Metode Dakwah Islam :Batasan Dakwah, Potret Nabi Sebagai Pendakwah, Problematika Seputar Pendakwah, Mitra Dakwah Dalam Perspektif Sosiologis dan Perspektif Teologis, Prioritas Mitra Dakwah.
Dosen Pengampuh :
Afidatul Asmar, S.Sos, M.Sos
Oleh Kelompok 7 :
Hastina : 17.3200.035
Risma sulfa sandi : 17.3200.038
Nadilah Atma K : 17.3200.047
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam serta memberikan lindungan-Nya kepada makhluknya Aamiin. Dan tak lupa pula kita kirimkan salawat serta salam untuk baginda Nabiullah Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah bekerja keras untuk mencari bahan tersebut karena bagi kami penyusunan ini sangat penting untuk menambah wawasan yang luas dan kami sebagai penyusun telah memberikan tema pada makalah tersebut dengan judulMetode Dakwah Islam : Batasan Dakwah, Potret Nabi Sebagai Pendakwah, Problematika Seputar Pendakwah, Mitra Dakwah Dalam Perspektif Sosiologis dan Perspektif Teologis, Prioritas Mitra Dakwah.
Selanjutnya kami sebagai penyusun, Hastina, Risma Zulfa Sandi, Nadilah Atma Kartini mohon maaf bila dalam pembuatan makalah ini ada bahasa yang kurang serta susunan yang kurang dimengerti, walaupun makalah ini dipandang belum sempurna dimata pembaca, untuk itu maka sebagai penyusun kepada dosen mata kuliah saya mohon jangan pernah berhenti untuk memberikan dorongan materil ataupun spiritualnya agar dapat menambah wawasan yang tiada hentinya.
Demikian makalah kelompok yang bisa kami buat, untuk kurang dan lebihnya saya mohon maaf dengan sebesar-besarnya.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
Batasan Pendakwah 3
Potret Nabi Sebagai Pendakwah 5
Problematika seputar pendakwah 7
Mitra dakwah dalam perspektif sosiologis dan perspektif teologis 9
Prioritas mitra dakwah 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Secara bahasa dakwah adalah berasal dari bahasa arab yakni da`a, yad`u, da`watan. Kata tersebut merupakan isim masdar dari kata da`a yang dalam ensiklopedi Islam diartikan sebagai ajakan, seruan, himbuan, kepada islam. Jadi secara istilah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT. Dakwah bisa dilakukan oleh setiap orang mukmin yang memiliki pepngetahuan yang luas tentang Islam. Tujuan dakwah adalah mengajak orang untuk menuju jalan Allah SWT.
Melaksanakan tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap mukmin.Setiap pribadi mukmin yang sudah baligh dan berakal baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung dari tugas Rasulullah SAW. Untuk menyampaikan dakwah karena dengan itu Allah menyematkan predikat khoiru ummah bagi umat Muhamad SAW.mengajak manusia ke jalan Allah hukumnya fardu kifayah di negeri-negeri atau wilayah yang sudah da`inya yang melakssanakan dakwah tersebut. Jadi setiap negeri atau wilayah perlu pendakwah, jikalau sudah ada pendakwah di suatu wilayah maka hukumnya fardu kifayah karena telah menggugurkan kewajiban ini terhadap yang lain dan ini merupakan suatu amalan yang agung. Namun jikalau di suatu wilayah atau negeri tidak ada yang melaksanakan dakwah dengan sempurna, maka semua oramg yang ada di dalam sautu wilayah atau negeri tersebut berdosa, dan wajib atas semuanya, yaitu atas setiap orang melaksanakan dakwah sesuai dengan kemamapuan dan kapasitas masing-masing.
Namun seorang pendakwah atau muballigh harus memiliki kriteria atau batasan dalam menyampaikan dakwahnya agar dakwahnya itu bisa diterima oleh orang lain, seorang pendakwah juga harus mengambil potret dari Rasulullah SAW. dalam menyampaikan dakwahnya karena Rasul merupakan madinatul ilmi, kemudian probelematika pendakwah harus dipahami supaya pendakwah sukses dalam menyampaikan dakwahnya.
Rumusan masalah
Apa saja batasan bagi pendakwah?
Bagaimana potret Nabi sebagai pendakwah?
Apa saja problematika seputar pendakwah?
Bagaimana mitra dakwah dalam perspektif sosiologis dan perspektif teologis?
Bagaimana prioritas mitra dalam dakwah?
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman seputar pendakwah dari segi batasan-batasannya, potret Nabi sebagai pendakwah, problematika seputar pendakwah, dan mitra pendakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
Batasan Pendakwah
Batasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa juga diartikan sebagai kualifikasi.Kualifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah macam-maacam, pembatasan.Jadi batasan pendakwah atau kualifikasinya ialah batasan-batasan tentang pendakwah ketika menyampaikan pesan dakwahnya kepada mitra dakwah.Sedangkan, pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah. Ia juga disebut da`I(الداعي). Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan komunikasi (massage) kepada orang lain.
MohAli Aziz, Ilmu Dakwah,( Jakarta: Prenada Media Group, 2004), hal. 216
Karena dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan maka penulis keislaman, penceramah islam, mubaligh, guru mengaji pengelolah panti asuhan islam dan sejenisnya termasuk pendakwah. Kualifikasi pendakwah secara umum dibagi dua yaitu; pendakwah laki-laki dan pendakwah perempuan.
Secara ideal pendakwah adalah orang mukmin yang menjadikan Islam sebagai agamanya Al-Quran sebgai pedomanya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikannya Islam yang meliputi akidah, syariah, dan akahlak kepada seluruh umat manusia . Definisi ini menuntut pendakwah untuk mengamalkan ajaran islam sebelum menyampaikannya kepada orang lain.
Dari segi keahlian yang dimiliki, toto tasmara (1977: 41-42) menyebutkan juga dua macam pendakwah:
Secara umum adalah setiap muslim yang mukalaf (sudah dewasa). Kewajiban dakwah telah melekat tak terpisahkan pada mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing sebagai realisasi perintah Rasullah untuk menyampaikan islam kepada semua orang walaupun satu ayat.
Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi di bidangagama islam yaitu ulama dan sebagainya.
Seorang pendakwah yang baik sebelum menyampaikan dakwah kepada masyarakat seharusnya lebih dulu memahami apa yang akan dia sampaiakan. Sangat tidak logis, orang yang mengajak kepada suatu kebaikan padahal ia sendiri yang belum memahami dan mengamalkannya,adalah perbutan dosa jika pendakwah tidak menyesuaikan pesan dakwah yang disampaikan dengan tindakannya dalamkehidupan sehari-hari. Seperti firman Allah SWT dalam Alquran surah Ash-Shaff ayat 2-3 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakanapa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
Sebagai seorang pendakwah Al-bayayuni (1993:155-156) memberikan persyaratan bagi pendakwah sebagai berikut:
Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan didakwahkan.
Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.
Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan.
Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten dalam pelaksanaanya.
Memiliki kepekaan yang tajam.
Bijak dalam mengambil metode.
Perilakunya terpuji.
Berbaik sangka dengan umat islam.
Menutupi cela orang lain.
Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah dan menjauh jikajustru tidak menguntungkan.
Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan mengetahui kelebihan masing-masing individu.
Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling menasehati dengan sesama pendakwah.
Potret Nabi Sebagai Pendakwah
Tidak semua pendakwah yang memiliki kriteria ideal mampu diterima dakwahnya di kalangan masyarakat, boleh jadi orang yang sedikit ilmunya mampu di terima dakwahnya dan mampu mengajak orang-orang ke jalan Allah, maka dari itu kita prlu mengetahui strategi bagi pendakwah.
Allah Ta'ala telah memberikan kabar yang agung tentang bagaimana keadaan Nabi dalam menghadapi kaumnya ketika berdakwah.Mereka menggunakan metode yang telah ditentukan oleh Allah yaitu mengesakan Allah dan hanya ibadah kepada Allah.
Umair Rabi bin Hadi, Fiqih Dakwah Para Nabi AS,( Bogor:Media Tarbiyah, 2006)Dalam berdakwah tak sedikit kaum yang menentangnya. Disini kita akan membahas tentang bagaimana metode dakwah yang dilakukan oleh beberapa nabi, diantaranya nabi Muhammad, nabi Musa, nabiIbrahim, nabi Nuh, nabi Yusuf. Berikut uraian tentan kisah perjalanan beliau ketika berdakwah:
Nabi Nuh
Nabi Nuh dalam berdakwah benar-benar serius mengajak kaumnya kepada mengesakan Allah, beribadah kepada Allah dalam kesungguhan yang totalitas, tanpa merasa lelah ataupun bosan dalam menyeru kepada Tauhid.Dakwah beliau dibangun di atas dalil dan hujjah yang baik secara logika maupun indrawi.Tetapi kaumnya terus menggantungkan diri mereka dengan berhala-berhala dan sesembahan yang bathil.
Nabi Ibrahim
Bapaknya para nabi, imam ahli tauhid, beliau Nabi Ibrahim AS.Sang kekasih Allah.Beliau berdakwah dengan penuh semangat dan mengajak pada pengesaan Allah, menumpas dan menentang kesyirikan.Nabi Ibrahim melakukan perjalanan yang berat dalam berdakwah.Beliau berdakwah kepada keluarga dan umat.Pertama yang beliau seru adalah bapaknya, kemudian kaumnya dengan hujjah-hujjah yang tidak dapat dibantah.
Keselamatan nabi Ibrahim AS.dari api yang besar, setelah diubah oleh Allah menjadi dingin dan diberikan keselamatan atasnya merupakan tanda kekuasaan Allah yang agung. Bukti dari kenabian dan kejujuran beliau.Sungguh benar tauhid yang beliau emban, dan sungguh bathil kesyirikan pada diri kaumnya.Upaya mencabut kesyirikan dan kesesatan merupakan suatu keharusan.Dan demikianlah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.
Nabi Yusuf
Nabi yang mulia, seorang nabi yang Allah turunkan sebuah ayat yang panjang, menceritakan kehidupan perjalanan hidup beliau sejak masih kanak-kanak hingga beliau wafat.Nabi Yusuf AS. memulai dakwah dengan meniti jejak nenek moyang beliau memuliakan aqidah, serata menghina dan menghancurkan kelemahan akal orang-orang musyrik saat mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, seperti berhala-berhala, sapi-sapi, dan gugusan bintang.
Tidak diragukan lagi, satu-satunya jalan perbaikan disetiap tempat dan setiap zaman adalah dakwah aqidah, dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Adapun mengenai hukum syari'ah harus tetap ditegakkan, dan menjadi sebuah keharusan untuk merealisasikan hukum syari'ah Allah.
Nabi Musa
Nabi yang kuat dan terpercaya, dakwahnya mengarah kepada tauhid.Dari kecil beliau telah terdidik dan dibesarkan dalam istana raja yang dzolim dan menyimpang serta menganggap dirinya sebagai Tuhan.Allah telah memahamkan tauhid kepada beliau secara lisan dan memilih beliau untuk mengemban amanat risalahNya dan melaksanakan ibadah kepadaNya.Allah Ta'ala telah mengajarkan kasih sayang dan kelembutan berdakwah kepada beliau.Karena itulah jalan yang paling dekat dengan hidayah Allah.Beliau melaksanakan perintah Allah dan berdakwah kepada agama Allah dengan mengharap hidayah Allah.Agar beliau termasuk orang yang takut kepada Allah dan berlindung dari segala akibat kesyirikan dan kedzoliman.
Nabi Muhammad SAW
Semua peran terpuji di dunia ini pernah dilekatkan kepada nabi Muhammad SAW.yaitu sebagai anak, ayah, paman, kakek, sahabat, saudara, tetangga, guru, panglima perang, kepala negara, pedagang, majikan, pekerja, dan sebagainya. Semua peran dilakukan dengan baik. Inilah yang di dalam al.qur'an surat al.ahzab ayat 21 diterangkan bahwasanya nabi Muhammad adalah suri tauladan yang baik.
Bagi pendakwah peran nabi sangat penting untuk dipelajari dan ditiru.Ada dua hal yang dapat dicatat dari pengalaman dakwah para nabi.Pertama, setiap nabi memiliki peranan yang terkait dengan mitra dakwahnya.Kedua, semua peranan nabi tersebut juga pernah diperankan nabi Muhammad SAW.Kita lebih mudah menggali keteladanan dakwah dari Rosulullah SAW.daripada para nabi lainnya, karena hampir semua kehidupan Rosulullah SAW. tercatat dengan baik dalam kitab-kitab hadis. Tidak ada dakwah nabi yang lebih lengkap dan terperinci selain dakwah Rosulullah.
Problematika seputar pendakwah
Problematika dakwah adalah permasalahan yang muncul dalam proses dakwah yakni ketika da’i menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu para mad’u. Yang akan kita bahas disini adalah problematika yang terjadi pada pendakwah perempuan, pendakwah anak-anak, dan pendakwah muallaf.
Pendakwah perempuan
Pendakwah perempuan di depan publik masih dipersoalkan dikalangan ulama. Antara lain terkait batasan aurat perempuan di luar ibadah apalagi berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Suara perempuan masih diperdebatkan: apakah termasuk aurat ataukah tidak. Keluarnya perempuan yang di anggap dapat menimbulkan fitnah belum dirumuskan batasannya.Sebenarnya, beberapa pendakwah perempuan dijumpai dalam fakta sejarah.
Beberapa istri Nabi SAW.antara lain Aisyah ra. Telah dikenal sebagai perawi hadist.Kenyataannya saat ini peran serta perempuan hampir di semua bidang kehidupan telah mendapatkan apresiasi ditengah masyarakat kita.Tidak dapat dipungkiri, pendakwah perempuan sangat dibutuhkan.
Pendakwah anak-anak
Halyang dipermasalahkan dari anak-anak sebagai pendakwah adalah belum adanya beban tanggung jawab.Selain itu, kematangan berpikir dan kedewasaan dan bertindak pada umunya belum terjadi pada masa anak-anak.Pengetahuan dan pengalamannya terbatas.Pengatahuan dan pengalamannya juga masih terbatas.Disamping itu kewibawaan anak-anak di mata orang dewasa hampir tidak ada.Masa anak-anak adalah masa bermain dan belajar.Belum saatnya menjadi seorang pengajar.
Telah banyak kita jumpai pendakwah mimbar yang dilakukan oleh anak-anak, bahkan anak usia taman kanak-kanak. Mereka diminta berceramah di depan orang dewasa. Jumlah mereka semakin banyak sejak beberapa stasiun televisi mengadakan lombah PILDACIL (Pemilihan Dai Kecil) yang kemudian diikuti oleh lombah sejenis oleh berbagai masjid dan lembaga dakwah lainnya.
Pendakwah anak-anak dapat di pandang dari dua segi:
Dipandang sebagai proses pendidikan dan pelatihan.
Penampilan anak-anak dapat berfungsi sebagai pemberi semangat orang tua dalam mendidik anak.
Pendakwah mualaf
Ada empat kelompok yang dapat disebut sebagai mualaf:
Mereka yang hatinya masih lemah saat masuk islam dan perlu bantuan umat islam.
Mereka yang lemah hatinya dan menjadi penghalang bagi umat islam.
Mereka yang lemah hatinya dan diharapkan simpati kepada islam.
Mereka yang lemah hatinya dan menjadi pemuka masyarakat.
Ada dua macam mualaf secara garis besar:
Orang yang masih kafir tapi ada tanda-tanda tertarik masuk islam
Orang yang sudah muslim tapi masih lemah imannya
Ada sejumlah mualaf yang diminta di beberapa tempat menjadi pendakwah diatas mimbar, tidak ada yang dipermasalahkan dari seorang mualaf ketika ia menyampaikan kebenaran islam. Boleh jadi, kita yang telah bertahun-tahun tidak pernah mengalami perasaan keagamaan sebagaimana mereka yang baru saja memeluk islam. Sesungguhnya, apa yang disampaikan oleh seorang mualaf saat berceramah tidak lebih hanya mengungkapkan pengalaman keagamaannya. Akan tetapi, jika ia sebelumnya telah mendalami islam, maka ia pun diperkenankan lebih dari ungkapan pengalamannya.
Mitra dakwah dalam perspektif sosiologis dan perspektif teologis
Kata mitra dakwah atau kata obyek dapat diartikan “sasaran yang akan dituju”, “orang yang menjadi sasaran pertimbangan “, “atau tempat yang ditinjau”.
Muhammad abdul Fattah al bayanumi, Al Madkhal Ila Ilmid Dakwah, (Muwasyasyah Risalah), hal 41 Dalam kajian ilmu dakwah, obyek atau mitra dakwah disebut dengan istilah mad’u. kata mad’u merupakan isim maf’ul dari kata da’wahu, yad’uhu, kemudian menjadi mad’u. menurut istilah berarti siapa saja yang kepadanya dihadapkan dakwah atau yang menjadi sasaran dakwah baik dia individu maupun kelompok, baik yang beragama islam maupun non islam.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surah Saba’ ayat 28 :
Artinya : Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia yang belum beragama islamdakwah disini bertujuan untuk mengajak mereka agar mengikuti agama islam sedangkan berdakwah kepada yang sudah beragama islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan.
Mitra dakwah dari perspektif sosiologis
Dalam kajian obyek dakwah atau mitra dakwah manusia dapat dibahas melalui dua sudut pandang, yaitu ; manusia secara individu berdiri sendiri dan manusia yang berkelompok. Manusia secara individu dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), berdasarkan tingkatan usia (bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua), berdasarkan kondisi psikologis (manusia normal dan tidak normal) dan lain sebagainya. Sedangkan manusia secara berkelompok (masyarakat) dapat dikelompokkan berdasarkan :
Kelompok masyarakat berdasarkan sosiologis, yaitu : masyarakat terasing, pedesaan, masyarakat kota besar dan kota kecil.
kelompok masyarakat berdasarkan struktur kelembagaan, yaitu : masyarakat, pemerintah dan keluarga.
kelompok masyarakat berdasarkan sosial kultural, berupa golongan priyai, abangan dan santri.
kelompok masyarakat berdasarkan okupasional (profesi atau pekerjaan)
kelompok masyarakat dilihat dari tingkat ekonomi, yaitu: masyarakat miskin, kaya, sederhana, dll
kelompok masyarakat dilihat dari kekhususan, yaitu :tuna wisma, tuna susila, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.
Disamping itu al qur’an juga memberi isyarat bahwa ada tiga kelompok manusia sebagai obyek dakwah,
Salmadanis, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Surau, 2003), Cet. II,hal 64yaitu :
Golongan Mukmin,
Golongan Kafir, dan
Golongan Munafik
Lebih lanjut Abdul Karim Zaidan mengidentifikasikan obyek dakwah kepada 4golongan yaitu:
penguasa (almala’), mereka adalah para pemimpin, penguasa, orang-orang besar di kaumnya.
Jumhur, yakni orang yang banyak atau publik atau orang yang menjadi pengikut para pemimpin dan penguasa. Yang pada umumnya orang orang miskin dan lemah dalam berbagai masalah.sebagaimana yang diterangkan dalam QS. Az - Zukhruf ayat 54 :
Artinya : Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu ) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum ayang fasik.
Munafik, yakni orang yang menyembunyikan kekufurannyadan melahirkan imannya. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 14
Artinya : Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka mengatakan; “kami telah beriman “. Dan apabila mereka telah kembali kepada syaitan-syaitan(pemimpin-pemimpin) mereka, mereka mengatakan : sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok olok.
Maksiat, golongan ini adalah orang yang beriman dan menuturkan dua kalimat syahadat, namun tidak menunaikan isi jiwa syahadat yang dituturkannya, mengerjakan sebagian perintah agama dan menyalahi sebagian.
M. Quraish Shihab,Tafsir al Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian al Qur’an. volume 11, cet, ke 3,(Tangerang: Lentera Hati, 2005), hal 387
Mitra dakwah perspektif teologis
Mitra dakwah dari perspektif teologis ialah dimana mitra dakwah itu dilihat dari pandangan/pemikiran/fahamnya terhadap agama. Ada dua pembahan teologis terkait dengan mitra dakwah,yaitu : sejauh mana dakwah telah menjangkau mereka dan bagaimana klasifikasi keimanan mereka setelah menerima dakwah.
Dari sisi sejauh mana dakwah di terima,Bassam al-Shabargh membagi mitra dakwah kedalam 3 kelompok yaitu:
Kelompok yang pernah menerima dakwah.kelompok ini juga terdiri dari 3 kelompok yaitu:
menerima dengan sepenuh hati(mukmin)
menolak dakwah (kafir)
pura-pura menerima dakwah(munafik)
Kelompok yang belum pernah menerima dakwah.terbagi dua,yaitu :
Orang-orang sebelumnya diutusnya nabi Muhammad SAW
Orang-orang setelah diutusnya nabi Muhammad SAW
Kelompok yang mengenal islam dari informasi yang salah dan menyesatkan
Dilihat dari perbandingan kebajikan dan dosanya orang-orang mukmin yang menjadi mitra dakwah dapat di bagi menjadi tiga tingkatan,yaitu :
Mukmin yang lebih banyak dosa daripada kebajikannya(dhalimiun linafsih)
Mukmin yang seimbang antara dosa dan kebajikannya (muqtashid)
Mukmin yang lebih banyak kebajikan dari pada dosanya(saabiqun bi al-khairat). Allah SWT berfiman yang artinya : Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami,lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah arunia yang amat besar”(Q.S al-Fathir:32)
Adapun mitra dakwah yang kafir dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
Fasik
Munafik
Ahli kitab
Musyrik
Ateis
Murtad.
Firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 1 yang artinya : “Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.
Prioritas mitra dakwah
Prioritas mitra dakwah disini ialah orang-orang yang diutamakan untuk diberikan dakwah. Dalam hal ini dibagi menjadi dua kelompok,yaitu keluarga dan masyarakat secara umum.
MohAli Aziz,Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2004),hal 302
Secara ideal mitra dakwah dari lingkungan keluarga harus didahulukan sebelum berdakwah kepada masyarakat luas. Karena yang demikianlah yang dicontohkan oleh rasulullah, yang istrinya terlebih dahulu kedalam islam (Khadijah).
Keluarga disini adalah mereka yang mempunyai hubungan darah dan nasab dengan kita. Dalam islam ada 3 bentuk keluarga,yaitu
Ibid, hal 303 :
Anggota yang menjadi tanggungan nafkahserta diharamkan menikahinya.
Anggota keluarga yang tidak menjadi tanggungan pemberian nafkah, namun haram dinikahi.
Anggota keluarga yang memiliki hubungan nasab yang dekat ,tapi boleh dinikahi serta tidak menjadi tanggungan pemberian nafkah.
Secara sosiologis keluarga terbagi 2 yaitu,keluarga intidan keluarga jauh. Firman Allah dalam surat asy-Syu’ara ayat 214 yang artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat mu yang terdekat”.
Keluarga adalah prioritas dakwah setelah dirinya sendiri.Setelah itu baru kerabat yang paling dekat, teman akrab, para tetangga, dan pada akhirnya pada masyarakat umum.
Selanjutnya mitra dakwah yang diprioritaskan yaitu masyarakat umum dimana dapat berpegang pada prinsip-prinsip berikut :
Usyuliyah wa furu’iyah
Merupakan mitra dakwah yang membutuhkan informasi tentang masalah primer keislaman(ushuliyah) seperti beriman,ajaran islam harus didahulukan dari mereka yang membutuhkan informasi keislaman yang bersifat sekunder(furu’iyah). Orang yang membutuhkan informasi/ pengajaran mengenai shalat wajib harus didahulukan dari yang shalat sunnah.
Almamat wal al hayat
Orang yang diduga ajalnya lebih dekat (al-mamat) lebih di utamakan dari orang yang diperkirakan umurnya lebih panjang(alhayat).
Al-amir wa al-Wazir
Pemimpin tertinggi (AL-Amir )lebih diutamakan daripada bawahan (al-Wazir). Karena pemimpinlah yang akan membuat kebijakan.Mukallaf wa ghairu MukallafBerdakwah kepada orang dewasa yang telah terbebeni oleh kewajiban agama (mukallaf) lebih diutamakan dari berdakwah kepada anak-anak (ghairu mukallaf).
Muallaf wa Ghairu Muallaf
Orang yang baru mau/baru masuk islam(Muallaf) lebih diutamakan dari orang telah lama memeluk islam(ghairu Muallaf)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dua batasan / macam pendakwah dari segi keahlian yang dimiliki, toto tasmara (1977: 41-42) menyebutkan: (1) Secara umum adalah setiap muslim yang mukalaf (sudah dewasa). (2) Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi di bidang agama islam yaitu ulama dan sebagainya.Seorang pendakwah yang baik sebelum menyampaikan dakwah kepada masyarakat seharusnya lebih dulu memahami apa yang akan dia sampaiakan.
Potret Nabi Sebagai Pendakwah
Nabi Nuh
Nabi Ibrahim
Nabi Yusuf
Nabi Musa
Nabi Muhammad SAW
Problematika seputar pendakwah
Pendakwah perempuan
Pendakwah anak-anak
Pendakwah mualaf
Mitra dakwah dalam perspektif sosiologis dan perspektif teologis
Mitra dakwah dari perspektif sosiologi
Dalam kajian obyek dakwah atau mitra dakwah manusia dapat dibahas melalui dua sudut pandang, yaitu ; manusia secara individu berdiri sendiri dan manusia yang berkelompok. Manusia secara individu dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), berdasarkan tingkatan usia (bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua), berdasarkan kondisi psikologis (manusia normal dan tidak normal) dan lain sebagainya
Mitra dakwah dalam perspektif teologis
Mitra dakwah dari perspektif teologis ialah dimana mitra dakwah itu dilihat dari pandangan/pemikiran/fahamnya terhadap agama. Ada dua pembahan teologis terkait dengan mitra dakwah,yaitu : sejauh mana dakwah telah menjangkau mereka dan bagaimana klasifikasi keimanan mereka setelah menerima dakwah.
Prioritas mitra dakwah
Prioritas mitra dakwah disini ialah orang-orang yang diutamakan untuk diberikan dakwah. Dalam hal ini dibagi menjadi dua kelompok,yaitu keluarga dan masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul dkk. 2006. Jelajah Dakwah Klasik-Kontemporer. Yogyakarta : Gama
Media
Aziz, MohAli. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta :Kencana Prenada Media Group
Hadi, Umair Rabi bin. 2006. Fiqih Dakwah Para Nabi AS.Bogor : Media Tarbiyah.
Hasnawirda. 1999. Ilmu Da’wah. Padang : IAIN IB
Salmadanis. 2003. Filsafat Dakwah, cet, II. Jakarta: Surau
Shihab, M Quraish. 2005. Tafsir al Misbah :Pesan Kesan dan Keserasian al
Qur’an volume 11, cet, ke 3. Tangerang: Lentera Hati
3