Academia.eduAcademia.edu

Azzahra Dewi Chairunnisa 195110101111002 UAS MKI copy

PENGGUNAAN PERMAINAN TRADISIONAL “CONGKLAK” DI TAHUN 2020 Oleh: Azzahra Dewi Chairunnisa 195110101111002 Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Jakarta 2020 KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya sehingga makalah Manusia dan Kebudayaan Indonesia yang berjudul Penggunaan Permainan Tradisional “Congklak” di Tahun 2020 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Warsiman, M.Pd. pada Ujian Akhir Semester mata kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Selain itu, makalah yang mengangkat topik permainan tradisional ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar masyarakat sekitar lebih memahami permainan tradisional, khususnya congklak pada tahun 2020 dan hal apa saja yang dapat dilakukan untuk melestarikan permainan tersebut. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kelemahan serta kekurangan, maka dari itu, diharapkan para pembaca dapat memberikan kritik atau saran untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi para pembaca, masyarakat, dan penulis. Jakarta, 21 Desember 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah pulau terbanyak di dunia merupakan negara yang sangat luas. Banyaknya pulau dan luasnya wilayah menyebabkan Indonesia memiliki banyak pula kebudayaan yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Kebudayaan yang ada di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu dan dilestarikan hingga saat ini. Salah satu kebudayaan khas Indonesia yang diturunkan sejak dahulu yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional adalah sebuah permainan yang memiliki nilai tersirat. Nilai tersebut disampaikan oleh para pemain permainan tradisional yang umumnya anak-anak atau remaja. Sebanyak kurang lebih 2.600 permainan tradisional tersebar di seluruh Indonesia, masing-masing permainan tersebut memiliki cara bermain, ciri khas, dan nilai tersendiri. Satu dari sekian banyak permainan tradisional yang ada di Indonesia adalah permainan Congklak. Congklak adalah suatu permainan tradisional yang mempunyai banyak sebutan di seluruh Indonesia, salah satunya yaitu dhakon di daerah Jawa, dentuman lamban di daerah Lampung, dan mokaotan di daerah Sulawesi. Permainan congklak yang digemari oleh anak-anak ini biasanya dimainkan oleh dua orang, dengan beberapa alat yaitu papan congklak yang berlubang dan biji congklak. Untuk memenangkan permainan congklak, dibutuhkan ketelitian dalam perhitungan dan strategi untuk mendapatkan biji congklak sebanyak-banyaknya. Sebagai salah satu budaya khas Indonesia, permainan tradisional congklak tentu memiliki nilai tersendiri yang terkandung di setiap permainannya. Nilai kejujuran, nilai sosial, dan nilai edukatif adalah beberapa contoh dari nilai yang terkandung dalam permainan congklak. Namun, seiring berkembangnya zaman, permainan tradisional termasuk congklak sudah mulai tersaingi. Hal ini dapat terjadi karena di zaman globalisasi ini, permainan digital lebih banyak diminati oleh anakanak sehingga permainan tradisional mulai berkurang peminatnya. BAB II ISI Permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah ada sejak dahulu hingga sekarang. Melinda (2017:8) mengatakan bahwa permainan tradisional adalah sebuah permainan turun temurun dari nenek moyang yang di dalamnya mengandung berbagai unsur dan nilai yang memiliki manfaat besar bagi yang memainkannya. Sebanyak kurang lebih 2.600 permainan tradisional yang tersebar di seluruh nusantara merupakan bukti bahwa persebaran permainan tradisional di Indonesia cukup luas. Permainan congklak adalah satu dari sekian ribu permainan tradisional yang ada di Indonesia. Pada awalnya, congklak masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang Arab yang berasal dari Timur Tengah hingga masuk ke Asia, yang kemudian dipercaya sebagai permainan papan tertua yang pernah ada di Indonesia. Permainan congklak dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan dan menggunakan beberapa alat seperti papan congklak dan biji congklak. Papan congklak umumnya terbuat dari kayu atau plastik dengan panjang sekitar 40-50 sentimeter, memiliki 14 lubang kecil dan dua lubang besar untuk menyimpan biji congklak. Masing-masing pemain mempunyai tujuh lubang kecil dan satu lubang besar di sisi sebelah kanan pemain untuk diisi sebanyak mungkin oleh biji congklak. Biji congklak biasanya terbuat dari kerang, namun tak jarang biji sawo dipakai untuk bermain congklak. Setiap lubang kecil akan diisi dengan 5-7 biji congklak untuk dipindahkan satu persatu ke lubang lainnya hingga habis. Jika biji terakhir yang diletakkan terletak di lubang kosong milik sendiri dan di depan lubang berisi milik lawan, maka isi di lubang lawan tersebut menjadi hak miliknya. Namun, jika biji terakhir diletakkan di lubang kosong milik lawan, maka giliran bermain akan berpindah pada lawan. Permainan congklak berhenti saat setiap lubang kecil sudah tidak berisi biji congklak, selanjutnya kemenangan pada permainan ini ditentukan oleh banyaknya biji di lubang besar masing-masing pemain. Pemain yang memiliki jumlah biji di lubang besar lebih banyak akan menjadi pemenang. Permainan congklak memiliki banyak manfaat dan mengandung banyak nilai yang bermanfaat di kehidupan, antara lain nilai edukasi, nilai kejujuran, dan nilai sosial. Nilai edukasi dalam permainan congklak yaitu dibutuhkannya keahlian dalam perhitungan dan strategi untuk mendapatkan biji congklak sebanyak-banyaknya hingga pemain dapat memenangkan permainan. Nilai kejujuran juga terkandung dalam permainan ini, dimana pemain akan dilatih kejujurannya saat meletakkan setiap biji congklak ke dalam lubang kecil, karena pemain lawan tidak tahu pasti ada berapa biji congklak yang digenggam oleh pemain. Kontak sosial yang terjadi antara satu pemain dengan pemain lainnya merupakan bukti bahwa permainan congklak juga mengandung nilai sosial. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi di era globalisasi di tahun 2020, permainan congklak yang kaya akan budaya dan nilai-nilai kehidupan mulai berkurang peminatnya. Munculnya permainan digital dan perkembangan teknologi merupakan salah satu sebab memudarnya minat permainan tradisional. Dibandingkan dengan permainan tradisional, anak-anak akan lebih berminat kepada permainan digital karena permainan tradisional dianggap kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. BAB III PENUTUP Dari pembahasan mengenai permainan congklak dan penggunaannya di era globalisasi khususnya tahun 2020, dapat diambil kesimpulan bahwa permainan congklak sudah mulai berkurang peminatnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya permainan lain yang lebih diminati dari congklak, yaitu permainan digital. Anak-anak lebih berminat kepada permainan digital karena dianggap modern dan mengikuti perkembangan zaman. Walaupun minat bermain permainan tradisional di Indonesia sudah mulai berkurang, namun sebagai generasi muda penerus bangsa, menjaga dan melestarikan permainan tradisional adalah sebuah kewajiban karena permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Mengenalkan congklak kepada adik, saudara, atau anak-anak lainnya atau membuat permainan congklak digital merupakan beberapa cara untuk menjaga kelestarian congklak kepada generasi selanjutnya, sehingga permainan tradisional khususnya congklak tidak akan terlupakan. DAFTAR PUSTAKA Muhtarom, Mumuh. 2019. “Nilai-Nilai Edukatif Dalam Permainan Tradisional Pada Masyarakat Lokal di Sumedang”. [online] Tersedia. https://media.neliti.com/media/publications/299546- nilai-nilai-edukatif-dalam-permainan-tra-f7ee9c98.pdf Melinda. 2017. “Eksistensi Permainan Tradisional di Sekolah Dasar”. [online] Tersedia. http://repository.ump.ac.id/3525/3/MELINDA%20BAB%20II.pdf