PAPER
INOVASI KURIKULUM PENDIDIKAN
Disusun Sebagai Tugas
Mata Kuliah ICT DAN INOVASI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Kristiawan,M.Pd
Disusun Oleh
Eliyati (20196013868)
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidik¬an, merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti¬hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka, telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan. Kurikulum meliputi komponen-komponen, yaitu tujuan pendidikan, tujuan instruksional, alat dan metode instruksional, pemilihan dan pembimbingan materi program, evaluasi dan staf pelaksanaan kurikulum. Semua komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum secara keseluruhan.
Menurut M. Arifin, tujuan dan program pendidikan tertuang di dalam kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh subyek didik harus ditetapkan dalam kurikulum. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada subyek didiknya harus dijabarkan di dalam kurikuluin. Dalam proses kependidikan, kurikulum bukanlah suatu hal yang statis. Konsep kurikulum dapat diubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta orientasi masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus dapat dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor filosofis, sosiologis dan psikologis serta teori dan pola organisasi kurikulum yang diterapkan
Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat kurikulum pendidikan?
2. Mengetahui ciri-ciri inovasi kurikulum pendidikan?
3. Mengetahui bagaimana tahap-tahap pengelolaan inovasi kurikulum pendidikan?
Bab II
Pembahasan
2.1. Hakikat kurikulum pendidikan
Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Inovasi biasanya muncul dari keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan. Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan, keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru, atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan sistem pendidikan . Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan; hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanaya masalah yang dirasakan
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin yang berarti jalan atau arena perlombaan yang dilalui oleh kereta. Kemudian, istilah ini diadopsi dalam bidang pendidikan, sehingga mengandung pengertian kumpulan mata pelajaran yang harus diajarkan guru atau dipelajari subyek didik, atau kumpulan mata pelajaran yang ditetapkan sekolah untuk dipelajari oleh subyek didik agar lulus dan memperoleh ijazah. Pengertian ini merupakan pandangan lama yang lebih menekankan pada isi pelajaran. Dalam kondisi tertentu, pengertian ini masih sering digunakan hingga sekarang.
James A. Beane mendefinisikan kurikulum ke dalam empat kategori, yaitu pertama, kurikulum sebagai produk merupakan semacam dokumen yang berisi sejumlah mata pelajaran, silabus untuk sejumlah mata pelajaran, sederetan keterampilan dan tujuan yang ingin dicapai dan juga berisi sejumlah judul buku teks. Kedua, kurikulum sebagai program merujuk kepada serangkaian mata pelajaran yang disediakan sekolah atau lembaga pendidikan termasuk di dalamnya mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Ketiga, kurikulum sebagai bekal belajar mengandung arti sesuatu yang diajarkan. Sesuatu yang diajarkan dapat berupa pengetahuan, keahlian atau keterampilan, sikap dan juga pri1aku. Keempat, kurikulum diartikan sebagai pengalaman subyek didik merujuk kepada serangkaian peristiwa yang dialami subyek didik sebagai hasil dari berbagai situasi yang direncanakan dan yang tidak direncanakan.
Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi dimaksudkan suatu rencana kegiatan belajar bagi subyek didik di sekolah, atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai suatu sistem merupakan bagian dan sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dan suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dan sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum agar senantiasa dinamis. Sementara itu, kurikulum sebagai suatu bidang studi atau bidang studi kurikulum merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Beberapa faktor yang menuntut adanya inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan dipihak lain kesempatan sangat terbatas.
Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.
Kurang ada relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
kriteria dan syarat dalam inovasi kurikulum: (1) Kurikulum harus up to date, (2) Kurikulum memberikan kemudahan untuk memahami prinsip-prinsip pokok dan generalisasi-generalisasi. (3) Kurikulum memberikan kontribusi pengembangan keterampilan, kebiasaan berfikir bebas, dan didiplin berdasarkan pengetahuan. (4) Kurikulum menyumbang terhadap pengembangan moralitas yang essenisial dan yang berkenaan dengan evaluasi dan penggunaan pengetahuan, (5) Kurikulum mempunyai makna dan maksud bagi para siswa, (6) Kurikulum menyediakan suatu ukuran keberhasilan dan suatu tantangan, (7) Kurikulum menyumbang terhadap pertumbuhan yang seimbang, (8) Kurikulum mengarahkan tindakan sehari-hari dan mengarahkan pelajaran serta pengalaman selanjutnya.
prinsip umum dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi kurikulum tersebut antara lain :
Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Prinsip fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah bersifat adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan konteks pembelajaran.
Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan memungkinkah peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak dalam rencana belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat).
Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana dan biaya relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu, apa yang dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan meningkatkan kompetensi mereka di dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari sejauhmana perubahan peserta didik, sebagaimana dampak dalam kehidupan dan karyanya.
2.2. Ciri-Ciri Inovasi Kurikulum
Ciri-ciri suatu inovasi yang dikemukakan oleh Rogers
Adanya Keuntungan relatif (Relative Advantages), yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonomi, faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan atau mempunyai komponen yang sangat penting makin menguntungkan bagi penerimaan makin cepat tersebarnya inovasi. Suatu inovasi yang diyakini memiliki kemungkinan peluang keuntungan relatif yang semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kemungkinan percepatan adopsi tersebut oleh masyarakat. Misalnya, pada saat sekolah memperkenalkan program Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam pembelajaran di sekolah, yang pertama dipikirkan oleh komunitas sekolah adalah apakah pendekatan pembelajaran tersebut memeliki keuntungan relatif dibandingkan dengan pola pembelajaran sebelumnya? Bila jawabannya, “ya”, maka bentuk inovasi yang ditawarkan akan dengan cepat direspon oleh para guru ataupun orangtua.
Kompatibel (compatibility) dan adanya kesepahaman, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat dalai melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) , bagaimana hal tersebut sejalan dan dirasakan memiliki compatibility dengan suatu agama yang dianut oleh masyarakat yang mengadopsinya. Atau dalam bidang pendidikan, pada saat sekarang ini banyak bangunan sekolah dasar (SD) yang rusak, maka digulirkan program peduli sekolah dengan melibatkan semua potensi masyarakat termasuk pemnerintah dalam membangun gedung sekolah, apakah program tersebut sesuai dengan sistem nilai yang ada , terutama dengan budaya gotong-royong masyarakat kita?
Memiliki Derajat Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimanya. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedang inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Misalnya, pada waktu akan diperkenalkan penelitian tindakan Kelas-PTK ( classroom action research) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu, apakah program tersebut memiliki tingkat kesulitan dan kompleksitas yang tinggi atau tidak dalam pelaksanaanya di sekolah?
Trialibilitas (trialibility), artinya sampai sejauh mana suatu inovasi dapat diujicobakan keandalan dan manfaatnya. Suatu hasil inovasi dapat dengan mudah diadopsi, manakala hal tersebut dapat dilihat dan diujicobakan melalui pengalaman lapangan. Misalnya, ketika jagung hibrida Sebagai produk inovasi pertanian, maka jagung jenis unggulan ini dapat diuji langsung oleh petani pada lahan pertanian mereka. Dalam bidang pendidikan, misalnya pada saat ditawarkan pembelajaran kontekstual (Contextual Learning) di sekolah, maka guru akan melakukan praktik KBM yang bercirikan kontekstual tersebut, apakah mudah diadopsi, sehingga guru dapat dengan mudah mengujicobakannya di kelas masing-masing?
Dapat diamati (observability), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena para petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan (Ibrahim, 1988, hal. 47-48). Dalam bidang pendidikan misalnya seperti pada saat dilakukan penggabungan sekolah (school merger), khususnya di SD, dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan
Terdapat empat ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan. Keempat ciri utama tersebut adalah sebagai berikut :
Memiliki kekhasan/khusus. Artinya, suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri yang khusus berarti program inovasi dapat berdimensi makro atau luas dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang relatif lama. Namun demikian, ciri khusus ini juga dapat berdimensi mikro atau cakupan kecil, sederhana dengan melibatkan orang yang terbatas dan dengan durasi waktu yang terbatas pula. Suatu inovasi bercirikan spesifik dalam arti suatu inovasi memunculkan kondisi khusus, dan bukan asal tersebar saja. Misalnya program guru kelas rangkap (multi-grade teachers), dianggap sebagai suatu inovasi karena program ini memilik ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada.
Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian, inovasi merupakan suatu proses penemuan (invention). Baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan.
Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. Proses inovasi bukan suatu proses yang tiba-tiba dan tidak disengaja, tetapi tahapan yang harus dilaksanakannya. Seperti pada saat diluncurkannya program managemen berbasis sekolah (school based management), tahapan pelaksaannya tidak secara tergesa-gesa, tetapi melalui tahapan-tahapan yang direncanakan sejak awal.
Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
(http://reinnaelsha.blogspot.com/2016/10/inovasi-kurikulum-danpembelajaran.html diakses pada tanggal 29 oktober 2020)
2.3. Tahap-Tahap Pengelolaan Inovasi Kurikulum
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengelolaan kurikulum adalah:
Memilih pengalaman belajar yang relevan dengan tujuan-tujuan. Setelah tujuan pendidikan ditetapkan dan kebijakan umum serta operasionaloperasional tentang penyelenggaraan sistem pendidikan serta programprogram pendidikan diformulasikan, tugas manajemen pendidikan berikutnya adalah menyusun program kurikuler bagi sekolah-sekolah bersangkutan, menetapkan bidang studi dan menerbitkan buku pelajaran. Yang menjadi masalah bagaimana menetapkan pengalaman belajar yang harus tersedia itu, karena melalui pengalaman tersebut belajar akan terwujud dan tujuan pendidikan akan tercapai.
Menentukan organisasi kurikulum Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada subyek didik. Organisasi kurikulum berhubungan erat dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, karena pola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula. Di antara pola-pola pengorganisasian kurikulum adalah sebagai berikut: (a) Separated Subject Curriculum. Pola kurikulum ini menyajikan bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran satu dengan yang lain, (b) Correlated Curriculum. Pola kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran berhubungan dan bersangkut paut satu sama lain (correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain, (c) Integrated Curriculum. Pola kurikulum ini meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikannya dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran yang diharapkan mampu membentuk kepribadian subyek didik yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya. Demikianlah beberapa pola pengorganisasian kurikulum yang dalam usaha manajemen kurikulum haruslah ditentukan jenis organisasi mana yang akan dipergunakan mempermudah mengorganisir dan mengelola bahan dan jadwal pelajaran.
Penyusunan jadwal pelajaran Yang dimaksud dengan jadwal pelajaran adalah urutan-urutan penyajian mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikuti dalam pelaksanaan pemberian pelajaran di setiap kelas. Jadwal pelajaran berguna untuk mengetahui apa yang akan diajarkan pada sewaktu-waktu dalam suatu kelas, dari satu sisi jadwal pelajaran merupakan pedoman guru di kelas dimana ia harus mengajar pada waktu-waktu tertentu dan berapa lama ia harus mengajar di kelas. Perlu diketahui bahwa, inti kegiatan sekolah ialah kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, maka jadwal pelajaran merupakan hal yang sangat penting. Apabila jadwal pelajaran telah tersusun dan diketahui oleh pihakpihak yang bersangkutan, maka diharapkan pelaksanaan pembelajaran akan lancar.
Pembagian tugas Prinsip manajemen yang sering dikehendaki berlaku di Indonesia adalah bottom up policy yaitu menampung pendapat dan bawahan sebelum pimpinan memutuskan suatu kebijakan. Dalam bottom up policy setiap keputusan didasarkan atas hasil musyawarah bersama. Oleh karena itu, dalam pembagian tugas guru, kepala sekolah tidak main perintah tapi dilakukan melalui rapat dewan guru atau melalui penawaran dan pendekatan secara pribadi sebelum tahun ajaran dimulai.
Penyusunan program pembelajaran Setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan masing-masing. Tujuan lembaga dinyatakan sebagai tujuan institusional. Untuk mencapai tujuan tersebut, disusunlah sebuah program kurikulum yang dinyatakan dalam struktur program. Di dalam struktur program yang terinci disebutkan jenisjenis program pendidikan, mata pelajaran yang tersebar menurut kelompok program pendidikan, penggalan waktu, serta alokasi waktu bagi setiap mata pelajaran dalam satu Minggu untuk setiap tingkat kelas.
Penyusunan dan penyelenggaraan evaluasi hasil belajar (achievement test) Evaluasi hasil belajar subyek didik merupakan salah satu kegiatan manajemen kurikulum. Evaluasi berguna dan bertujuan untuk mendapatkan umpan balik (feed back) bagi guru tentang sejauh mana standar kompetensi dan kompetensi dasar telah tercapai, sehingga guru bisa memperbaiki lagi langkah-langkah yang telah ditempuh dalam kegiatan mengajar.
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada subyek didik dalam usaha memecahkan masalah yang dialaminya. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah biasanya ditangani secara khusus oleh seorang guru BP (bimbingan dan penyuluhan).
Bab III
Kesimpulan
3.1. Kesimpulan
Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Inovasi biasanya muncul dari keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan. Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan, keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru, atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan sistem pendidikan . Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahan-permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa inovasi itu ada karena adanya masalah yang dirasakan; hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanaya masalah yang dirasakan.
2. Empat ciri Utama Inovasi Kurikulum
Memiliki kekhasan/khusus. Artinya, suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri yang khusus berarti program inovasi dapat berdimensi makro atau luas dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang relatif lama. Namun demikian, ciri khusus ini juga dapat berdimensi mikro atau cakupan kecil, sederhana dengan melibatkan orang yang terbatas dan dengan durasi waktu yang terbatas pula. Suatu inovasi bercirikan spesifik dalam arti suatu inovasi memunculkan kondisi khusus, dan bukan asal tersebar saja. Misalnya program guru kelas rangkap (multi-grade teachers), dianggap sebagai suatu inovasi karena program ini memilik ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada.
Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian, inovasi merupakan suatu proses penemuan (invention). Baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan.
Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. Proses inovasi bukan suatu proses yang tiba-tiba dan tidak disengaja, tetapi tahapan yang harus dilaksanakannya. Seperti pada saat diluncurkannya program managemen berbasis sekolah (school based management), tahapan pelaksaannya tidak secara tergesa-gesa, tetapi melalui tahapan-tahapan yang direncanakan sejak awal.
Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pengelolaan kurikulum dimaksudkan supaya proses pendidikan yang akan berlangsung di sekolah dapat terarah dan terkoordinasi dengan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Daftar Pustaka
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, 1996, Jakarta: Bumi Aksara
James A. Beane, et al. 1990, Curriculum Planning and Development, Boston: Allyn and Bacon
Suharsimi Arikunto, 1996, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: Raja Grafindo
Nana Syaodih Sukmadinata, 1999, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik, 1990, Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya, Bandung: Mandar Maju, 1990
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, 1993, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sukmadinata, 1999, Prinsip dan LandasanPengembangan Kurikulum, Jakarta; Depdikbud
http://reinnaelsha.blogspot.com/2016/10/inovasi-kurikulum-danpembelajaran.html