihormati, dihargai dan dikagumi wisatawan, tetapi angkat dan sanjunglah mereka tetapi tidak berlebihan. Beranilah dengan percaya diri sebagai duta bangsa dan biasakanlah untuk berbicara dengan lancar, memilih kata-kata yang tepat dengan tidak banyak keluar dari jalur inti pembicaraan, ketahuilah pokok pembicaraan dengan tidak melupakan bagian-bagian kecil yang penting. Melihatlah ke depan menatap wajah-wajah para tamu (jangan melihat ke bawah atau ke atas), dengan tidak terpengaruh jika ada kebisingan atau keributan di sekitarmu karena tugas pemanduan wisata bukan hanya di tempat tenang saja tetapi kebanyakan di luar ruangan, penuh gangguan kesibukan orang lain. Jangan membetulkan ucapan-ucapan lawan bicara bila, tidak diminta karena merasa lebih dari pada dirinya. Biasanya seseorang bingung mencari kata atau istilah yang tepat, tiba-tiba seseorang memberikan kata dan istilah, bisa orangnya tersinggung karena merasa digurui, kecuali diminta kepada anda siapa tahu anda tahu yang dicari-cari itu. 36 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik b. Perasaan Malu Timbulnya perasaan malu lahir dari “rasa rendah diri” menghadapi orang lain. Rendah diri berbeda dengan rendah hati: rasa “rendah diri” itu mengarah ke rasa “gugup”, sedangkan rasa “rendah hati” mengarah kepada menghargai orang lain tidak lebih dari pada menghargai diri pribadi. Hal rendah diri biasanya disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam suatu profesi, termasuk profesi Pramuwisata. Contoh misalnya seorang artis cantik atau ganteng yang baru pertama kali naik di atas panggung pentas akan merasa malu bahkan gemetar, tetapi kalau sudah lama berkecimpung dalam profesi sebagai artis, rasanya ingin terus berdiri di atas panggung pentas dengan riuh tepuk tangan para hadirin pencitanya. Demikian juga seorang Pramuwisata ketika baru pertama kali mengantar tamu ke suatu destinasi wisata, akan merasa kaku terhadap wisatawan yang diantar, malu terhadap teman-teman Pramuwisata yang sudah senior. Ketika seorang Pramuwisata baru, memberikan penjelasan di suatu daya tarik wisata, ia usahakan jauh dari Pramuwisata senior agar terhindar dari kekurangan isi dan teknik pemberian informasi kepada tamunya, suaranya diperkecil berbisik, cukup didengarkan oleh tamunya saja. Tetapi kalau sudah berkali-kali mengantar wisatawan dan sudah penuh dengan pengalaman percaya diri sudah tinggi, banyak membaca bukubuku penunjang dan belajar kepada pengalaman orang lain, ia sudah percaya diri dan kalau perlu berteriak memberikan penjelasan daya tarik wisata di tengah-tengah kerumunan wisatawan biarkan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 37 didengarkan oleh Pramuwisata lain dan tamu lain selain tamunya. c. Sikap Menghormati dan Perhatian kepada Tamu Seorang Pramuwisata hendaknya jangan berlebihan dalam hal penghormatan dengan membungkuk terlalu lama penuh senyum dan tertawa lucu, terlebih jangan merayap menghampiri tamu, atau cara lain untuk menarik simpati tamunya. Kalau bertemu pagi-pagi berjabat tangan jangan terlalu mengeraskan tangan dan diayun-ayun secara berlebihan. Apalagi ada orang yang senang memeluk-meluk lawan jenisnya secara berlebihan. Malah ada juga Pramuwisata memberikan penghormatan berlebihan kapan dan di mana saja, membelikan buah-buahan dan cindra mata dan lainlain, melakukan servis berlebihan dengan harapan mendapatkan tip banyak. Namun setelah berakhir tournya, tidak ada tip, kecewalah Pramuwisatanya. Jangan juga acuh tidak sopan terhadap wisatawan, misalnya masih dengan sebatang rokok melengket di mulut, atau belum selesai menghormat sudah menoleh ke arah lain sambil berbicara terus tidak jelas. Sebaiknya secara santai dan penuh senyum dengan memusatkan pandangan ke tamu yang ditangani. d. Cara Memperkenalkan Secara umum, dalam suatu pertemuan yang pesertanya belum saling mengenal, biasanya diminta untuk saling memperkenalkan diri atau diperkenalkan secara kolektif oleh seseorang yang dipercayakan. Jika memperkenalkan diri tanpa perantara tetapi secara langsung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 38 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik • • • Yang lebih muda usianya memperkenalkan diri kepada yang lebih tua, kemudian yang lebih tua memperkenalkan diri kepada yang lebih muda. Tentunya sebagai Pramuwisata, terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada Tamunya kemudian tamunya memperkenalkan diri kepada Pramuwisatanya, kalau bersama sopir yang akan mengantar tamu, jangan lupa juga memperkenalkan sopir yang dilakukan oleh Pramuwisata. Pria memperkenalkan diri dulu kepada wanita, lalu wanita memperkenalkan diri kepada pria, tetapi hal ini tidak berlaku bagi Pramuwisata karena tamunya lebih tua atau lebih muda dari pada Pramuwisatanya, laki-laki atau perempuan, selalu Pramuwisata yang terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada tamunya. Pada umumnya, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, jika memperkenalkan diri tidak senang menyebut embel-embel titel namanya dan jabatannya tetapi cukup nama aslinya saja. Sehingga lebih enak diperkenalkan oleh orang lain karena bisa menyebut segala sesuatunya yang merupakan embel-embel nama dan jabatannya dengan suara jelas dan halus, pelan-pelan penuh wibawa jangan tergesa-gesa seperti ada orang yang memburunya. e. Berjabat Tangan Sering terjadi pada suatu perjumpaan, tidak secara spontan melakukan jabat tangan karena saling menunggu dan terlihat kaku. Orang yang lebih tua umurnya terlebih dahulu melakukan gerakan jabat tangan dan disambut yang lebih muda umurnya Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 39 dengan jabat tangan. Pria akan berjabat tangan dengan wanita jika wanita yang pertama melakukan gerakan jabat tangan disambut pria, tetapi jika tidak terjadi jabat tangan, cukup wanita dengan menganggukkan kepala sedikit. Berjabat tangan merupakan cara yang santun bagi orang Indonesia pada umumnya, tetapi orang Eropa dan negara lainnya lebih senang berpelukan mesra. Jika seorang Pramuwisata tidak langsung berjabat tangan dengan tamunya pada perjumpaan pertama di bandara, pelabuhan, hotel atau di mana saja, biasanya orang Eropa senang merangkul. Untuk menghindari hal tersebut, seorang Pramuwisata dengan tegas langsung berjabat tangan dengan mengatur jarak jangan mendekat, jangan membuang wajah berdekatan muka dengan tamu apalagi berlawanan jenis, itu berarti tanda kode untuk saling merangkul gaya Eropa dan sekitarnya. Kadang-kadang Pramuwisata yang menyambut tamu lawan jenisnya, sengaja tidak mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan tetapi menunggu dipeluk. Berpelukan dengan tamu kadang-kadang menciptakan kemesraan awal, tetapi hati-hati pula jika tamunya mengidap penyakit menular termasuk virus aids yang mematikan dan banyak lagi penyakit lain yang rawan terhadap daya tahan tubuh seorang Pramuwisata. Ketika buku ini ditulis, dunia sedang dilanda ancaman virus corona dikenal dengan istilah Covid-19 karena terjadi penularan pertama di China pada akhir tahun 2019 yang mematikan. Sehingga berjabat tangan dan rangkulan peluk dihindari karena dengan muda terjangkit atau menjangkitkan virus corona dari dan kepada orang lain. Cukup 40 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dengan menganggukkan kepala dan tunduk sedikit dengan jarak agak jauh minimal 1,5 meter jaraknya, mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak sebagai penerapan Protokol Kesehatan bagi semua orang tanpa kecuali, tanpa memandang bulu. 3. PERPADUAN PROTOKOL DAN ETIKET BAGI PRAMUWISATA Seorang Pramuwisata harus mampu memulai kariernya menuju profesionalisme Pramuwisata dengan memadukan dua fungsi yaitu Protokol dan Etiket pergaulan hidup. Contoh pada saat mempersiapkan tamu dan memasuki suatu upacara dukacita secara adat di Tana Toraja: Baik wisatawan individual maupun wisatawan rombongan, sebaiknya sehari sebelum berkunjung ke suatu upacara dukacita diberikan semacam brifing persiapan. Disampaikan bahwa besok kalau tidak ada halangan, kita akan berkunjung ke sebuah upacara dukacita Tana Toraja yang pasti menarik bagi anda. Berbicaralah secara pelan tetapi suara nyaring supaya semua peserta mendengarkan isi brifing dan mematuhinya demi kepentingan/kenyamanan wisatawan dan kenyamanan keluarga yang berduka. Untuk itu perlu saya sampaikan beberapa hal menuju dan di lokasi upacara sebagai berikut: • Kita bukanlah keluarga inti maupun rumpun keluarga tetapi akan hadir di tengah-tengah mereka yang sedang menghormati jenazah dalam tatanan budaya Toraja. Sebagai penghormatan adat kebiasaan Toraja, kita harus patung-patungan membeli dan membawa sesuatu untuk keluarga di arena upacara. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 41 - • • • Kalau wisatawan individu hanya beberapa orang saja antara 1 s/d 10 orang cukup membawa rokok minimal 1 – 2 pak berisi 10 atau 12 bungkus/ pak, bisa dibeli di toko tidak jauh dari sini. - Kalau wisatawan rombongan sekitar 10-an orang ke atas paling baik membeli seekor babi dipikul masuk arena upacara, bisa dibeli di pasar tidak jauh dari sini, disumbangkan ke keluarga yang berduka, bisa diambil foto/videonya sebagai ole-ole pulang ke negara asal. - Dengan membawa sesuatu berarti kita menghargai budaya mereka dan kitapun layak diterima dan ditempatkan di suatu tempat yang layak jika memungkinkan. Berhubung jarak dari jalan mobil ke lokasi upacara, kita harus berjalan kaki sekitar 1 km naik dan turun bukit, dianjurkan memakai sepatu atau sendal yang tahan terhadap lumpur dan licin melewati tanah liat. Saat ini musim hujan, perlu diantisipasi sebaiknya memakai jas hujan/mantel/payung/topi supaya kita nyaman dan aman menikmati upacara yang memakan waktu tetapi menarik. Demi menyesuaikan diri dan menghormati kebiasaan adat mereka, kita harus memakai pakaian hitam, minimal gelap bukan berwarna tajam seperti merah/putih/warna tajam lainnya. Bagi wanita supaya memakai pakaian yang agak tertutup, payudara terlindung tidak menjadi tontonan orang banyak, baik pria maupun wanita sebaiknya memakai celana yang tidak terlalu pendek terbuka, tetapi agak tertutup agar tidak menjadi tontonan orang banyak jika anda duduk dan kelihatan halhal yang tidak perlu dipamer. 42 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik • • • • • • • Ketika memasuki arena upacara dan tidak memungkinkan kita mendapat tempat yang standar karena banyak orang, janganlah berdiri menghalangi orang banyak. Carilah tempat di sela-sela orang banyak untuk bisa melihat, jangan berdiri di depan lumbung padi karena menghalangi orang-orang penting yang duduk di lumbung padi. Lumbung padi adalah tempat khusus orang tertentu dalam tatanan adat dan budaya Toraja. Hati-hatilah menjaga diri masing-masing pada saat pemotongan kerbau secara massal atau ketika menonton adu kerbau karena sering kerbaunya lari membabi buta menabrak orang. Ketika ada prosesi rombongan keluarga memasuki arena upacara, jangan memotong barisan mereka. Nikmatilah semua proses jalannya upacara, ambillah gambar atau foto/memotret semaksimal mungkin karena kita sudah diterima secara adat setelah menyerahkan hewan atau barang bawaan kita kepada keluarga. Jangan ribut menambah kebisingan suasana arena upacara yang mengganggu jalannya upacara. Jika ada hal yang perlu ditanyakan, datanglah kepada Pramuwisata untuk mendapatkan penjelasan, bisa juga diingat pertanyaannya dan ditanyakan sesudah meninggalkan arena upacara, apakah dalam perjalanan atau di hotel saat santai. Pramuwisata akan berada di suatu titik, jika semua peserta sudah merasa puas atau sudah dipanggil Pramuwisatanya, maka anda berkumpul di tempat Pramuwisata untuk bergegas kembali ke mobil, hafallah warna baju dan wajah saya di mana saya akan menunggu dan mengamati anda. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 43 Dengan memadukan protokol dan etiket maka seorang Pramuwisata akan sukses dalam menangani wisatawan individual dan rombongan ketika menghadiri suatu upacara duka menurut kebiasaan adat Toraja. Banyak contoh yang bisa dikemukakan tetapi dengan contoh yang ada sudah bisa menjadi bayangan untuk dikembangkan. 44 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB VI KOMUNIKASI DAN PUBLIC SPEAKING 1. KOMUNIKASI Komunikasi dan public speaking sangat penting diketahui dan dipraktikkan seorang Pramuwisata yang ingin sukses dalam menangani wisatawan. Kadangkadang terjadi hal-hal yang tidak nyambung ketika melakukan komunikasi dengan wisatawan, masyarakat umum akan menertawakan seorang Pramuwisata jika terjadi mis-komunikasi antara Pramuwisata dengan tamunya dan dengan masyarakat umum di sekelilingnya. Suatu komunikasi dianggap baik apabila yang disampaikan oleh pengirim pesan dapat diterima oleh penerima pesan secara jelas, sempurna dan dipahami sebagaimana adanya isi/bunyi pesan tersebut. Suatu komunikasi disebut efektif apabila penerima pesan melaksanakan/melakukan apa yang disampaikan oleh pengirim. Suatu komunikasi yang baik belum tentu efektif, sementara komunikasi yang efektif pasti merupakan komunikasi yang baik. Untuk melakukan komunikasi yang baik, relatif gampang, asalkan kedua belah pihak siaga. Bersedia melakukan prinsip-prinsip komunikasi antar manusia, dan tidak mengalami gangguan pendengaran, serta tidak ada suara lain yang mengganggu. Untuk Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 45 menciptakan komunikasi yang efektif bukanlah suatu hal yang mudah, karena menyangkut kredibilitas si pengirim pesan, kepemimpinan, sikap dan motivasi pengirim maupun penerima terhadap isi pesan yang ditangkapnya. Pengaruh atau efek, dampak, akibat, konsekuen, hasil, sering digunakan silih berganti. Inilah faktor yang paling didambakan oleh setiap usaha komunikasi. Seluruh kegiatan komunikatif selalu diarahkan kepada pencapaian/perolehan pengaruh sesuai antisipasi sumber. Apa sesungguhnya “pengaruh” itu? Secara sederhana dapat kita rumuskan bahwa pengaruh adalah: perubahan pada tingkah laku penerima pesan yang terjadi sebagai akibat dari penyerapan suatu informasi. Seseorang yang mengeluarkan suara “tolong!” akan menyebabkan ada reaksi pendengar. Kalau pengirim pesan tidak berteriak keras, tetapi santai saja dan hanya mengatakan dengan lembut “tolong!”, maka seseorang yang mendengarkan belum tentu melakukan suatu reaksi. Tetapi kalau pengirim pesan yang jatuh ke dalam sumur lalu berteriak sekuat tenaga “to . . . . long!”, seseorang yang mendengar suara itu pasti kaget dan mencari sumber suara dari mana datangnya. Demikian juga seorang Pramuwisata harus mampu menarik perhatian tamunya. Sering-sering bersuara lembut, sering-sering pula bersuara keras/ nyaring, tergantung situasi dan kondisi di lapangan. Kalau bising dengan kendaraan di sekelilingnya, maka suara harus diperkeras, apalagi kalau menangani wisatawan rombongan. Kalau suara kecil, sering tamu membuka telapak tangannya terbentang di dekat telinga untuk mendengar suara kecil itu. Tetapi sebaliknya di 46 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik saat sepi tidak ada gangguan suara lain, perlahanlah mengeluarkan suara, jangan terlalu keras tetapi jelas. Kalau sepi tanpa gangguan suara lain, baru berteriak memberikan informasi, tamunya akan menutup telinganya dan berkata “bising!”. Menyampaikan sebuah informasi kepada wisatawan, terlebih dahulu harus disusun sedemikian rupa sehingga menarik perhatian mereka. Pertama menetapkan suatu “judul yang menarik”, dari judul itu, pendengarnya akan membuka mata dan telinga dengan konsentrasi penuh. Kemudian susunan informasi secara sistematis dengan memilih kata-kata yang tepat disesuaikan kepada siapa Pramuwisata berbicara (petani, mahasiswa, akademisi, ibu-ibu, campuran dll). Panjang dan pendeknya suatu informasi tergantung situasi dan kondisi. Kalau terlihat sudah ada yang bosan, informasi/cerita diperpendek, kalau masih banyak yang perhatikan, lanjutkan informasi. Kadangkadang ada di antara mereka yang kelihatannya diam, tutup mata. Jangan salah duga, sering hal itu terjadi karena tutup mata dan diam, justru memusatkan pendengarannya kepada Pramuwisata. Salah satu resep untuk membangkitkan perhatian agar tercipta efektivitas komunikasi adalah adanya “AA (Attention to Action) procedure”. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action). Selain prosedur di atas, dikenal pula istilah klasik yaitu AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action). Hal ini dimaksudkan, informasi itu dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention) dengan judul yang menarik dan suara yang meyakinkan, menumbuhkan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 47 ketertarikan (Interest) dan biasanya wisatawan tersenyum atau tertawa dan ada yang bertepuk tangan dengan judul itu, sehingga pendengarnya memiliki hasrat (Desire) karena merasa rugi kalau ketinggalan informasi menarik, kemudian menerima/setuju dengan apa yang dijelaskan (Decision), akhirnya mengambil langkah atau tindakan seiring dengan informasi (Action) karena setuju. Namun tentu ada juga yang melawan, tidak setuju dan di situlah seorang Pramuwisata harus mencari solusi sampai puas dengan informasi tambahan yang bisa meredahkan perlawanan tamunya. a. Canalizing Mengusahakan agar pendengar pada tahap awal dapat menerima dengan baik terhadap pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan merubah pemikiran dan sikap pendengar ke arah yang kita kehendaki. Dengan kata lain, pemberi informasi menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif yang ada pada penerima informasi. Jadi metode canalizing memulai komunikasinya di mana pendengar itu berada, kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah tujuan komunikator atau diarahkan ke pembicara. Misalnya, objek wisata ini saya mulai kunjungi bersama wisatawan sekitar 30 tahun yang lalu, dengan demikian wisatawan memahami bahwa Pramuwisata yang mengantarnya sudah senior dan sudah mengantar wisatawan sekitar 30 tahun lalu ke tempat ini, sehingga informasinya patut didengarkan dan dipercaya sepenuhnya. b. Informatif Suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan kepada pendengarnya. Penerangan 48 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, tidak ditambah-tambah atau dikurangi. Penerangan itu berdasarkan fakta-fakta atau data-data yang benar. Misalnya, jika kita berada di suatu objek wisata dan ada sesuatu hal yang aneh, segeralah bertanya kepada Pramuwisata yang mengantarnya, jangan bertanya kepada Pramuwisata lain atau orang lain yang tidak dikenal karena sering seseorang memberikan informasi salah untuk memojokkan Pramuwisatanya. c. Persuasif Suatu cara untuk berusaha mempengaruhi, membujuk untuk mengubah perasaan penerima informasi, dengan tidak terlalu banyak bersifat kritis, dengan harapan pendengarnya terpengaruh secara tidak sadar. Dengan persuasif, komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang menyebabkan penerima informasi mudah kena sugesti. Perlu diketahui bahwa, situasi mudah kena sugesti ditentukan oleh kecakapan untuk mengsugesti/ menyarankan sesuatu kepada komunikan. Mereka itu sendiri diliputi keadaan mudah menerima sugesti. Misalnya, ketika akan melintasi dengan jalan kaki sebuah hutan lebat, terlebih dahulu diberikan edukasi bahwa, dalam hutan ini biasa ada ular, monyet dan tumbuhan beracun. Jangan sembarang mengusir binatang itu dan hindari bersentuhan tumbuhan karena ada yang berbisa. Dengan sendirinya wisatawan akan setia setelah mendapat pendidikan singkat berupa informasi dari Pramuwisatanya. d. Edukatif Untuk mempengaruhi penerima informasi yang bersifat mendidik. Metode ini dapat diwujudkan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 49 dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman. Edukasi berarti memberikan suatu idea kepada penerima informasi tentang apa yang sesungguhnya terjadi berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Setelah penerima informasi dapat mengerti, maka dengan sendirinya akan setia dan mengarahkan perhatiannya kepada pemberi informasi. Misalnya, bagaimana memberikan informasi kepada wisatawan agar menghindar menjauhi lokasi jika ada kerbau lepas pada saat adu kerbau dan kerbau lari pontang panting menabrak apa saja di depannya. e. Kursif Untuk mempengaruhi penerima informasi dengan menyampaikan gagasan-gagasan, sedikit memaksa. Dalam hal ini penerima informasi dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih leluasa dan waktu banyak lagi. Dengan demikian penerima informasi akan menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan. Sebab itu, dari komunikasi semacam ini mengandung paksaan-paksaan pendapat yang harus diterima penerima informasi. Ini sering terjadi pada saat seorang pramuwisata bersama wisatawan terjebak pada suatu persoalan yang susah diselesaikan. Misalnya dalam perjalanan wisata terjadi hal-hal darurat tanah longsor, wisatawan meninggal dunia dan lain-lain. Ada saja instruksi Pramuwisata berdasarkan pengalamannya yang harus bisa diterima oleh wisatawan yang ditanganinya demi kebaikan bersama. 50 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 2. PUBLIC SPEAKING Public Speaking harus dipelajari, dihayati dan dipraktikkan seorang Pramuwisata. Banyak pemberi informasi sering tidak karuan dalam pemberian informasi karena tidak mengetahui seluk beluk cara berbicara di muka umum, pintar menyanyi dan berbicara tetapi terbatas hanya di kamar mandi saja, bukan di muka umum. Sistematika Naskah Pidato, pada dasarnya terdiri dari Pendahuluan, Inti Materi, Kesimpulan. a. Pendahuluan Berisi penjelasan singkat dan latar belakang tentang tujuan substansi yang dipidatokan, supaya tercipta bayangan dan alur berpikir untuk pendengar (audience). Bagian ini jangan terlalu panjang dan bertele-tele, singkat tetapi membuat orang penasaran, dan menunggu apa yang akan dipidatokan. b. Inti Materi Pidato Berisi argumentasi yang mengacu kepada topik pidato yang telah dipilihnya dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Sangat penting diperhatikan bahwa, ketika masuk dalam inti, sering keenakan yang berpidato itu keluar dari inti pidato dan keenakan mengemukakan idea-idea baru di luar topik pidato dan lupa kembali ke inti. Hal ini biasanya membingungkan para pendengar. Ada yang memegang teguh variasi saja karena lebih muda ditangkapnya, ada yang memegang teguh inti saja karena berpegang pada pendahuluan, tetapi ada juga yang memegang teguh keduanya (inti dan variasi). Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 51 c. Kesimpulan Berisi inti sari dari keseluruhan materi yang dipidatokan. Ini sangat penting, karena ketika seseorang berpidato, ada saja pengalihan berpikir di luar subjek yang dipidatokan sebagai variasi pidato. Justru variasi itu ada hubungannya dengan pendengar tertentu, sehingga variasi itu lebih dominan diingat dari pada inti pidato. Sehingga perlu dikembalikan ke inti pidato pada saat menyampaikan kesimpulan pidato di akhir pidato. Dengan catatan bahwa kesimpulan lebih pendek dan mudah diingat itu lebih baik. Jangan lagi panjang dengan penjelasan, sehingga pendengar tidak bisa mengingat kesimpulan karena diuraikan lagi panjang lebar. Misalnya: Mari kita bersatu padu membangun desa wisata “A” secara sukarela dulu. Kelak akan membawa dampak positif bagi perekonomian rakyat di sekitarnya. Ketika pengunjung akan banyak ke situ tentu membeli jualan masyarakat setempat dan dibawa pulang sebagai ole-ole. Jangan lagi dijelaskan panjang lebar. Teknik Mengikat Pendengar (Audience) melalui Pidato, hal ini biasanya berdasarkan bakat dan talenta setiap orang karena ada orang susah berpidato apalagi kalau ditunjuk secara tiba-tiba berbicara di muka umum, tidak semua orang bisa atau mampu melakukannya. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam berpidato yang menarik: a. Perhatian Mulailah dengan mimik yang manis, paras muka yang santai, menatap secara merata semua orang dengan sedikit senyum yang merata pula. Berbicara 52 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik simpatik, tidak membuat suatu kesan yang galak atau sombong, tidak memandang ke atas. Itulah impresi pertama yang membuat orang akan terdiam dan menatap si pembicara. Waktunya singkat saja, jangan berlama-lama. b. Tertarik Setelah pendengar nampak menaruh perhatian, pembicara harus berusaha memikat pendengarnya. Misalnya: mengemukakan suatu harapan atau gagasan yang ditunggu pendengar. c. Keinginan Setelah pendengar mulai tertarik dengan isi pidato, upayakan membangkitkan suasana segar. Agar perasaan pendengar ingin memiliki isi pidato. Misalnya: berbicara dengan penuh kesungguhan untuk meyakinkan pendengar. Biasanya menggunakan kata-kata mutiara, motto dan sebagainya yang populer masa kini. Semakin mudah kata-katanya dimengerti, semakin baik. Kalau menyampaikan kata-kata susah dimengerti pendengarnya, seperti kata-kata sastra tinggi atau memilih kata-kata seperti memberikan kuliah, membuat orang harus buka kamus. Akhirnya bosan mendengarkan dan terjadilah diskusi-diskusi kecil berpaling ke arah teman, bukan ke arah yang sedang berpidato. d. Keputusan Kalau suasana ingin memiliki materi pidato dapat diwujudkan di benak pendengar, biasanya ada orang tidak sadar mengangguk-angguk sambil tertawa. Seterusnya doronglah supaya pendengar memutuskan untuk membenarkan materi pidato, kalau perlu memberi jempol secara sadar. Misalnya: Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 53 melalui kalimat-kalimat yang dapat membakar emosi pendengar. e. Aksi Kalau sudah terwujud terhadap keputusan dari pendengar atas kebenaran pesan yang disampaikan, berarti telah mau mengikuti pesan tersebut. Dengan sendirinya pendengar akan berpartisipasi melaksanakan pesan yang telah disampaikan. Misalnya: melalui kalimat ajakan atau pernyataan yang diaminkan secara positif oleh pendengar. Yang dijaga dalam suatu pidato, pertama adalah suara yang nyaring, bukan terlalu keras membuat pendengar terpaksa tutup telinga. Tetapi tidak juga suara yang terlalu kecil, membuat pendengar tidak bisa menangkap dan mengikuti isi pidato secara jelas apa yang dipidatokan. Jangan juga terlalu cepat berbicara atau terlalu lamban, melainkan santailah supaya apa yang keluar dari mulut dihayati bukan seperti memutar kaset. Bervariasilah, berselang seling sering nyaring/agak keras diselingi suara kecil sesuai dengan penekanan dalam pidato secara berirama. Usahakan jangan banyak menyimpang dari isi pidato, tetapi pegang teguhlah secara berantai isi pidato secara terurai, jangan ke manamana nanti lupa kembali ke pokok pidato. Perlu diperhatikan jangan sampai terperangkap oleh suasana klimaks, di mana sebenarnya pidato belum berakhir tetapi karena tepukan tangan pendengar, maka nilai klimaksnya hilang. Sedapat mungkin pidato diakhiri pada saat klimaks (memuncaknya) perhatian pendengar. Biasanya orang mengatakan: “Masih mau dengar, sudah habis !”, itulah pidato yang baik. Tetapi kalau orang bilang: “Panjangnya, 54 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik apa yang dia bilang !”, aduh inilah pidato yang tidak berbobot, panjang berbelit, tidak karuan lagi. Effective Speaking Ada pendapat mengatakan bahwa, kita bisa membaca dan menduga alur pemikiran seseorang dengan mendengar orang tersebut berbicara di muka umum. Cara seseorang berbicara, mencerminkan struktur berpikirnya. Ada orang yang mampu mengemukakan ide-idenya dengan jelas, komunikatif dan efektif, tetapi dilain pihak banyak orang tidak memiliki keterampilan dalam hal mengemukakan ide-idenya. Ada orang yang lancang berbicara tanpa kontrol dan kadang-kadang lupa apa yang telah diucapkan. Ada juga orang yang lamban berbicara dan hati-hati, jangan sampai ada yang salah ucap yang susah dipertanggung jawabkan. Berbicara tentang “Effective Speaking”, sebenarnya mencakup scope yang luas dalam hal: berpidato, memberikan presentasi, promosi dalam bentuk iklan, percakapan sehari-hari. Effective Speaking untuk percakapan seharihari merupakan hal yang sangat penting dikuasai. Berkomunikasi bersifat dua arah, yang berbicara selaku pihak pertama, yang mendengar sebagai pihak kedua. Agar komunikasi atau pembicaraan itu lancar, menarik, effective dan komunikatif, maka perlu mengetahui beberapa hal dasar: 1. Tahu pokok pembicaraan dengan menguasai materi. 2. Kenali siapa lawan bicara kita. 3. Kenali pokok pembicaraan yang lebih diminati oleh lawan bicara. 4. Jadilah pendengar yang baik. 5. Selami pikiran dan perasaan lawan bicara. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 55 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Terampil mengajukan pertanyaan. Mampu memberi umpan balik. Jangan mengkritik pendapat lawan bicara. Selalu berpandangan positif. Latih diri untuk membiasakan humor yang tidak kaku. Jangan memonopoli pembicaraan. Jangan memotong pembicaraan orang lain. Senyum. Selalu menyebut nama dari lawan bicara. Tunjukkan antusiasme dalam berbicara. Tunjukkan sikap bersahabat. Jangan menggurui lawan bicara. Jika anda melakukan semua unsur tersebut di atas, maka anda bukan saja seorang komunikator yang baik dan efektif, tetapi lebih dari itu anda akan dikenal sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang baik dan patut diteladani. Faktor-faktor penghambat untuk mencapai sasaran hidup seseorang adalah: 1. Ketidak disiplinan hidup sehari-hari, termasuk tidak tepat waktu dan membuang-buang waktu. 2. Lambat tidur di waktu malam dan lambat bangun di waktu siang, 3. Tidak punya gairah hidup, malas dan selalu merasa loyo, 4. Hidup hanya ikut arus jaman apa adanya, tidak bisa menciptakan sesuatu yang baru, 5. Tidak punya wawasan berpikir/bermasa bodoh, 6. Kekanak-kanakan, 7. Merasa banyak tahu sehingga tidak ada dorongan mengetahui lebih banyak, 8. Tidak suka menghadapi tantangan, 56 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 9. Tidak punya antusiasme, 10. Tidak memiliki rasa percaya diri, selalu merasa rendah diri (minder) bukan rendah hati, 11. Selalu bersikap negatif dan tidak percaya orang lain, 12. Tidak konsisten dalam segala sesuatu. Komunikasi untuk Presentasi Komunikasi untuk presentasi adalah suatu cara berkomunikasi untuk menginformasikan, mempromosikan dan menjual sesuatu produk, sehingga pendengar akan mengambil tindakan. Berkomunikasi melalui presentasi, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, tergantung pada apa tujuan yang akan dicapai. Berkomunikasi untuk memberi informasi, dapat dilakukan melalui formula dan langkah-langkah berikut ini: 1. Pengirim Informasi harus memiliki: - Bahasa yang mudah dimengerti, - Harus memusatkan perhatian dan konsentrasi menatap pendengarnya, - Enak susunan kata dan kalimatnya, - Diselingi dengan ilustrasi terkait, - Persempit alur berpikir/tidak meluas kiri kanan, - Terangkan langkah-langkanya sekali lagi. 2. Penerima Informasi harus memiliki pula: - Latihan mendengar presentasi, - Ikuti penjelasannya, jangan ke mana-mana berpikir lain, - Harus terkonsentrasi, - Ambil kesimpulan secara diam-diam, - Tidak cepat menilai negatif/menghakimi. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 57 Gunakan bukti sebagai pendukung yang dapat menguatkan suatu presentasi: - - Demonstrasikan sesuatu, Ceritakan sesuatu yang khusus/spesifik sebagai pendukung, apakah pengalaman, kejadian dan lainlain, Gunakan statistik/figure jika perlu dan memungkinkan, Selingi dengan humor yang menarik dan ada kaitannya dengan judul presentasi, Kemukakan kesaksian dari orang lain, jangan mengambil lebih banyak contoh dari diri anda. 58 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB VII PROSEDUR TRANSFER IN, CITY TOUR, TRANSFER OUT 1. TRANSFER IN DARI BANDARA KE HOTEL • Meeting Service Procedure Setiap menjalankan tugas pemanduan wisata, pakailah tanda pengenal Pramuwisata (Guide License Badge) sebagai tanda kelegalan menangani wisatawan, karena wisatawan akan melihat dan yakin bahwa Pramuwisata yang menangani adalah Pramuwisata Legal. Sebelum wisatawan yang akan ditangani tiba di bandara, sudah ada data ketibaan (nomor penerbangan, waktu tiba dan dari mana) yang tercantum dalam Guide Order dari Biro Perjalanan Wisata yang menugasi. Datanglah di area ketibaan tepat waktu dan mengecek jadwal pesawat yang ditunggu di layar data ketibaan. Ini penting untuk mengetahui jika terjadi kelambatan (delay) pesawat tiba. Jangan setibanya di area ketibaan, sibuk menelepon atau terpaku dengan game di HP. Akhirnya tidak tahu informasi perubahan jadwal ketibaan pesawat yang ditunggu. Untuk mencari tamu, terutama wisatawan individual atau rombongan, gunakanlah Sign Board di mana tertulis nama tamu atau nama rombongan yang ditunggu, nomor penerbangan dan jadwal ketibaan, serta nama Biro Perjalanan Wisata yang mengirim tamu. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 59 Ini sangat penting, siapa tahu ada nama yang mirip atau sama, tetapi jika lengkap data, lebih mudah menemukan tamu secara benar. Senyumlah dan mengucapkan selamat datang, lalu membantunya dalam memindahkan barang, rekonfirmasi tiket penerbangan dan urusan imigrasi jika dibutuhkan serta urusan lain demi kelancaran berangkat menuju hotel. Hal yang sangat penting dilakukan pada saat sudah bertemu dengan tamu yang dijemput adalah menanyakan “tour voucher” dari Biro Perjalanan Wisata yang mengirim tamu. Dalam tour voucher tersebut akan tercantum apa-apa yang termasuk dalam penanganan seperti mobil yang digunakan pakai AC atau tidak; guide bahasa apa; hotel dan makanan yang termasuk; biasanya juga ada catatan khusus misalnya tamu vegetarian tidak makan daging, tamu berbulan madu, tamu yang mengidap penyakit tertentu, dan lain-lain. Hotel dan mobil sudah disiapkan oleh Biro Perjalanan wisata sesuai yang tercantum dalam program tour/tour itinerary. Panggillah mobil setelah tamu (wisatawan) berada di area tunggu kendaraan, jangan sebelumnya karena tidak bisa lama mobil diparkir di tempat penjemputan. • Perjalanan dari Bandara ke Hotel Setelah naik di mobil, perkenalkan nama sopir (driver) lalu perkenalkan nama sebagai Pramuwisata yang bertugas. Dengan sendirinya wisatawan akan memperkenalkan namanya juga. Hafallah namanya baik-baik karena tamu itu senang kalau langsung mengenal dan menyebut namanya pada pertemuan selanjutnya. Demikian juga mereka akan menghafal nama guide dan sopirnya. Serahkanlah Program Tour (Tour Itinerary) dan peta kepada wisatawan 60 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dan menjelaskannya, sambil mobil bergerak. Jelaskan jarak dari Bandara ke hotel dengan estimasi waktu tempuhnya, hal-hal yang menarik dalam perjalanan sampai di hotel. Ingatkan sopir pada saat menjelaskan misalnya gedung penting yang dilalui, kampus-kampus, pelabuhan dan lain-lain agar bergerak lambat saat memberikan informasi. Yang dijelaskan saat transfer in, hanyalah sekitar apa yang dilalui dan kaitannya. Kecuali jika ada pertanyaan dari tamu, harus dijawab. Jangan katakan belum waktunya diceritakan sekarang, sehingga garis besarnya saja yang diceritakan. Jangan terjadi banyak hal penting yang dilalui dari Bandara ke hotel tetapi sudah asik menjelaskan City Tour atau Daerah/Destinasi Wisata yang akan dikunjungi. Dengan demikian informasi daya tarik yang dilalui tidak sempat dijelaskan dan tamu tidak punya kesan. Setibanya di hotel, tugas utama adalah Check In Procedure: pertama-tama, Pramuwisata harus mendampingi tamu saat berada di Desk Reception dan menanyakan reservasi yang sudah dilakukan Biro Perjalanan Wisata yang menugasi, nama tamu. Jika ada “voucher khusus hotel” supaya diserahkan saat itu ke reception sebagai dasar untuk check in. Setelah prosedur check in selesai, Pramuwisata menyampaikan kepada Hotel Reception jika perlu tamu dibangunkan keesokan harinya, jam berapa morning call supaya tamu bisa bangun tepat waktu. Pramuwisata juga memberikan informasi kepada tamu jika ada hal-hal penting dilakukan tamu seperti mempersiapkan payung/jas hujan jika cuaca akan hujan, sesuatu jika akan melalui jalan basah dan atau berlumpur/becek. Jangan lupa mengingatkan tamu siapa tahu ada barang yang ketinggalan di mobil, Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 61 sopir harus memeriksa mobil sebelum meninggalkan hotel. Dengan demikian, tamu bisa mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan city tour yang akan berlangsung keesokan harinya. 2. CITY TOUR Program city tour biasanya sudah tercantum dalam program tour dari Biro Perjalanan Wisata yang menugasi, sisa disesuaikan di lapangan. Kecepatan mobil harus pelan-pelan sesuai kebutuhan karena Pramuwisata menjelaskan sambil mobil bergerak. Biasanya menjelaskan dulu secara detail kota tersebut, kemudian disusul bagian-bagian kecilnya. Pada saat tiba di daya tarik wisata, tamu dan guide berkunjung ke objek wisata. Informasikan bahwa waktu yang kita gunakan di objek tersebut paling lama sekian menit. Pramuwisata turun terlebih dahulu membuka pintu mobil disusul tamunya turun menuju objek wisata. Sesudah mengunjungi objek wisata, kembali ke mobil, Pramuwisata harus lebih dahulu bergerak dan membuka pintu mobil. Demikian selanjutnya sampai City Tour selesai. Apakah sesudah city tour, tamunya langsung ke Bandara atau kembali masuk hotel, tergantung program tournya. 3. TRANSFER OUT DARI HOTEL KE BANDARA • Meeting Service Procedure di Hotel Hal ini dilakukan jika ternyata sesudah city tour kembali lagi ke hotel dan transfer out keesokan harinya. Pramuwisata harus tepat waktu dan sudah berada di hotel sebelum jam berangkat ke Bandara, memperhatikan tamunya kalau sudah datang 62 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik di lobby. Segera didekati dan menyapa dengan penuh senyum, lalu membantu tamu check out di Reception Desk, menyerahkan kunci dan jangan lupa mengingatkan siapa tahu ada barang yang kelupaan di kamar. Diingatkan pula untuk memisahkan barang-barang bawaan di cabin pesawat dan barang yang akan dibagasikan supaya tidak tercampur. Tiket pesawat atau data secara elektronik diingatkan supaya memperlancar check in procedure. Hitunglah tamu baik-baik sebelum berangkat, siapa tahu masih ada yang di kamar hotel atau di toilet lobby hotel. Hal ini penting terutama wisatawan dalam bentuk group. • Perjalanan dari Hotel ke Bandara Dalam perjalanan dari hotel ke Bandara dengan jalur yang sama waktu transfer in, tidak perlu lagi mengulangi penjelasan yang sudah dijelaskan saat transfer in, tetapi langsung ke Bandara. Bantulah semaksimal mungkin mengantar barang tamu sampai ke tempat masuk penumpang dan buatlah kesan terakhir penuh senyum agar tamu terkesan mau datang kembali atau memberikan rekomendasi kepada teman-temannya untuk datang berkunjung ke tempat yang sudah dikunjunginya dan meminta (request) guide dan sopir yang sama. Biasanya tip diberikan ketika perpisahan di Bandara, namun jangan kecewa jika tidak ada tip, tidak mutlak tamu memberikan tip tergantung situasi dan kondisi. Bisa terjadi karena ada pengeluhan (komplain) selama penanganan wisatawan atau sudah termasuk dalam harga paket wisata yang dibeli, sehingga Pramuwisata tidak dapat tip. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 63 4. WAKTU ISTIRAHAT/REST ROOM STOP DALAM PERJALANAN Istirahat/rest room stop dalam suatu perjalanan wisata sangat penting demi kesegaran jiwa dan kesehatan jasmani. Biasanya wisatawan menanyakan di mana bisa ke toilet, sehingga semuanya itu diantisipasi. • Pada saat City Tour Ketika berada di lokasi objek wisata, tanyakanlah apakah ada toilet disitu. Jika ada, tawarkanlah kepada tamu yang diantarnya jikalau ingin ke toilet. • Overland ke Daerah/Destinasi Wisata Jika overland ke suatu daerah/destinasi wisata jarak jauh, waktu istirahat disarankan paling ideal kurang lebih setiap 2 (dua) jam. Sopir harus mencari tempat aman, apakah di tempat terbuka sambil tamu menikmati alam dan mengambil foto, apakah di warung supaya sopir bisa minum dan tamu ke toilet. Tempat paling aman singgah ke toilet adalah Masjid di mana tersedia toilet umum yang terkesan bersih. • Pengambilan Foto dalam Perjalanan Ada tempat-tempat tertentu yang secara umum disinggahi wisatawan untuk memotret. Sopirsopir dan Pramuwisata yang berpengalaman sudah mengetahui tempat-tempat tersebut. Bagi Pramuwisata yang baru, biasanya belajar sama sopir di mana tempat singgah tetap bagi wisatawan. Namun demikian, kadang-kadang wisatawan melihat hal-hal lain di luar tempat yang biasa disinggahi, layanilah itu dan berhenti sesuai selera khusus atas permintaan wisatawan. Jangan pernah mengatakan: “Di sana baru berhenti, bukan di sini”. Layanilah wisatawan sesuai seleranya sambil 64 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik memperhitungkan waktu supaya tidak terlambat tiba di tujuan karena keenakan melayani semua permintaan wisatawan. Untuk menolak melayani singgah terlalu banyak, berikanlah pengertian bahwa, jika terlambat tiba di hotel ada hal-hal tertentu yang tidak bisa kita nikmati, misalnya ada pertunjukan tarian di hotel atau di tempat lain, jangan sampai kita kehilangan waktu dan event. • Pada saat Trekking Berbeda pada saat jalan kaki (trekking), apalagi melewati medan berat pendakian tajam. Disarankan istirahat sejenak antara 30 menit sampai 60 menit tergantung berat ringannya medan trekking dan teriknya matahari ketika sedang trekking. Pada saat istirahat dalam pendakian, disarankan jangan langsung duduk tetapi berdiri sejenak lalu istirahat duduk. Jangan langsung minum air ketika jantung masih berdebar belum stabil, tunggu sejenak. Hal ini kadang-kadang sangat berbahaya bagi mereka yang mengidap penyakit jantung, bisa duduk terus tidak bisa berdiri dan merepotkan Pramuwisata dan peserta tour lainnya. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 65 BAB VIII PROSEDUR OVERLAND TOUR 1. DEPARTURE BRIEFING Dilakukan di hotel sebelum memulai suatu tour. Paling bagus pada malam hari briefing dilakukan untuk persiapan tour keesokan harinya. Apa sebabnya, supaya tamu bisa mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama tour. Jika diperkirakan akan hujan supaya menyiapkan jas hujan/mantel atau payung dan jaket serta topi. Kalau dalam tour harus melintasi gunung dan lembah yang kadang-kadang basah bahkan berlumpur, wisatawan harus memakai sepatu atau sendal yang bisa dipakai melewati rintangan tersebut. Jika akan memasuki suatu tempat keramaian upacara adat, pasar dan tempat keramaian lainnya, disarankan memakai pakaian sopan dan tertutup demi menghargai budaya lokal setempat, dan infomasi lain yang perlu diberikan untuk persiapan keesokan harinya. Kalau diberikan sebelum tour hari itu juga, hal ini akan merepotkan karena harus kembali ke kamar mengganti pakaian dan memakai perlengkapan yang disarankan, akhirnya tidak tepat waktu dimulainya tour yang sudah ditetapkan sebelumnya. 2. PEMBERIAN INFORMASI • Di atas Mobil Pariwisata Ukuran Kecil Mobil kecil jenis Avanza/Innova/Hi-Ace dan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 67 sejenisnya, Pramuwisatanya duduk di depan sejajar supir dan sekali-sekali menengok ke belakang menghadap tamu pada moment tertentu, sambil memberikan informasi dan menunjuk daya tarik tertentu jika dianggap perlu dengan menggerakkan tangan secara sopan dan menarik kelihatan (berseni). • Di atas Bus Pariwisata Ukuran Besar Pramuwisata duduk di depan, sewaktu-waktu berdiri dan berjalan di lorong bus, sambil memberikan informasi dengan memakai Sound System, atau secara langsung manual jika suara Pramuwisata memungkinkan besar dan nyaring, jelas sampai ke telinga wisatawan dalam mobil. Posisi kaki ketika sedang berdiri di depan bus, kaki yang satu maju sedikit ke depan jangan sejajar supaya tidak mudah jatuh jika mobil belok atau goyang, sambil berpegangan yang benar. Demikian juga saat berjalan di lorong mobil, lihat baik-baik tempat pegangan yang benar, jangan sampai tamunya yang dipegang secara tidak sengaja. Pintar-pintarlah membaca suasana tamu, jika kelihatan lelah dan mengantuk karena baru tiba di Bandara setelah bangun subuh di tempat berangkat, hentikan pelanpelan pemberian informasi, tetapi jangan sampai Pramuwisata juga tertidur. Pada saat tamunya bangun bisa difoto guidenya lalu dipamerkan ke teman-temannya dengan judul “guide mengantuk!” Setelah tamunya satu-persatu bangun, pelanpelanlah memberikan informasi sampai semuanya terbangun. Hati-hati memegang mic jangan sampai mic-nya terjatuh atau suara anda terlalu keras mengagetkan, tamu bisa komplain. Pada saat santai dan kehabisan informasi sesuai moment yang dilalui dalam perjalanan, bagi Pramuwisata yang memang 68 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik berbakat menyanyi, menyanyilah supaya tamu terhibur tetapi waktunya terbatas, jangan menyanyi terus. Jika Pramuwisatanya tidak berbakat menyanyi, buatlah teka-teki atau pertanyaan yang lucu-lucu agar wisatawan tidak jenuh dan tidak mengantuk. Adapun contoh yang bisa menjadi selingan/ pengisi waktu: • Apa yang Bisa Diisap? Ada seorang Nona Guru Taman Kanak-Kanak yang baru saja diangkat menjadi guru PNS masih bujang (single) di suatu kota. Kehabisan bahan cerita di depan kelas di saat-saat berakhirnya semua pelajaran di dalam kelas. Nona Guru sampaikan kepada muridmuridnya bahwa, semua bahan pelajaran dan tugas sudah selesai tetapi setengah jam lagi baru bisa pulang. Siapa yang sudah menunggu penjemputnya bisa pulang dengan syarat menjawab pertanyaan saya berikut ini dan benar: Pertanyaan Nona Guru: “Apa yang biasa diisap “? Murid bergantian menjawab yang sudah gelisah mau pulang cepat karena penjemputnya sudah menunggu di luar: 1. Saya Ibu Guru!: “gula-gula”; Ibu Guru: benar dan silakan pulang. 2. Saya Ibu Guru!: “susu dalam botol pakai dot”; Ibu Guru: benar dan silakan pulang. 3. Saya Ibu Guru!: “rokok”; Ibu Guru: benar dan silakan pulang. 4. Saya Ibu Guru!: “balon lampu listrik”; Ibu Guru bingung: kenapa bisa diisap balon listrik? Murid menjawab: “kalau malam papi bilang, mam! lampu listrik padamkan mau isap”, Ibu Guru Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 69 bingung untuk pertama kalinya dan menjawab: pulang saja nak cantik! 5. Saya Ibu Guru!: “sarung”; Ibu Guru bingung: kenapa sarung diisap? Murid menjawab: kalau malam sering saya dengar begini: “sarung mami mau isap”. Ibu Guru bingung untuk kedua kalinya dan menjawab: “pulang saja nak manis!” 6. Dari pada bingung terus, Nona Guru umumkan: “semua bisa pulang sekarang!”. Lalu Nona Guru pulang ke rumah termenung dengan 2 (dua) jawaban terakhir dari anak murid yang Nona Guru tidak pahami. Pertanyaan kepada tamu: “Mengapa Nona Guru pulang termenung ke rumah dengan pertanyaan terakhir dari 2 (dua) murid tadi?” Pasti beragam jawaban dari peserta dan itulah yang menarik menghabiskan waktu. Tentu jawabannya ialah “Nona Guru belum punya pengalaman berumah tangga”. Jawaban ini tidak boleh disampaikan ke murid-murid TK, hanyalah sebagai bahan ketawaan supaya wisatawan menjadi segar tidak mengantuk. • Aneka Bangkai Binatang, Diterkam Buaya dan Ular Sawa (Python) Ketika perjalanan darat melelahkan dan wisatawannya lama tertidur, tiba saatnya bangun. Pada saat sampai pada sebuah pertemuan sungai besar dengan pemandangan alam yang indah menarik. Tamunya diajak turun dari mobil/bus, lalu Pramuwisatanya menjelaskan sebagai berikut: Daerah ini salah satu wilayah penganut agama Islam, kaya akan ternak seperti kerbau, sapi, kambing, ayam kecuali ternak babi tidak ada karena haram 70 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik makan daging babi bagi penganut agama Islam. Di bagian hulu sungai jauh di atas pegunungan, terkenal peternak babi karena mereka adalah penganut agama Nasrani dan penganut agama suku yang memakan daging babi. Sekali peristiwa banjir, kedua sungai yang di hadapan kita sekarang karena hulunya jauh di atas pegunungan dilanda hujan deras. Banyak buaya liar, ular sawa liar penghuni kedua muara sungai ini rupanya panen bangkai binatang terbawa arus sungai yang banjir. Yang tiba cepat dibawa arus sungai adalah bangkai ayam dari ternak ayam yang berada di pinggir sungai karena lebih cepat di bawah arus sungai. Buaya dan ular sawa dengan lalapnya dalam keadaan lapar, menerkam bangkai ayam yang dibawa arus kedua sungai besar tersebut. Kemudian disusul bangkai kambing, sapi dan kerbau yang lambat tiba karena berukuran besar dan berat, lambat terbawa arus bercampur dengan bangkai babi bergelimpangan di pertemuan sungai. Tetapi anehnya, tak satupun buaya dan ular sawa yang menyentuh bangkai-bangkai yang datang kemudian, tetapi dibiarkan berlalu dibawa arus sungai sampai habis. Pertanyaan kepada wisatawan yang mendengarkan penjelasan: “Mengapa buaya dan ular sawa tidak menghiraukan bangkai kambing, sapi, kerbau bercampur bangkai babi dan dibiarkan hanyut sampai habis dibawa air sungai?” Biarkan para wisatawan menjawab sesuai apa yang ada di benak otak mereka, bisa saja menjawab tepat tetapi bisa meleset. Misalnya: Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 71 “Karena wilayah ini dihuni penganut agama Islam, haram makan babi yang bercampur dengan bangkai binatang yang lain.” Kalau tepat, berikan apresiasi sebagai wisatawan cerdas sambil tepuk tangan untuk refreshing sejenak, pasti semua rasa mengantuk akan hilang. Jika tidak tepat jawabannya maka tenangkan suasana mereka sampai terdiam lalu Pramuwisata menjawab pertanyaannya sendiri, jawaban yang benar: “Buaya dan ular sawa sudah kenyang semua dan tidak mampu lagi memakan bangkai yang tiba menyusul setelah mereka kekenyangan.” Banyak hal yang lucu bisa ditampilkan di atas mobil atau turun dari mobil sebagai selingan. Tetapi jangan cara itu-itu terus saja yang dilakukan, nanti wisatawannya bosan dan ketahuan kalau Pramuwisatanya belum berpengalaman menangani tamu dan sudah kekurangan bahan informasi/ cerita pariwisatanya. Kalau ada bakat menyanyi, menyanyilah untuk mengisi waktu supaya tidak ada waktu terbuang dalam bus. • Di Daya Tarik/Objek Wisata Sebaiknya diberikan dulu kesempatan mengambil gambar objek wisata tahap pertama selama 10 menit sesuai seleranya masing-masing. Akan dilanjutkan pengambilan gambar tahap kedua selama 15 menit sesudah pemberian informasi objek wisata. Biasanya setelah pemberian informasi, ada saja hal menarik justru belum diambil gambarnya pada pengambilan tahap pertama, sehingga tahap kedua pengambilan gambar lebih lama dari pada tahap pertama. Hal ini 72 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik perlu dimaklumi karena pada tahap kedua ada foto kenangan bersama di objek wisata. Ada 2 (dua) cara pemberian informasi di objek wisata tergantung kebiasaan Pramuwisatanya: • • Pertama, pemberian informasi secara terusmenerus: pada bagian akhir atau ketika diberikan kesempatan bertanya, barulah bisa mengajukan pertanyaan. Diharuskan mencatat bahan pertanyaan jika ada pada saat mendengarkan informasi dan tidak dibolehkan ada pertanyaan sela dan interupsi karena kadang-kadang Pramuwisata terganggu konsentrasi sistematika pemberian informasinya jika terpotong secara tiba-tiba. Kedua, pemberian informasi bersela: dapat bertanya di tengah pemberian informasi, tetapi Pramuwisata harus mampu mengingat kembali masuk ke pokok informasi setelah menjawab pertanyaan. Pada saat jalan kaki (trekking): pemberian informasi kepada wisatawan ketika sedang jalan kaki, hanya secara terbatas garis besarnya saja, itupun pada saat istirahat sejenak. Jangan banyak berkata-kata ketika sedang capek jalan kaki, apalagi sedang menanjak tajam ke atas atau menurun tajam ke bawah. Wisatawan akan bertanya banyak ketika ada diskusi setelah selesai jalan kaki, itupun dilaksanakan di tempat penginapan. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 73 BAB IX MATERI PEMBERIAN INFORMASI Seorang Pramuwisata di lingkup lisensinya masingmasing, harus mengetahui dan mampu menjelaskan secara detail tentang seluk beluk yang ada di wilayah lisensinya. Bukan saja yang nampak dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dirasakan oleh kulit, tetapi setiap Pramuwisata harus bisa menggali yang tersimpan di dalamnya dalam bentuk informasi. Misalnya, memasuki suatu perkampungan tradisional, memiliki suasana yang nyaman dan menarik dilihat dengan mata, penghuninya peramah dan kedengaran suaranya nyaring menyapa, rumah-rumah adatnya bisa diraba dan dirasakan oleh kulit manusia. Namun kepuasan wisatawan yang ingin tahu lebih mendalam, tidak berakhir sampai di situ. Seorang Pramuwisata harus mampu menjelaskan arsitekturnya mengapa demikian, bahan bangunannya terbuat dari kayu jenis apa dan di mana mengambilnya, atapnya terbuat dari apa, kapan dibangun rumah-rumah adat ini. Bagaimana cara membangunnya, adakah ritual-ritual dalam proses pembangunannya, adakah acara peresmian rumahrumah adat sesudah selesai dibangun. Siapa yang layak menghuninya, dan lain-lain yang bisa dijelaskan. Dengan penjelasan dari Pramuwisata, semua yang tersembunyi yang justru menarik perhatian pengunjung Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 75 dapat diketahui wisatawan yang ditangani, dan itulah tugas pemandu wisata yang dikenal secara administrasi sebagai Pramuwisata. Dalam penjelasan, jangan sampai ada informasi yang tidak perlu disampaikan kepada wisatawan, misalnya menyangkut rahasia-rahasia sejarah, budaya, pemerintahan, masyarakat daerah dan nasional yang bisa merugikan daerah dan negara. Pramuwisata harus mampu memilah-milah informasi mana yang layak dan tidak layak diinformasikan kepada wisatawan. Contoh yang terjadi di masa Orde Baru, ada sebuah buku yang ditulis dalam bahasa Inggris seorang penulis terkenal Australia bernama Mr. Bill DALTON yang cukup tebal sekitar 500 halaman. Buku tersebut berjudul “INDONESIA & PAPUA NEW GUINEA”, edisi ke-6 terbitan tahun 1976. Dalam buku tersebut, secara gamblang detail sampai ke ujung-ujungnya menceritakan tentang G-30-S PKI yang terjadi di Indonesia di tahun 1965. Buku tersebut kemudian dilarang beredar di Indonesia oleh Presiden RI Bapak Soeharto dan ditarik dari peredaran. Pengalaman seperti inilah, kehati-hatian seorang Pramuwisata dalam pemberian informasi, siapa tahu secara kebetulan mengantar seorang penulis pariwisata. Ada informasi pariwisata layak info, tetapi ada rahasia daerah dan negara tidak layak info ke wisatawan. Misalnya seorang wisatawan mancanegara mengatakan bahwa pemerintah Indonesia dan daerah ini terkenal korupsi toh? Seorang Pramuwisata tidak perlu memperkuat, tetapi cukup mengatakan di mana-mana di dunia ini ada korupsi. Jangan mengatakan, memang Indonesia itu rata-rata pemerintah pusat dan daerahnya terkenal korupsi. Sudah konyol, ditambah konyol lagi melalui informasi pariwisata, apalagi kalau mengantar seorang penulis. Data dan informasi yang 76 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik diberikan ditulis, syukur-syukur kalau sumber data yaitu Pramuwisata tidak tercantum dalam buku tersebut sebagai sumber data dan informasi, apalagi kalau diklaim sebagai informan. Sejelek-jeleknya apa yang terjadi di daerah dan nasional kita, jangan diperparah dengan memberikan informasi menjatuhkan, tetapi daerahku dan negaraku adalah milik kita bersama sebagai warga negara RI. Baik dan jeleknya daerah dan negara kita tidak mungkin kita barter dengan negara lain atau pindah ke negara lain. 1. KLASIFIKASI PRAMUWISATA • Pramuwisata Khusus Harus mampu menjelaskan secara detail apa yang ada dan menarik dijelaskan kepada wisatawan yang ada di dalam lingkupannya. Misalnya di museum, tidak hanya menunjuk ini guci berusia ratusan tahun, itu keris pusaka antik, di sana pakaian kerajaan, di sana lagi alat penangkapan ikan tetapi harus dijelaskan secara detail satu-persatu sampai wisatawannya puas, itulah tugas pramuwisata khusus yang ruang lingkupannya paling kecil. • Pramuwisata Muda Harus mampu menjelaskan sejarah, budaya, luas wilayah dan jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk dan lain-lain yang dianggap perlu dalam lingkup daerah kabupaten/kota di mana lisensi Pramuwisata itu di peroleh. Itulah yang diinformasikan kepada wisatawan. Kemudian masuk ke daya tarik wisata secara umum di wilayah daerah tersebut, lalu masuk ke objek wisata yang sedang dikunjungi. Sama dengan sistematika pemberian informasi yang mengerucut. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 77 Jadi, ada semacam informasi umum terlebih dahulu sebagai pengantar, biasanya dibawakan dalam bentuk briefing di hotel atau di atas mobil/bus, barulah dijelaskan secara terurai masing-masing yang menarik dalam wilayah tersebut. Kalau waktu mengizinkan, setibanya di objek wisata sebaiknya menjelaskan dulu hal-hal bersifat umum baru masuk ke objek wisata. Dengan sistem informasi mengerucut ini, lebih muda dipahami wisatawan. Jangan langsung menjelaskan tentang objek wisata itu tanpa menjelaskan korelasinya dengan pengetahuan secara keseluruhan di wilayah daerah kabupaten/kota tempat mengantar wisatawan. Selain pengetahuan tentang daerah tersebut, biasa juga wisatawan menanyakan tentang sejarah dan budaya serta hal-hal lain di luar wilayah tersebut, apakah perbandingan dengan daerah lain atau hubungannya dengan sejarah dan budaya wilayah pemerintahan di atasnya, dalam hal ini propinsi di mana daerah itu berada. Dengan demikian seorang Pramuwisata harus banyak belajar dan membaca bukubuku, mengumpulkan informasi sebagai kekayaan seorang Pramuwisata dalam menghadapi wisatawan, yang harus diberikan penjelasan sepuas-puasnya. Pelatihan pemanduan wisata yang dilakukan secara terbatas waktu dan isinya, merupakan langkah awal seorang Pramuwisata mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Janganlah puas apa yang sudah diperoleh hanya beberapa hari saja dalam pelatihan pemanduan wisata, tetapi belajarlah setiap saat untuk memperkaya pengetahuan dan menambah pengalaman. • Pramuwisata Madya Sama halnya dengan Pramuwisata Muda, bedanya adalah lisensi Pramuwisata Madya diterbitkan oleh 78 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Dinas Pariwisata Propinsi domisili Pramuwisata. Lingkup tugasnya berada dalam propinsi tempat lisensi diterbitkan. Pramuwisata Madya harus mampu menjelaskan sejarah, budaya, luas wilayah dan jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk dan lain-lain yang dianggap perlu dalam lingkup propinsi ditambah/dikembangkan dengan pengetahuan secara nasional, yang lebih luas dan erat kaitannya dengan hal-hal tersebut. • Pengatur Wisata (Tour Leader): Sama halnya dengan Pramuwisata Madya, bedanya adalah lisensi Pengatur Wisata (Tour Leader) diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata, lingkup tugasnya berada di dalam dan di luar negeri. Pengatur Wisata harus mampu menjelaskan sejarah, budaya, luas wilayah dan jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk dan lain-lain yang dianggap perlu ditambah/dikembangkan dengan pengetahuan secara nasional dan internasional yang lebih luas dan erat kaitannya dengan hal-hal tersebut di atas. Pengatur Wisata (Tour Leader) menangani wisatawan rombongan dan bukan melaksanakan tugas sebagai pemandu wisata, tetapi sewaktu-waktu bertindak sebagai Pramuwisata jika dianggap perlu. Pengatur Wisata mengurus kebutuhan wisatawan rombongan di dalam dan di luar negeri. Yang menjelaskan bukan Pengatur Wisata tetapi Pramuwisata di negara/daerah tersebut, yang tentunya bekerja sama dengan Pramuwisata di daerah/negara tempat berwisata. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 79 80 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB X PERENCANAAN PERJALANAN DAN PAKET WISATA Istilah “Tour“ atau “Perjalanan Wisata” terwujud dalam suatu pelaksanaan “Paket Wisata”. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Tour Package” adalah kumpulan produk dari berbagai aspek dan kebutuhan perjalanan wisata yang diramu dalam bentuk Paket Wisata. Produkproduk yang dimaksud adalah: transportasi (darat, laut, danau, udara), akomodasi (aneka macam penginapan/ hotel bintang dan non-bintang), tempat makan (restoran, rumah makan), pramuwisata dalam berbagai spesialisasi bahasa, atraksi/daya tarik/objek wisata, cindra mata, dan lain-lain. Pendekatan dari sudut ETIMOLOGI: a. Kata “tour” berasal dari bahasa Ibrani yaitu “torah” yang berarti pergi dari suatu tempat asal untuk mencari sesuatu (ilmu pengetahuan) dan kembali lagi ke tempat asal. b. Dalam bahasa Latin dikenal istilah “tornus” artinya alat untuk membuat sebuah lingkaran yang kita kenal sekarang sebagai “jangka”. c. Dalam bahasa Perancis tua dikenal kata “tour” artinya perjalanan keliling di sebuah perkampungan. Pendekatan dari sudut DEFINISI: a. Perjalanan keliling. b. Tinggal sementara di tempat tujuan. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 81 c. Dilakukan pada waktu senggang untuk bersenangsenang. d. Mengeluarkan uang berasal/diperoleh di tempat asal. e. Tidak melakukan kegiatan mencari nafkah di tempat tujuan. f. Mempunyai tujuan mencapai kepuasan seperti apa yang diharapkan sebelum perjalanan dimulai. Pendekatan TERMINOLOGI a. Ekskursi diartikan sebagai suatu perjalanan wisata kurang dari 24 jam. b. Sight Seeing diartikan sebagai sesuatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan pada objek wisata secara singkat. c. Inclusive Tour diartikan lebih dari 24 jam perjalanan wisata yang melibatkan kebutuhan akomodasi, lebih cenderung kepada kepentingan business atau melibatkan usaha-usaha lain. Suatu usaha dalam industri perjalanan (industri pariwisata) yang bergerak dalam penyelenggaraan perjalanan wisata disebut “tour organizer” (tour operator). Tour organizer menyusun dan meramu produk-produk menjadi produk wisata dengan cara membeli produkproduk seperti: jasa pelayanan transportasi (darat, laut, danau, udara), jasa akomodasi, jasa Pramuwisata, dan jasajasa lainnya. Tour Organizer sebagai penghasil produk paket wisata dibedakan pula atas: a. Whole Saler: artinya Travel Agency tidak menjual langsung produk wisata kepada konsumen, tetapi menggunakan pihak kedua. b. Retail Tour Operator: artinya Travel Agency menjual langsung produk wisata yang dibuatnya kepada konsumen. 82 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Produk wisata dari Tour Organizer atau Travel Agency dapat berbentuk Paket Wisata: a. Sight Seeing Package. b. Sight Seeing Transfer Package. c. Touring yaitu aneka Paket Wisata. Ditinjau dari usaha mempersiapkan produk wisata, masih dibedakan atas 2 macam yaitu: a. Ready Made Tour: paket wisata yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh Tour Organizer lengkap dengan harga jualnya, lalu ditawarkan kepada konsumen. b. Tailor Made Tour: paket wisata disusun untuk memenuhi permintaan konsumen (on request), setelah konsumen menyetujui barulah tour bisa diselenggarakan. 1. BENTUK PAKET WISATA 1) Berdasarkan Bentuk Tour: a. Domestic Tour: Paket Wisata yang dilaksanakan di dalam negeri. b. Overseas Tour: Paket Wisata yang dilaksanakan di luar negeri. 2) Berdasarkan Jumlah Peserta Tour: a. Group Tour: pesertanya minimal 15 orang dengan seorang Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader). b. Individual Tour: pesertanya terdiri dari 1 orang atau lebih (tidak banyak) dan tidak didampingi Pengatur Wisata (Tour Leader) tetapi jalan sendiri. 3) Berdasarkan fasilitas wisata yang diinginkan: CLASS OF TOUR Deluxe ACCOMMODATION Deluxe Hotel: superior room, A’ la carte TOUR ITINERARY Acara sight seeing yang lengkap First Class STD Hotel: Std room, Table d’ Acara sight seeing dipilih hotel Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 83 CLASS OF TOUR Economy Class Budget ACCOMMODATION TOUR ITINERARY Economy Class Hotel: makanan Acara sight seeing dipilih sederhana Hotel termurah, tidak termasuk Mengurus sendiri sight seeing makanan 4) Berdasarkan lamanya waktu: Half Day Tour (3 – 5 jam); One Day Tour (7 – 8 jam); More than one day tour (lebih dari sehari tour). 5) Berdasarkan alat transportasi: air touring (lewat udara), bus/car touring (lewat darat dengan mobil), train touring (lewat darat dengan kereta api), cruise touring (lewat laut dengan kapal pesiar), boat touring, mixing touring. 6) Berdasarkan cara pengadaan: Regular Tour, Irregular Tour, Special Interest Tour. 7) Berdasarkan pengaturan dan acara persiapan: Package Tour (tour siap beli), Custom Tailored Tour (berdasarkan permintaan). 8) Berdasarkan kekhasan atau spesifikasi tour: historical tour, culture tour, nature tour, sport tour, marine tour (wisata bahari), hunting tour (wisata berburu), pilgrim tour (wisata ibadah), scientific tour (wisata ilmiah), industrial tour, plantation tour (agrowisata), flora tour, fauna tour, honey moon tour (wisata bulan madu), health tour, commercial tour, business tour, musea tour, architectural tour, craft and art tour, orchide tour, educational tour, nostalgia tour, off the beaten track tour, agents familiarization tour (Fam Tour). 2 ORGANISASI PERENCANAAN PERJALANAN WISATA Setelah paket wisata sebagai produk wisata dihasilkan, maka harus dibuatkan suatu perencanaan wisata (tour operation) dengan harapan perjalanan 84 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik tersebut dapat dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pra-Perencanaan: Sebelum melaksanakan perjalanan wisata, terlebih dahulu dilakukan oleh Tour Organizer seperti: a. Memberikan penerangan mengenai paket wisata dengan segala seluk beluk dan konsekuensinya. b. Penerangan itu harus diakhiri dengan penyajian sebuah paket wisata yang akan dibeli oleh konsumennya. c. Konsekwensi hukum jika ada kesepakatan yang dilanggar kedua belah pihak (Tour Operator dan Clients). 2. Perencanaan: a. Perencanaan operasi: perlengkapan tour, harga paket wisata (yang termasuk dan tidak termasuk). b. Bentuk, jenis dan kelas paket wisata. c. Cara pembayaran. Penyusunan Program Tour, mutlak diketahui seorang Pramuwisata, khususnya jika ada jalur-jalur wisata yang baru ditemukan di lapangan yang belum diketahui oleh Pimpinan Biro Perjalanan Wisata/ Tour Operator. Hal ini bisa disampaikan kepada Biro Perjalanan Wisata yang memberikan tugas pemanduan wisata kepada seorang Pramuwisata. Perhitungan harga komponen yang masuk dalam paket wisata, bisa mulai dipelajari sejak menjadi Pramuwisata karena Pramuwisata adalah embrio Pimpinan Biro Perjalanan Wisata. Mungkin di antara 100 Pramuwisata, ada sekitar 1 atau 2 orang lebih, setelah berpengalaman di lapangan akhirnya mendirikan Biro Perjalanan Wisata, sebagai bagian Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 85 dari pada Pramuwisata Mandiri yang meningkatkan statusnya menjadi Tour Operator. Sama halnya dengan trekking porter (pembawa barang wisatawan saat jalan kaki), horseman (tukang kuda) yang membawa barang wisatawan waktu trekking, sopir angkutan wisata, belajar sendiri dan meningkatkan profesinya menjadi seorang Pramuwisata. Agar tidak melakukan pelanggaran, seorang Pramuwisata tidak boleh menghandel sendiri wisatawan tanpa melalui Biro Perjalanan Wisata/Tour Operator. Jika ada tamu pribadi, sebaiknya bekerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata. Ini menjaga kemungkinan, siapa tahu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam menangani wisatawan di lapangan tanpa campur tangan Biro Perjalanan Wisata, maka resiko pelanggaran hukum sangat tinggi dan berisiko berat bagi Pramuwisata. Paket Wisata, dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Tour Package”. Paket wisata adalah gabungan dari berbagai unsur/bagian-bagian program perjalanan wisata. Didahului dengan penyusunan program perjalanan wisata (tour itinerary), kemudian diramu dengan berbagai produk yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan, diakhiri dengan perhitungan harga tour sesuai program perjalanan wisata, jadilah sebuah paket wisata. Produk yang masih berdiri sendiri-sendiri belum dicampur dengan produk lainnya, adalah produk pasif, tetaplah sebagai produk. Misalnya produk transportasi, produk akomodasi, produk makanan dan minuman, produk pramuwisata, produk daya tarik, dan produkproduk lainnya. Nanti kalau produk-produk di atas berjalan dalam ramuan paket wisata, barulah menjadi produk aktif atau produk wisata. 86 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Andaikan mau membuat nasi dos, sudah ada: nasi putih, ayam atau ikan goreng, sambal goreng, sayur, buah pisang, kertas dos. Nanti menjadi nasi dos setelah digabung menjadi satu dan dimasukkan dalam dos siap jual/bagi. Demikian juga paket wisata disusun program tour (tour itinerary) terlebih dahulu. Kalau Tour Operator Indonesia akan menyusun program tour untuk menarik wisatawan luar negeri berkunjung ke Indonesia, tentu disesuaikan dengan keinginan/selera pasar wisata, bahkan pangsa pasar wisata, ke mana program tour itu akan dialamatkan. Program tour bagi wisatawan Eropa, berbeda dengan program tour wisatawan Amerika, berbeda dengan program tour negara-negara Asean, berbeda dengan program tour orang-orang Malaysia dan sebagainya. Sesudah itu dimasukkan produk-produk yang dominan sesuai selera wisatawan yang akan ditujukan. Misalnya orang Eropa pada umumnya tidak banyak makan nasi tetapi roti atau kentang goreng dan beef steak, orang Italia selalu mencari makanan spaghetti. Orang Perancis, Switzerland, German pada umumnya senang jalan kaki/trekking di pegunungan. Orang Amerika dan Italia pada umumnya tidak tertarik trekking yang berat-berat. Orang Jepang tidak senang berkunjung ke kuburan. Dan lain-lain karakter dari berbagai bangsa sumber wisatawan ke Indonesia. Hal-hal seperti itulah yang harus diperhatikan dalam penyusunan program tour dan produk-produk pendukungnya. Suatu program tour akan menarik bagi penggemarnya, jika judulnya sudah membangkitkan selera untuk membaca isi program tour tersebut. Masuk isi program yang sistematika/susunannya bersambung Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 87 menarik, bahasa yang mudah dimengerti, tidak berteletele atau berbelit-belit dan tidak terjadi perulangan yang membosankan. Penggemar perjalanan wisata akan tertarik membaca terus sampai habis jika menarik, dan memutuskan untuk mengikuti acara perjalanan wisata tersebut, atau membeli paket wisata tersebut. Sebaliknya kalau pembacanya tidak tertarik membacanya, berhenti di tengah jalan pindah ke program lain yang lebih bagus, alias program perjalanan wisata itu tidak laku jual. Program wisata harus diperbaharui minimal setiap tahun, untuk ditawarkan pada awal melakukan perjanjian tour penyelenggara tour dan pembeli jasa paket wisata. Hal ini penting untuk mengantisipasi jika ada perubahan di lapangan. Misalnya keadaan jalan raya tahun lalu masih rusak, sekarang sudah mulus untuk mobil angkutan wisata. Rute jalan kaki (trekking) tahun lalu masih menarik, sekarang sudah dilalui mobil sehingga harus dilakukan perubahan rute jalan kaki. Demikian juga perubahan rute penerbangan, adanya akomodasi atau hotel-hotel baru yang lebih bagus dan lain-lain yang setiap tahun bisa berubah dan harus disesuaikan. Setelah selesai penyusunan program tour, tibalah saatnya menyusun harga program tour mengikuti alur program tour tersebut. Harga tersebut adalah meramu harga-harga dari produk-produk menjadi produk wisata melengkapi program tour, itulah paket wisata. Harga-harga jual, misalnya hotel dan komponen lainnya, Biro Perjalanan Wisata sebelum menetapkan harga jual setahun ke depan, ada Contract Rate (harga kontrak) yang dibuat antara hotel dan komponen lainnya dengan Biro Perjalanan Wisata. Sehingga harga setahun 88 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik ke depan terjamin tidak akan naik. Semakin banyak wisatawan yang menginap di hotel dan komponen lain tersebut, semakin rendah harga kontrak yang dilakukan. Di sinilah letak persaingan antara banyaknya wisatawan yang ditangani dan berlangganan dengan hotel dan komponen lain. Sehingga perlu menyatukan tamunya ke suatu hotel tertentu yang sama kelasnya, jangan dibagi ke banyak hotel yang sama kelasnya untuk memperoleh harga kontrak rendah, sebagai dasar persaingan harga dengan Biro Perjalanan Wisata lainnya. Harga setiap elemen produk disusun dalam bentuk tabel yang disebut “tour quotation” dengan mengambil harga-harga yang berlaku setahun ke depan. Sehingga pengecekan harga-harga produk harus dilakukan secara rutin dan diperbaharui setiap akan melakukan perjanjian kerja sama antara Biro Perjalanan Penyelenggara Paket Wisata dan Biro Perjalanan Pembeli Paket Wisata. Harga-harga paket wisata pada setiap program tour harus bersaing sehat, jangan terlalu murah tetapi jangan juga terlalu mahal. Kalau terlalu murah, kadang-kadang konsumen tidak percaya karena service akan meragukan. Terlalu mahal, konsumen tidak bisa menjangkau dan pindah ke Biro Perjalanan Wisata yang lain. Sehingga harga paket wisata harus yang masuk akal sesuai dengan keadaan, dengan keuntungan tipis tetapi banyak wisatawan yang tertarik membeli paket wisata tersebut. Dari pada keuntungan tebal dalam perhitungan secara teoritis di atas kertas, tetapi kurang minat wisatawan membeli paket wisata tersebut. Menyusun Suatu Program Tour (Tour Itinerary): Menyusun suatu program perjalanan wisata (tour itinerary), terlebih dahulu melakukan penelitian Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 89 langsung ke lapangan untuk melihat apa yang menarik dikunjungi oleh wisatawan. Dalam penelitian tersebut, dikumpulkan semua objek wisata dengan ciri khasnya masing-masing, termasuk daya tarik antara objek wisata dengan objek wisata lainnya. Dari hasil penelitian lapangan dikumpulkan objek-objek wisata utama, penunjang dan pelengkap. Program wisata disusun menghubungkan antara objek-objek wisata utama dulu dalam koridor-koridor penghubung. Sesudah itu, melekatkan objek-objek wisata penunjang terdekat yang dilalui dalam koridor, ada juga yang sedikit jauh dari koridor. Objek-objek wisata penunjang dibutuhkan agar tidak maraton saja perjalanan antara objek-objek utama wisata. Dibutuhkan singgah jika dalam perhitungan waktu memungkinkan yang terdekat dulu. Jika antara koridor utama ditambah penunjang dalam koridor masih ada waktu, maka objek wisata penunjang yang jauh dari jalan koridor dikunjungi untuk mencukupkan waktu. Daya tarik wisata pelengkap adalah daya tarik yang dilalui, berupa pemandangan alam, dan ada saja yang menarik, kadang-kadang wisatawan mau singgah sejenak mengambil foto. Kata dan kalimat dalam program tour singkat saja tetapi jelas, tidak seperti penjelasan dalam promosi dan pemasaran destinasi wisata yang harus banyak bumbubumbunya. Penjelasan selengkapnya akan dilakukan ketika melakukan perjalanan wisata, itulah tugas seorang Pramuwisata menjelaskan yang kelihatan dan tidak kelihatan. Untuk mengetahui secara pasti waktu yang dibutuhkan dalam program perjalanan wisata, maka dalam survei dilakukan perhitungan waktu secara 90 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik teliti. Dengan demikian dalam program tour tidak lebih banyak menyebutkan sekitar dan kurang lebih. Untuk mengetahui dengan pasti waktu yang digunakan pada suatu tour, berikut ini suatu cara menghitung waktu yang dapat dipedomani dalam penelitian untuk mengetahui waktu perjalanan wisata: DISTRIBUTION TIME OF CHECK LIST Tour Name: ___________________ DURATION GROUND ACTUAL PROGRAMMES On Board Actual Tour Actual Rest Total GRAND TOTAL Duration of survey: ___/___/2021 to ___/___/2021 Name of Surveyor: ___________________________ Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 91 Setelah melakukan survei langsung ke lapangan, dapatlah diketahui dengan pasti (bukan kurang lebih atau kira-kira). Berdasarkan itulah, program tour disusun dengan menghubungkan objek-objek wisata utama, ditambah dengan objek-objek wisata penunjang jika dibutuhkan, bahkan pelengkap bila dianggap masih dibutuhkan, dicantumkan dalam program wisata dalam koridor-koridor perjalanan wisata. Apakah semua rute itu dilalui dengan kendaraan bermotor (roda dua atau empat), atau dikombinasi dengan jalan kaki, tergantung seni menciptakan dan menyusun suatu program tour yang menarik bagi wisatawan. Dalam menyusun suatu program wisata, kadangkadang mencantumkan jarak saja dalam kilometer, tanpa mencantumkan jam/waktu atau pun lama tempuh. Ada juga hanya jam/waktu saja atau lama tempuh yang dicantumkan tanpa menyebutkan kilometer. Hal ini menjaga kemungkinan ketidak tepatan waktu tempuh karena satu dan lan hal. Tetapi ada juga mencantumkan keduanya, jam/waktu atau lama tempuh dan lengkap dengan kilometer dalam program wisata. 3. MENYUSUN PROGRAM TOUR Program wisata yang disusun, mulai dari yang terpendek/tersingkat seperti transfer in/out bandara/ pelabuhan samudera/terminal/stasiun kereta api dan lain-lain ke hotel atau ke tempat lain, sampai program wisata sehari penuh/beberapa hari/beberapa minggu/1 bulan atau lebih. Transfer In/Out, menjemput wisatawan di bandara/pelabuhan samudera/terminal/stasiun kereta api dan lain-lain ke hotel atau ke tempat lain. Kalimatnya pendek-pendek, tegas dan mudah dimengerti, mencantum jarak dan waktu tempuh. Menyebutkan 92 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik hal-hal penting jika ada dalam perjalanan. Lengkapnya informasi selama dalam perjalanan transfer, ada pada Pramuwisata yang menanganinya. City Sight Seeing, disusun sedemikian rupa, sehingga mencerminkan apa yang dilihat dalam suatu kota, rute perjalanan dan apa yang istimewa yang harus dikunjungi. Pencantuman waktu/lamanya tour sangat penting, siapa tahu tamunya keenakan dan lupa waktu yang harus digunakan dalam suatu city tour (tour dalam kota). One Day Tour (Setengah hari tour), memerlukan waktu sekitar 3-5 jam ke suatu destinasi luar kota, atau gabungan wisata dalam kota ditambah beberapa objek wisata di luar kota, misalnya ke air terjun yang jaraknya puluhan kilometer di luar kota. Full Day Tour (Tour Sehari Penuh), memerlukan waktu sekitar 6-8 jam termasuk di dalamnya makan siang. Diusahakan supaya waktu makan siang jangan terlalu memakan waktu lama. Sehingga pemesanan makan siang harus betul-betul mantap dengan mencantumkan jam makan siangnya. Jangan sampai tamunya sudah duduk di restoran, makanannya masih lama baru akan siap saji, akhirnya banyak waktu duduk di restoran yang menyita waktu tour, seakan-akan tour makan saja. Makanan bisa dalam bentuk kotak (lunch box) yang dibawa dari hotel, bisa juga dipesan di restoran dengan ketepatan dan kesingkatan waktu. Excursion (Eskursi), lamanya sekitar 24 jam tetapi tidak bermalam dan kembali ke hotel tempat berangkat. Makan malam termasuk, juga refreshment en route, sering juga termasuk makan malam setelah diakhiri berkunjung ke tempat hiburan di luar kota atau di dalam kota. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 93 Long Distance Tour (Tour Panjang/Lama), lamanya lebih dari sehari dan bermalam di luar hotel tempat berangkat semalam atau lebih baru kembali lagi ke hotel tempat berangkat. Bisa juga berangkat di suatu kota, kemudian melakukan perjalanan wisata lintas darat sampai ke suatu kota akhir tour dan dilanjutkan ke tempat lain dengan naik pesawat. Misalnya trans Sulawesi, berangkat dengan mobil di Makassar menuju Manado Sulawesi Utara sejauh hampir 2000 kilometer, singgah berkunjung ke objek-objek wisata yang dilalui dalam perjalanan dan bermalam selama beberapa malam dalam perjalanan. Cruise Overland Tour (Wisatawan Kapal Pesiar Tourist di darat), program wisata tamu kapal pesiar yang turun dari kapal pesiar untuk tour darat, sangat berbeda dengan program tour lainnya. Jauh sebelum kedatangan kapal pesiar di salah satu atau lebih pelabuhan samudera yang telah ditentukan, semua program harus sudah mantap lengkap dengan rute tour, waktu perkunjungan di objek-objek wisata sudah ditentukan waktu/jam dan lamanya di suatu objek wisata. Kalau wisatawan itu ratusan jumlahnya, maka harus dibagi terpisah dalam group-group kecil, sehingga tidak bertumpuk sekaligus di suatu objek wisata dalam waktu bersamaan. 4. MENGHITUNG HARGA PAKET WISATA (TOUR QUOTATION) Setelah melakukan survei secara langsung ke destinasi wisata dengan memilih objek-objek wisata yang dikoridorkan, sekaligus mencatat harga-harga yang terkait dengan kebutuhan di lapangan, tibalah saatnya menyusun paket wisata. Berikut ini ada 5 (lima) tahapan dalam penyusunan Paket Wisata, mulai dari penyusunan Program Perjalanan Wisata (Tour Itinerary) 94 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik sampai dengan selesainya suatu tour di lapangan dengan laporan keuangan pelaksanaan perjalanan wisata di lapangan, termasuk questionary yang telah diisi oleh wisatawan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan tour di lapangan. a. Tahap Pertama: Menyusun Program Perjalanan Wisata (Tour Itinerary) MANAKARRA MAMASA TIPALAYO TOUR 5 HARI/4 MALAM HARI 01: TIBA DI MAMUJU DENGAN PESAWAT UDARA – CITY SIGHT SEEING Tiba di Bandar Udara (Bandara) Tampapadang Mamuju (30 km di sebelah utara Mamuju kota). Jadwal penerbangan tiba di Mamuju dari Makassar: GARUDA: GA 660 jam 12.50 WITA (Senin, Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu); WINGS AIR: IW 1300 jam 12.40 WITA (Senin, Rabu, Kamis, Minggu), IW 1302 jam 14.10 WITA (setiap hari), IW 1304 jam 15.15 (Senin, Selasa, Sabtu, Minggu). Langsung menuju Mamuju kota, singgah di pantai hutan bakau Saluleang, berkunjung ke beberapa objek wisata di sekitar Mamuju kota dan sekitarnya, sebelum sampai ke hotel. Makan malam di hotel atau di salah satu rumah makan di Mamuju, istirahat malam. HARI 02: MAMUJU – MAJENE – POLEWALI (196 km) Berangkat dengan mobil dari Mamuju kota menuju Majene, singgah sejenak di Somba untuk melihat makanan khas ikan yang diasapi siap saji dan perahu-perahu penangkapan ikan di pinggir laut Somba. Berkunjung ke pantai Dato Majene sebelum Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 95 makan siang di salah satu rumah makan di Majene. Sesudah makan siang dilanjutkan menuju Polewali (55 km), singgah sejenak di Masjid tua Salabose, tiba di Polewali sore hari, check in di salah satu hotel di Polewali. Makan malam di salah satu rumah makan di Polewali, istirahat malam. HARI 03: POLEWALI MAMASA (93 km) – SUMARORONG – Berangkat pagi di Polewali menuju Mamasa kota di sebelah utara Polewali. Singgah melihat keindahan alam Malimbong Messawa (Gerbang Wisata Remaja bagian selatan Kabupaten Mamasa) sejauh 30 kilometer dari Polewali kota melalui pendakian sejauh 15 kilometer. Makan siang di salah satu rumah makan di Sumarorong, tiba di Mamasa kota di sore hari, check in di salah satu hotel di Mamasa kota. Makan malam di hotel, istirahat malam. HARI 04: SEHARI PENUH WISATA LEMBAH MAMASA Berangkat pagi menuju Tawalian (4 km) di sebelah timur Mamasa Kota, Orobua (4 km) di sebelah timur Tawalian. Dari Orobua menuju Tatale, makan siang di bukit Tokesan Ulu dengan lunch box yang dibawa dari Mamasa kota. Dilanjutkan menuju Kariango dan Rantebuda Rambusaratu’, tiba di destinasi wisata Tondokbakaru yang terkenal dengan anggrek dan objek wisata remaja Kabupaten Mamasa. Tiba di Mamasa sore hari, bersiap mandi di salah satu pemandian air panas alam di sekitar Mamasa kota. Makan malam di hotel, istirahat malam. HARI 05: MAMASA – MAMBI – MAMUJU (120 km) Berangkat pagi-pagi di Mamasa lewat Mambi, 96 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Aralle, Lakahang, tiba di Bandara Tampapadang Mamuju di siang hari, langsung dengan pesawat udara menuju Makassar. b. Tahap Kedua: Inventarisasi Harga (Buying Costs Inventarisation) NO DESCRIPTIONS BUYING COST REMARKS 1 Bus Avanza/Innova Rp.1.000.000 x 4 ½ days Rp. 4.500.000 Maximum 4 pax /bus 2 English Speaking Guide Rp. 500.000 x 4 ½ days Rp. 2.250.000 3 Hotel Accommodation base on sharing room: a. Mamuju: Single Room Rp. 600.000/ night Double Room Rp. 800.000/night b. Polewali: Single Room Rp. 400.000/ night Double Room Rp. 600.000/night c. Mamasa : Single Room Rp. 300.000/ night Double Room Rp 500.000/night 4 5 Meals: a. Lunch : Rp. 50.000/ pax x 5 days b. Dinner: Rp. 50.000/ pax x 4 nights c. Breakfast include in the hotel rates d. Refreshment en route: Rp. 25.000 x 5 days Entrance Fees: a. Mamuju: Rp. 10.000 x 5 objects b. Mamuju – Polewali: Rp. 10.000 x 5 objects c. Mamasa: Rp. 10.000 x 10 objects Single Supplement (S. S.): Rp. 800.000 Rp. 200.000/pax Rp. 600.000 Rp. 100.000/pax Rp. 1.000.000 Rp. 300.000/pax Rp. 250.000 Rp. 200.000 Rp. 0 Rp. 125.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 100.000 Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 97 NO DESCRIPTIONS BUYING COST 6 Porterages Airport: Rp.25.000 x 2 days 7 Parkings: a. Bandara: Rp. 10.000 x 2 days b. Mamuju: Rp. 10.000 x 5 objects c. Mamuju – Polewali: Rp.10.000 x 5 objects d. Polewali – Mamasa: 10.000 x 3 x objects e. Mamasa Tour: Rp.10.000 x 10 objects REMARKS Rp. 50.000 Rp. 20.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 30.000 Rp. 100.000 Catatan: Single Supplement adalah harga tambahan bagi yang ingin mengambil kamar sendiri (non-sharing), dengan Rumus: Harga Single – ½ Harga Double x Jumlah Malam c. Tahap Ketiga: Menghitung Biaya Tour (Tour Quotation) TOUR QUOTATION Tour Name : Manakarra – Tipalayo – Mamasa Tour Duration NO : 5 Days/4 Nights DESCRIPTIONS 1PAX 2 PAX 3 PAX 4 PAX S.SUP. 1 Transportation: Minivan AC 4 seaters Rp. 1.000.000/day x 4 ½ days 4,500,000 2,250,000 1,125,000 1,125,000 2 English Spg. Guide Fee Rp.500.000/day 2,250,000 1,125,000 3 Hotel Accommodation base on Sharing include breakfast: a. Mamuju: Rp.800.000/ night b. Polewali: Rp.600.000/ night c. Mamasa: Rp.500.000/ night 750,000 562,200 800,000 800,000 800,000 800,000 200,000 600,000 600,000 600,000 600,000 100,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 300,000 98 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik NO 4 5 DESCRIPTIONS Meals: a. Lunch: Rp. 50.000/ pax/day b. Dinner: Rp.50.000/ pax/night c. Breakfast included in hotels d. Refreshment en route: Rp. 25.000/pax/day Entrance Fees: a. Mamuju: Rp. 10.000/ pax/obj. b. Mamuju – Polman: Rp.10.000/pax/object c. Polewali – Mamasa: Rp.10.000 d. Mamasa Tour: Rp.10.000 x 10 6 Porterage Airport: Rp. 25,000/pax/day 7 Parking Fees; a. Bandara: Rp. 10.000/ bus x 2 d b. Mamuju: Rp.10.000/ bus x 5 c. Mamuju – Polewali Rp.10.000 d. Polewali – Mamasa: Rp.10.000/bus x 3 objects e. Mamasa Tour: Rp.10.000/bus x 10 objects SUB TOTAL Admission Fee 10% 1PAX 2 PAX 3 PAX 4 PAX S.SUP. 250,000 250,000 250,000 250,000 200,000 200,000 200,000 200,000 0 0 0 0 125,000 125,000 125,000 125,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 100,000 100,000 100,000 100,000 50,000 50,000 50,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,500 50,000 25,000 12,500 6,250 50,000 25,000 12,500 6,250 30,000 15,000 7,500 3,750 100,000 50,000 25,000 12,500 10,225,000 6,725,000 5,537,500 4,379,000 1,022,000 672,500 553,750 600,000 437,900 60,000 GRAND TOTAL/SELLING 11,247,000 7,397,500 6,091,250 4,816,900 PRICES 660,000 Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 99 JUAL PAKET WISATA: MANAKARRA – TIPALAYO – MAMASA TOUR 5 HARI/4 MALAM : PRICES (BERSIH) PER PAX IN IDR/RUPIAH (NETTO) 1 pax 2 pax 3 pax 4 pax S.Supl. : Rp. 11,247,000 : Rp. 7,397,500/pax : Rp. 6,091,250/pax : Rp. 4,816,900/pax : Rp. 660,000/pax HARGA TERMASUK (PRICES INCLUDE): 1. Minivan AC (Avanza/Innova) 4 seaters. 2. English Speaking Guide. 3. Hotel accommodation base on sharing include breakfast. 4. Lunches and dinners. 5. Entrance Fees. 6. Porterage Airport. 7. Parking Fees. 8. Government taxes. HARGA TIDAK TERMASUK (PRICES EXCLUDE): 1. All airfares. 2. Alcoholic drinks. 3. Massage. 4. Personal call phone in the hotels/accommodations. 5. Laundry. 6. Medical treatments. 7. All Tippings. 8. Other personal expenses. Catatan: Harga Netto (Net Price) adalah harga jual pokok, sehingga penjual selanjutnya menaikkan . . . . . % (biasanya 10%) dari harga Net Price sebagai keuntungan menjual paket wisata. 100 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik d. Tahap Keempat: Menghitung Biaya Tour yang diserahkan kepada Pramuwisata yang menangani TOUR FUND REQUEST AGENCY NAME : ___________________________________ Individual/Group Name (s) : ___________________________________, Total Pax: __________________________ Tour Name and Duration : __________________________, ___/Days ___/Nights Arrival Date : ____/____/____, by _________________, at ______________, From _____________ Departure Date : ____/____/____, by _________________, at ______________, For _______________ Hotel/Accommodation : ______________, Check in ___/___/___, Check Out ___/___/___ Guide Name : ___________________________________ Guide Speaking : ___________________________________ Agency Clients’ Name : ___________________________________ Transportation Used : __________________ AC/Non-AC: ___, Seaters Available ___ Attention : Please collect the clients’ Voucher and air NO tickets for reconfirmation. TOUR EXPENSES DESCRIPTIONS 1 Guide Fee English Speaking Guide 2 Hotel/Accommodations: a. Mamuju b. Polewali c. Mamasa Rp. Rp. Rp. Meals: a. Lunch b. Dinner c. Breakfast include in hotel price d. Refreshment en route Rp. Rp. Rp. Rp. Poretarage Airport Rp. 3 4 REMARKS Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 101 NO 5 6 7 DESCRIPTIONS TOUR EXPENSES Entrance Fees: a. Mamuju b. Mamuju – Polman c. Polewali – Mamasa d. Mamasa Tour Rp. Rp. Rp. Rp. Parking Fees: a. Airport b. Mamuju c. Mamuju – Polewali d. Polewali – Mamasa e. Mamasa Tour Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Miscellaneous Rp. TOTAL REAL TOUR EXPENSES REMARKS Rp. e. Tahap Kelima: Pramuwisata melaporkan pertanggung jawaban keuangan tour yang disiapkan formulirnya oleh Biro Perjalanan Wisata yang menugasi dan menyetor Questionary yang telah diisi wisatawan sebagai bahan evaluasi perjalanan tour di lapangan Ada Biro Perjalanan Wisata yang tidak mewajibkan pertanggung jawaban keuangan di lapangan, tetapi ada juga yang mengharuskan dan mengembalikan jika ada saldo/sisa pengeluaran, atau menambahkan jika ada kekurangan pengeluaran di lapangan. 102 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB XI PENANGAN TAMU KAPAL PESIAR TURIS Wisata Kapal Pesiar, merupakan suatu sarana berwisata lewat samudera dengan menggunakan kapal pesiar turis, mengelilingi sebagian atau keseluruhan bola bumi ini. Berbagai jenis kapal pesiar dengan kondisi, kapasitas dan kelasnya masing-masing. Ada kapal pesiar serba lux dengan harga yang tinggi, ada pula yang standar dengan harga terjangkau. Peserta Wisata Kapal Pesiar Turis akan merasakan kenikmatan melalui tour kapal pesiar, bagaikan surganya dunia. Selama berada di kapal pesiar, perasaan sekan-akan berada di sebuah hotel bergerak dengan fasilitas serba ada. Membuat pesertanya merasa nyaman selama dalam perjalanan samudera. Semua acara sudah disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada rasa bosan dan capek. Mulai dari penyajian makanan dan minuman bervariasi silih berganti, hiburan siang dan malam disusun sedemikian rupa, sehingga pesertanya terpanggil untuk mengikuti semaksimal mungkin semua acara. Jika dalam perjalanan kapal pesiar, ada peserta yang meninggal dunia, ada dokter khusus yang menanganinya, lengkap ruang pendingin/kamar jenazah untuk menyimpan jenazah dengan jangka waktu tertentu. Dapat dipulangkan ke negara asalnya setelah tiba di suatu pelabuhan, Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 103 sementara wisatawan lainnya berwisata ke darat, jenazah boleh diuruskan pemberangkatannya ke negara asalnya. Jika ada peserta yang harus mengakhiri suatu tour di suatu kota, sesuai dengan paket wisata yang dibelinya, maka ia meninggalkan kapal pesiar dan melakukan tour lain atau kembali ke negaranya dengan pesawat udara. “Major Officers and On-Board Staff” (Kelengkapan sebuah Kapal Pesiar Turis) Captain : kapten kapal pesiar. Staff Captain : staf pendamping kapten kapal pesiar. Chief Engineer : bagian kamar mesin. Hotel Manager : mengatur semua yang berhubungan dengan hotel/akomodasi dalam kapal. Chief Purser : bagian keuangan kapal termasuk penukaran uang (Money Changer) di kapal. Chief Radio Officer : bertanggung jawab berkomunikasi ke dalam dan ke luar kapal dengan telepon/radio. Cruise Director : yang bertanggung jawab atas semua acara dalam kapal, mengawasi cabin, mengatasi jika ada halhal terjadi di kapal, briefing dan lain-lain. Bar Manager : yang mengatur semua jenis minuman dalam kapal, baik yang termasuk dalam harga maupun yang tidak termasuk. Passenger Services Representative : bertanggung jawab mengatasi masalah yang terjadi dengan peserta kapal pesiar, booking, pengurusan tiket peserta, dan mengatur tempat duduk di cabin. Ship’s Doctor : melayani pasien peserta kapal pesiar yang sakit/ meninggal dunia di dalam kapal pesiar. Cabin Stewards : bagian kebersihan cabin pesawat, room service makanan dan snack. Maitre d’ : mengatur pakaian kerja dining room, mengatur meja dan tempat duduk secara bervariasi supaya tidak membosankan, mengatur pergantian pelayan dalam kapal. Dining Room Waiters : penunggu/pelayan di dining room dan melayani makanan buffet tengah malam, makan pagi, makan siang, makan malam, khusus yang berada di sekitar kolam renang kapal pesiar. 104 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Busboys : pembantu pelayan utama penunggu untuk makanan dan minuman, serta membersihkan meja. Social Hostes : wanita-wanita yang memperkenalkan peserta kepada kapten kapal, pada saat baru tiba dalam kapal dan akan pergi meninggalkan kapal, membantu staff untuk berbagai kegiatan dalam kapal. Ship’s Male Cruise Hosts : pria-pria pegawai kapal untuk menari bersama pelayan-pelayan wanita dalam kapal pesiar menghibur peserta kapal. Entertainers : yang menghibur dalam bentuk pertunjukan dan menyanyi dalam kapal untuk menghibur peserta dalam kapal. Shore Excursion Manager : bertanggung jawab untuk penjualan eskursi di pelabuhan di mana kapal pesiar singgah tour atau mampir sejenak, membagi tiket/ karcis kunjungan, mengurus penukaran uang dan pengembalian jika harus terjadi, mengatur peserta tour khusus bagi pegawai kapal, melakukan koordinasi dengan petugas tour darat yang dilakukan di suatu pelabuhan tempat singgah. Casino Manager : mengatur tempat dance dan hiburan malam lainnya. Youth Counselors : pegawai kapal yang mengatur hiburan untuk pemuda (i) dan anak-anak peserta kapal pesiar. Sumber: Brooke (1992: 198 – 199). 1. PENANGANAN TOUR DI PELABUHAN (SHORE EXCURSION) Setiap kapal pesiar, jauh sebelumnya, telah ditetapkan pelabuhan tempat singgah secara paten. Kriteria sebuah pelabuhan, layak tidaknya disinggahi, terlebih dahulu dilakukan survei. Kelengkapan fasilitas di Pelabuhan seperti, adanya persiapan bahan bakar yang cukup, persediaan air bersih yang cukup untuk disuplai ke kapal, adanya Rumah Sakit terdekat yang memenuhi syarat kelengkapan alat-alat kesehatan – dokter dan paramedis, adanya bank besar, adanya sarana pengiriman barang seperti kantor pos dan perusahaan pengiriman barang lainnya, dan lain-lain Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 105 yang dianggap perlu sesuai kebutuhan untuk kapal pesiar dan penumpangnya. Jika layak, maka dimasukkan dalam program tetap. Sehingga peserta sudah akan mengetahui di pelabuhan mana cocok untuk turun berwisata singkat ke darat. Dalam perjalanan, program wisata (shore excursion tour itinerary) dijual di atas kapal oleh Shore Excursion Manager dengan mencantumkan batas waktu penutupan penjualan. Kalau sudah ada kepastian adanya penumpang yang akan turun di pelabuhan, yang ditugaskan dari kapal pesiar turis melakukan koordinasi dengan kepala Pelabuhan, bagian Keimigrasian pelabuhan, bagian Karantina, bagian Bea cukai dan KP3 di pelabuhan tersebut. Mereka akan mengurus semuanya sesuai bidang masing-masing. Biro Perjalanan Wisata yang menangani Tour Kapal Pesiar berkonsentrasi mengurus tournya, walaupun ada juga koordinasi pengecekan yang dilakukan Biro Perjalanan Wisata bagi petugas pelabuhan. Setelah ada kepastian berapa peserta yang akan ikut pada Shore Excursion di pelabuhan tersebut, disampaikan kepada Biro Perjalanan Wisata yang akan menangani tour tersebut untuk menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan. Kebutuhan seperti jumlah dan jenis bus, jumlah Pramuwisata dan Spesialisasi Bahasa, jadwal perkunjungan dikontrol ulang siapa tahu ada kendala seperti tanah longsor, atau halangan lain yang mengharuskan adanya perubahan jadwal yang perlu disampaikan ke kapal sebelum embarkasi Shore Excursion. Berdasarkan pengalaman bahwa, minimal 3 (tiga) hari sebelum Shore Excursion Embarkation, sudah ada name list yang dikirimkan dari kapal, berupa jumlah 106 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik peserta Shore Excursion menyangkut peserta tour. dan catatan-catatan lain Dengan komunikasi berapa orang yang akan turun dari kapal mengikuti tour darat, sudah bisa disiapkan mobil, pramuwisata, tarian menyambut di pelabuhan, persiapan-persiapan lain. Untuk briefing menyangkut persiapan kepada Pramuwisata dan sopir serta petugas lainnya yang terlibat di pelabuhan, dalam perjalanan dan di objek-objek wisata, selain dilakukan briefing secara oral, juga dilengkapi dengan program tour secara tertulis, lengkap dengan waktu/jam secara detail untuk menjadi pegangan tertulis. Program tertulis, selalu dipegang oleh Pramuwisata, sehingga tidak ada yang salah ingat. Hal ini, menjaga kemungkinan, jika ada Pramuwisata terlambat datang sebelum briefing atau mengantuk saat briefing karena perjalanan jauh dan sudah jauh malam. Biasanya setelah persiapan di pelabuhan, mobilmobil serta Pramuwisatanya diatur sedemikian rupa dilengkapi nomor kendaraan mulai dari nomor 01 dengan mencantumkan kapasitas tempat duduk maksimal, nama Pramuwisata dan nama Sopir. Tidak perlu berteriak keras-keras pakai pembesar suara di pelabuhan, tetapi para wisatawan sisa melihat nomor kendaraannya dan langsung naik ke bus, sesuai dengan informasi yang disampaikan ke kapal paling lambat 1 x 24 jam sebelum embarkasi Shore Excursion. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 107 BAB XII SEJARAH LAHIRNYA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (HPI) Lahirnya satu-satunya organisasi profesi Pramuwisata di Indonesia bernama Himpunan Pramuwisata Indonesia disingkat HPI, lahir dari embrio-embrio Pemandu Wisata dari beberapa daerah. Laksana beberapa anak sungai yang berhulu dari beberapa daerah, kemudian bermuara ke sungai induk secara nasional itulah HPI sampai saat ini. Menurut penuturan Ketua Umum DPP HPI Bapak Anak Agung Tentram Wisana yang digiring DPD HPI Sulawesi Selatan ke Mamasa di awal tahun 1991 bersama Ketua Umum DPD HPI Sulawesi Selatan Drs. Emil Tumanduk dan Sekretaris Umum DPD HPI Sulawesi Selatan Drs. Arianus Mandadung serta Bendahara DPD HPI Sulawesi Selatan Syahran Kindjam, B. Sc. menjelang Rakernas III HPI di Makassar pada akhir tahun 1991, serta beberapa sumber lain ditambal sulam, itulah yang diramu dalam tulisan ini. Pulau Dewata Bali sebagai perintis tujuan wisata Indonesia di jaman lampau, di sanalah lahir embrioembrio Pramuwisata. Bertitik tolak dari diresmikannya hotel perintis terbaik di Bali yaitu Bali Beach Hotel pada tahun 1966 oleh Presiden RI Pertama Bapak Ir. Soekarno. Ternyata memiliki daya dorong munculnya Pemandu Wisata di Bali yang walaupun saat itu masih sangat kurang jumlahnya dan bisa dihitung jari. Para guide hanya menguasai satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara. Secara Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 109 alami belajar sendiri, Pemandu Wisata menjemput sendirisendiri tamu di Bandara Ngurah Rai Bali, sering berebutan tamu, menyewa sendiri kendaraan dan diantar ke hotel Bali Beach. Dari situlah Pemandu Wisata mengarahkan turisturis ke tempat menarik, prasarana dan sarana pariwisata saat itu masih sangat sederhana apa adanya. Pada saat itu belum ada Biro Perjalanan Wisata seperti sekarang yang mengatur perjalanan wisata dan menyusun paket wisata dan dijual kepada wisatawan. Bapak Ida Bagus Rata yang saat itu sebagai dosen di Universitas Udayana Bali muncul sebagai perintis mengkoordinir guide di Bali karena jiwanya ada di pariwisata. Bersama 12 orang Pemandu Wisata perintis yang lahir secara inisiatif, difasilitasi Gede Ria sebagai Kepala Dinas Pariwisata Bali saat itu. Menghimpun Pemandu Wisata tersebut dan menghimbau agar para Pemandu Wisata bergabung dalam suatu organisasi profesi Pemandu Wisata supaya mudah dikoordinir dengan kontrol dan pengawasan yang baik bahkan lebih mudah dibina. Bertitik tolak pada pertemuan itulah sehingga pada tahun 1969 lahir sebuah organisasi profesi Pemandu Wisata yang dikenal dengan Persatuan Pramuwisata Bali yang dalam bahasa Inggris “Bali Guide Association” disingkat BGA dan Bagus Rata sebagai Ketua dengan sekretarisnya yaitu Anak Agung Tentram Wisnawa. Namun Bagus Rata sebagai Ketua BGA harus mengundurkan diri di tahun 1971 karena ada peraturan bahwa sebagai dosen Universitas Udayana Bali tidak boleh terjun ke dalam asosiasi swasta, kemudian digantikan oleh Kadek Yudanegara yang sebelumnya sebagai Wakil Ketua BGA. Musyawarah Daerah (Musda) pertama BGA di tahun 1974, dihadiri 25 orang Pemandu Wisata dari 90 orang yang sudah berkecimpung di bidang Pemandu Wisata Bali, 110 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dilaksanakan di Gedung Merdeka Denpasar Bali. Pada saat itulah Anak Agung Tentram Wisnawa yang sebelumnya sebagai sekretaris BGA Bali, terpilih sebagai Ketua Umum BGA didampingi Sekretaris yaitu Rizani Idsa Karnanda. Mulai saat itulah, Pemandu Wisata Bali diberikan pembinaan bahasa Inggris, tata cara mengantar turis, dan lain-lain untuk menjadikan mereka lebih profesional. Pengaruhnya, semakin bertambah jumlah wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata Bali yang ditangani Pemandu Wisata yang sudah dibina dan dilatih. Pada saat itu juga dibentuklah Tour Guide Course untuk melatih Pemandu Wisata lebih lanjut. Kegiatan ini didukung pula oleh Tirto Sudiro yang saat itu sebagai Dirjen Pariwisata Departemen Perhubungan. Selain bimbingan dari pemerintah, ada juga bimbingan dari Prof. Tito, seorang penggiat pariwisata berkebangsaan Italia, maka lahirlah 10 Kode Etik Pramuwisata. Menjelang Konferensi Pacific Asia Travel Association (PATA Conference) yang akan diselenggarakan di Bali, ada 5 (lima) orang anggota BGA mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan diutus ke Jakarta untuk dididik dalam mempersiapkan diri menangani peserta Konferensi PATA di tahun 1974. Di sisi lain, di Jakarta juga sejak tahun 1964 dalam mengikuti perkembangan pariwisata Indonesia, para Pramuwisata lokal Jakarta dimulai dengan penanganan tamu Kapal Pesiar. Agar terciptanya pengaturan Pramuwisata yang lahir secara spontanitas, supaya tidak berebutan tamu, pada tahun 1965 dibentuklah Jakarta Guide Association disingkat JGA dengan Ketua Syamsuarni Sam. Organisasi JGA juga satu tujuan dengan GBA di Bali yaitu untuk koordinasi persiapan Konferensi PATA karena di Jakarta sebagai ibu kota negara akan menjadi tempat penyelenggaraan lokakarya, Bali sebagai primadona pariwisata nasional akan ditempati konferensi. Namun Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 111 secara internal Pramuwisata Jakarta juga punya kemelut, terjadi persaingan berat antara Pramuwisata Senior dan Pramuwisata Junior sehingga pecah. Selanjutnya, Persatuan Pramuwisata Jakarta menghadiri pembentukan organisasi profesi HDWI dengan Ketua Wisnu yang muncul dari Amato Club, suatu kelompok Pramuwisata Jakarta yang dibina oleh Pof. Eduardo Amato dari Italia. Pada tahun 1987, sebanyak 3 (tiga) kelompok Guide Jakarta mendirikan organisasi ASPITA singkatan dari Asosiasi Pramuwisata Jakarta dengan Ketua Syamsuarni Sam dengan Sekretaris Jan L. Simandjuntak. Keduanya hadir mewakili guide Jakarta di Palembang pada tahun 1988 yang bergabung dengan pengurus lainnya di Indonesia antara lain: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Papua. Pada saat itulah penyatuan kembali jiwa Pramuwisata Indonesia setelah terjadi kemelut Surabaya. Selanjutnya BGA menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) II tepatnya berlangsung tanggal 2627 Maret 1983. Pada saat itu Bapak Yoop Ave sebagai Dirjen Pariwisata Departemen Perhubungan menaruh perhatian besar terhadap organisasi profesi Pemandu Wisata. Sebelum pelaksanaan Musda II BGA, Yoop Ave memberikan masukan untuk menghadirkan asosiasi Pemandu Wisata dari daerah lain di seluruh Indonesia dan mendirikan sebuah organisasi profesi Pramuwisata tingkat nasional dengan menghargai embrionya yaitu BGA. Pada saat itu hadir sejumlah pengurus asosiasi Pemandu Wisata antara lain: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DIY Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lombok, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara. Dalam MUSDA II BGA ini, lahirlah organisasi profesi Pramuwisata nasional yaitu 112 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Himpunan Duta Wisata Indonesia disingkat HDWI dan Musda II BGA di tahun 1983 dianggap sebagai Musyawarah Nasional (Munas) I HDWI. Anak Agung Tentram Wisnawa terpilih sebagai Ketua Umum dan Rizani Idsa Karnanda sebagai Sekretaris, dibantu Wakil Ketua Ngurah Ardika dan Kamarwan dari Persatuan Pramuwisata Istana Bogor. Pada Munas I HDWI belum ada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangganya, sehingga akan dibahas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I HDW yang direncanakan pada saat itu akan berlangsung di Surabaya Jawa Timur, yang pendanaannya dibantu oleh Wali Kota Surabaya dan menunjuk pengurus HDW Jawa Timur sebagai Panitia Lokal/Panitia Pelaksana Rakernas I HDWI. Namun, dalam perencanaan Rakernas I HDWI di Surabaya ada perbedaan pendapat mengenai pendanaan yang tidak transparan dan tanpa sepengetahuan Ketua Umum HDWI Anak Agung Tentram Wisnawa. Akhirnya Rakernas I HDWI di Surabaya dibatalkan. Adanya masalah besar di tubuh Panitia Rakernas I HDWI di Surabaya Jawa Timur merupakan kemelut internal asosiasi profesi Pramuwisata yang membawa kesan yang tidak baik bagi pemerintah. Pemerintah sangat menyesalkan adanya HDWI akibat peristiwa/kemelut Surabaya. Sebagai tindak lanjut kemelut tersebut yang menimpa organisasi yang baru terbentuk dan masih merayap, Dirjen Pariwisata mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan Temu Wicara nasional yang diselenggarakan di Taman Chandra Wilwatika Pandaan Jawa Timur yang dihadiri seluruh Kepala Dinas Pariwisata Propinsi se-Indonesia serta 15 (lima belas) Asosiasi Pramuwisata yang ada di daerah-daerah. Temuwicara dimaksud terselenggara pada tanggal 29–30 Maret 1988 dengan tujuan mempersatukan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 113 kembali Asosiasi Pramuwisata seluruh Indonesia yang telah renggang hubungannya pada saat gagalnya penyelenggaraan Rakernas I HDWI di Surabaya. Atas usul Dirjen Pariwisata maka Himpunan Duta Wisata Indonesia (HDWI) diubah namanya menjadi HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA disingkat HPI dan dibentuk pengurusnya di semua daerah yang sudah memungkinkan di seluruh Indonesia. Perubahan nama ini harus dilakukan mengingat istilah Duta Wisata sangat berat tanggung jawabnya karena identik dengan Duta Besar berkuasa penuh di luar negeri. Menindak lanjuti perubahan nama dari HDWI ke HPI, maka pemerintah menetapkan Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat dan Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Selatan untuk menjadi penyelenggara MUNAS I HPI di Palembang guna membentuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HPI sekaligus membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPI. Palembang ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan MUNAS I HPI mengingat Palembang sebagai tempat lahirnya dan jayanya Kerajaan Sriwijaya di masa lampau. Kepedulian pemerintah terhadap organisasi profesi Pramuwisata nasional dituangkan dalam Surat Keputusan Dirjen PUOD Departemen Dalam Negeri tanggal 16 Januari 1988 dengan nomor: 556/2134/PUOD, tentang wadah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) sebagai dasar hukumnya. Pada tanggal 4-5 Oktober 1988, Munas I HPI diselenggarakan di Palembang Sumatera Selatan dengan agenda utama menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPI serta memilih Dewan Pimpinan Pusat Periode 1988–1993. Event ini kembali menaruh kepercayaan pemerintah untuk membina organisasi profesi Pramuwisata sebagai garda terdepan Pariwisata Indonesia yang semakin 114 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik berkembang. Di tangan Pramuwisata lah di bawah kendali organisasi profesinya akan mengangkat nama bangsa Indonesia ke dunia internasional melalui pelayanan primanya, di bawah naungan dan pengawasan pemerintah dengan membina dan mendidik mereka menjadi tenaga profesional pariwisata nasional. Untuk itulah Tema Munas I HPI di Palembang: “Melalui MUNAS I HPI Kita Mantapkan Organisasi Profesi Pramuwisata guna Mendukung Kebijaksanaan Pemerintah di Bidang Kepariwisataan”. Begitu pentingnya event Munas I HPI di Palemnang tanggah 4-5 Oktober 1988, maka tanggal 5 Oktober 1988 ditetapkan sebagai hari lahirnya organisasi profesi Pramuwisata HPI yang akan dijadikan event penting di masa yang akan datang. Dengan alasan inilah, maka Rakernas XVIII HPI yang untuk pertama kali dilaksanakan secara virtual karena masalah covid-19 yaitu tanggal 5 Oktober 2020 sekaligus menetapkan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur sebagai tempat pelaksanaan Munas HPI tanggal 5 Oktober 2021. Sampai saat ini, selain DPP HPI, juga sudah terbentuk DPD HPI di 34 propinsi se-Indonesia dan DPC HPI di kabupaten/kota yang sudah memungkinkan terbentuk. Dalam MUNAS I HPI di Palembang, ternyata yang bisa diselesaikan hanyalah Anggaran dasar HPI. Anggaran Rumah Tangga diserahkan penyelesaiannya kepada DPP HPI dan disepakati akan dibahas dalam Rakernas I HPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Pada Munas I HPI di Palembang, juga diputuskan untuk menyelenggarakan Munas II HPI di Manado Sulawesi Utara. Selain itu bahwa, berhubung Munas I HPI di Palembang hanya bisa menyelesaikan penyusunan Anggaran Dasar HPI, maka Anggaran Rumah Tangga HPI akan dibahas dan disusun di Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 115 Rakernas I HPI di Banjarmasin Kalimantan Selatan sekaligus pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPI, menyusun dan mengesahkan Program Kerja HPI masa bhakti 1988 – 1993, membahas masalah organisasi HPI, masalah Guide Fee, dan lain-lain yang sehubungan dengan masalah Kepariwisataan. Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPP HPI) periode pertama tahun 1988 – 1993 yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Munas I HPI dengan nomor: 10/MUNAS I/X/1988 tertanggal 5 Oktober 1988 sebagai berikut: Ketua Umum Ketu I Ketua II Ketua III Ketua IV Sekretaris Umum : Tentram Wisnawa : Harry Simandjuntak : Nongki : Munjirin : H. Gathmir Senen : Drs. M. Rizani Idsa Karnanda Departemen I Hubungan Antar Industri Pariwisata dan Pemerintah: 1. Willy Jaya 2. Yose Rizal Departemen II Pendidikan dan Kesejahteraan: 1. Easther M. Tamtama 2. Herman Rukmadani Departemen III Hubungan Antar Daerah dan Luar Negeri: 1. Drs. M. Rizani Idsa Karnanda 2. Joe Nasroen 3. Drs. Emil Tumanduk Departemen IV Humas: 1. Hery Marhono 116 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Ditetapkan di Pada Tanggal : Palembang : 5 Oktober 1988 Musyawarah Nasional Pertama Himpunan Pramuwisata Indonesia (MUNAS I HPI) Ketua Umum Sekretaris Umum Tentram Wisnawa Drs. M. Rizani Idsa Karnanda Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 117 BAB XIII KARAKTERISTIK WISATAWAN Seorang Pramuwisata harus bisa memahami karakter wisatawan setiap suku dan bangsa. Jangan digiring ke tempat yang mereka tidak senangi. Berikut ini, beberapa karakteristik wisatawan dari berbagai negara sumber wisatawan dunia: 1. Orang Perancis Menyukai kebudayaan tradisional, pranata sosial, tarian drama, musik, seni, upacara adat dan keagamaan serta nuansa pedesaan. Lebih memilih berkunjung ke atraksi wisata yang spesifik khususnya tempat-tempat arkeologi, candi-candi kuno dan tempat-tempat yang dikomersilkan. Suka mencoba pengalaman dan aktivitas baru serta cenderung berpetualang sehingga banyak yang senang wisata jalan kaki (trekking) berat. Suka belanja kerajinan tangan dan barang-barang antik. Tidak mau tergesa-gesa atau ceroboh, selalu berpikir panjang, dan teliti. Bersahabat, disiplin, memiliki tingkah laku yang baik, sopan dan patuh pada peraturan, tetapi mudah kecewa apabila tidak menyukai sesuatu. Hal inilah Pramuwisata harus mampu menghindari kekecewaan. Ada juga orang Perancis, sepertinya mencari-cari pengeluhan (complaint) di akhir tour supaya ada alasan tidak memberikan tip kepada Pramuwisata dan Sopir yang menangani, mungkin sudah kehabisan uang. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 119 Ada kesan bahwa, sepertinya ada wisatawan Perancis tertentu sudah mempelajari bagaimana menciptakan complaint (complaint science) supaya terhindar dari pengeluaran uang tip kepada Pramuwisata dan Sopirnya di akhir tournya. Wisatawan Perancis cenderung berpakaian sesuai dengan situasinya, bisa rapi sekali/ modis, berparfum dan juga terkadang cara berpakaian sangat ekstrim saat dipantai. Terkenal cepat memulai tour di waktu pagi dan nanti tidak kelihatan mata hari baru kembali ke hotel. Siapkanlah fisik dan mental menangani wisatawan Perancis yang kadang-kadang melelahkan dan membingungkan. Banyak wisatawan Perancis, walaupun bisa berbahasa Inggris, tidak mau berbahasa Inggris karena menganggap bahasa Perancis lebih mulia dibanding bahasa Inggris. Kalau Pramuwisatanya spesialisasi bahasa Inggris karena kehabisan Pramuwisata spesialisasi bahasa Perancis, terpaksa bahasa Inggris sedikit-sedikit, tetapi kalau tiba-tiba marah, ternyata fasih berbahasa Inggris. 2. Orang Jerman Berlaku sopan, terbuka, memiliki tingkah laku yang baik, mengomentari langsung setiap pengalaman mereka. Suka belanja souvenir dari batu dan kayu. Toleransi pada fasilitas dan pelayanan yang berbeda. Keingintahuannya tinggi terhadap sesuatu, bahkan sampai mendetail. Suka daerah yang apa adanya, murni dan ingin mengetahui atraksi hingga tuntas. Tertarik pada kebudayaan tradisional, upacara keagamaan, tarian, tempat bersejarah, pemandangan yang indah dan suka membandingkan kebudayaan tradisional satu dengan yang lainnya. Menyukai perjalanan sesama bangsanya, terkadang kurang bisa bergabung dengan bangsa lain. Disiplin, teliti, mempunyai organisasi 120 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik yang baik, komitmen, dan intelek. Kuat jalan kaki petualangan dengan persiapan bahan makanan yang cukup dalam perjalanan, senang minum bir bintang. 3. Orang Cina, Taiwan dan Korea Lebih mementingkan nilai dan prinsip, senang harga murah dan tidak terlalu mementingkan fasilitas dan pelayanan yang prima. Banyak bicara, cerewet namun sering juga begitu peramah dalam situasi tertentu jika berhadapan dengan orang peramah. Menonjolkan peran dan kesan budaya Cina. Gampang marah bila tidak cepat bertindak. Lebih menyukai bahasa sendiri dari pada bahasa Inggris. Suka bergerombol dalam satu kelompok ramai-ramai menciptakan kekompakan mirip bebek. Selalu berpikir ekonomis, hemat dasar orang Cina. Sifatnya tertutup, kecuali kepada orang yang sudah dikenal dan menaruh kepercayaan. 4. Orang Inggris Hidup penuh disiplin tetapi terkenal egois menjaga prestise, citra dan jati diri. Melayani orang dengan bersahabat tetapi juga mempunyai kepribadian ingin dilayani dengan baik. Teliti dalam pengeluaran uang, tidak menyukai perjalanan berkelompok (group tour), lebih senang jalan sendiri tanpa digabung dengan orang lain. Hangat dan sopan dalam pergaulan hidup, mempunyai tingkah laku yang baik penuh kesopanan dan menjaga persahabatan dengan orang lain. Terkenal tertutup tidak terbuka seperti orang Eropa lainnya dan mempunyai kepribadian yang kuat. Senang budaya tradisional dan karakteristiknya, menyukai pantai serta keindahan alam. Tidak suka privasinya diganggu dan tidak terlalu suka petualangan dalam berwisata, santai saja. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 121 5. Orang Italia Terkenal sangat terbuka, komunikatif, romantis, ekspresif, agak cerewet khususnya jika sudah kenal. Kurang disiplin dan sulit ditangani tetapi mereka mudah beradaptasi dengan keadaan setempat, artinya terbuka dan bersahabat untuk semua orang. Menyenangi tempattempat mewah tetapi sedapat mungkin harganya murah, bisa ditawar untuk penghematan. Senang kebudayaan tradisional dan seni serta pemandangan alam yang romantis seperti lambaian pohon kelapa di pinggir pantai. Terkenal ribut dan di atas bus wisata masingmasing membuka percakapan berhadapan dengan sesamanya yang menciptakan kebisingan percakapan di atas bus. Banyak wisatawan Italia mencari spaghetti (mie khusus), sehingga hati-hati membawa wisatawan Italia jika hidup dari spaghetti dan tidak ada di tempat tersebut. Orang Italia sangat takut, jika ada binatang kacoa’ dalam kamar hotel, biasanya langsung pindah kamar jika melihat ada kacoa’ dalam kamar hotel. 6. Orang Spanyol Orang Spanyol mirip-mirip karakter wisatawan Italia. Perbedaannya dengan orang Italia senang mengunjungi daya tarik budaya/sejarah, mengunjungi saudara maupun teman dan makanan enak negara tujuan, merupakan faktor yang mendorong wisatawan Spanyol untuk berkunjung ke negara-negara tujuan wisata. Negara tujuan yang mendapat perhatian wisatawan Spanyol adalah Perancis, Portugal, Maroko, Italia, Inggris, Amerika Serikat, Yunani, dan Thailand. Banyak wisatawan Spanyol mulai melirik ke Asia selain wilayah Eropa, seperti Indonesia. Sejauh ini, Bali masih merupakan tujuan utama wisatawan Spanyol untuk berlibur di Indonesia. Tujuan lainnya adalah 122 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Lombok. Daya tarik budaya/sejarah negara tujuan dan makanan enak merupakan faktor yang mendorong wisatawan Spanyol berkunjung ke Indonesia. Negara-negara Asia Tenggara yang banyak melakukan promosi wisata di Spanyol adalah Thailand dan Malaysia serta Indonesia. 7. Orang Rusia Rusia adalah negara terbesar di dunia dengan luas 17.1 juta km2 di wilayah Eropa dan Asia. Wilayahnya membentang dari Eropa Timur hingga Asia bagian Utara. Tak heran jika negara ini memiliki beragam destinasi wisata alam yang memukau. Rusia memiliki berbagai variasi dataran. Gurun Kutub Utara terletak di ujung utara, dan di wilayah selatan berupa hutan dan padang rumput. Sebagian besar Rusia terletak di wilayah yang memiliki suhu sangat rendah pada musim dingin. Ketika musim dingin banyak sungai, danau dan rawa-rawa yang beku akibat suhu yang dapat mencapai minus (-) 30 derajat celcius. Rusia adalah negara yang sangat menghormati perbedaan. Etnis, budaya, dan nasionalisme Rusia sangat erat kaitannya dengan Gereja Ortodox, yaitu agama yang dianut oleh Rusia selama hampir seribu tahun. Hal ini menyebabkan dalam setiap etnis Rusia memiliki warisan Ortodoks. Konsensus para jemaat Ortodox dipandang sebagai kebenaran yaitu suatu singularitas kebenaran di mana tidak ada ruang pluralisme pendapat. Komunal dan semangat kebersamaan yang sampai saat ini masih melekat dalam jiwa Rusia, membedakan Rusia dari negara-negara Barat lainnya. Rusia yang memiliki sejarah dari komune desa pertanian dengan kepemilikan tanah bersama dan pengambilan keputusan Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 123 berdasarkan pemimpin. Membuat kehidupan seharihari pada saat ini terlihat jelas bahwa orang-orang Rusia hidup secara berkelompok. Sebagai contoh, di restoran orang-orang Rusia tidak segan untuk bergabung dengan orang yang tidak dia kenal daripada menikmati makan sendiri. Pria mencium pria dan menunjukkan perasaan kasih sayang, rekreasi yang diatur oleh kelompok, dan lain-lain. Orangtua dan wanita memiliki tempat khusus di hati kebanyakan orang Rusia. Meski hal ini dianggap jamak dilakukan orang-orang di seluruh negara, namun orang Rusia benar-benar melakukannya di mana-mana tanpa melihat status. Contoh yang paling baik adalah tradisi masuk kelas, mahasiswa wanita diperbolehkan masuk kelas terlebih dahulu disusul mahasiswa pria. Orang Rusia terkenal “to the point” dalam pergaulan hidupnya. Contoh yang paling sederhana adalah saat Anda ingin berkenalan dengan seorang wanita Rusia, mereka akan langsung menolak dan pergi jika sudah memiliki kekasih. Paham komunis sering mendengungkan jargon “sama rasa sama rata”. Artinya kurang lebih dalam dunia komunis tak ada si kaya dan si miskin. Kalau seorang Pramuwisata dapat menangani wisatawan Rusia dengan baik dengan belajar latar belakang negaranya, percayalah wisatawan Rusia bisa semakin tinggi niatnya berwisata ke Indonesia. Rusia dengan wilayahnya paling luas di dunia, penduduknya yang relatif banyak, merupakan modal besar jika bisa dipengaruhi berkunjung ke Indonesia lebih banyak setiap tahun. 124 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 8. Orang Swiss Tepat waktu adalah suatu hal yang sudah mendarah daging bagi bangsa Swiss. Bukan lagi sekadar basa-basi, atau pemanis saja, melainkan dapat dikatakan sebagai sumber utama kebahagiaan. Mereka sangat tepat waktu, efisien dan bersih. Tidak heran kalau Negara Swiss terkenal dengan industri jam (lonceng tangan dan lain-lain) terbaik dunia. Kita akan sulit menemukan jawaban, mana yang terlebih dulu ada, pencatat waktu yang tepat atau orang-orang yang tepat waktu. Akan tetapi kenyataannya adalah di negara ini alat transportasi umum seperti bis dan kereta api, serta hal lainnya, benar-benar berjalan tepat waktu. Bagi orang yang baru pertama kali datang ke negara di pegunungan Alpen ini, keadaan itu membuat berbagai perasaan bercampur aduk, antara kagum dan merasa kesal. Apalagi jika mereka sering terlambat, tidak efisien dan jorok. Konon, letak geografis negara Swiss yang berada di wilayah pegunungan yang keras dan dinginlah yang membentuk karakter ini. Bayangkan jika mereka tidak menanam bibit tanaman pangan dan memanennya tepat waktu, maka mereka dipastikan akan kelaparan sepanjang tahun. Ketepatan waktu juga dapat meningkatkan rasa frustrasi dan stres. Terutama karena terjadi sesuatu hal yang tidak mereka harapkan terkait dengan ketepatan waktu yang sebenarnya sangat jarang terjadi akan membuat orang-orang Swiss merasa marah dan bingung. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 125 9. Orang Arab Negara-negara Arab seperti Mesir, Yaman, Lebanon dan lain-lain, mempunyai karakteristik yang sama. Pertama, kalau berbicara biasanya dengan suara keras dan meledak-ledak. Kedua, mereka sangat suka berdiskusi dan berdebat panjang tentang suatu masalah. Ketiga, dalam mempertahankan pendapat, mereka cenderung untuk terus bertahan alias keras kepala agar pendapatnya diterima. Kadang kalau mendengarkan mereka berdebat dalam bahasa Arab, seperti orang yang sedang berkelahi. Perdebatan berlangsung panjang dan lama. Namun setelah selesai berdebat, mereka seperti biasa kembali. Seolah-olah tidak terjadi suatu apapun, tapi tidak tahu apa isi benak mereka masing-masing. Sifat-sifat seperti ini cenderung ada pada orang Arab. Tidak heran, kalau terjadi konflik terus menerus di jazirah Arab sana. Keengganan mereka untuk mengalah seolah-olah mencerminkan kekerasan hati mereka. Di balik itu, mereka sangat menghormati keputusan yang sudah diambil walaupun harus mengalah. Mereka juga cenderung untuk tunduk pada keputusan yang diambil oleh pemimpinnya. Dari situ semua, terpikir kenapa banyak agama lahir di tanah Arab. Mungkin Allah menetapkan mereka sebagai bangsa terpilih karena kekerasan dan kekuatan hatinya. 10. Orang India Pada umumnya, masyarakat India di wilayah selatan bisa dikatakan lebih ramah dan mirip orang Indonesia. Orang asing akan benar-benar dihargai oleh penduduk lokal dan benar-benar dianggap sebagai tamu. Jika sudah sangat akrab, tamu akan diundang ke 126 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik rumahnya dan mereka bangga memperkenalkan kita ke keluarganya. Jika kamu melihat film atau serial India, tidak heran jika ada satu keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ini karena sistem kekeluargaan dalam budaya India sangat kental. Bahkan soal pasangan hidup, orangtua ikut mengatur. Namun, kamu tidak perlu meniru sampai seperti itu. Cukup selalu ingat kedua orangtua, hubungi, dan dengarkan petuahnya meski kamu telah berpisah rumah. Banyak masyarakat India yang menganut agama Hindu. Sementara itu, Hindu tradisional membawa kebiasaan vegetarianisme. Apalagi sapi dianggap suci dan tidak boleh dikonsumsi. 60% orang India vegetarian dan punya persentase terendah dalam hal konsumsi daging per kapita. Beberapa manfaat dari vegetarian adalah meningkatnya kesehatan tubuh secara menyeluruh, berat tubuh terkontrol, dan menurunkan potensi penyakit serius seperti kanker prostat, kanker usus besar, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Meskipun masih terdapat tradisi perjodohan dan pernikahan usia anak-anak, kesetiaan masih dipegang teguh dan dianggap sakral oleh penduduk India. Makanya, tingkat perceraian sangat rendah. Pernikahan yang berakhir dengan perceraian hanya berbanding 1:100 dan menjadikannya negara dengan kasus perceraian terendah di dunia. Penduduk India tidak terhitung banyaknya. Lebih dari satu milyar orang bersaing ketat untuk mendapatkan lapangan kerja dan rezeki. Hal ini menuntut mereka lebih gigih dan pantang menyerah. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 127 Tidak jarang, mereka mempersiapkan ini dari jauh-jauh hari dengan sekolah keluar negeri. Selepas lulus, ia akan berusaha bekerja dengan maksimal. Tidak heran jika sekarang kita melihat nama-nama India dalam jajaran perusahaan teknologi dunia. Di sana juga ada kota Bangalore, yang jadi pusat pertumbuhan IT. Selain itu, India juga dikenal karena industri film dan tekstilnya yang mumpuni. Etos kerja mereka memang tak perlu diragukan lagi. Kalau melihat gaya berbusana, kendaraan, serta gaya rumah di India (khususnya di Chennai), bisa disimpulkan betapa sederhananya kehidupan di sana. Alih-alih mengikuti tren yang dipopulerkan artis Bollywood atau artis dunia, mereka lebih memikirkan fungsinya ketimbang gaya. Ketika melihat model busana yang dijual di toko, hampir semua potongannya sama. Hanya aksesoris dan motif yang berbeda. Rumah-rumahnya juga hampir seragam dengan bagian atap yang difungsikan untuk menjemur pakaian dan bermain. Dalam makanan, masyarakat India terbiasa dengan makanan rumahan dan membawa bekal dari rumah masing-masing. 11. Orang Belanda sangat memperhatikan masalah kesehatan dan sanitasi, khususnya makanan dan minuman. Sangat disiplin waktu tetapi santai dalam tour. Lambat berangkat tour dan cepat selesai tour untuk kembali santai di hotel. Senang berkunjung ke tempat-tempat nostalgia khususnya di mana nenek moyangnya pernah tinggal dan bekerja di situ dan bergaul dengan orang-orang yang tinggal di situ bercerita nostalgia. Biasanya mereka pergi ke tempat bersejarah yang 128 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dipelajari di sekolahnya. Suka informasi spesifik dan akurat serta aktual, tetapi kecewa jika tidak sesuai atau tidak benar sama sekali. Taat kepada peraturan yang berlaku, bersahabat, suka humor tetapi tidak selalu terbuka, terus terang dalam memberikan komentar dan reaksi. Tertarik bentuk-bentuk kebudayaan yang masih asli, pemandangan alam yang indah, bangunanbangunan bersejarah tentang masa lalu orang Belanda di Indonesia. Senang membantu orang-orang miskin seperti anak-anak yatim piatu, anak-anak kekurangan gizi, berkunjung ke tempat-tempat orang sakit yang dikucilkan seperti masyarakat orang sakit lepra berkelompok, dan lain-lain. Setia kepada janji dan selalu mengingatnya jika ada orang ingkar janji terhadapnya. 12. Orang Amerika Menyukai fasilitas dan pelayanan standar kualitas tinggi, senang aspek kebudayaan tradional seperti tarian, upacara adat dan upacara keagamaan. Senang pemandangan alam yang indah, tertarik ke pantai dan menghargai setiap perkembangan yang terjadi. Tidak terlalu senang petualangan jalan kaki (trekking) menyiksa diri, tetapi suka jalan kaki yang ringan-ringan saja tidak terlalu jauh. Kental persahabatannya, berlaku sopan, bertingkah langka baik, sedikit formal, terbuka langsung dalam mengekspresikan pendapat dan reaksi tentang apa saja tanpa memandang perbedaan status sosial. Tertarik terhadap hal-hal baru dan pengalaman baru, informasi terbaru dan aktual, bersahabat dengan semua orang, penuh toleran, mudah beradaptasi, humoris, terbuka tetapi sedikit kasar, suka bersosialisasi dengan penduduk setempat walaupun kadang-kadang juga banyak yang egois maupun individualis. Senang pelayanan yang sederhana tetapi bersih, murah meriah Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 129 tetapi tempat yang menyehatkan tidak kotor, sering pindah-pindah dengan melakukan perjalanan sendiri. Suka kebudayaan desa dan aktivitas pantai yang tradisional serta aktivitas malam seperti diskotik. Orang Amerika paling takut lalat, kalau ada lalat di restoran, langsung minta pindah ke restoran lain. 13. Orang Australia Terbuka, arogan dan egois, kadang-kadang sulit menanganinya, tetapi sering juga bersahabat kalau diketahui keadaannya. Suka kebebasan dan tidak senang terhadap aturan, suka harga murah meriah dan tidak mementingkan kemewahan fasilitas dan pelayanan. Sering berpakaian sangat ekstrim, ceroboh dan sembarang tindakan dikedepankan. Senang terhadap pantai dan kebudayaan tradisional tetapi tidak terlalu tertarik menjadi wisata petualang jalan kaki (adventure trekking) walaupun cinta pemandangan alam pegunungan. Lebih memilih jalan sendiri sebagai backpacker tourist dan kurang menyukai wisata berkelompok (group). Pemuda Australia sangat menyukai kehidupan malam seperti night club dan semacamnya. 14. Orang Jepang Senang melakukan perjalanan kelompok (group) dan sangat takut kalau ada yang tercecer/lepas dari grupnya. Mudah diarahkan seperti mengarahkan bebek. Bagi rombongan pria, patuh kepada Pramuwisata perempuan. Tetapi kadang-kadang jika berwisata berombongan dengan perempuan, perempuannya dibiarkan sendiri bebas tidak dihiraukan. Biasanya Pramuwisatanya yang repot menjaga wisatawan perempuannya. Tidak senang berkunjung ke kuburan 130 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik atau acara duka tetapi tertarik menyaksikan kalau ada upacara pernikahan tradisional dan moderen yang dilalui dalam perjalanan wisata. Terkenal disiplin terhadap janji dan jadwal perjalanan wisata, tertutup dan tidak muda percaya dengan orang yang belum dikenal dengan baik. Kalau kehilangan kepercayaan terhadap seseorang, susah dipulihkan kembali. Senang terhadap masakan Jepang dan Eropa pada saat berwisata. Senang belanja kerajinan tangan dan barang-barang tradisional. Senang hal-hal yang unik, senang difoto serta suka kehidupan malam. Kalau seseorang memotret suatu tempat, biasanya berbondongbondong satu persatu memotret objek yang sama, walaupun tidak semua mengetahui pada saat itu, apa sebenarnya yang menarik. Suka fasilitas dan pelayanan standar tinggi yang ditangani langsung oleh orangorang Jepang. Lambat mengemukakan kekecewaannya (komplainnya) atau kemarahannya, tetapi ikut saja menahan kekecewaan dan kemarahannya. Kekecewaan atau komplainnya disalurkan melalui tulisan, mengisi questionaire yang sesungguhnya yang biasa disediakan Biro Perjalanan Wisata dan disetor di akhir tournya. Tulisan kekecewaan atau komplain biasanya disampaikan setelah tiba kembali ke negaranya. Orang Jepang senang memberi tip berupa barang, ketimbang uang. 15. Orang Singapura Karakter orang Singapura mirip-mirip dengan karakter orang Cina moderen. Hidup disiplin dan tegas, berkomitmen tinggi termasuk orang kecil. Senang main judi, penggemar night club, senang belanja. Lebih menyenangi fasilitas dan pelayanan sederhana tetapi bersih. Tertarik dengan alam yang indah dan keunikan modernisasi. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 131 16. Orang Malaysia Daya belinya termasuk rendah dan tidak terlalu tertarik untuk berbelanja. Mudah ditangani dalam perjalanan wisata karena disiplin. Mirip-mirip persamaannya dengan wisatawan Indonesia karena memang ada kesamaan Melayunya, juga karena kedekatan agama sebagai mayoritas Islam, tetapi tinggi toleransinya. Fasilitas akomodasi yang sederhana saja tidak berlebihan, makanan Masakan Padang sangat disukai. Senang keindahan alam yang menarik terutama wilayah pantai. Kalau berwisata ke Indonesia, mereka merasakan kenikmatan dan kebebasan aturan lepas dari disiplin di Malaysia. Tetapi kalau kembali berwisata, setelah sampai di negaranya mereka tetap disiplin aturan yang berlaku di negaranya. Kalau group besar dan bercampur orang tua dan orang muda, senang orang tua didrop ke Masjid, tetapi anak mudanya didrop ke tempat disko atau tempat hiburan pemuda-pemudi. 132 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BAB XIV BERBAGAI KESAN DAN PENGALAMAN PRAMUWISATA DI SULAWESI SELATAN 1. Bapak Simon Maraya Lahir di Simbuang Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan tanggal 12 Februari 1940, ketika tulisan ini disusun bulan Desember 2020, usianya sudah lebih 80 tahun tetapi masih segar, sehat dan kuat penuh semangat, masih mampu jalan kaki karena sudah terlatih sejak kecil sampai menjadi Pemandu Wisata. Mulai menekuni profesi Pemandu Wisata di tahun 1976 atas dorongan Alm. Bapak Nico B. Pasaka, mengikuti kursus Pramuwisata Umum Propinsi Sulawesi Selatan dan lulus pada tahun 1978 (angkatan pertama Propinsi Sulawesi Selatan) yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan di Makassar dengan spesialisasi bahasa Inggris + bahasa Jerman + bahasa Perancis. Terpilih sebagai Pramuwisata Pria Terbaik Pertama di tahun 1980-an yang ditetapkan oleh pengurus Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi Selatan yang direkomendasikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. Mengikuti kursus Pengatur Wisata (Tour Leader) angkatan pertama seIndonesia Timur tahun 1988 yang diselenggarakan oleh Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI di Makassar. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 133 Apa resepnya sehingga kuat dan awet: aktif olah raga jalan kaki pagi, tengah hari menantang teriknya mata hari secara rutin, jangan manja terhadap alam tetapi tantanglah alam supaya sehat dan kuat. Setiap ke kantor tempat bekerja, lebih senang jalan kaki pergi pulang dibanding naik kendaraan. Terlebih ketika mempersiapkan diri untuk menangani wisatawan jalan kaki (trekking) sampai puluhan hari lamanya, olah raga pemanasan sebelum trekking mutlak dilakukan demi mencapai sukses di tujuan akhir trekking. Tanamkanlah percaya diri penuh keyakinan bahwa tugas itu pasti dapat dilaksanakan setelah mempersiapkan fisik dan mental sebelum melaksanakan tugas jalan kaki bersama wisatawan. Santailah selalu dengan penuh senyum, hindari mengkhayal dengan memikirkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai, tetapi syukurilah apa yang Tuhan berikan. Jangan menaruh dendam terhadap seseorang terlebih banyak orang, melainkan bersahabatlah untuk semua orang termasuk musuh atau orang yang membencimu. Resep makanan dan waktu istirahat: kurangi makan nasi setiap hari terlebih pada saat persiapan dan melakukan trekking bersama wisatawan. Kurangi makanan berlemak dan asin serta bahan kimia pelesat makanan seperti petzin dan sejenisnya. Kurangi merokok bagi perokok rutin. Minum alkohol hanya sebagai pemanasan tubuh dan penangkal gigitan nyamuk dalam hutan, jangan berlebihan sampai mabuk. Banyak minum air putih, makan kelapa dengan gula merah di saat trekking, makan banyak buah-buahan seperti terung Belanda (tamarella)-pisang serta pepaya, sayuran, boleh sering minum susu secara terbatas, kurangi makan malam. Cukup jam tidur setiap hari minimal 7 (tujuh) jam, cepat tidur diwaktu malam tetapi usahakan 134 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik cepat bangun di waktu subuh/pagi hari. Jangan banyak menghayal tetapi lebih baik banyak menghafal materi informasi kepariwisataan. Jangan memelihara kemurungan tetapi senyum dan ketawa lebih penting, sering humor membuat kesegaran tubuh dan jiwa akan tercipta. Bergaul santai terhadap semua orang, rendah hati tidak sombong dan syukurilah apa yang dimiliki sebagai karunia Tuhan, hindari perdebatan dengan orang lain tetapi tumbuhkan persahabatan bagi setiap orang. Pengalaman: pernah melakukan jelajah wisata petualang trekking melintas dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Barat selama 40 (empat puluh) hari di tahun 1980-an bersama Dr. Werner party 5 pax dari Jerman. Dalam hutan setelah berjalan kaki sekitar 20 hari, kehabisan makanan, sisa obat ketahanan tubuh yang dimakan dan minum air yang mengalir dalam hutan. Makanannya terpaksa membakar ular, burung, monyet, biawak, tikus dan binatang apa saja yang bisa dimakan di dalam hutan. Kesan Bapak Simon Maraya dalam perjalanan itu bahwa, demi untuk menyambung hidup, terpaksa monyet sebagai guide hutan sekaligus sebagai gurunya. Maksudnya, tumbuhan dan buah-buahan apa saja yang dimakan monyet dengan melihat tanda bekas gigitannya, itu boleh dimakan manusia, tidak akan mematikan karena pasti tidak beracun. Sehingga menyimpulkan bahwa monyet adalah professor dalam hutan yang botak pantatnya menolong mereka pada saat melintas selama 40 (empat puluh) hari dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Barat. Professor akademisi katanya yang botak kepalanya karena ilmunya tinggi, professor monyet yang pantatnya botak karena banyak kali merayap mencari makanan, kulit dan daun kayu serta buah-buahan yang bisa dimakan. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 135 Lakukanlah tugas sepenuh hati untuk melayani sesama manusia dalam bentuk wisata jalan kaki (trekking) dan ciptakanlah kesan agar mereka atau keluarga dan teman mereka datang pula berwisata mengikuti jejak keluarga atau kenalan yang sudah melakukannya sebelumnya. Pintar-pintarlah mencari tahu sedini mungkin siapa yang ditanganinya, bagaimana karakternya, apa kesenangannya, bagaimana kemampuannya dalam berjalan kaki. Kalau hal tersebut sudah bisa terungkap dengan teknik masing-masing, maka seorang Pramuwisata trekking akan mampu menangani wisatawan tersebut dengan puas. Simon Maraya terkesan dengan tamu khususnya bernama Fiebinger sekeluarga 5 (lima) orang dari Jerman, langganan tetap berwisata yang diatur Biro Perjalanan Wisata Ramayana Satrya International Tours & Travel Makassar. Berwisata ke mana-mana dengan perahu khusus yang dicarter mulai tahun 1980-an. Bapak Simon Maraya sebagai Pramuwisatanya, istrinya sebagai tukang masaknya, anaknya sebagai asisten, keliling lewat laut dan berkunjung ke darat selama kurang lebih satu bulan berwisata santai. 2. Mrs. Stien Zwart-de Silo Lahir di Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan tanggal 10 Desember 1952, alamat sekarang: Abelstraat 2, Zandaam Holland, memulai karier sebagai pemandu wisata tahun 1978, mendapat lisensi Pramuwisata Umum Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1980 dengan spesialisasi Bahasa Belanda. Terpilih sebagai Pramuwisata Putri Terbaik Pertama di tahun 1980-an yang ditetapkan oleh pengurus Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi 136 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Selatan yang direkomendasikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. Setelah 15 (lima belas) tahun menekuni profesi sebagai pramuwisata spesialisasi bahasa Belanda dengan serius, ternyata jodohnya ke negeri Belanda dan menikah dengan orang Belanda di tahun 1993, selanjutnya pindah ke negeri Belanda menetap di sana sampai sekarang, namapun berubah menjadi Mrs. Stien Zwart – de Silo. Jadilah seorang pramuwisata yang baik dan bisa mengikuti nasib Mrs. Stien Zwart – de Silo. Kesan mengantar turis Belanda: ketika memulai menjadi pemandu wisata Sulawesi Selatan di tahun 1978, belum banyak pemandu wisata spesialisasi bahasa Belanda saat itu, masih dihitung jari. Memulai tugas penuh semangat dengan sebaik-baiknya yang didukung keyakinan dan percaya diri menuju sukses. Walaupun di tahun 1978 infrastruktur di Sulawesi Selatan, khususnya dari Makassar ke Tana Toraja sebagai tujuan wisata utama Propinsi Sulawesi Selatan, belum memadai. Jalan raya masih rusak, kurangnya akomodasi dan restoran yang memadai, transportasi pun seadanya. Dengan modal yakin dan percaya diri dalam menangani wisatawan Belanda, akhirnya membawa suatu kepuasan karena dituntut bekerja keras dan serius secara profesional. Melalui pengalaman menggeluguti pekerjaan pemandu wisata dapat bertemu dengan berbagai individu yang berbeda-beda karakter, silih berganti hari dan minggu, memperluas wawasan membawah kesenangan. Pesan untuk menjadi pemandu wisata yang sukses: bekerjalah sungguh-sungguh dengan segala kemampuan yang dimiliki. Jangan berhenti belajar dan mengasah otak dengan ilmu yang sudah dipelajari. Terlebih turis Belanda yang datang ke Indonesia, Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 137 banyak di antara mereka yang datang bernostalgia dan sudah paham sejarah dan budaya yang ada di Indonesia. Mau melihat rumah/dan atau tempat rumahnya tempo dulu, atau melihat makam keluarga dan motivasi lain. Wisatawan Belanda terkenal tepat waktu tetapi tournya santai, betul-betul menikmati hari liburnya tidak tergesa-gesa, “santai saja!” Lambat bangun di waktu pagi, cepat istirahat tour di waktu sore. 3. Bapak Effendy Yassin Lahir di Makassar tanggal 21 Mei 1956, mulai menjadi pemandu wisata tahun 1986, mendapat lisensi sebagai Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1988. Bapak Effendy Yassin merasakan suatu karunia bagi seorang Hamba yang terlahir dan mendapatkan banyak pengalaman hidup, sejak dari masa kecil sebagai seorang anak yang beruntung hingga menginjak usia remaja, bahkan sampai tua dengan usia 65 tahun. Di usia 13 tahun, sudah hidup di luar negeri yaitu Sabah Malaysia, Singapura, negeri-negeri Eropa Timur seperti USSR (Mocba), Jerman Barat dan Jerman Timur, Cekoslowakia, Hongaria, Netherland, Prancis, Belgia; beberapa negara Arab seperti Egypt Mesir, Kingdom of Saudia Arabia dan lain-lain. Disamping ikut keluarga yang bekerja di KBRI, juga pernah mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri tersebut. Hingga kembali ke tanah air Indonesia, ilmu dan pengalaman yang didapatkan ternyata ada gunanya untuk mengantar wisatawan ke mana-mana. Dunia pariwisata tidak asing lagi baginya, karena selama di luar negeri sering kali ditugaskan untuk menemani tamu-tamu mahasiswa dan pemerintah dan itu adalah tugas sebagai pemandu wisata. Bahkan turut membantu misi dagang Indonesia diajang pameran 138 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dagang yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat, seperti misalnya ikut promosi pariwisata paling bergengsi dunia yaitu ITB Berlin German. Bapak Effendy Yassin merasa berkesan ketika seorang teman bernama Syafruddin Malana seorang Pemandu Wisata spesialisasi bahasa Jepang di Sulawesi Selatan, mengajak ke beberapa Biro Perjalanan Umum untuk silaturahmi dengan harapan siapa tahu pengalaman dan ilmu yang diperolehnya di luar negeri bisa dimanfaatkan. Pada saat itu bertemu dengan Alm. Bapak Nico B. Pasaka seorang senior perintis pariwisata Sulawesi Selatan yang berkecimpung di Biro Perjalanan Umum. Rupanya perkenalan pertama hasil keliling bersama rekan Bapak Syafruddin Malana bermuara di tangan Alm. Bapak Nico B. Pasaka sebagai Managing Director Biro Perjalanan Umum Ramayana Satrya International Tours & Travel, kemudian diajak untuk bekerja sama sebagai Pramuwisata Tetap (Payroll guide) untuk menangani wisatawan Jerman karena pada saat itu masa emasnya pariwisata ke Indonesia pada umumnya dan terkhusus ke Sulawesi Selatan, volume tamu Jerman yang ditangani BPU Ramayana semakin bertambah dan kewalahan Pemandu Wisata spesialisasi bahasa Jerman untuk menangani wisatawan Austria, Swiss, dan Jerman sendiri. Pengalaman dan ilmu yang diperoleh selama di luar negeri, saatnya diabdikan untuk nusa dan bangsa khususnya untuk menangani wisatawan berbahasa Jerman. Pada bulan Oktober 1986 resmi menjadi Pramuwisata Tetap (Payroll guide) spesialisasi bahasa Jerman. Yang menjadi keistimewaan bagi Bapak Effendy Yassin, ketika untuk pertama kali ditraining Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 139 menangani wisatawan Jerman yaitu Group Wind Rose bersama Tour Leadernya Mr. William Stuerck dari Berlin Jerman ke Tana Toraja menggunakan pesawat terbang perintis Merpati Nusantara Airlines dan bukan naik mobil seperti biasanya seorang Pramuwisata yang ikut training untuk guiding. Sebagai Pramuwisata yang mentraining Bapak Effendy Yassin adalah Arianus Mandadung (Tour Manager Ramayana Satrya International Tours & Travel di Makassar). Ketika melintas di atasnya Malusetasi Kabupaten Barru, Bapak Efendy Yassin hanya mengenang kuburan ayahnya yang ditunjukkan kepada Arianus Mandadung diintip dari pesawat terbang Merpati Nusantara Airlines jurusan Tana Toraja. Segala puji bagi Tuhan, dan bersyukur punya kakak pembina sekaligus mahaguru dalam menunjang karier sebagai Pemandu Wisata hingga punya kesempatan mengunjungi tempat-tempat wisata dan mengenal budaya khususnya tanah air. Semua berkah peranan dan tanggung jawab dari seorang Hamba Tuhan yang selalu penuh cinta kasih yang Beliau berikan kepada kami khususnya dari seorang Tour Manager PT Ramayana Satrya International Tours & Travel dialah Bapak Arianus Mandadung. Mendapatkan Guide License adalah kesempatan emas bagi setiap guide. Dan tentu menjadi keinginan bagi siapa saja yang ingin menekuni profesi Pramuwisata. Setelah mengikuti proses kursus guide selama kurang lebih 3 (tiga) hari, akhirnya dinyatakan lulus pada tahun 1986. Berkiprah sebagai guide, adalah dambaan banyak orang, bisa terbang ke mana-mana dan mengetahui budaya setiap suku, ras, agama, bahkan karakter setiap 140 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik bangsa di dunia. Pada acara-acara tertentu bisa tampil layaknya sebagai duta kecil bangsa. Dan pada saat bertugas di lapangan/objek wisata bisa tampil sebagai sosok yang berbeda, seperti diplomat ulung yang sedang membuat presentasi. Guide adalah jalan hidup kami, sumber rizki yang tak pernah kering oleh masa. Dan menjadi jaminan bahwa disinilah asap dapur hidup kami sekeluarga. Terima kasih ya Allah, atas segala anugerahMu, hingga tak kuasa membuat untaian kata yang lebih indah, selain rasa syukur yang teramat dalam. Bayangkan dari saya pribadi H. Effendy Yassin, istri Farida Djafar Effendy dan anak sulung Dayangku Seri Intan Effendy. Semuanya adalah termasuk guideguide handal yang seperti bunga, selalu semerbak bau wanginya, menebar dibawa ke seluruh penjuru mata angin nusantara. Demikian yang bisa ditulis sebagai pengantar bagi Guide generasi berikutnya dengan sejuta harapan ke depan bahwa kalian adalah generasi milenial yang pasti lebih baik. KHAIRUNNAS ANFAU LINNAS artinya MANUSIA YANG BAIK DISISI TUHAN, ADALAH MANUSIA YANG PALING BERGUNA BAGI SESAMANYA MANUSIA. 4. Bapak Drs. Syafruddin Malana Lahir di Polmas tanggal 3 Juli 1952, mendapat Lisensi Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1980 spesialisasi bahasa Inggris + bahasa Jepang. Alamat: Jl. Cendrawasih 231C Makassar. Peserta Seminar on Japanese Tourists di Bali, Indonesia tanggal 13 – 14 Desember 1983 yang diselenggarakan oleh ASEAN Promotion Centre on Trade, Investment and Tourism, Tokyo, Japan bekerja sama Direktorat Jenderal Pariwisata RI; Certificate of Appreciation ASITA Sulsel Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 141 tanggal 28 Februari 2009 bagi Pramuwisata yang bekerja sebagai Pramuwisata Sulsel selama 25 – 30 tahun; Sertifikat peserta Lokakarya Kegiatan Peningkatan Wawasan Bahasa dan Budaya Jepang bagi Pemandu Wisata tanggal 23 – 24 Nopember 2007 di Jakarta, diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Menghandel wisatawan Jepang agak berbeda dengan wisatawan Eropa bahwa, jangan cepat puas dengan anggukan kepala mereka tapi harap menunggu setelah mereka balik ke negaranya. Karena periode mereka akan mengevaluasi segala kesan yang mereka dapatkan pelayanan dari guidenya. Sebagai masukan bagi teman-teman yang menghandel wisatawan, ingat nasihat orang tua di kampung untuk memegang tradisi yang sopan dan santun karena orang yang begitu maju tetap memegang tradisinya, jangan risih dengan makanan tradisi kita mereka senang hal semacam itu, good luck bless you. 5. Armani Amen Lahir tanggal 26 Mei 1962, memiliki lisensi Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1997. Orang Jepang itu seperti orang Jawa, tidak terlalu terbuka, perhatikan saja gerak-gerik dan mimiknya, apalagi orang Jepang yang kolot paling susah bilang tidak, pada umumnya mereka gampang capek dan tidak kuat di udara panas. Tournya jangan terlalu dipaksakan dan banyak melihat yang sama, tanya sajalah apa masih mau melihat dan jalan terus, orangnya sangat jujur tetapi tidak terbuka atau tidak suka berterus terang. Yang pasti mereka punya budaya tip kadang mereka bilang iya, iya tetapi belum tentu suka. Kalau bekerja, mereka sangat kuat ha ha ha. Membawa orang Jepang 142 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik santai dan tidak seperti orang Perancis mau melihat semua objek wisata yang ada dan tidak mau rugi waktu. 6. Sada’ Dualolo Lahir di Tana Toraja tanggal 28 Desember 1962, mulai memiliki Lisensi Pramuwisata Madya Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1985. Orang Italia itu suka dipuji dan 99 persen senang musik, apalagi lagunya wa wa. Biar bahasa pas-pasan mereka pasti mengatakan “bravo”. Apalagi kalau ada upacara adat di Tana Toraja yang mereka lihat, baik individu maupun group selalu “bravo”. Pasti tipnya bagus jika mereka senang dengan kata “bravo!”. Semoga pengalaman para Pramuwisata terdahulu, dapat menjadi pedoman dan referensi dalam belajar menjadi Pemandu Wisata, atau bagi pelajar dan mahasiswa, termasuk Pramuwisata yang sudah lama berkecimpung dalam profesi tersebut, tetapi ingin menambah pengetahuan atau perbandingan melalui pengalaman-pengalaman Pramuwisata terdahulu. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 143 BAB XV PENGALAMAN PRIBADI PENULIS BUKU INI Banyak pengalaman yang diperoleh sebagai sukaduka melaksanakan tugas profesi Pramuwisata yang dimulai dari bawah merangkak ke atas secara perlahan tapi pasti, penuh tantangan hidup. Beberapa kesan/pengalaman khusus yang dilakukan selama lebih dari 40 (empat puluh) tahun sebagai pemandu wisata lokal non-lisensi sampai menjadi seorang Pramuwisata berlisensi. 1. Menangani Wisatawan Usia Lanjut Di tahun 1990-an sering ditugaskan menangani group kecil dari Amerika yaitu AFA (Alumni Flight Abroad) group yang berjumlah sekitar 15-an orang. Termasuk tamu VIP yang naik pesawat terbang dari Makassar ke Tana Toraja pergi pulang. Kebanyakan tamunya lanjut usia, 70 – 80 tahun lebih, sehingga harus hati-hati menanganinya dengan memperhatikan makanannya yang serba bervariasi pantangan yang berbeda. Waktu istirahat harus cukup, pemberian informasi harus serius dan pelan tetapi suara keras karena sering tidak bisa mendengarkan dengan baik sebab telinga kurang normal pendengarannya. Jalan kaki yang harus pelan memasuki objek wisata, jangan sampai naik tensinya atau terjatuh karena keseimbangan yang kadang-kadang tidak bisa dikendalikan. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 145 Sering ada yang naik bus dari arah sebelah kanan mobil tempat sopir, yang paling lucu, biasanya duduk di atas mobil tetapi bukan pasangannya di sebelahnya, yang mana istri atau suaminya. Sebagai Pramuwisata yang baik, harus memperhatikan wajah-wajah pasangan mereka supaya dibetulkan tempat duduknya yang salah pasang suami istri. 2. Menangani Rombongan Kaum Ibu Khusus rombongan ibu-ibu wisatawan nusantara seperti rombongan PKK dan sejenisnya, apa lagi dalam jumlah yang besar, sering Pramuwisatanya bingung menanganinya karena satu perempuan banyak kemauannya. Bangunnya tidak bersamaan, ada yang mau cepat-cepat tour ada yang santai-santai saja. Dalam perjalanan menuju daya tarik/objek wisata, ada yang perlu banyak informasi tetapi ada pula yang garis besarnya saja dan lebih senang memasang mata. Di objek wisata ada yang cepat-cepat ada pula yang santai-santai saja. Yang paling rumit kalau di pasar atau toko kerajinan, sering terjadi persaingan gensi belanja yang memakan cukup banyak waktu, tetapi ada pula yang mau cepat tinggalkan tempat. Sering di akhir tour, ada ibu-ibu ngomel “segini saja tournya, kok dibayar mahal-mahal tidak memuaskan”. Sehingga banyak Pramuwisata mengatakan, lebih baik menangani 30 (tiga puluh) lebih turis mancanegara, dari pada 10 (sepuluh) orang ibu-ibu karena rumitnya. Ini sekedar bekal buat Pramuwisata baru, agar bisa berhati-hati dan memberikan pelayanan prima kepada kaum ibu dan mengerti sebelumnya. 146 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik 3. Menangani Pemuda/Pemudi/Remaja berbeda dengan orang dewasa, biasanya remaja lebih suka selfie-selfiean, sehingga daya tarik mereka lebih diarahkan ke objek wisata yang ramai pengunjungnya dan banyak objek fotonya dan lebih senang berbaur dengan remaja lainnya yang datang dari berbagai daerah. 4. Menangani Rombongan Rusia: Di tahun 1997, kami ditugaskan mengantar 16 wisatawan asal Rusia ke Tana Toraja memakai 1 unit bus pariwisata. Saya ingat di masa lalu, orang Rusia terkenal dengan “sama rata sama rasa”. Saya mau membuktikan ternyata cukup menarik untuk diamati sambil memberikan informasi di atas bus, di lapangan dan di hotel. Saya sengaja memberikan informasi di atas bus dengan berjalan ke belakang memberikan informasi sambil memperhatikan situasi wisatawan. Yang tuatua duduk di depan dan yang muda-muda duduk di belakang bus. Saya perhatikan, ternyata di atas bus, pria dan wanita gantian pasangan duduk di kursi mobil dari jam ke jam bergantian dengan gaya pacaran. Sebelum dan sesudah makan siang, pasangan mereka berubah. Dengan demikian terjawablah apa yang selalu saya dengarkan yaitu orang Rusia terkenal “sama rata sama rasa”. Semuanya milik kita bersama, mari nikmati perjalanan ini dengan sepuas hati bergantian teman supaya ada penyegaran dalam berwisata. 5. Menangani Rombongan Pelajar Australia Di tahun 1990-an, sering menangani wisatawan remaja setingkat SLTA dalam bentuk rombongan 20-an orang dari Australia yaitu Northolm Grammar School Arcadia Australia. Mereka datang khusus untuk wisata Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 147 jalan kaki (trekking) selama seminggu di Sulawesi Selatan, lengkap dengan guru dan dokter. Pada saat itu, saya baru berusia 40 (empat puluh) tahun lebih, tetapi wisatawan remajanya berusia sekitar 16 s/d 18 tahun pria dan wanita. Tentu kekuatan jalan kaki (trekking) mereka 2x lebih kuat dari saya karena usia saya 2x lebih tua dari pada mereka. Saya tidak kehilangan akal, setiap memberikan briefing untuk memulai trekking hari itu. Harus ada hal-hal yang diinformasikan agar mereka setia dan taat kepada Pramuwisata yang mengantarnya. Contohnya: ketika tiba waktunya memulai jalan kaki seharian lewat hutan lebat, saya memberikan briefing di pagi hari sebelum berangkat dan menyampaikan bahwa di dalam hutan yang kita akan lalui sering ada monyet melompat-lompat di atas pohon, jangan melemparnya atau berteriak karena dia akan menangkap alat pelempar dan melempar balik atau lari turun dari atas pohon menyerang. Kalau ada rombongan monyet mau menyeberangi jalan setapak/ jalur trekking, berhentilah sejenak sampai mereka jauh meninggalkan rute jalan kaki baru teruskan perjalanan. Pakailah topi dalam hutan sebab sering ada ular sawa gantung (hanging python snake) di atas pohon dan ketika kita istirahat, kepalanya turun mengambil kepala manusia, tetapi kalau ada topi, topilah yang dibawa naik ke pohon. Jangan sembarang mandi atau mencuci muka di sungai, jangan sampai ada daun pohon berbisa hanyut, bisa gatal dan rambut serta bulu badan rontok. Jangan melambung Pramuwisata karena Pramuwisata harus terlebih dahulu melihat keadaan dalam hutan, aman dilalui atau tidak. Mulai saat itu mereka setia kepada saya, baik pelajar maupun guru dan dokternya takut mendahului saya, maka amanlah saya tidak ditinggalkan jalan kaki oleh anak-anak remaja. Tetapi 148 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik dalam pemberian informasi jangan berbohong atau menyampaikan sesuatu yang tidak masuk akal, boleh dibumbui informasinya supaya pendengarnya tertarik, tetapi jangan informasi yang fiktif. 6. Di Tengah Suku Dani Kabupaten Jaya Wijaya Papua Di tahun 1985 saya mengantar 5 (lima) orang wisatawan Jerman ke Papua (waktu itu masih disebut Irian Jaya) dengan sasaran mengunjungi Suku Dani di Lembah Baliem Kabupaten Jaya Wijaya. Kami menyaksikan pesta babi di perkampungan suku Dani dengan berjalan kaki sekitar 3 jam masuk hutan dengan membawa Lunch Box. Pesta babi diawali dengan membakar batu lalu ditaruh di lubang tanah. Di atas batu panas ditaruh rumput disusul timbunan daun dan isi ubi jalar. Di atasnya ditaruh daging babi yang sudah diiris kecil tanpa dicuci. Lalu ditimbuni lagi dengan tumpukan daun dan ubi jalar, kemudian di atasnya ditimbuni rumput dan terakhir batu panas. Lamanya ditimbun minimal 1 (satu) jam sampai masak untuk siap saji di makan di tempat. Begitu tertariknya melihat proses pesta babi sehingga sepertinya kelima wisatawan tersebut mau menunggu biar kemalaman sampai selesai acara pesta babi. Padahal harus jalan kaki kembali ke Wamena selama 3 jam lagi, belum lagi kalau tiba-tiba hujan, tidak ada senter dan alat penerang lainnya yang disiapkan ketika mau kembali berjalan kaki di waktu malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sore. Saya tidak kehilangan akal. Saya informasikan bahwa, boleh kita menunggu sampai selesai acara biar sampai malam, dengan syarat pada saat sajian daging babi dibuka dari lubang, semua yang hadir harus makan daging babi Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 149 yang belum tentu masak betul, belum lagi sangat kotor. Kalau kita tidak makan, maka kita yang dimakan karena merasa bahwa kita jijik makanan mereka dan kitalah yang akan disembelih. Saat itu juga semuanya bergegas kembali ke hotel Baliem Valley di Wamena kota, tanpa syarat. 7. Mengurus Wisatawan yang Meninggal Dunia dalam Perjalanan Di tahun 1998, seorang wisatawan Jerman berusia 84 tahun berkunjung ke Mamasa bersama 4 teman sebangsanya tetapi tidak ada hubungan keluarga. Dalam perjalanan pulang dari Mamasa ke Makassar, baru 1 jam meninggalkan Mamasa kota, ternyata salah satu wisatawan dari 5 orang meninggal dunia di atas minivan. Tindakan pertama adalah mencari Puskesmas terdekat untuk divisum, apakah betul-betul sudah meninggal dunia atau masih pingsan. Kami singgah di Puskesmas terdekat dan diperiksa oleh dokter didampingi polisi, ternyata wisatawan tersebut sudah meninggal dunia dan kami diberikan surat visum meninggal dunia dalam perjalanan. Sesudah berdoa menurut agama Katholik, dengan ambulance Puskesmas untuk jenazah didampingi seorang perawat menuju Makassar. Pramuwisatanya di mobil pariwisata terpisah dengan jenazah. Di Pare-Pare, jenazah diantar ke Rumah Sakit untuk dimandikan, wisatawan yang 4 (empat) orang di antar ke restoran untuk makan siang. Setelah selesai jenazah dimandikan, keempat wisatawan juga sudah selesai makan, walaupun Pramuwisatanya tidak makan karena sibuk urus tamu yang hidup dan yang mati, terpaksa membawah makanan kotak dimakan di atas bus. 150 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Demi kepercayaan dan keutuhan barang jenazah, kami berkumpul bersama 4 temannya di Rumah Sakit Fatimah Pare-Pare lalu membuka kopor untuk mengambil pakaian jenazah dikenakan setelah dimandikan. Sesudah itu, kopor jenazah dikunci kembali dan kunci diserahkan kepada 4 temannya yang akan melanjutkan perjalanan ke Irian Jaya. Kopor tanpa kunci dibawa bersama jenazah ke Makassar. Yang perlu saya jaga ketat jangan sampai ada wartawan yang ikut meliput, bisa saja membuat berita bahwa, gara-gara jalan ke Mamasa rusak, wisatawan meninggal dunia dalam perjalanan. Berita semacam ini bisa membuat wisatawan tidak mau berkunjung lagi ke Mamasa karena jalan. Setibanya di Makassar, jenazah dititip di kamar jenazah RS Stella Maris untuk dibekukan selama 5 (lima) hari sambil mengurus Akta Kematian dan urusan asuransi ke Jerman untuk biaya pengiriman jenazah ke Jerman serta memesan peti jenazah yang layak dipakai mengirim jenazah ke Jerman. Setelah sampai waktunya, jenazah dikirim ke Jerman via cargo khusus jenazah. Keempat temannya lanjut tour ke Irian Jaya selama seminggu lagi, sehingga diperkirakan kunci kopor akan lebih dahulu sampai ke Jerman sebelum jenazahnya tiba di Jerman. Demikian proses pengurusan wisatawan yang meninggal dunia dalam masa penanganan tournya, bagaimana seorang Pramuwisata harus melakukan pelayanan prima penuh tanggung jawab dan jujur demi nama baik bangsa Indonesia, di tangan Pramuwisatalah nama baiknya Indonesia untuk menaruh kepercayaan wisatawan berikutnya. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 151 8. Mengatur Pramuwisata sesuai Selera Wisatawan Di suatu saat, kami mendapat booking dari Perancis, seorang perempuan untuk ditangani trekkingnya dari Mamasa ke Tana Toraja selama 3 hari/2 malam. Pesannya: “mohon diberikan guide yang kuat dan energik”. Kami siapkanlah seorang Pramuwisata yang kuat jalan kaki penuh semangat, energik dan alim, setia demi tugas, tidak suka mengganggu perempuan. Setibanya di Toraja, turis perempuan ini menelepon, tolong berikan guide yang baik, suka melayani. Guide trekking yang menemani saya, tidak bisa memenuhi apa yang saya minta. Kami ganti Pramuwisatanya, diberikanlah yang masih muda, energik dan perayu. Pada akhir tournya di Toraja, perempuan ini menelepon lagi kepada kami: “Real Good Guide, you provide, thanks”. Artinya “Betul-betul Pramuwisata yang baik yang anda siapkan, terima kasih”. 9. Mengatur Wisata Trekking dan Arung Jeram Mahasiswa Akademi Pariwisata (Akpar) Negeri Makassar Mulai tahun 2010, kami sudah mulai menangani mahasiswa Akpar Negeri Makassar untuk wisata trekking dan arung jeram di Mamasa Sulawesi Barat. Yang perlu dicontohi dari kesan menangani perjalanan wisata mereka adalah kedisiplinan dan kepatuhan terhadap aturan yang diberikan. Baik aturan dan kedisiplinan lokal Mamasa terlebih aturan dan kedisiplinan dari dosen pembimbing yang mengantarnya. Mereka sudah dibekali dari kampus mereka. Sehingga betul-betul melakukan wisata dengan sempurna tanpa kendala, bukan sekedar suatu persyaratan administrasi, tetapi betul-betul mereka nikmati perjalanan tersebut. Sehingga layak diberikan Sertifikat Wisata Trekking dan Arung Jeram. 152 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Motto Arianus Mandadung: Jangan pernah bangga dengan kelebihanmu, jangan pula pernah tenggelam dengan kekuranganmu. Jadikanlah kekuranganmu itu sebagai cambuk untuk tampil maju ke depan yang lebih baik, menjadi Pramuwisata profesional yang berkualitas-tinggi dan terpercaya. Motto Margaretha Wadid Rante: Lahirkan SDM Pramuwisata yang kompeten untuk Pariwisata Indonesia. Pramuwisata berpendidikan, profesional dan berdaya saing internasional. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 153 DAFTAR PUSTAKA AMATO, Edwardo, Prof. Guiding Technique 1988. Materi Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra. BROOKE SHANNON BRAVOS, CTP. 1992. Cruse Hosting (a step-by-step guide for beginners & professionals). Travel Time Publishing Sausalito, California. DERVAES L. CLAUDINE. 1996. The Travel Training Workbook. Solitaire Publishing, USA. DERVAES L. CLAUDINE. 1997. Teaching Travel. A handbook for the Educator. Solitaire Publishing. USA. DITJEN PARIWISATA. Lands and Peoples 1988. Materi Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra. FRANS SEDA, Drs. Ekon, Menteri Perhubungan RI 1970. Surat Keputusan Menteri Perhubungan No.: SK.243/K/1970 tentang Persyaratan Tenaga Pramuwisata, Jakarta 5 Agustus 1970. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 2009. Undang-Undang No.: 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. KRAF, Goris, Dr. Dialektologi, 1983. Diktat Mata Kuliah Dialektologi Fakultas Sastra Unhas. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 155 PRAJOGO, M. J. Direktur Jenderal Pariwisata 1970. Surat Keputusan Dirjen Pariwisata RI No.: 12/Kpts/1170PAR tentang Pelaksanaan Perijinan Pramuwisata, Jakarta 24 Nopember 1970. RENYUT, B. John, Drs. 1988. Pedoman Protokol dan Etiket. Materi Pelajaran Kursus Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader) Kanwil Deparpostel Sulselra. SEABOURN CRUISE LINE, 1999. A Division of Curnars Line Limited, San Francisco, California USA. WORLD FEDERATION OF TOURIST GUIDE ASSOCIATION (WFTGA) 2005, Checklist for Professional Tourist Guides, PCS Printways Nicosia, Cyprus. YOETY, Oka A. Drs. 1977. Guiding System Suatu Penuntun. Pradnya Paramita, Jakarta. 156 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik BIODATA PENULIS Drs. Arianus Mandadung Lahir di Tawalian Mamasa, Kabupaten Polewali Mamasa (Polmas,) tanggal 30 Agustus 1951. Menikah dengan Oktovinah Darru’ di Makassar tanggal 03 Desember 1980, dikaruniai 6 (enam) putra dan 1 (satu) putri atau 7 (tujuh) orang anak, 8 (delapan cucu). Agama Kristen protestan. Alamat di Sulsel: Jl. Dg. Supu’ No.: 23 Makassar (Kompleks SMP Negeri 20 Nipa-Nipa), Kelurahan Manggala/Kecamatan Manggala Makassar 90234 Provinsi Sulawesi Selatan. Alamat di Sulbar: Ramayana Inn, Kampung Baru Mamasa Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Pendidikan terakhir: S1 Sastra Inggris pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, alumni tahun 1985. Pendidikan Non Formal Kursus Dasar Kewartawanan (Kursus Wartawan Mekar) Makassar tahun 1974, Kursus Pramuwisata Umum Spesialisasi Bhs. Inggris Diparda Tk. I Sulsel Angkatan Pertama tahun 1978 dan Angkatan Kedua tahun 1980; Kursus Pengurusan Dokumen Perjalanan Departemen Kehakiman R.I. tahun 1981; Kursus Pramuwisata Madya Spesialisasi Bhs. Inggris Diparda Tk. I Sulsel tahun 1987; Kursus Pengatur Wisata (Tour Leader Spesialisasi Bhs. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 157 Inggris) Deparpostel R.I. Angkatan Pertama se-Indonesia Timur (Peserta Terbaik Pertama) tahun 1988; Peserta Diklat Peningkatan Mutu Keterampilan Pimpinan/Eksekutif Usaha Perjalanan Wisata Deparpostel R.I. tahun 1995; Peserta Pelatihan Auditor Pariwisata Bidang Usaha (Jasa Perjalanan Wisata) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI (Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata) tanggal 24-28 Agustus 2015 di Makassar. Pekerjaan Formal Freelance Guide tahun 1975-1978, Payroll guide Ramayana Satrya International Tours & Travel Makassar tahun 1979-1985, Divisi Special Interest Tour (Wisata Minat Khusus) Kawasan Timur Indonesia (KTI) merangkap Assistant Tour Manager Ramayana Satrya International Tours & Travel Makassar tahun 1986-1988, Tour Manager Ramayana Satrya International Tours & Travel tahun 19882003, Bidang Fungsional Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa tahun 2004-2005. Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Propinsi Sulawesi Barat angkatan pertama tahun 2005-2008. Pekerjaan Non-Formal Asisten Penelitian Kebudayaan Royal Tropical Institute Amsterdam Belanda bekerja sama Fakultas Sastra UNHAS tahun 1975-1977, Koresponden SKU Makassar Press tahun 1979-1984, Koresponden Harian Pedoman Rakyat Makassar tahun 1981-1991. Mulai terjun ke dunia kepramuwisataan tahun 1973 menjelang Konprensi Pasific Asia Travel Association (PATA) tahun 1974 di Bali. Salah seorang pengajar perintis berdirinya Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Sandhy Putra Telkom (Sekarang SMK Telkom) Makassar tahun 1992-2000. 158 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Tahun 1997, mulai dipercayakan sebagai dosen tamu (guest lecturer) pada BPLP Kementerian Pariwisata Pos dan Telekomunikasi di Jl. Cendrawasih Makassar, berlanjut ketika berubah menjadi Akademi Pariwisata Negeri Makassar, berlanjut ketika berubah menjadi Politeknik Pariwisata Negeri Makassar Kementerian Pariwisata di Tanjung Bunga Makassar. Salah seorang dosen tidak tetap, merintis D3 Pariwisata Fakultas Sastra Unhas kampus Tamalanrea di tahun 1996 – 2000 dikenal dengan Tim Dosen 3 serangkau yaitu Drs. Arianus Mandadung, Drs. Emil Tumanduk dan Alm. Syahran Kindjam. Penguji Sertifikasi Bidang Pariwisata pada SekolahSekolah Pariwisata di Makassar bersama Association of Indonesia Tours & Travel Agencies (ASITA) Sulawesi Selatan tahun 1988-2003. Organisasi dan Kepanitiaan Kepariwisataan dan lain-lain Anggota Sekretariat Staf Ahli Bapparda Tana Toraja tahun 1981-1983, anggota Tim Khusus Dokumentasi dan Penulisan Objek-Objek Wisata Kabupaten Tana Toraja tahun 1981-1983, anggota Team Promosi Bersama Pariwisata Sulawesi Selatan, Kanwil Deparpostel Sulawesi Selatan dan Tenggara, tahun 1984, Wakil Sekretaris Himpunan Penulis Pariwisata Indonesia (HPPI) Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1984-1987, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Duta Wisata Indonesia (DPD HDWI) Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1987-1990, anggota Panitia Tim Kampanye Sadar Wisata Nasional Daerah Tk I Sulawesi Selatan tahun 1989-1990, anggota Team Penyusunan Naskah Bahan-Bahan Promosi Pariwisata Sulawesi Selatan tahun 1990-1991, Ketua Panitia Penyelenggara Rapat Kerja Daerah I Himpunan Pramuwisata Indonesia (Rakerda I DPD HPI) Sulawesi Selatan di Mamasa tahun Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 159 1990, Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional I Himpunan Pramuwisata Indonesia (Rakernas I HPI) se-Indonesia di Makassar tahun 1991, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1990-1994, anggota Panitia Pelaksana Konvensi Kupu-Kupu Internasional tahun 1993 di Makassar, Penasehat DPD HPI Sulawesi Selatan tahun 1994-1999, anggota Pengurus Masyarakat Pemerhati Pariwisata Sulsel tahun 1998-2000, anggota Pengurus Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (AKKINDO) Sulsel tahun 1998-2000, anggota Tim Pakar Pariwisata Masyarakat Pemerhati Pariwisata Kabupaten Polmas tahun 1999-2003, Koordinator Hubungan Masyarakat dan Publikasi Panitia Pembentukan Kabupaten Mamasa tahun 1999-2002, anggota Panitia Lomba Lambang Daerah (LOGO), Mars dan Hymne Propinsi Sulawesi Barat tahun 2005, Ketua Badan Pimpinan Cabang – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Kabupaten Mamasa periode 2007-2011; 2011-2015, Wakil Ketua Badan Pimpinan Daerah – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Propinsi Sulawesi Barat periode 2007-2011; 2011-2015, Ketua Pengurus Daerah Federasi Arung Jeram Indonesia (Pengda Faji) Propinsi Sulawesi Barat Periode 2010-2015; 2015-2020, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Propinsi Sulawesi Barat periode 2007 – 2012; 2012 – 2017; 2018 – 2023, Koordinator Tim Pemerhati Pariwisata, Forum Group Discussion (FGD) Kabupaten Mamasa, periode 2018 – 2023. Memiliki 32 (tiga puluh dua) Sertifikat/Surat Penghargaan/Rekomendasi, di Antaranya: Surat penghargaan dari Department of Social Research Royal Tropical Institute Amsterdam Belanda sebagai Asisten Penelitian Kebudayaan tahun 1975-1977; sertifikat 160 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Juara Pertama dan Juara Harapan Pertama pada Lomba Foto “Pariwisata dan Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Propinsi Sulawesi Selatan tahun 1994; Kecakapan Amatir Radio (Amatir Radio Tingkat SIAGA) Kanwil XIV Deparpostel Sulselra tahun 1994; Surat Penghargaan Duta Besar New Zealand untuk Indonesia Mr. Michael Green, sebagai Pramuwisata yang menangani tournya di Mamasa dan Tana Toraja Sulawesi Selatan tahun 2000; Certificate 1st South East Asia Tourist Guide Association Congress, May 30 to June 2, 2008 in Bukit Tinggi Padang West Sumatera; Certificate of Participation World Federation of Tourists Guide Association (WFTGA) International Convention in Denpasar Bali January 11-16, 2009; Piagam Penghargaan “Peserta Kompetisi Pramuwisata Tingkat Nasional tahun 2010 di Bali” mewakili Provinsi Sulawesi Barat; Sertifikat Narasumber pada Seminar Kepariwisataan Hasil Penelitian Kelompok yang diselenggarakan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar tahun 2015; Sertifikat Peserta Seminar Hasil Penelitian Institusi Kepariwisataan dan Desiminasi Hasil Penelitian Kepariwisataan dengan tema: “Strategi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” yang diselenggarakan oleh Politeknik Pariwisata Makassar Kementerian Pariwisata RI tanggal 28 Oktober 2016 di Makassar; dan lain-lain. Buku yang Telah Ditulis mulai Tahun 1979 Sebanyak 20 (dua puluh) buku praktisi (non-ilmiah/ akademisi) sejarah, budaya dan pariwisata dalam bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jepang. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 161 Promosi Pariwisata yang Telah Diikuti mulai Tahun 1988 Lokal dalam bentuk Table Top, regional Kemilau Sulawesi; Nasional TIME (Travel Indonesia Mart and Exhibition); Regional International ASEAN Travel Forum (ATF) yang diselenggarakan secara bergilir di negaranegara ASEAN setiap bulan Januari; Internasional ITB (Internationale Travel Burse) di Berlin Jerman setiap bulan Maret + kunjungan ke negara-negara Eropa lainnya. 162 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik Margaretha Wadid Rante Lahir di Awa’ Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 07 Mei 1964. Menyelesaikan Pendidikan S1 Fakultas Sastra pada Jurusan Sastra Inggris di Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 1988, kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada program Studi Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar jurusan Ilmu Komunikasi dan diselesaikan pada tahun 2003. Selain pendidikan formal, juga pernah mengikuti berbagai pelatihan seperti CBT/CBA The Best Quality Framework di Canberra Institute of Tafe-Australia, ASEAN Master Tourism Trainer for Tour Operation Division di Vietnam. Pada tahun 2019 memperoleh gelar profesi Certified Hospitality Educator (CHE) dari American Hotel & Lodging Education Institute (AHLEI). Mengikuti beberapa kursus bidang kepariwisataan, Pengatur Wisata/Tour Leader di Kota Makassar tahun 1990, Train the Trainer di Kota Makassar tahun 1993, Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Dasar di Kota Bandung tahun 1995, Diklat Teknik Pariwisata Tingkat Lanjutan di Ibu Kota DKI. Jakarta tahun 1996, Diklat Tingkatan Mutu Keterampilan Tenaga Kerja Tingkat Atas Usaha Jasa Perjalanan Wisata Bidang Pemasaran di Kota Makassar tahun 1996, Job Training Pada BPW Vaya Tour Jakarta tahun 2000, Job Training pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2000, Diklat Computerzed Reservation System ABACUS di DKI. Jakarta tahun 2001, Competency Based Training di Canberra Institute Technology (CIT) Australia tahun 2002, Construct Air Fares Ticketing di Kota Makassar tahun 2002, Diklat Fungsional Peneliti Pariwisata di Yogyakarta tahun 2003 dan Diklat ASEAN Master Trainer di Vietnam tahun 2016. Jadilah Pemandu Wisata yang Baik || 163 Pengalaman kerja bidang kepariwisataan, pada tahun 1989-1993 Tour Manager, Tour Leader dan Tour Guide pada Lintas Alam Tour & Travel, tahun 1993–sekarang Dosen pada BPLP/Akademi Pariwisata Makassar/Politeknik Pariwisata Makassar, tahun 1997 Sekertaris Program Studi Manajemen UPW, tahun 2000 Ketua Program Studi Manajemen Usaha Perjalanan Wisata, tahun 2002-2010 Ketua Jurusan Manajemen Perjalanan Wisata, tahun 2008–sekarang Asesor Uji Kompetensi, tahun 2010–2014 Manager Standarisasi LSPP Akpar Makassar, tahun 20142016 Pembantu Direktur III Poltekpar Makassar, tahun 2014-2016 Manager Sertifikasi LSPP Akpar Makassar, tahun 2017-sekarang Sekertaris Sertifikasi LSPP Akpar Makassar, dan pada tahun 2020-sekarang Pembantu Direktur III Poltekpar Makassar. Saat ini aktif dalam berbagai Asosiasi Profesi dan Peneliti Pariwisata, Asesor Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). 164 || Jadilah Pemandu Wisata yang Baik