MAKALAH ANTROPOLOGI
BIOLOGI, PSIKOLOGI, DAN SOSIOLOGI DALAM KEBUDAYAAN
Disusun oleh :
Atika Swastiyansyah S. 13030112120011
Diana Rita 13030112130079
Stanisclaus Costca R.A.P 13030112130099
Kukuh Saryanto 13030112130065
Kholiq Abdurrohman 13030112140059
Ayu Amalya Ma’as 13030112140103
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Biologi dan Psikologi kebudayaan ini dengan lancar tanpa mendapat suatu halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi. Dalam penulisan makalah ini, banyak pihak yang terlibat sehingga dengan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
Bapak Drs. Eko Punto Hendro, M.A, sebagai Dosen mata kuliah Antropologi kelas A
Orang tua dan keluarga kami yang selalu memberi dukungan materi maupun doa.
Teman – Teman seperjuangan kami di Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro
Kepada semua pihak yang membantu penulisan makalah ini.
Tidak ada yang sempurna di dunia, seperti yang digambarkan sebuah peribahasa yaitu tidak ada gading yang tak retak , maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini juga menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna. Maka sekiranya ada kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan karya - karya selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Terakhir, kami berharap makalah yang kami tulis ini bisa mendatangkan manfaat bagi para pembacanya. Amin.
Semarang,19 september 2013
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
KEBUDAYAAN 6
A. Manusia Biologis 8
B. Dasar-Dasar Psikologis tingkah laku manusia 14
C. Komponen sosiologi dalam tingkah laku manusia 16
BAB III 22
PENUTUP 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu luar biasa peradaban terkadang memanjakan kita sehingga kemudian merasa tidak perlu repot memikirkan masa lalu, belajar dari masa lalu atau perilaku pendahulu kita, atau setidaknya mencari tahu seluk-beluk kebudayaan yang hidup di tengah-tengah kita selama ini. Keberadaan manusia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaannya. Segala sektor kehidupan sarat akan nilai kebudayaan yang luhur. Nilai-nilai luhur tersebut menjadi penuntun bagi manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Jadi budaya yang hidup secara kekal dalam lingkungan tempat manusia tinggal, sudah selayaknya di pelajari dan dipahami sesuai dengan kebutuhan dengan penuh kepatuhan. Tidak heran bila kemudian banyak dari orang-orang yang umurnya lebih dewasa menjadi pemandu atau pemberi arah perihal pemahaman tentang kebudayaan yang hidup dan dijalani oleh masyarakat yang tinggal di dalam sebuah lingkungan. Karena, pada kenyataannya mereka telah matang untuk memberi arahan dan pemahaman terhadap generasi penerusnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan setempat.
Pada bab selanjutnya akan dibahas tentang tema yang kami diskusikan yaitu tentang biologi,psikologi dan sosiologi kebudayaan. Dari judulnya secara garis besar akan dibahas 2 hal yang tentu berbeda baik secara fisik, yaitu biologi kebudayaan yang lebih menjurus pada bukti- bukti fisik yang ditemukan dan dianggap sebagai benda saksi sejarah yang sudah seharusnya dijaga dengan baik dan dipergunakan sebagai sumber informasi/ilmu secara bijaksana. Sedangkan psikologi dakebudayaan lebih kepada memahami suatu budaya masyarakat yang tinggal di daerah setempat.
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUDAYAAN
Pengertian tentang kebudayaan amatlah beragam, banyak ahli membuat definisi mengenai kebudayaan. Sebagian besar merujuk pada satu hal yang amat essensial yaitu adanya nilai-nilai yang mengandung keindahan dalam masyarakat yang diyakini sepenuh hati sebagai warisan dari leluhur. Namun disini akan dipaparkan pengertian kebudayaan menurut ilmu Antropologi yang pengertiannya jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya yaitu Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Koentjaraningrat, 2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta,hlm.144Kebudayaan akan selalu bisa dihubungkan dengan segala sektor kehidupan, karena sebagian besar perilaku dan tindakan manusia adalah hasil dari proses belajar kecuali dengan refleks atau tindakan naluriah yang muncul secara spontan. Para Ahli lain yang juga berpendapat bahwa kebudayaan bisa terwujud dengan proses belajar atau meniru, antara lain : C.Wissler, C.Kluckhohn, A.Davis,A.Hoebel.
Kata Kebudayaan sendiri berasal dari kata sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan begitu kemudian bisa diartikan bahwa ke-budaya-an dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.Seiring dengan berjalannya waktu, kata budaya mulai mengalami perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti “daya dan budi”. Karena hal itulah kemudian ada pembedaan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah “daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini pada bidang ilmu sosial atau ilmu tentang tingkah laku manusia memperlihatkan adanya studi yang sistematis mengenai saling berhubungannya antara individu, masyarakat dan kebudayaan. Studi tersebut merupakan titik temu antara disiplin biologi, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Dari gabungan keempat disiplin ilmu tersebut maka lahirlah suatu ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami dinamika tingkah laku manusia.
Prof. Harsojo, Pengantar Antropologi,Bandung, 1966.
Tingkah laku manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Maka tingkah laku itu mempunyai beragam segi seperti aspek biologis, psikologis, sosiologi and antropologis. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ada segi-segi lain yang juga dipelajari yaitu aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, ekonomi, hukum atau sejarah. Namun untuk memahami konsep manusia – masyarakat, pendekatan dari sudut ilmu inti tentang tingkah laku manusia yaitu biologi, psikologi, sosiologi dan antropologi adalah yang paling diutamakan. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa biologi mempelajari manusia sebagai anggota dari dunia hewan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kelompok, sedang antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan pekerjaannya yaitu sebagai makhluk yang berbudaya atau beradab. Jadi bisa disimpulkan bahwa keempat disiplin itu semuanya memusatkan pengamatannya pada tingkah laku manusia sebagai makhluk bio-sosial.
Dalam penjabaran ini akan dipusatkan terlebih dahulu uraian tentang tingkah laku manusia secara sistematis dari sudut :
Manusia sebagai makhluk biologi, khusus yang berhubungan dengan dasar biologi dari tingkah laku manusia.
Manusia sebagai makhluk psikologi (psikologi).
Lingkungan sosial dengan tingkah laku manusia (sosiologi).
Manusia Biologis
Karena manusia memiliki beragam sifat dan kemampuan, maka manusia diberi sebutan yang amat beragam macamnya, yaitu :
Homo Sapiens : manusia yang dapat berpikir yakni manusia yang bijaksana.
Homo Faber : manusia adalah makhluk yang pandai membuat dan mempergunakan alat.
Homo Loquens : manusia adalah manusia yang dapat berbicara dan karenanya dapat mengadakan komunikasi sosial.
Homo Sosialis : manusia dapat hidup bermasyarakat.
Homo Ekonomikus : manusia dapat mengorganisasikan segenap usahanya guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Homo Religiousius : manusia berpikir mengenai tempatnya di dunia dan menyadari akan adanya kekuatan gaib yang lebih tinggi.
Artis Creator : manusia adalah makhluk yang menciptakan kesenian untuk menyatakan kesadaran estetisnya.
Homo Delegans : manusia tidak selalu melakukan pekerjaannya sendiri melainkan mampu menyerahkan tugas itu kepada yang lain, yang dapat berupa alat atau manusia.
Homo Legatus : manusia adalah makhluk yang mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya.
Namun diantara sekian banyak sebutan bagi manusia di atas, Homo Sapiens lah yang paling dikenal karena nama ini telah dengan gamblangnya mendefinisikan secara lengkap tentang manusia yaitu sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk yang berpikir. Kemampuan manusia dalam berpikir itulah yang kemudian menjadi pembeda antara manusia dan hewan secara principal. Walaupun memang harus diakui bahwa beberapa anggota orde primat seperti halnya simpanse dilihat mampu melakukan beberapa fungsi dari pikiran. Namun pada akhirnya dapat disadari bahwa memang hanya manusia Homo Sapiens saja yang bisa menggunakan kemampuan berpikirnya untuk berpikir secara kompleks.
Kegiatan berfikir yang dilakukan oleh manusia sangat erat hubungannya dengan kemampuannya untuk menggunakan lambang. Sehingga kemudian Cassirer memberi nama kepada manusia untuk kemampuannya dalam menggunakan simbol yaitu Animal Symbolicum. Dengan Simbol sebagai alat bahasa itulah, kemudian manusia bisa berbicara dan berbahasa serta melakukan komunikasi sosial. Dari simbol itulah kemudian manusia bisa belajar. Dan keseluruhan tingkah laku yang didapat dari belajar itu kemudian disebut dengan kebudayaan. Jadi bisa semakin kuat anggapan bahwa terdapat perbedaan yang begitu mencolok antara manusia dan hewan selain dari kemampuan berfikir dan menerjemahkan lambang yaitu manusia berkebudayaan sedangkan hewan tidak. Bisa dikatakan bahwa salah satu ciri dari manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup yang lain ialah manusia adalah makhluk yang berbudaya. Kemampuan manusia berkebudayaan itu didasarkan atas dasar biologisnya, atau atas dasar organisnya. Maka dari itulah amat penting bagi kita untuk memahami kebudayaan manusia, untuk itu kita perlu mempelajari dasar-dasar biologisnya atau mempelajarinya sebagai makhluk biologis.
Sebagai makhluk biologis, manusia seperti semua makhluk hidup yang lainnya juga terikat biologi. Ashley Montagu, seorang ahli antropologi berpendapat bahwa kodrat manusia itu adalah ekspresi dari interaksi dari tiga sistem yang kompleks yaitu :
Pembawaan genetis,
Lingkungan kandungan,
Lingkungan kultural.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pembawaan biologis itu
diteruskan melalui partikel kimia atau yang lebih dikenal sebagai gen, yang terdapat dalam kromosom. Yang pada tiap- tiap kromosom itu terdapat 1250 gen. Kromosom itu terdapat dalam nukleus sel. Dalam sel seks terdapat 24 kromosom. Sedangkan gen sendiri tidak menentukan perkembangan sifat secara spesifik. Yang menghasilkan ciri ras khusus adalah berbagai gen.Gen sendiri tidak bereaksi dalam vakum namun mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan atau pertumbuhan disini pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara pembawaan genetis atau genotype dengan lingkungannya, yaitu seluruh sistem kandungan yang kompleks. Gen tidak mempunyai karakteristik fungsional terlepas dari lingkungannya. Seperti contoh real-nya, Lingkungan kandungan adalah lingkungan dimana pengaruhnya amat besar atas pertumbuhan yang dialami seorang anak sebelum ia dilahirkan, Gen ini merespon dengan cara menyesuaikan diri terhadap lingkungan kandungannya. Dari sini kemudian bisa disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dengan sejumlah potensi. Selain itu kepribadian seseorang pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari unsur biologis dengan lingkungan sosio-kulturalnya.
Setelah lahir kedunia ini, proses penyesuaian diri oleh manusia terus berlangsung sesuai dengan dimana manusia itu berada. Ada tuntutan secara biologi yang harus dipenuhi oleh manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa survive yaitu dengan menyesuaikan dirinya dengan hukum alam yang berlaku.Apabila itu tidak terlaksana maka organisme itu akan terancam mengalami disorganisasi dan disintegrasi yang berarti apabila terus dibiarkan akan berakhir pada kepunahan manusia dan makhluk hidup lainnya yang tinggal di bumi.Jadi untuk itu kemudian amat penting untuk dipahami bagaimana manusia dan makhluk hidup lainnya bisa menyesuaikan diri demi bisa bertahan hidup di lingkungannya sehingga bisa tercapai keseimbangan secara biologis.
Pada Organisme sederhana bersel satu,seperti amoeba yang bereaksi pada suatu stimuli, maka didapat kesimpulan bahwa segenap bagian dari amoeba tadi sensitif pada stimuli tersebut. Bila pada organism yang jauh lebih kompleks lagi, semisal pada tubuh manusia, terdapat spesialisasi yang lebih jauh dalam fungsi Organisme seperti itu bekerja melalui kumpulan dari sel-sel yang yang berdifferensiasi pada lapisan luar, yang amat sensitif terdapat stimuli, tetapi kurang sensitif pada sel-sel di sebelah dalam. Jika individu tadi tumbuh dan berkembang , maka sebagian sel-sel lapisan luar itu tetap tinggal di sebelah luar dan berubah menjadi kulit dan organism indera lainnya. Sebagian lagi masuk ke dalam dan terdapat pada sel-sel yang kurang sensitif. Bagian inilah yang kemudian menjadi urat saraf dimana tiap-tiap bagian menjalankan fungsi sendiri.
Dilihat dari fungsi, organ dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Reseptor, seperti mata, hidung, telinga yang berhubungan dengan dunia luar dan mendapatkan stimuli darinya.
Efektor, seperti urat- urat yang bergerak untuk mendapatkan perubahan kea rah suatu penyesuaian individu terhadap lingkungannya secara langsung.
Sedangkan fungsi urat saraf ialah meneruskan stimuli dari reseptor ke efektor. Jadi hubungan antara reseptor dan efektor merupakan dasar mekanis dari segala tingkah laku dalam semua organism yang mempunyai sistem urat saraf. Urat Saraf yang menghubungkan reseptor dan efektor yakni konduktor, tersusun atas sel yang terspesialisasikan yang disebut neuron yang ujung-ujungnya mendekati satu sama lain, akan tetapi yang tidak sampai bersatu. Jarak yang kosong diantara neuron-neuron tadi disebut sinapsis. Fenomena ini memainkan peranan yang besar di dalam tingkah laku organism yang kompleks.
Bisa disimpulkan dari tingkah laku tertentu manusia bahwa bisa ikuti urutannya :
Adanya stimuli yang datang dari luar. Stimuli itu merangsang organ reseptor, dan menimbulkan impuls yang berjalan melalui neuron sampai datang pada sinapsis dan kemudian meloncat ke neuron yang lain, untuk selanjutnya mencapai efektor. Pada sinapsis terdapat hambatan yang mempengaruhi impuls. Namun hambatan itu akan hilang seiring dengan pengulangan-pengulangan peloncatan pada sinapsis. Jalan yang sering dipakai melalui sinapsis itu merupakan dasar neurologis dari pelajaran pembentukan kebiasaan. Beragam ketentuan biologis tersebut berlaku bagi manusia maupun hewan yang mempunyai sistem urat saraf yang aksial. Tujuan dari segala gejala tersebut pada akhirnya adalah untuk memelihara prinsip homoestatis, yang bermaksud bahwa organisasi itu setiap saat bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara satu kondisi seimbang antara organism itu sendiri dengan lingkungan sekitarnya.
Jika kita belajar lebih lanjut mengenai tingkah laku manusia maka tingkah laku itu terdiri dari berbagai refleks yang merupakan kombinasi dari stimuli dan reaksi yang dimungkinkan oleh struktur biologis yang telah dijabarkan sebelumnya. Refleks sendiri ada dua macam, yaitu refleks yang dikondisikan yang merupakan dasar tingkah laku yang instingtif (jalan impuls dari reseptor ke efektor telah ditetapkan ketika seseorang dilahirkan) dan refleks yang tidak dikondisikan yang merupakan dasar tingkah laku yang dipelajari (jalan impuls dari reseptor ke efektor tidak ditetapkan oleh keturunan, melainkan suatu hasil dari seleksi dan penjurusan impuls dalam pusat refleks dan digabungkan dengan makin sering digunakan jalan melalui sinapsis).
Seperti yang disebutkan sebelumnya perbedaan yang amat kontras yang bisa digunakan dalam usaha membuat differensiasi antara tingkah laku hewan dan manusia terletak pada kemampuan manusia untuk bisa membuat lambang dan tanda yang tentu bisa menjadi kesepakatan bagi yang melihatnya.Lambang yang paling memenuhi syarat untuk digunakan secara praktis adalah lambang vocal atau bahasa ucapan. Dengan isyarat lainnya, manusia dapat berbahasa, dan karena bisa berbahasa itulah kemudian manusia dapat belajar dan menambah pengetahuan dengan pengalamannya. Keseluruhan dari tingkah laku dan tata kelakuan didapatnya dari pelajaran secara sosial itu kita sebut sebagai kebudayaan. Namun memahami dasar biologis manusia tidaklah cukup karena kemudian setelah membahas komponen biologi berupa unsur biologis dan hubungannya dengan kebudayaan maka kemudian kita dituntut untuk bisa melihat keterkaitan yang dinamis antara individu dan lingkungannya.Karena seperti yang telah kita tahu bahwa komponen manusia sebagai makhluk biologis adalah naluri dan insting yang digunakannya untuk mempertahankan diri dan meneruskan kehidupannya, yang dipacu oleh tuntutan dari dari dalam dirinya secara biologis yang akan dibahas dalam ranah psikologis yang disebut basic drive. Dorongan dasar biologis tadi untuk mempertahankan diri( menimbulkan kebutuhan dasar untuk makan,minum,oksigen dan menghindarkan diri dari sakit), untuk melanjutkan keturunan (menimbulkan kebutuhan dasar untuk daya tarik seks,hubungan seks,percintaan dan kasih sayang pada anak dan keluarga), dan juga untuk menyatakan diri (banyak jumlahnya namun yang amat pokok adalah berkelahi dan bekerja). Hal ini menguatkan anggapan bahwa dengan mempelajari tingkah laku manusia dari segi biologis itu tidaklah cukup karena juga dibutuhkan juga pengamatan lebih lanjut tentang pengaruh psikologis terhadap tingkah laku manusia dalam usahanya memenuhi basic drive yang melekat pada dirinya. Dengan kata lain tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis saja yakni, sistem urat-saraf, melainkan juga diterapkan secara terjalin oleh faktor sosio-kultural secara dinamis. Bisa dikatakan bahwa masyarakat manusia biologis berubah menjadi manusia sosial-budaya seiring dengan terjadinya interaksi dalam lingkungannya.
Dalam masyarakatlah kemudian kebutuhan dasar biologis dan psikologis manusia ditampung sehingga dapat dicapai keseimbangan bio-psikologis secara relatif. Karena pada kenyataannya kebutuhan bio-psikologis tidak tertentu batasnya, hal itulah yang kemudian memicu munculnya banyak lembaga –lembaga sosial yang merupakan respons kultural dari kebutuhan dasar biologis dan psikologis manusia yang hidup secara berkelompok-kelompok. Lembaga sosial itulah alat yang digunakan untuk mengembangkan diri dan alat untuk memberikan batas-batas tertentu agar tercipta segala jenis hubungan dinamis dapat dipelihara dalam keseimbangan.
Dasar-Dasar Psikologis tingkah laku manusia
Psikologis dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia. Ahli Psikologis mayoritas berpendapat bahwa tingkah laku manusia antara lain didorong oleh motif psikologi di samping juga didorong oleh motif biologis. Motif itu disebut dengan basic drive.
Basic drive yang penting terdapat dalam diri manusia ialah :
Basic drive untuk mempertahankan diri yang selalu terdapat dalam diri manusia yang hanya hilang jika manusia dalam keadaan patologis atau abnormal yang dapat menyebabkan manusia melepaskan basic drive untuk mempertahankan dirinya atau bahkan membunuh dirinya.
Basic drive untuk melanjutkan keturunan yang timbul dari impuls seks, yang tanpa disadari semula bahwa antara impuls ini dengan melanjutkan keturunan dengan adanya hubungan.
Basic drive untuk menyatakan diri yang bila dilihat dari asal –usulnya drive ini muncul karena didorong oleh impuls biologis untuk menyatakan kepribadian dalam berbagai bentuk aktivitas fisik disertai dengan ucapan verbal.
Evolusi masyarakat yang bisa kita lihat sekarang bisa dianggap sebagai usaha manusia yang semakin kompleks untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar yang timbul dari basic drive tersebut. Dalam hubungannya dengan kebutuhan dasar psikis yang merupakan salah satu dasar dari tingkah laku manusia tersebut adalah :
Kebutuhan untuk mendapatkan respons emosional dari orang lain.
Kebutuhan akan rasa aman dalam waktu yang panjang.
Kebutuhan akan pengalaman baru.
Kebutuhan poin 1 adalah kebutuhan yang sifatnya paling menonjol dan terjadi secara terus menerus. Karena apabila respons emosional ini tidak terpenuhi maka akan timbul kesunyian serta isolasi psikologis. Kebutuhan untuk mendapatkan respon emosional itu adalah sedemikian umumnya dan sedemikian kuatnya hingga para ahli ilmu pengetahuan menganggapnya bersifat instingtif.
Kebutuhan poin 2 merupakan kebutuhan yang bersifat universal karena berkat kemampuan manusia untuk menyadari dan menghayati akan arti waktu sebagai sesuatu yang terjadi secara berkelanjutan, maka mereka merasa kepuasan masa kini tidaklah cukup karena selama bagi masa depannya maka segala sesuatu yang dikejar berupa kepuasan tetap tidak akan tertentu.Kebutuhan tersebut kemudian bisa membuat manusia menunda kepuasan sampai kemudian hari,
Kebutuhan poin 3 adalah karena sering tampak gejala kejenuhan yang mendorong seseorang kearah berbagai jenis tingkah laku yang bersifat eksperimental.
Dari situ kemudian disadari bahwa dengan adanya dua kebutuhan besar itu yaitu kebutuhan biologis dan psikologis itulah manusia terdorong untuk tidak diam, bergerak untuk mendapatkan kepuasan atau keseimbangan psikologis. Ini berlaku pada baik pada tingkah laku lahir maupun batin seperti belajar dan berfikir. Namun meskipun begitu tidak semua tingkah laku manusia bisa diterangkan dengan gamblang hanya dengan menggunakan sudut pandang biologis dan psikologis saja, unsur bio-psikologis tadi merupakan motivasi yang kuat yang merupakan dorongan yang kuat bagi tingkah laku manusia. Apabila komponen bio-psikologis itu adalah satu-satunya faktor determinan bagi pembentukan tingkah laku manusia tentu tingkah laku manusia dimanapun akan sama. Namun pada kenyataannya bahwa manusia di muka bumi ini bertingkah laku secara berbeda. Perbedaan dalam tingkah laku itu bisa dipicu karena adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal, perbedaan interaksi dan interelasi yang terjadi dalam masyarakat. Hal itu kemudian membuat timbul kesadaran bahwa memang bukan hanya faktor bio-psikologis yang menjadi faktor determinan dalam menentukan tingkah laku manusia, melainkan juga didukung oleh adanya komponen sosiologi yang disini ditekankan pada aspek relasional dari tingkah laku.
Komponen sosiologi dalam tingkah laku manusia
Manusia sebagai seorang makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Ia harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk kepentingan kelangsungan hidupnya, mengembangkan, kepribadiannya,dapat membudaya, dapat mengembangkan sifat-sifat manusiawinya. Jadi mustahil manusia bisa terisolasi secara absolut atau permanen dan kalaupun itu sampai terjadi pengasingan atau pengisolasian itu tidak akan bersifat permanen. Karena pada intinya interaksi dan interelasi antarmanusia ada sebagai suatu yang harus karena manusia memiliki kondisi bio-psikologi yang mengharuskannya untuk memenuhi basic drive dan basic needsnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan butuh berkooperatif dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhannya, kemudian memicu bentuk-bentuk dari organisasi sosial, yang terdiri atas dua landasan yaitu :
Organisasi simbolok yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik yang sudah bersifat otomatis.
Organisasi sosial yang terdiri atas komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
Organisasi sosial sendiri dibentuk sebagai usaha manusia yang menyadari bahwa untuk dapat mencapai tujuannya ia harus hidup berkelompok secara tersusun. Atau dengan kata lainnya, organisasi sosial ini memiliki aspek fungsi dan struktur. Secara keseluruhan organisasi sosial dilihat dari sudut implikasi strukturalnya meliputi struktur kelompok pola umum kebudayaan pada setiap waktu dan tempat dan begitu juga seluruh kerangka dari pranata sosial. Dari sudut pandang itu kita bisa lihat organisasi sosial sebagai produk kodrat manusia.
Maka dari itu, koperasi antarmanusia membutuhkan syarat ketertiban. Yang semuannya itu disebabkan oleh :
Manusia individual atau kelompok berusaha keras mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mendapatkan juga jaminan keamanan dan jika memungkinkan juga mencapai satu tingkatan kemakmuran yang didambakan.
Untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup dan keamanan, diperlukan adanya ketertiban sosial dalam derajat yang tinggi.
Untuk mendapatkan derajat ketertiban sosial yang tinggi diperlukan satu pengaturan sosial kultural serta mekanisme yang dapat digunakan untuk mengefektifkan pelaksanaan peraturan yang telah dibuat tersebut.
Begitupun dengan adanya pengaturan tata hubungan, jika ada dua orang atau lebih yang hendak mengadakan hidup bersama mereka harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
Harus adanya ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat diterima oleh para anggota kelompok.
Harus adanya kelakuan atau otoritas yang mempunyai kekuatan memaksa dalam melaksanakan tata hubungan sosial.
Adanya pengaturan dan penyusunan individu dalam kelompokdan lapisan sosial tertentu, yang menggambarkan adanya koordinasi.
Para anggota yang hidup dalam berbagai bidang , dapat hidup dalam suasana yang harmonis , penuh koordinasi dan kooperatif yang saling memberi kepuasan.
Adanya tingkah laku yang merupakan standar itu disalurkan atau dipaksakan dengan mekanisme tekanan sosial,jadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.
Sedangkan Bierstedt dalam bukunya yang berjudul The social order mengemukakan bahwa yang dilingkupi oleh organisasi sosial yang merupakan subyek yang terpenting dari disiplin sosiologi adalah :
Norma
Norma adalah peraturan atau ukuran, yang mengatur tingkah laku kita dalam suatu situasi sosial yang kita sedang ikuti atau jalani. Norma bukan sikap rata-rata anggota masyarakat; melainkan sebagai sikap yang diidealisasikan sebagai sikap yang paling baik, paling pantas dalam suatu situasi. Norma juga dianggap sebagai pemegang peranan utama dalam organisasi sosial (J.O. Hertzler). Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa kestabilan relasi sosial itu disebabkan oleh karena adanya pengaturan oleh norma-norma itu. Fungsi norma bagi individu adalah meminimalisir keharusan memilih terhadap kenyataan sosial yang ia lakukan yang sangat bermacam jenisnya itu.Dengan panutan norma, orang menjadi tahu apa yang harus ia kerjakan. Dengan itu norma dibagi menjadi tiga,yaitu :
Folkways, yaitu suatu kebiasaan yang tidak punya sanksi apabila folkways itu tidak dilakukan.
Mores, praktek yang dipercayai, yaitu yang mengarah pada kesejahteraan umum.
Undang- Undang.
Norma diikuti karena kebiasaan atau dianggap berguna , atau merupakan alat untuk identifikasi kelompok.
Status
Status adalah posisi polaritas yang terdapat dalam pola tingkah laku yang bersifat timbal balik. Jadi dalam pengertiannya yang abstrak bisa dikatakan bahwa status adalah posisi dalam pola tertentu. Status berhubungan erat dengan peranan. Peranan sendiri merupakan aspek dinamis dari status. Jadi jika istilah status menunjuk pada posisi seseorang dalam suatu sistem prestise masyarakatnya, maka peranan dipergunakan untuk menunjukkan jumlah keseluruhan dari pola yang bertalian dengan status tertentu.
Kelompok
Kelompok sosial adalah adanya sejumlah orang dua atau lebih yang mempunyai obyek perhatian yang sama, yang saling mengadakan stimuli saling mempunyai loyalitas dan berpartisipasi dalam aktivitas yang sama. Kelompok sosial tidak statis tapi dinamis.Para Ahli sosiologi dalam mempelajari kelompok mengemukakan bahwa dalam kehidupan kelompok berlaku beragam proses sosial ( suatu urutan peristiwa yang selalu mengikuti peristiwa yang lain dalam urutan yang sama) yang dasarnya adalah adanya interaksi sosial.
Asosiasi dan institusi
Asosiasi adalah kelompok yang diorganisasikan. Hidup bermasyarakat berarti mengorganisasikan berbagai kepentingan, kebutuhan para individu, serta pengaturn sikap manusia yang satu terhadap yang lain dan pemusatan manusia dalam kelompok tertentu untuk melakukan tindakan bersama. Relasi sosial yang timbul dari hidup bermasyarakat tadi dapat kita lihat sebagai suatu rencana atau sistem yang dapat disebut struktur sosial.
Berikut merupakan kriteria organisasi yang menjadi ciri asosiasi ialah :
Mempunyai tujuan dan fungsi yang jelas dan tertentu
Ada norma asosiasi
Ada status asosiasi
Ada otoritas
Percobaan menjadi anggota atau ada sistem calon anggota
Ada sistem hak milik
Mempunyai nama atau lambang identitas
Sedangkan fungsi asosiasi sendiri adalah :
Asosiasi dibentuk untuk melakukan tujuan tertentu seperti misalnya tujuan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
Sering juga bahwa suatu asosiasi mempunyai lebih dari satu fungsi.
Berikut penjelasan tentang institusi yang pada dasarnya adalah tingkah laku yang diorganisasikan. Institusi adalah sikap atau tingkah laku yang berhubungan dengan pengaturan interaksi sosial tertentu yang tidak dapat dielakkan, yang timbul dari dipenuhinya kebutuhan elementer individual, kebutuhan sosial yang wajib atau dipenuhinya tujuan sosial yang penting. Konsep yang berbentuk keharusan dan kebiasaan itulah yang kemudian disebut dengan institusi.
Apabila kita melakukan penyelidikan atas proses yang harus dilalui oleh seseorang demi memperoleh kebudayaan dalam masyarakat, kita telah ditunjukkan bahwa pada tahap awal proses enkulturasi yang dilakukan oleh individu di usia yang masih sangat muda berlangsung tanpa adanya kritik atau ketidak cocokan sehingga kemudian menimbulkan kebudayaan yang makin kuat dan kokoh. Baru pada usia yang lebih dewasalah , proses enkulturasi tadi dilakukan dengan kritis dan lebih selektif sehingga kemudian menjadi timbul benih perubahan kebudayaan. Begitulah kiranya penjabaran mengenai keterkaitan antara tiga disiplin ilmu yaitu biologi, psikologi dan sosiologi yang telah kita bahas di atas, semoga dengan membaca penjabaran ini bisa didapat inti dari penggabungan ketiga disiplin ilmu tersebut yang bermaksud untuk bisa memahami tingkah laku manusia dan faktor – faktor yang mempengaruhi terwujudnya tingkah laku tersebut.
BAB III
PENUTUP
Begitupun banyak perubahan yang mendorong juga pada perubahan corak kebudayaan dalam suatu masyarakat,namun pengaruh internal yang muncul dalam diri manusia adalah penentu dari segala macam penerimaan terhadap corak baru yang mencoba masuk dan mempengaruhi kebudayaan ataupun sebuah masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil dari proses belajar adalah salah satu faktor penarik untuk bertahan dari banjirnya pengaruh luar yang mungkin juga dirasa kurang match dari segi nilai atau norma. Karena seperti yang kita tahu apapun yang kita lakukan akan dipandang baik dan buruk oleh lingkungan tempat dimana kita tinggal, masyarakat sebagai patokan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk. Kita sebagai individu yang tinggal di tengah-tengah masyarakat sudah barang tentu harus menaati peraturan yang telah ditentukan oleh masyarakat itu supaya bisa bertahan atau tidak terusir dari lingkungan yang bersangkutan. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ukuran baik atau buruk satu wilayah/ daerah/masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Karena itu manusia yang terlahir dengan memiliki basic needs dan basic drive harus bertindak untuk bisa memenuhi kebutuhan alamiahnya itu namun, untuk memenuhi kebutuhannya itu juga harus dibatasi dengan nilai-nilai atau norma yang beradab sebagai manusia berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Harsojo.1966. Pengantar Antropologi. Bandung : Binacipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
http://blogcatatanudin.blogspot.com/p/antropologi-budaya-wujud-isi-dan.html
22