Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
24 pages
1 file
Mikrobiologi pangan adalah studi terhadap mikroorganisme yang mendiami, membuat, hingga yang merusak makanan.
1. Produk jajanan pasar pada umumnya memiliki kandungan mikroba yang kurang terkontrol, pada jus jambu dihasilkan pengamatan dengan koloni TBUD untuk TPC dan Yeast – Mold, sedankan pada baso goreng terdapat 4500 kol/g untuk TPC dan 0 untuk Yeast-Mold. 2. Beberapa antimikroba (minyak kayu putih, bawang putih, daun sirih, kunyit, cabai dan jahe) mempunyai tingakat aktivitas masing-masing terhadap penekanan pertumbuhan bakteri Escherichia coli. 3. Cabai merupakan antimikroba paling baik untuk menekan pertumbuhan Escherichia coli dengan mekanisme menghambat sintesis protein serta merusak DNA
Editorial PENGUJIAN MIKROBIOLOGI PANGAN PENDAHULUAN Menurut UU RI No.7 tahun 1996, yang dimaksud pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Mengingat definisi pangan mempunyai cakupan yang luas, maka upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI tahun 1996), merupakan suatu keharusan. Sebagai salah satu pelaksanaan kegiatan rutin pengawasan paska pemasaran (post marketing control) obat dan makanan dan dalam rangka menjamin mutu dan keamanan pangan yang beredar di Indonesia, Laboratorium PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional) Badan POM dan Balai Besar POM atau Balai POM telah melaksanakan pengujian mikrobiologi pangan secara rutin.
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini.Penyusun juga berterima kasih kepada dosen pembimbing karena berkat dorongan dosen sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Virus RNA". Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, karena dengan berbagai referensi yang didapatkan oleh penyusun, tidak meminimkan pengetahuan para penyusun dalam penyelesaian makalah. Selain itu, penyusun pun mendapatkan berbagai bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya laporan ini dapat diselesaikan.Semoga dengan adanya makalah ini pula dapat menambah ilmu pengetahuan tentang "Virus RNA", baik bagi para pembaca pada umumnya, maupun bagi para penyusun khususnya. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Mikrobiologi Dan VirologiDra. Tatat Hayati, Apt. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada akhirnya kepada Allah jualah penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho Allah SWT.Amin ya rabbal alamin. Jakarta, Oktober 2014 Penulis
Mycotoxin contaminations on fresh and processed fruits and its control Indonesia is a tropical country which is suitable for fruit plants to grow and produce fruits. Inadequate application of production and postharvest handling technologies on fruits resulted in inconsistency in quality. Mycotoxin contamination is one of crucial problems in agricultural postharvest handling in Indonesia. Research on mycotoxin contamination on fruits has not yet conducted in Indonesia, but that information can be found in international research journals. There are some types of mycotoxins which usually exist on fruits including patulin, aflatoxin, ochratoxin, and alternariol. These mycotoxins are produced by Fusarium sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., and Alternaria sp. Proper fruit handling such as harvesting, good handling practices, cleaning, and washing fresh fruits can decrease contamination level of mycotoxins. Meanwhile for fruit juice, decreasing mycotoxin contamination can be conducted with trimming followed by pressing using filtration, enzyme treatment, and fining (purification). Keywords: Fruits, postharvest handling, contamination, mycotoxins
Mayada salsabila (222114172), 2022
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah , yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah dilimpahkan kepada baginda alam Rasulullah Nabi Muhammad . Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Mikrobiologi dan virologi pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah, Tahun Ajaran 2022-2023, dengan judul makalah yang ditulis yaitu "Infeksi Saluran Kemih": Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati." Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan dan menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Yayuk Putri Rahayu, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Mikrobiologi dan virologi pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah yang telah banyak memberikan arahan baik pada perkuliahan maupun dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna kesempurnaan dan sebagai pertimbangan karya tulis yang akan datang. Terima kasih.
El Liber Sancti Iacobi ofrece una visión del Camino de Santiago salpicado en tierras francesas con “los cuerpos de los santos” que merecían ser visitados: casi una veintena de mártires y confesores “valedores de su salvación ante Dios en la resurrección final” para todo fiel que a ellos acudiera. Pasado el Pirineo, el viajero parecía entrar en un yermo de santidad: el autor solamente cita a Domingo, Facundo y Primitivo, Isidoro y el propio Santiago. Estos listados iban ligados a una manera de entender la salvación cristiana, manera que fue cambiando a lo largo del siglo XII. La documentación muestra cómo tomó cuerpo la idea de que eran las acciones personales relacionadas con las obras de misericordia, la participación en la eucaristía y las oraciones las que facilitarían la salvación. En consecuencia y de manera progresiva, los laicos impulsaron la construcción de hospitales, que posteriormente donaron a órdenes religiosas tradicionales o a las nuevas órdenes de Tierra Santa, cuya espiritualidad y extracción social resultaban particularmente próximas a la nobleza media y baja, así como al patriciado urbano. Los mismos documentos evidencian que los promotores daban importancia a la localización de sus fundaciones en el Camino de Santiago, debido a los beneficios espirituales que con ello obtenían. Se produjo así un cambio en la monumentalización del Camino. En casos señalados como Torres del Río o Navarrete, la intencionalidad funeraria derivó en formas arquitectónicas particulares. No menor relevancia tuvieron otras edificaciones igualmente emplazadas a la vera de la Calzada que compartían intención sepulcral, como Santa María de Roncesvalles o Santa María la Real de las Huelgas de Burgos, ambas igualmente ligadas a grandes hospitales.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Wits University Press, 2021
International Review of Economics & Finance, 2011
CERES, Masarykova Univerzita, Brno, 2006
Schweizerische Ärztezeitung
Journal of the Serbian Chemical Society, 2014
Evolutionary Biology, 2008
The Journal of medical research, 2014
INTERNATIONAL JOURNAL OF COMPUTERS & TECHNOLOGY, 2015
EDUCAÇÃO E PRODUÇÃO ACADÊMICA, 2024
Iranian Red Crescent Medical Journal
Eskişehir Osmangazi Üniversitesi İktisadi ve İdari Bilimler Fakültesi dergisi, 2012