Academia.eduAcademia.edu

ILMU FALAK TENTANG FAJAR

2020, Khairan Konadi

FAJAR 1. Pengertian Fajar Fajar adalah keadaan ketika cahya kemerah-merahan tampak di langit sebelah timur menjelang matahari terbit. Waktu fajar ditandai dengan cahaya terang yang memancar secara horizontal pada garis crakawala. Hal itu menandakan bahwa waktu pagi akan menjelang nampak dalam bagian dunia terkena pancaran cahayanya. Fajar merupakan fenomena alam harian yang disebabkan oleh rotasi bumi yang menghasilkan cahaya di ufuk sesaat sebelum matahari terbit dan setelahnya. Secara hukum islam terbit fajar dijadikan tanda masuknya waktu shalat subuh. a. Fajar Dalam Perspektif Astonomi Untuk menentukan fajar, garis ufuk menjadi pedoman karena mempunyai segi-segi yang menarik. Pertama, garis ufuk adalah garis yang nyata, kedudukan, dan sifat-sifat yang jelas, tidak ada keraguan dalam menafsirkannya. Dapat dikenal dan dipahami oleh semua orang termasuk orang awan yang tidak pernah sekolah. Kedua, Garis ufuk adalah persoalan angkasa, persoalan langit, dan dijadikan sebagai patokan. Ketiga, ufuk bukan hanya persoalan dunia melainkan terkait dengan lokal horizon, setiap tempat ada ufuknya sendiri. Keempat, faktor lainnya adalah deklinasi matahari dan ini terkait dengan perubahan tanggal dan bulan. Berapa tinggi matahai pada waktu subuh sehingga bisa muncul fajar.konsep yang disajikan dalam tulisan ini, yaitu 18 derajat dan 20 derajat.

FAJAR Pengertian Fajar Fajar adalah keadaan ketika cahya kemerah-merahan tampak di langit sebelah timur menjelang matahari terbit. Waktu fajar ditandai dengan cahaya terang yang memancar secara horizontal pada garis crakawala. Hal itu menandakan bahwa waktu pagi akan menjelang nampak dalam bagian dunia terkena pancaran cahayanya. Fajar merupakan fenomena alam harian yang disebabkan oleh rotasi bumi yang menghasilkan cahaya di ufuk sesaat sebelum matahari terbit dan setelahnya. Secara hukum islam terbit fajar dijadikan tanda masuknya waktu shalat subuh. Fajar Dalam Perspektif Astonomi Untuk menentukan fajar, garis ufuk menjadi pedoman karena mempunyai segi-segi yang menarik. Pertama, garis ufuk adalah garis yang nyata, kedudukan, dan sifat-sifat yang jelas, tidak ada keraguan dalam menafsirkannya. Dapat dikenal dan dipahami oleh semua orang termasuk orang awan yang tidak pernah sekolah. Kedua, Garis ufuk adalah persoalan angkasa, persoalan langit, dan dijadikan sebagai patokan . Ketiga, ufuk bukan hanya persoalan dunia melainkan terkait dengan lokal horizon, setiap tempat ada ufuknya sendiri. Keempat, faktor lainnya adalah deklinasi matahari dan ini terkait dengan perubahan tanggal dan bulan. Berapa tinggi matahai pada waktu subuh sehingga bisa muncul fajar.konsep yang disajikan dalam tulisan ini, yaitu 18 derajat dan 20 derajat. Perbedaan ini muncul lantaran perbedaan dalam enafsirkan kata senja. Senja matahari sangat khas penafsirannya. Kata fajar dalam dunia astronomi di sebut twilight. Twilight mempunyai makna yang bertingkat yaitu: Civil twilight, nautical twilight, astronimical twilight. Berikut penjelasan tentang ketiga jenis twilight: Fajar Dalam Astronomi 30Thomas Djamaluddin, Waktu Shubuh Ditinjau secara Astronomi dan Syar‟i, (Online, https://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/04/15/waktu-shubuh-ditinjau-secara-astronomi dansyari/ diakses pada 23 maret 2020 pukul 17:12 WIB). Fajar Astronomi ( Astronomical Twilight) Fajar astronomi adalah sebagai akhir malam, ketika cahaya bintang mulai meredup karena mulai munculnya hamburan cahaya matahari. Saat itu posisi ketinggian matahari berada sekitar 18 derajat di bawah ufuk, pada waktu itu suasana dan keadaan masih gelap belum nampak lebih jelas karena hamburan cahaya matahari oleh partikel di udara di ufuk sebelah Timur masih seperti benang putih (1 jam 12 menit kemudian matahari akan terbit). Zaman. Qomarus. TERBIT FAJAR DAN WAKTU SUBUH (Kajian Nash Syar’i dan Astronomi) . IAIN KediriVol. 2 No. 1 Januari 2018. Hlm. 38. Fajar Nautikal (Nautical Twilight) Fajar Nautikal adalah fajar yang menampakkan terang di ufuk timur bagi para pelaut yang akan mendekati daratan (mau mendarat atau melihat daratan) dan pada saat itu posisi ketinggian matahari berada sekitar 12 derajat di bawah ufuk (48 menit kemudian matahari akan terbit). Ibid. Hlm. 58 Fajar Sipil (Civil Twilight) Fajar sipil adalah fajar yang mulai menampakkan terang benda-benda di permukaan bumi dan pada saat itu posisi ketinggian matahari berada sekitar 6 derajat di bawah ufuk. Pada waktu itu suasana dan keadaan sudah sangat terang merata di permukaan bumi dimana aktifitas pagi mulai dilakukan oleh manusia, para pedagang, pekerja, pegawai, pelajar dan lain-lain pergi ke tempat-tempat kerjanya atau aktivitasnya, kemudian 24 menit lagi matahari akan terbit. Darsa Sukartadiredja. Tehnik Observasi Posisi Matahari Untuk Menentukan Waktu Shalat Dan Arah Kiblat (Yogyakarta: UII, 2001). H. 7. Gambar : Cahaya Zodiak akibat pantulan debu antar planet Dari 3 pengertian tersebut tidak satupun yang pengertiannya sesuai dengan pemahaman fajar kadzib. Karena fenomena fajar kadzib secara astronomi memang tidakl dianggap sebagai fajar/bukan pengaruh pancaran sinar matahari secara lansung, akan tetapi lebih ke efek pantulan cahaya matahari oleh debu antar planet, debu ini datang dari tumbukan antar asteroid dan kegiatan komet yang berada diantara planet-planet, sehingga penampakan di permukaan bumi lurus memanjang pada lingkaran eliptika. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata surya, Yogyakarta:penerbit kanisius, 2009,.Hal. 276.Fenomena ini dalam Astronomi dikenal dengan sebutan Zodiacal Light/ Cahaya zodiak. Sedangkan untuk mendefinisikan fajar shadiq, ahli falak lebih sering memakai istilah Fajar Astronomi, yang memang secara kondisi alam serupa dengan keadan yang tergambar dalam al-Quran dan Hadis. Dalam bahasa al-Quran fenomena fajar Shadiq ini diibarat kan dengan ungkapan “teang bagimu benang putih dari benang hita”, yaitu peralihan dari gelap malam (hitam) menuju munculnya cahaya (putih). Dalam bahasa fisika hitam bermakana tidak ada cahaya yang di pancarkan, dan putih bermakna ada cahaya yang dipancarkan. Karena sumber cahaya itu dari matahari dan penghamburnya adalah udara, maka cahaya fajar melintang di sepanjang ufuk (horizon, kaki langit). Itu pertanda akhir malam , menjelang matahari terbit. Semakin matahari mendekati ufuk, semakin terang fajar shadiq, dan batasan yag bisa di gunakan adalah jarak matahari dibawh ufuk. Jadi memang tepat jika fajar Astronomi ini menjadi acuan dari fajar shadiq. Karena fajar astronomi inilah yang menjadi acuan akhir malam. Dalam penentuan nilai posisi ketinggian Matahari untuk fajar astronomi ada perbedaan dan tidak mutlak dalam posisi 18 derajat dibawah ufuk. Para ulama ahli hisab dahulu sdah merumuskan defenisi fajar shadiq/fajar astronomi dengan kriteria beragam, berdasarkan pengamatan dahulu, berkisar sekitar 15-20 derajat. Karena penentuan kriteria fajar tersebut merupakan produk ijtihadiah, perbedaan seperti itu dianggab wajar saja. Di Indonesia, ijtihad yang digunakan adalah posisi matahari 20 derajat dibawah ufuk, dengan andasan dalil syar’i dan astronomis yang di anggap kuat. Kriteria ini tersebut yang kini di gunakan departemen agama RI untuk jadwal yang beredar di masyarakat. Thomas Djamaluddin berpendapat bahwa waktu subuh sesungguhnya temasuk fajar astronomi, saat cahaya bintang-bintang mulai meredup karena munculnya hamburan cahaya di ufuk timur. Fajar astronmi terjadi saat matahari berada di posisi -18 derajat, namun itu rata-rata. Fajar itu terjadi karna hamburan cahaya matahari oleh atmosfer atas. Di wilayah ekuator, atmosfernya lebih tinggi dari daerah lain, sehingga wajar bila fajar terjadi ketika posisi matahari -20 derajat. Dalam paparan diatas, Thomas Djamaluddin menyebutkan faktor perbedaan lintang (jauh dekatnya dengan ekuator) yang menyebabkan tingkat ketebalan atmosfer yang berbeda sehingga berdampak pada munculnya fajar astronomi yang lebih cepat atau lebih lambat. Pendapat ahli falak Indonesia doinan lebih cepat karena memang daerah Indonesia dekat dengan ekuator dan memiliki ketebalan atmosfer yang cukup tebal, kriteria berkisar antara -18 derajat s/d -20 derajat. Selain faktor ketebalan atmosfer ada 2 faktor lagi yang berpengaruh yakni temperatur dan kelembapan udara. Tempeature/suhu udara berhubungan dengan perubahan iklim/cuaca dan polusi udara. Temperatur udara akan mempengaruhi kondisi kemunculan fajar, temperatur rendah akan menghambat kemunculan fajar, dan temperature yg tinggi akan meneruskn cahaya fajar sehingga fajar akan terlihat lebih cepat. Qusthalaani, Imam. KAJIAN FAJAR DAN SYAFAQ PERSPEKTIF FIKIH DAN ASTRONOMI. Universitas Islam Negeri Wali Songo: Semarang. Jurnal Kajian Hukum Islam Vol. 3, No. 1, Juni 2018. Hlm 11. Faktor yang selanjutnya yakni perubahan iklim atau cuaca yang berdampak pada kelembapan udara, dalam hal ini peubahan Iklim/cuaca akan berpengaruh pada warna fajar. Kelembapan udara yang tinggi (intensitas air yang tinggi) akan menyebabkan fajar berwarna oranye-biru tua-kemerahan, sementara kelembapan udara yang rendah akan menyebabkan fajar berwarna putih buram-biru tua-kuning hitam. Faktor yang mempengaruhi kelembapan udara adalah polusi, baik polusi cahaya maupun polusi udara. Polusi akan menghambat fajar untuk terlihat, sehingga fajar akan semakin lambat terlihat. Dengan adanya polusi cahaya maka fajar yang seharusnya sudah tampak akan terlambat. Pembagian Fajar Menurut Perspektif Syariah Qusthalaani, Imam. 2018. KAJIAN FAJAR DAN SYAFAQ PERSPEKTIF FIKIH DAN ASTRONOMI. Universitas Islam Negeri Wali Songo: Semarang. Jurnal Kajian Hukum Islam Vol. 3, No. 1. Hlm. 8-12. Dalil syara’ masuknya awal waktu subuh pada saat fajar telah terbit. Disamping untuk awal waktu salat subuh, terbitnya fajar ini dijadikan oleh Allah SWT Sebagai tanda di mulainya وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ... ...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.(QS. Al-Baqarah 2:187) Kemudian dalam hadis yang di tuturkan oleh Jabir, Nabi SAW menjelaskan adanya dua fenomena fajar sebagai berikut, yang artinya: “: Fajar itu ada dua. Fajar yang seprti ekor serigala tidak menghalalkan shalat dan tidak mengharamkan makan. Adapun Fajar yang memanjang di ufuk, maka fajar itullah yang menghalalkan salat dan mengharamkan makan.” Dalam Wacana fikih . Fajar yang di dalam hadis di atas di lukiskan seperti ekor serigala atau rubah (tegak vertical) di kenal dengan sebutan fajar kadzib (Fajar palsu, False Dawn). Sedangkan fajar yang dilukiskan memanjang (Horizontal) di ufuk dikenal dengan fajar Shadiq (fajar benar, True Dawn). Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa fajar terbagi menjadi dua macam: Fajar kadzib Di kalangan ilmuan Astronomi Fajar kadzib (False Dawn) di defenisikan sebagai fenomena hamburan sinar matahari oleh debu-debu antar planet yang tersebar di bidang ekliptika, yaitu bidang tempuhan gerak semu tahunan mata hari. Salam. Abd. Supported by: Government of Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank (IDB) 2007. ILMU FALAK PRAKTIK (Waktu Salat, Arah Kiblat, dan Kalender Hijriah). UIN Sunan Ampel: Surabaya. 2007. Hlm. 87 Di sebelah itu, oleh karena debu-debu antar planet tersebut lebih tinggi dari atmosfer bumi yang menjadi penghambur fajar shadiiq. Sesuai dengan fakta empiric ini wacana fiqh lazim menyebut fajar kadzib dengan al-fajar al-awwal (fajar pertama). Sdangkan fajar kadzib dalam konsep fajar syar’i dan kajian fiqh adalah terbentang atau terlihat cahaya akibat sinar merahnya matahari pada kegelapan malam dilangit yang berlansung hanya sesaat, lalu langit kemali gelap, yaitu trjadi beberapa saat sebelum faar Shadiq. Diberi nama fajar kadzib (fajar bohong atau mustahil) yang juga di sebut degan istilah dhanab al-sirkhan(ekor serigala), cahanya bersifat menjulang ke atas (vertikal). Kejadian fajar kadzib ini hanyalah suatu tradisi kejadian alam yg tidak berhubungan dengan waktu ibadah. Imam Abu Mijlaz seorang tabi’in yang menyatakan dari abu musa al-Asy’ari, Hasan bin Ali, Muawwiayah serta Imran Ibnu Hushain berkata: “Cahaya yag menjulang (meninggi ) dilangit bukanlah subuh, akan tetapi itu adalah fajar kadzib. Sesungguhnya subuh itu adalah apabila ufuk menjadi terbuka (tersingkap) berwarna putih.” Fajar Shadik Fajar shadiq (true dawn), di kalangan ilmuwan astronomi mereka mengidentifikasinya sebagai fenomena hamburan sinar matahari oleh atmosfer dilangit ufuk timur yang akan menjadi latar terbitnya matahari. Fajar shadiq dalam konsep fajar syar’i dan dalam kajian fiqh yaitu, fajar yang sebenarnya yang berhubungan dengan waktu ibadah, yakni mengenai batas waktu mengakhiri makan dan minum(Sahur), atau disebut juga batas waktu memulai puasa, dan awal waktu memulainya melaksanakan salat subuh. Di mana fajar shadiq ini cahayanya bersifat mustathil (menyebar, horizontal) di ufuk. Setelah muncul fajar kadzib langit malam kembali berselimut gelap, tetapi tidak demikian dengan fajar shadiq. Fajar yang kedua ini muncul kontinyu(lumintu) sampai matahari terbit. Mulanya tipis dan lemah seperti “benag putih” lalu perlahan meluas dan menguat. Dejalan dengan Muhammad Sayyid Thantawi menulis bahwa yang dimaksud dengan “benang putih” ialah fajar shadiq pada awal kemunculannya yang melebar “horizontal” di ufuk sebelum menyebar. Muhammad Sayyid Thantawi, a-Tafsir al-wasit 1,(al-Maktabah al-Shamilah),.Hlm. 314 Al-khazin juga menulis “Sesungguhnya kadar yang nampak dari cahaya putih itu, adalah awal subuh, keaadaannya lemah dan kecil,kemudian menyebar, karna itulahdi ibaratkan dengan benar.” Senada dengan al-Khazin, Wahbah al-Zuhaili juga memandang pengibaratan Fajar Shadiq dengan benang putih itu adalah dari segi lemahnya cahaya putih susbuh itu pada saat terbit. Wahbah al-Zuhaii. Al-Tafsir al-Munir fi al ‘Aqidah wa al-shari’ah wal al-Minhaj juz 2,(cetakanI, 1411 H./1991M),.Hlm. 147 Di kalangan sahabat Nabi SAW, ungkapan “benang putih” dalam al-Quran ini sempat memunculkan pemaknaan yg teramat lugas, yakni benang putih yang sesungguhnya. Mengetahui hal itu Rasulllah SAW segera meluruskan dan memngembalikannya pada proporsi pemaknaan yg di kehendaki dengan memberikan klarifikasi bahwa “benang putih“ itu adalah ungkapan ibarat untuk “putihnya siang”. Dalam menentukan fajar shadiq, garis ufuk menjadi pedoman karena mempunyai segi-segi yang menarik. Pertama, garis ufuk adalah garis yang nyata, kedudukan, dan sifat-sifat yang jelas, tidak ada keraguan dalam menafsirkannya. Dapat dikenal dan dipahami oleh semua orang termasuk orang awan yang tidak pernah sekolah. Kedua, Garis ufuk adalah persoalan angkasa, persoalan langit, dan dijadikan sebagai patokan . Ketiga, ufuk bukan hanya persoalan dunia melainkan terkait dengan lokal horizon, setiap tempat ada ufuknya sendiri. Keempat, faktor lainnya adalah deklinasi matahari dan ini terkait dengan perubahan tanggal dan bulan. Berapa tinggi matahai pada waktu subuh sehingga bisa muncul fajar.konsep yang disajikan dalam tulisan ini, yaitu 18 derajat dan 20 derajat. Perbedaan ini muncul lantaran perbedaan dalam enafsirkan kata senja. Senja matahari sangat khas penafsirannya. Apakah awal fajar shadiq adalah awal fajar astronomis? Jawabannya bisa iya danjuga bisa tidak. Keduanya memiliki kesamaan karna baik dalamfajar shadiq maupun fajar astronomis telah terjadi peningkatan intensita cahaya, dibanding saat malam. Perbedaannya, mendeteksi fajar astronomis bergantung pada terlihat atau tidaknya bintang-bintang yang paling redup sehigga merupakan deteksi tak langsung. Sebaliknya fajar shadiq bertumpu pada deteksi sinar matahari yang mulai muncul melear di ufuk timur, sehingga merupakan deteksi lansung. Dalam hal fajar shadiq, di ansumsikan bahwa asal kemunculan bergayut pada ketebalan lapisan troposfer setempat. Lapisan trofosfer memiliki ketebalan rata-rata mulai dari 7 kilometer (untuk zona lingkar kutub), 17 kilometer (untuk zona subtropis), hingga 20 kilometer (untuk zona tropis). Perbedaan ketebalan ini menjadi alasan mengapa fajar shadiq untuk zona tropis muncul lebih awal ketimbang zona subtropisdan kutub. Kementrian Agama Republik Indonesia. Ilmu Falak Praktk. Sub Direktorat Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat: Jakarta Pusat 2013. Cet. 1. Hlm 90 Perbedaan Fajar Kadzib dan Fajar Shadik. https://www.google.com/search?q=PERBEDAAN+FAJAR+KAD (akses: 1 maret 2020). FAJAR KAZIB dan FAJAR SHADIK dalam AWAL WAKTU SUBUH Awal Waktu Subuh "Dirikanlan salat dari sesudon Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah.pula salai) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)"(QS. al-Isra' [17]: 78) Hadis riwayat Abdullah bin Amar r.a "Dan Abdullah bin Amar r.a berkata:Sabda Rasulullah saw; uiakiu Dzuhur apabila tergelincir Matahari, sampai bayang-bayang seseorang sarna dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu Ashar. Dan waktu Ashar selama Matahari belum menguning. Dan waktu Maghrib selama Syafaq belum terbenam (mega merah). Dan sampai iengah malam yang pertegahan. Dan waktu Shubuh.mulai fajar menyingsing sampai selama matahari belum terbit.” Dari uraian dasar hukurn tersebut dapat diperinci ketentuan waktu Shalat Subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbitnya Matahari. Kementrian Agama Republik Indonesia. Ilmu Falak Praktk. Sub Direktorat Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat: Jakarta Pusat 2013. Cet. 1. Hlm. 84-86 Beberapa hadits Rasul yang menjelaskan tentang fajar yaitu: Rasulullah SAW. Bersabda: “Waktu shalat Subuh bermula sejak terbit fajar, tetap ia selama belum terbit Matahari. “ (H.R Muslim). Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Mesir: al- Masyhad al-Husaini, 1389). Hlm. 99 Permulaan waktu subuh ialah munculnya fajar. Fajar di sini dimaksudkan adalah fajar shadiq. Fajar shadiq ialah fajar yang terangnya menyebar dan melintang di ufuk timur. Fajar ini ialah fajar yang kedua. Adapun fajar pertama tidak merupakan permulaan masuknya waktu subuh. Fajar itu warnanya abu-abu, bentuknya memanjang ke atas. Fajar ini juga dikatakan sebagai fajar kadzib, karena dia bersinar lalu menghitam lagi. Waktu ihtiyar untuk shalat subuh yaitu hingga remang-remang pagi, karena hadis Jibril. Waktu jawaz berlangsung hingga munculnya matahari, karena sabda Rasulullah saw : Amrulloh, Moh A. "Penentuan Awal Waktu Shalat Subuh Menurut Kementerian Agama Dan Aliran Salafi." Jurisdictie, vol. 2, no. 2, 2011. Hlm 125. “Barang siapa menemukan satu rakaat dari shalat subuhnya sebelum terbit matahari, orang ter- sebut berarti telah menemukan shalat subuh” (HR Muslim). Perlu diketahui bahwa waktu jawaz yang tidak makruh berlangsung hingga muncul kemerah-merahan. Maka apabila kemerah-merahan itu telah muncul, datanglah waktu yang makruh hingga terbit matahari. Demikian itu apabila tidak ada udzur. Waktu terbit (Thulu’) merupakan waktu berakhirnya waktu shalat subuh yang ditandai dengan posisi matahari berada pada ketinggian matahari -1 derajat di sebelah timur Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN Press, 2008), Hlm. 187. Dari Jabi Ibni Abdillah berkata, Rasulullah SAW bersabda: Fajar itu ada dua fajar, pertama adalah fajar yang keberadaannya seperti ekor srigala maka yang demikian ini tidah dihalalkan melaksanakan shalat dan tidak diharamkannya makan, adapun fajar yang datang menyebar di ufuq itu yang menghalalkan shalat dan mengharamkan makan. Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fajar itu ada dua macam yaitu fajar yang muncul seperti ekor sriga dan fajar ini sebagai fajar yang pertama kali dan fajar yang membolehkan makan bagi orang yang berpuasa dan diharamkannya melaksanakan shalat fajar/subuh. Dan yang kedua adalah fajar yang kemunculannya memanjang di ufuq dan ini fajar yang kedua dan fajar yang membolehkan pelaksanaan shalat subuh dan mengharamkan makan bagi orang yang berpuasa. Rohman, Rohmat. "Fajar dalam Perspektif Syari'ah." Asas: Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, vol. 4, no. 1, Jan. 2012. Hlm. 4. Secara Astronomis subuh dimulai saat kedudukan Matahari (s˚) sebesar 18 ˚ dibawah horizon timur sampai sebelum piringan atas matahari menyenruh horizon yang terlhat (ufuk Mar’i/Visible Horizon). Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria sudut s= 20˚ dengan alasan kepekaan mata manusia lebih tinggi saat pagi hari karena perubahan terjadi dari gelap ke terang. Marpaung, Watni. 2015. Pengantar Ilmu Falak. Kencana: Perpustakaan Nasional. Hlm. 47-48. Apakah posisi matahari 18 derajat mutlak untuk fajar astronomi? Definisi posisi matahari ditentukan berdasarkan kurva cahaya langit yang tentunya berdasarkan kondisi rata-rata atmosfer. Dalam kondisi tertentu sangat mungkin fajar sudah muncul sebelum posisi matahari 18 di bawah ufuk, misalnya saat tebal atmosfer bertambah ketika aktivitas matahari meningkat atau saat kondisi komposisi udara tertentu–antara lain kandungan debu yang tinggi–sehingga cahaya matahari mampu dihamburkan oleh lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Akibatnya, walau posisi matahari masih kurang dari 18 derajat di bawah ufuk, cahaya fajar sudah tampak. 5 Darsa Sukartadiredja. Tehnik Observasi Posisi Matahari Untuk Menentukan Waktu Shalat Dan Arah Kiblat.Hlm. 16. Fajar apakah sebagai pembatas awal puasa dan salat Subuh? Dari Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah disebutkan bahwa saat para perempuan mukmin pulang dari shalat shubuh berjamaah bersama Nabi SAW, mereka tidak dikenali karena masih gelap. Jadi, fajar shadiq bukanlah fajar sipil karena saat fajar sipil sudah cukup terang. Juga bukan fajar nautika karena seusai salat pun masih gelap. Kalau demikian, fajar shadiq adalah fajar astronomi, saat akhir malam. Zaman. Qomarus. TERBIT FAJAR DAN WAKTU SUBUH (Kajian Nash Syar’i dan Astronomi) . IAIN KediriVol. 2 No. 1 Januari 2018. Hlm. 39. Warna Fajar Tanda Subuh Hendri.FENOMENA FAJAR SHADIQ PENANDA AWAL WAKTU SHALAT SUBUH, TERBIT MATAHARI, DAN AWAL WAKTU DHUHA.ALHURRIYAH. IAIN Bukittinggi. : Jurnal Hukum Islam .Vol. 02 , No. 02., Juli-Desember 2017. Hlm. 157. Fenomena fajar shadiq dan fajar kidzib dengan karakter masing-masing dapat dijelaskan secara astronomis sebagai berikut: Fajar kidzib adalah cahaya putih memanjang secara vertikal searah bidang ekliptika yang merupakan pantulan sinar matahari oleh debu kosmos antar planet, adanya menjelang munculnya fajar shadiq kemudian menghilang langit sesaat gelap lagi dan kemudian muncullah fajar shadiq Fajar shadiq adalah cahaya putih yang memanjang secara horizontal searah lingkaran ufuk yang merupakan pantulan sinar matahari oleh planet-planet (debu) atsmosfer bumi. Adanya setelah munculnya fajar kidzib yang kemudian lama kelamaan semakin terang menuju siang hari. Awal Waktu shubuh di pertanyakan sebagian umat islam. Untuk memberikan gambaran warna cahaya fajar sebagai penentu subuh. Prof. Thomas Jamaluddin mengatakan dalam tulisannya beliau mencoba mencoba mengabadikan gambar cahaya ufuk dari pesawat. Ini di abadikan beliau dari Jakarta ke melbourne dini hari 22 November 2010. Dalam pengamatannya beliau mengamati perubahan bentuk cahaya fajar sebagai pertanda awal waktu subuh. Awal fajar shadiq di tandai cahaya putih sangat redup, yang tidak mampu menerangi benda di sekitar kita. Fajar shadiq (fajar sebenarnya) muncul dengan cahaya putih tanpa warna (sesungguhnya kebiruan, hanya tak tampak karena sangat redup) karena sekitar hambauran cahaya matahari oleh atmosfer tinggi. Ini disebut fajar astronomi karena berdampak pada mulai meredupnya bintang-bintang (Qs. 52:49). Karena cahaya ini hasil hamburan atsmosfer bumi, maka cahaya memanjang di sepanjang ufuk. Berbeda dengan cahaya fajar kidzib (fajar semu) yang menjulang tinggi karena disebabkan oleh hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antar planet. Fajar kidzib terjadi sebelum fajar shadiq. Hendri.FENOMENA FAJAR SHADIQ PENANDA AWAL WAKTU SHALAT SUBUH, TERBIT MATAHARI, DAN AWAL WAKTU DHUHA.ALHURRIYAH. IAIN Bukittinggi. : Jurnal Hukum Islam .Vol. 02 , No. 02., Juli-Desember 2017. Hlm. 157 Observasi Dalam Penentuan Matahari Ketika Fajar Ada 3 faktor yang mempengaruhi kemunculan fajar, yaitu ketebalan atmosfer, temperature dan kelembapan udara, namun dalam penentuan posisi Matahari ketika fajar perlu untuk dilakukan observasi secara langsung, guna verifikasi teori-teori yang sudah ada. Dalam ini sudah ada beberapa penelitian yang membahas lebih lanjut tentang kemunculan fajar shadiq/fajar astronomi dengan berdasarkan pada observasi lapangan: Observasi Abdul Haq Sultan Observasi tersebut dilaksanakan Suburban kota San’a (Yaman). Kondisi langit sempurna (tanpa awan maupun debu) dengan titik pengamatan mempresentasikan dataran tinggi (2.200 meter dpl). Observasi ini mengandalkan mata telanjang. Tinggi fajar shadiq Minus 19,4 Observasi Kid Shaukat Obsevasi ini dilakukan di dekat kota Birmingham (Inggris). Titik pengamatan mempresentasikan ketinggian lebih rendah (140 meter dpl). Instrumen observasi tidak dijelaskan, demikiannya kondisi langit. Tinggi fajar shadiq Minus 14,22 Observasi Nihayatur Rohmah Observasi yang dilakukan merupakan observasi multilakosi yang mencakup enam titik. Tiga titik mewakili dataran rendah yaitu Kaibon Madium, Tayu Margomulyo Pati dan Parangkusumo Bantul. Instrumen yang digunakan ialah kamera DSLR Canon EOS 400D. Tinggi fajar shadiq Minus 18,65. Sementara untuk dataran tinggi saja, yang observasinya dilakukan di Bendo Ketitang Klaten, Puncak Gunung Merbabu tinggi fajar shadiq Minus 18,66. Untuk titik pengamatan Lembang Bandung Barat yang merupakan di dataran tinggi, tinggi fajar shadiq Minus 15,14. Observasi Anake Harijadi Noor Observasi ini dilakukan di Pantai Tayu, Pati, yang merupakan dataran rendah menggunakan alat SQM (Sky Quality Meter). Tinggi fajar shadiq Minus 17. Kemudian Anake melakukan observasi kembali di Lembang Bandung Barat yang merupakan dataran tinggi menggunakan alat SQM. Tinggi fajar shadiq Minus 16 hingga Minus 17. Observasi Eka Puspita Arumaningtyas Observasi dilakukan di dua area, masing-masing di Bandung-Cimahi yang merupakan dataran tinggi dan Diwek Jombang yang merupakan dataran rendah. Instrumen yang digunakan adalah SQM. Observasi di Bandung dan Cimahi mendapatkan nilai tinggi Matahari untuk awal Fajar shadiq Minus 15. Angka ini disimpulkan merupakan produk merupakan produkndari lingkungan yang telah terpolusi cahaya dalam derajat parah sehingga tidak layak untuk observasi. Sedangkan di Diwek Jombang angka tinggi matahari minus 19 dalam lingkungan yang benar-benar gelap. Qusthalaani, Imam. Op.cit, hlm. 12-14. 4 . Bentuk Fajar Kadzib dan Fajar Shadik Bentuk fajar kazib dan fajar shadik yang dapat dibedakan dalam penentuan waktu subuh. Ahmad, Mahmud. 2013. Ilmu Falak. Yayasan PeNA: Banda Aceh. Hlm. 115 KESIMPULAN Penetapan fajar shadiq sebagai permulaan pelaksanaan ibadah puasa dan ibadah shalat subuh sudah pasti, hanya saja terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang kemunculan fajar shadiq. Hal ini disebabkan berbeda penafsiran tentang kemunculan fajar shadiq, ada yang masih gelap, ada yang langit sudah terang, bahkan ada yang langit berwarna merah. Dalam pelaksanaan shalat shubuh didapatkan temuan bahwa Rasulullah mempraktikkannya berbeda, terkadang beliau melaksanakan pada saat awal waktu terang, namun dari beberapa temuan hadits lainnya ternyata Rasulullah secara rutin, bahkan sampai wafatnya lebih sering melakukan shalat shubuh di hari masih dalam keadaan gelap. Namun karena praktik shalat shubuh yang dilakukan oleh Rasulullah seringkali memanjangkan bacaan ayat-ayat alQur’an, maka pelaksanaan shalat shubuh tersebut dilakukannya sampai kondisi langit menjadi terang. Para ulama sepakat bahwa fajar shadiq menjadi pertanda bagi haramnya makan dan minum di bulan Ramadhan, dan mulainya saat kewajiban pelaksanaan ibadah puasa, serta menjadi pertanda awal waktu shalat shubuh. Sementara fajar kadzib hanya berupa fenomena alam yang sinarnya menjulang ke atas sesaat kemudian gelap kembali. Fajar kadzib terjadi sesaat sebelum fajar shadiq, dan tidak ada hubungannya dengan syari’at waktu-waktu ibadah. 17