Academia.eduAcademia.edu

Tragedi pengungsi Nduga meninggal dunia tercacat 243 jiwa

2020, Albert Giban

https://doi.org/10.1371/pelanggaramHAM/0148257

negara harus bertanggung atas pelanggaran HAM di papua,

Puluhan massa dari #SaveNduga menggelar aksi lilin "Biarkan Dorang Natal dengan Damai" di Taman Aspirasi, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/12/18). tirto.id/Bhagavad Sambadha Reporter: Antara - 11 Juli 2020 Nduga merupakan, zona merah yang rawan terjadinya konflik. Tahun lalu, Jokowi pernah menyatakan hal tersebut. tirto.id - 14 Agustus tahun lalu, terdapat sekitar 37.000 warga Nduga yang mengungsi. Hingga kini terdapat sekitar 5 ribu pengungsi dari Nduga di Jayawijaya. Hal ini membuat Wakil Bupati Nduga Wentius Nimiangge mengundurkan diri dari jabatannya akhir tahun lalu. Kini Bupati Nduga Yairus Gwijangge, meresmikan Koramil 1715-07/Kenyam. Koramil itu secara struktural berada di bawah Kodim 1715/Yahukimo. Dalam peresmian itu, Gwijangge didampingi Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan. "Saya bersama Bupati Nduga Yairus Gwijagge secara simbolis bersama-sama meresmikan Koramil 1715-07/Kenyam Kodim 1715/Yahukimo di Kenyam, Kabupaten Nduga," kata Pangemanan melalui keterangan tertulis, Sabtu (11/7/2020). Dengan adanya Koramil ini, kata Pangemanan, untuk membantu dan menopang pemerintah daerah. Tujuannya untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Nduga. "Seperti kita ketahui bersama bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat kerawanan gangguan keamanan yang cukup tinggi di Papua. Sehingga dengan pembangunan ini kita berharap dapat meminimalisir kerawanan tersebut," tuturnya. Ke depan, lanjut Pangemanan, akan diresmikan Kodim yang saat ini sedang dalam proses pembangunan. “Adanya Kodim Nduga diharapkan dapat membantu dan mengutamakan kerja bermitra dengan seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta kamtibmas yang diharapkan bersama”, imbuhnya. Sedangkan Bupati Nduga Yairus Gwijagge mengklaim, pemerintah dan masyarakat sangat mengharapkan adanya Kodim dan Polres untuk membantu menjaga keamanan di wilayah Kabupaten Nduga. “Saya selaku pimpinan Pemerintah Kabupaten Nduga dan masyarakat, selalu mengharapkan adanya Kodim di Kabupaten ini. Itu adalah harapan kami yang sangat besar. Karena daerah ini dianggap tidak aman dan masih rawan terhadap gangguan dari kelompok-kelompok yang masih berbeda pendapat dengan kami”, katanya. Namun Gwijagge memberikan saran, personel TNI dan Polri yang bertugas di Nduga, tidak melakukan kekerasan. Melainkan memberikan pemahaman yang baik ke masyarakat. Baca selengkapnya di artikel "Ribuan Warganya Masih Mengungsi, Bupati Nduga Resmikan Koramil Baru", https://tirto.id/fP9Z Data Korban Nduga dari Veronica dan BEM UI Itu Penting, Pak Mahfud Puluhan massa dari #SaveNduga menggelar aksi lilin "Biarkan Dorang Natal dengan Damai" di Taman Aspirasi, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/12/18). tirto.id/Bhagavad Sambadha Oleh: Adi Briantika - 18 Februari 2020 Dibaca Normal 2 menit Alih-alih sebut data tidak jelas, sebaiknya Mahfud memverifikasi nama-nama yang tertera dalam dokumen yang diserahkan Veronica dan BEM UI. tirto.id - Ada dua pejabat Indonesia yang mendapatkan langsung data korban peristiwa Nduga, Papua. Pertama Presiden Joko Widodo, dan kedua Menkopolhukam Mahfud MD. Krisis kemanusiaan di Nduga berawal dari kekerasan bersenjata oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pada Desember 2018. Pemerintah lantas merespons dengan menggelar operasi militer tanpa batas waktu. Ribuan warga sipil terpaksa mengungsi. Data yang dihimpun oleh Tim Kemanusiaan mencatat sedikitnya 241 warga meninggal baik karena terbunuh oleh aparat maupun karena sakit dan kelaparan dalam pengungsian per 27 Desember 2019. Sementara yang mengungsi tak kurang dari 37 ribu. Jokowi memperoleh dokumen yang menyebut nama-nama korban saat berkunjung ke Australia, Senin (10/2020) lalu. Dalam dokumen tersebut juga tertera nama-nama tahanan politik Papua yang dipenjara di beberapa kota. Pihak yang menyerahkan dokumen itu adalah tim dari seorang pegiat HAM yang banyak membahas isu Papua, Veronica Koman. Sementara Mahfud MD mendapat dokumen yang sama dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Senin (17/2/2020) lalu, saat berkunjung ke kampus tersebut. Baca juga: Nestapa Nduga Selama 2019: 37.000 Orang Mengungsi, 241 Orang Tewas Kepada reporter Tirto, Ketua BEM UI Fajar Adi mengatakan mereka menyerahkan ulang dokumen tersebut "karena buruknya respons Mahfud." Ia mengatakan pernyataan Mahfud menyakiti hati orang Papua sekaligus menunjukkan abainya pemerintah. Saat merespons aksi kelompok Veronica, Mahfud bicara soal "sampah." Awalnya media massa menafsirkan bahwa yang dianggap sampah itu adalah dokumen yang diserahkan, tapi Mahfud lantas mengklarifikasi kalau yang ia maksud adalah klaim Veronica yang menyerahkan dokumen itu ke Jokowi. "Veronica waktu itu tidak bertemu Presiden," katanya di Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Veronica sedari awal tidak menyebut kalau dia sendirilah yang menyerahkan dokumen itu, tapi "tim." Pernyataan Mahfud setelah mendapat dokumen dari para mahasiswa tetap saja tidak seperti yang diharapkan. "Itu enggak ada apa-apanya. Dokumennya hanya ini lho. Coba di-close up, cuma kayak gini," katanya. "Ini daftar nama orang tidak jelas, pasti polisi sudah punya kalau yang kayak gini." Pentingnya Data Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua Theo Hesegem berpendapat pernyataan Mahfud sangat tidak etis. "Kalau dibilang sampah, [artinya] seluruh korban di Papua dianggap sampah. Nduga mengalami krisis kemanusiaan yang luar biasa," kata Theo kepada reproter Tirto, Senin (17/2/2020). Baca juga: Tim Kemanusiaan Nduga Ungkap Pemicu Pembunuhan Pekerja Istaka Karya Theo mengatakan data yang disampaikan Veronica benar--243 korban meninggal berdasarkan data terbaru per 2 Februari 2020. Ia mengatakan ada tiga jenis korban: yang berada di hutan, di pengungsian, dan diserang langsung. Dingin dan kelaparan jadi musabab anak dan lansia meregang nyawa. Sementara yang tewas karena penyerangan itu orang dewasa. Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyatakan dokumen itu penting. Maka alih-alih langsung bicara ngawur, Mahfud sebaiknya berjanji melakukan verifikasi. "Verifikasi dilakukan oleh aparat keamanan dan juga aparat sipil negara. Kalau diperlukan bisa mengajak organisasi masyarakat sipil sehingga proses verifikasi terbuka dan transparan," ujar Beka kepada reporter Tirto. Meski demikian, Beka juga sadar daftar nama saja tidak cukup. "Harus didetailkan informasi dan kronologisnya, sehingga memudahkan aparat keamanan untuk memverifikasi dan menindaklanjutinya. Komnas HAM juga akan meminta keterangan dari aparat keamanan tentang hal ini kalau kami memperoleh data dan informasi yang disampaikan oleh Veronica," jelas Beka. Hal serupa dikatakan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, bahwa pemerintah sebaiknya menginvestigasi situasi di Nduga. "Terlalu penting data itu untuk diabaikan, apalagi dianggap sampah," tegas Usman ketika dihubungi reporter Tirto. Hal ini semakin penting karena menurutnya, dokumen yang diserahkan ke Jokowi dan Mahfud itu hanya satu dari sekian banyak laporan soal jumlah kematian. Amnesty saja tahun lalu mencatat 182 kematian "yang sudah diverifikasi," kata Usman. "Banyak yang mati karena akses air, makanan, cuaca. Tentu ada juga akibat langsung dari operasi militer." Baca juga: Dangkalnya Cara Mahfud Serang Veronica & Abaikan Papua Mahfud sendiri mengaku "akan pelajari" dokumen yang diberikan BEM UI. Terkait tudingan pembunuhan, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Argo Yuwono mengatakan polisi yang ada di sana justru membantu masyarakat. "Tanyakan ke Veronica, apakah [dia] ada di lokasi saat kejadian? Yang ada polisi membantu warga," kata Argo ketika dihubungi reporter Tirto. Veronica membenarkan kalau dia memang tidak ada di lokasi. Namun menurutnya, jika polisi memang membantu, pemerintah sebaiknya "buka akses ke Nduga" termasuk untuk jurnalis--baik asing atau lokal--dan tim independen seperti PBB. "Tapi kenyataannya tidak boleh toh? Jadi apa yang disembunyikan?" katanya kepada reporter Tirto. Baca juga artikel terkait KONFLIK NDUGA atau tulisan menarik lainnya Adi Briantika (tirto.id - Sosial Budaya) Reporter: Adi Briantika Penulis: Adi Briantika Editor: Rio Apinino Baca selengkapnya di artikel "Data Korban Nduga dari Veronica dan BEM UI Itu Penting, Pak.