TEST INTELEGENSI
Test intelegensi merupakan salah satu bentuk tes psikologi yang dapat mengungkap apa yang telah dicapai seseorang secara intelektual. Hasil tes ini dapat mengungkap kualitas intelektual dan tinggi rendahnya tingkat kecerdasan atau IQ seseorang.
Berikut ini beberapa jenis test intelegensi :
Tes inteligensi sendiri memiliki berbagai macam jenis. Berikut ini merupakan macam-macam tes inteligensi yang turut serta digunakan di Indonesia.
1. Tes Binet.
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris-Prancis. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut merupakan hasil revisi ketiga dari Terman dan Merril pada tahun 1960 (Nuraeni, 2012).
2. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).
Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah salah satu tes yang sering dan umum digunakan di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para psikolog. Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh David Wechsler yang mempublikasikannya pada tahun 1939, dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih global. Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8-15 tahun. Tes WISC terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri atas materi perbendaharaan kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka. Sedangkan tes performance terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan balok, merakit objek, mazes dan simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).
3. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence).
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dikembangkan oleh Weschler. Sesuai dengan namanya, alat tes ini dirancang dan ditujukan untuk anak-anak pada usia sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-kanak, perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-kanak hingga umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut (Cloudida, 2018).
4. IST (Intelligenz Struktur Test).
Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes inteligensi yang telah diadaptasi di Indonesia. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt Main Jerman pada tahun 1953. Intelligenz Struktur Test (IST) terdiri dari sembilan subtes antara lain: Satzerganzung (SE) yaitu melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi kata-kata, Analogien (AN) yaitu persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang dimiliki bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu kemampuan berhitung, Zahlenreihen (SR) yaitu deret angka, Figurenauswahl (FA) yaitu memilih bentuk, Wurfelaufgaben (WU) yaitu latihan balok, dan Merkaufgaben (ME) yaitu latihan simbol. Tes IST terdiri dari sembilan sub tes terdiri dari 176 item soal. Waktu pengerjaan yang dibutuhkan dalam penyajian tes IST ini kurang lebih selama 90 menit dengan instruksi yang berbeda-beda pada setiap sub tesnya. Tes IST ini membutuhkan seorang tester yang memiliki keterampilan dalam menyajikan tes dan proses skoring serta interpretasi yang memakan waktu. Tes ini dapat dilakukan secara individual maupun klasikal (Kumolohadi & Suseno, 2012).
5. SPM (Standard Progressive Matrices).
Standard Proggressive Matrices (SPM) adalah tes inteligensi yang dirancang oleh J.C Raven pada tahun 1936 serta diterbitkan pertama kali di tahun 1938. SPM yang dijumpai di Indonesia yaitu hasil revisi pada tahun 1960. Tes SPM mengukur kecerdasan orang dewasa. Tes ini mengungkapkan faktor general (G faktor) atau kemampuan umum seseorang. Tes SPM digunakan secara individual atau klasikal dan waktu penyajian yang dibutuhkan 30 menit (Kumolohadi & Suseno, 2012).
6. APM (Advanced Progressive Matrices).
Tes Advanced Progressive Matrices (APM) dikembangkan oleh Raven yang merupakan tipe tes kedua dari tes yang ia kembangkan. Tes Advanced Progressive Matrices mengukur kinerja intelektual dari mereka yang memiliki inteligensi di atas rata-rata. Selain itu, tes ini juga mampu membedakan secara tajam antara mereka yang tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya. Tes ini terdiri dua set yaitu set I mencangkup 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit dan tes II mencangkup 36 soal dengan waktu pengerjaan 40 menit. Pemberian soal set I kepada testi ditunjukkan dengan maksud untuk menjelaskan prinsip-prinsip kerjanya, dan kemudian dilanjutkan ke set II dimana pengukuran sebenarnya dilakukan. Soal-soal pada set II meliputi persoalan-persoalan yang mampu menjadi alat pengukur pada proses berpikir tinggi secara analitis sehingga APM berguna untuk mendapatkan gambaran tentang laju kecepatan dan keberhasilan belajar yang mungkin dicapai seseorang didalam suatu bidang studi (Sunarya, 2017).
7. CFIT (Culture Fair Intelligence Test).
Culture Fair Intelligence Test (CFIT) merupakan salah satu tes inteligensi yang sering digunakan oleh psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. Pertama kali Tes inteligensi CFIT ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940. Dalam proses administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya sekitar 30 menit sehingga tes CFIT populer digunakan di kalangan praktisi (Suwandi, 2015).
Menurut Cattell (dalam Suwandi, 2015) inteligensi terbagi menjadi 2 komponen, yaitu fluid dan crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan yang berasal dari sifat bawaan lahir atau hereditas. Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui proses pembelajaran di sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid intelligence (Gf).
8. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS).
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dikembangkan oleh David Wechsler. Akibat rasa ketidakpuasan dengan batasan dari teori Stanford-Binet dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran kecerdasan untuk orang dewasa sehingga dikembangkanlah tes ini. David Wechsler kemudian meluncurkan tes kecerdasan baru yang dikenal sebagai Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada 1955. Tes ini digunakan oleh orang dewasa usia 16-75 tahun atau lebih. Pelaksanaan tes ini dilakukan secara individu (Maarif et al., 2017). WAIS menjadi alat tes yang paling populer karena paling banyak digunakan di dunia saat ini. Tes ini semula bernama Wechsler Bellevue Intellegence Scale (WBIS). Tes intellegensi ini memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam bentuk skala pengukuran ketrampilan verbal dan lima subtes membentuk suatu skala pengukuran ketrampilan tindakan (Rohmah, 2011).
Sumber : https://m.brilio.net/creator/11-jenis-tes-inteligensi-ini-turut-digunakan-di-indonesia-c26677.html