Academia.eduAcademia.edu

URGENSI PENDIDIKAN ISLAM

2019, STAI DINIYAH PEKANBARU

ABSTRAKSI Pengembangan kontrol perlu diaktualisasikan dalam kehidupan social kemasyarakatan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan manusia sadar dan peka terhadap norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Kegagalan perkembangan dalam proses pendidikan, menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Beberapa factor yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal. Beberapa orang gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan seseorang sadar dan peka terhadap norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Factor yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal. Pendidikan dapat mempertahankan eksistensi sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah swt. Apabila mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya. Pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa. Urgensi pendidikan esensial dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui ibadah dan perilaku yang baik dengan lingkungan sosial kemasyarakatan sebagai realisasi berpengaruhnya pendidikan dalam kehidupan. Kata kunci: urgensi, pendidikan, Islam.

URGENSI PENDIDIKAN ISLAM Nurliana1, Marzuenda2 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Diniyah Pekanbaru [email protected] ABSTRAKSI Pengembangan kontrol perlu diaktualisasikan dalam kehidupan social kemasyarakatan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan manusia sadar dan peka terhadap norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Kegagalan perkembangan dalam proses pendidikan, menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Beberapa factor yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal. Beberapa orang gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan seseorang sadar dan peka terhadap norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Factor yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal. 1 2 Dosen Pendidikan Agama Islam Diniyah Pekanbaru Dosen Pendidikan Agama Islam al-Azhar Pekanbaru 58 Pendidikan dapat mempertahankan eksistensi sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah swt. Apabila mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya. Pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilainilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa. Urgensi pendidikan esensial dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui ibadah dan perilaku yang baik dengan lingkungan sosial kemasyarakatan sebagai realisasi berpengaruhnya pendidikan dalam kehidupan. Kata kunci: urgensi, pendidikan, Islam. A. PENDAHULUAN Kenakalan dan penyimpangan perilaku merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat. Tercermin pada generasi usia remaja, bahkan sering disebut kenakalan remaja. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balapan liar, dan lain sebagainya. Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain sebagainya. Kenakalan remaja dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam pemenuhan tugas perkembangan. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki remaja 59 lain seusianya selama masa perkembangan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Beberapa factor yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal. Faktor internal bisa dilihat pada : Pertama, krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. (1), Terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. (2), Tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Kedua, kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. 60 Factor ekternal yang mempengaruhi diantaranya : Pertama, keluarga dan perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif. Pendidikan yang salah dikeluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi sebab terjadinya kenakalan remaja. Hal ini menggugah perhatian untuk menelaah ulang system ataupun esensi pendidikan yang diberikan pada remaja. Inilah tawaran pembahasan dalam tulisan ini dengan judul Urgensi Pendidikan Islam. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong (motivasi) dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) Pendidikan didefenisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan 61 dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentunya diperlukan pendidik yang profesional. 3 Pendidikan Islam diartikan sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka mendapat fungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya. Jadi, dalam pengertian ini pendidikan Islam tidak dibatasi institusi (kelembagaan) ataupun pada lapangan pendidikan tertentu. Pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas. 4 Pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hati, rohani dan jasmani, akhlak dan keterampilan, untuk menjalankan tugas kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-Nya, berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah swt. melalui Nabi Muhammad saw. Pembentukan manusia sebagai insan yang sumber daya pembangunan menakankan pada harkat, martabat, hak dan kewajiban manusia baik etika, estetika, maupun logika. Oleh karena itu pemahaman terhadap urgensi pendidikan 3 UU Sisdiknas Tahun 2003 Djalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, Edisi Revisi 2015, Cet Ke-17 ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),hlm.16 4 62 merupakan sesuatu yang penting. Pendidikan manusia sebagai insan tak terbatas pada kelompok umur tertentu, tetapi berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia yang dislogankan dengan “ long life education”. Dalam Alquran dan hadis, terdapat beberapa perintah yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk mencari ilmu, agar mereka tergolong menjadi manusia yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.5 Pendidikan tidak sekedar persiapan masa depan tetap kehidupan itu sendiri. Esensi dari pranata pendidikan tidak dapat dipungkiri hanya melalui pendidikan nasib bangsa kedepan bisa lebih baik. Sudah terlalu banyak sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang maju peradabannya karena didukung dengan sistem Moh. Rif’ai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang: Toha Putra, 1978), hlm.11 Penyelenggaraan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Pada masa itu nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan ‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar bagi masyarakat Islam di wilayah-tersebut. 5 63 budaya dan pendidikan, dan pendidikan bertujuan membangun karakter (character building) yang berbasis nilai ( values system).6 B. PEMBAHASAN Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan manusia dalam proses kehidupan. Guru dan anak didik berada dalam satu relasi kejiwaan, keduanya berada dalam satu interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik menerima bahan pelajaran dari guru di kelas, walaupun mereka berlainan secara fisik dan mental, akan tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, moral, taat terhadap hukum, kebaikan sosial dan lainnya. 7 Semangat dan norma tidak akan dimiliki oleh anak didik ketika guru tidak mentransformasikannya melalui kegiatan belajar mengajar. Dengan belajar guru akan menuangkan sejumlah materi pembelajaran pada peserta didik. 8 Pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Banyak nash Alqur’an maupun hadits Nabi yang 6 Journal, Intenational Confrence Association Of Islamic Psicology, Jilid. 3 hlm. 3. 7 Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2015),hlm.78. 8 Ibid. hlm.79 64 menyebutkan tentang keutamaan mencari ilmu dan orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya motivasi seorang muslim untuk mencari ilmu adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar faktor duniawi semata. Seorang Muslim yang giat belajar karena terdorong keimanannya, bahwa Allah swt sangat cinta dan memuliakan orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia dan di akhirat. Hadis Nabi saw. َ ) ‫علَى كُل ُمسْل ٍم َو ُم ْسل َم ٍة ( رواه ابن عبد البر‬ ُ َ‫طل‬ َ ً‫ضة‬ َ ‫ب اْلع ْلم فَر ْي‬ Menuntut ilmu difardhukan bagi tiapmuslim baik laki-laki maupun perempuan. ( H.R. Ibnu Abdul Bari). Dipahami bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan kemanfaatan, memahami hakikat alam, dapat menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, maupun msalah duniawi dan segala kebutuhan hidupnya. 9 Pada dasarnya, pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila 9 Moh. Rafiq. Ilmu... hlm. 11 65 semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya. Bagi manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat kemanusiaan sebagai khalifah di atas bumi. Kewajiban menuntut ilmu akan memberi manfaat dan berdampak pada hal yang berhubungan dengan kehidupan di dunia, agar umat Islam tidak licik dan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi kehidupan dunia dalam batas-batas yang diridhoi Allah swt. Firman Allah. Q.S. al- Mujadalah. 11                Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 66 Agama merupakan hal terpenting dalam kehidupan, memiliki pengaruh besar. Manusia memerlukan agama sebagai pegangan dan jawaban dari persoalan hidup dan mati. Sejarah umat di Barat menunjukkan dengan mengabaikan agama dan mengutamakan imu pengathuan mengakibatkan krisis karakter. serta akal manusia telah Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu menjadi lebih bermakna. Dengan ilmu kehidupan manusia akan lebih bermutu, makna, dengan ilmu dan agama khidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Untuk itu diperlukan hubungan yang harmonis antara manusia dan agama. 10 Di antara ilmu yang wajib dipelajari oleh mukallaf ialah hal yang berkaitan tentang aqidah dan hal yang perlu diketahui untuk melaksanakan ibadah- ibadah yang difardhukan pada umat Islam seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Disamping itu perlu aplikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui akhlak untuk mewujudkan adab sopan santun dalam bertingkah laku. Di antara urgensi pendidikan dalam Islam yaitu: 1. Ibadah Ibadah merupakan bagian dari pendidikan Islam. Urgensi pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah 10 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan karakter, ( Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.2 67 swt. melalui ibadah pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan pendekatan diri kepada pencipta alam semesta. Untuk mendekatkan diri pada Allah dengan melaksanakan ibadah wajib dan sunnah dan senantiasa mempelajari serta mengamalkan ilmu-ilmu yang bersifat fardhu ain. Disanalah terdapat hidayah addin, (hidayah agama) yang termuat dalam ilmu-ilmu syari’ah. 11 Tujuan pendidikan jangka pendek untuk mewujudkan kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas-tugas berifat duniawi dengan baik, yang berkaitan dengan pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, kemuliaan dunia secara naluri dan melaksanakan tugas keduniaan dengan maksimal dan hasil yang optimal. Tetapi jika tidak disertai hidayah agama, tidak mampu dekat dengan Allah swt. bahkan semakin jauh dari Allah swt. Berakibat kekosongan hal yang bersifat psikologis sehingga bias digambarkan kehidupannya hampa dan tidak mencapai hakikat kehidupan yakni kebahagiaan.12 Ibadah bentuk segala ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Allah menetapkan beberapa klasifikasi ibadah seperti fardhu, 11 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.57-58. 12 Ibid. 68 sunnah, mubah, makruh, haram, karena Allah sangat mengetahui kemaslahatan-kemaslahatan hidup manusia, maka setiap ibadah memiliki hikmah jika kita mengetahuinya akan terwujud rasa ikhlas dan khusyuk sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Diterima atau ditolaknya ibadah seorang hamba terkait dua faktor; pertama, ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas. Kedua, ibadah dilakukan berdasarkan petunjuk syara’. 13 Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah yang taat, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat AdzDzariyat 56,        ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi (ibadah) kepada-Ku.“14 Firman Allah. Q.S. Al-A’raaf: 59).                      13 Tengku M.Hasbi Ash.Shiddeieqy, Kuliah Ibadah Ibadah di tinjau dari segi hukum dan hikmah, (Semarang: rizki Putra, 2002),hlm.10 14 Depag. RI. Al-Qur’an Dan Terjemah. Q.S. Adzariyat: 56. 69 Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Semakin lama seseorang duduk di bangku pendidikan, semakin bertambahlah ilmu pengetahuannya maka semakin mendekatlah ia kepada Allah swt. dan meningkat pula kualitas dirinya melalui ilmu pengetahuan, tentu saja ilmu pengetahuan tersebut diamalkan, karena langkah awal dalam beribadah menurut al-Ghazali adalah untuk mensucikan jiwa dari kerendahan hati dan sifat-sifat tercela dan motivasi; pertama ialah menerapkan syari’at dan misi Rasulullah saw. Bukan untuk mengejar pangkat, mencari kemegahan ataupun popularitas. 15 Secara umum ibadah adalah perilaku manusia dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt. yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho dari Allah swt. Semua perbuatan secara psikologis merupakan kondisional kejiwaan yang dapat memberikan corak kepada semua perilaku, bahkan dapat menghindarkan perbuatan jahat dan munkar baik terhadap diri sendiri, masyarakat maupun lingkungannya. 16 15 Abidin Rusn, Pemikiran...hlm.60 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm.240. 16 70 2. Akhlak Berlandaskan Alqur’an pendidikan mencakup segala aspek kehidupan, tidak terbatas pada manusia saja, tetapi segala hal ihwal yang berkaitan tentang kehidupan alam jagad raya. Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang baik. Kemampuan untuk berubah merupakan makna yang terkandung dalam belajar, karena dengan belajar manusia dapat berkembang lebih baik dari makhluk lainnya. 17 Pendidikan hendaknya menjadi prioritas untuk mengantisipasi realitas bagi anak-anak dan remaja di era milenial yang menuntut keterbukaan dan kelenturan dalam pemikiran serta kemampuan memecahkan masalah secara kreaktif dan kritis.18 Pendidikan menurut Islam tidak terbatas pada umur, tetapi sampai akhir hayat. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan syari’at agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut aturan Islam. Kepribadian utama yang 17 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: raja Grafindo Persada, 2015), hlm.59 18 Ibid. hlm. v 71 dimaksud sebagai kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang didalamnya terbentuk nilai-nilai Islam. Nilai-nilai ini akan muncul setiap saat, sewaktu mereka berfikir, bersikap dan berperilaku. Melakukan bimbingan membutuhkan kesadaran dengan suatu niat, dan cara-cara tertentu didasari pengetahuan dan teori-teori pendidikan tentang Islam. 19 Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman kata Tarbiyah yang Saleh berasal Abdullah dari mengemukakan bahwa kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan. Kata “pendidikan” atau ta’dib adalah pembentukan akhlak. Kalau ada ungkapan “kurang ajar” yang kurang sebenarnya ajaran kesusialaan, moral, etika atau akhlak. Jadi pendidikan dan 19 Tati Nurhayati, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim Kontemporer (Studi Kasus Pada Keluarga Dengan Ayah Dan Ibu Bekerja Di Perumahan Mega Nusa Endah Karya Mulya Kota Cirebon). (Yogyakarta, Disertasi UMY,2015).hlm.41. 72 pengetahuan atau ta’dib dan ta’lim, mengajar dan mendidik, pengajar dan pendidik adalah sama. Keduanya tidak dapat dibedakan. Maka menurut al-Ghazali konsep pendidikan mengarah pada pembentukan akhlak, maka tidak dibedakan antara pendidikan dan pengajaran. Keduanya tidak hanya menekankan teori mengesampingkan praktek atau sebaliknya. Tidak menekankan pada ilmu dengan mengabaikan praktek atau sebaliknya menekankan amal mengabaikan ilmu. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam Islam dikenal dengan iman dan amal shaleh. 20 Pemisahan dan pemetaan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, dimana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman 20 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran... hlm.63 73 yang merupakan fitrah manusia. Tetapi dilain pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains). Karena itu, seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktian kekuasaan Allah, disamping ayat-ayat qauliyah. Konsep pendidikan dalam Islam menurut Alqur’an pun tidak hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.21 Pendidikan memberikan Islam kemampuan berarti sistem seseorang pendidikan untuk yang memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, pendidikan Islam sebagai suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah swt. sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Usaha membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak mulia merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar sesamanya. Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting 21 Blog.Spot.. Konsep Pendidikan Dalam Islam 74 dalam kehidupan, tingkatnya berada sesudah keimanan atau kepercayaan kepada Allah, Malaikat, Rasul, hari akhir, balasan akhirat, qada dan qadar Allah. Apabila beriman kepada Allah dan beribadah, bagian akhlak utama yang mesti dilaksanakan. Kemudian hal yang berkaitan dengan muamalah yaitu hubungan manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun kolektif. Akhlak tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan. Tujuan pendidikan Islam ditetapkan dan dilakukan Nabi Muhammad saw. semasa hidupnya terbentuknya moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan ruh pendidikan Islam, tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. 22 Isyarat filosofis bahwa proses pendidikan Islam bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah swt. yaitu Alqur’an dan hadis. Dalam konteks yang luas, pemahaman pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu: 1. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh) 2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan 22 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan islam, ( Jakarta: Amzah, 2011), hlm.61. 75 3. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan 4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap. Keteladanan Rasulullah saw. dalam segala kata yang diucapkan, tingkah laku yang diperbuatnya, sikap yang diambilnya merupakan gambaran hidup terhadap pemikiran pendidikan Islam. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. beliau mengatakan, akhlaknya adalah Alqur’an. Rasulullah saw. guru teragung pada sekolah Islam, karena beliau adalah lulusan sekolah Ilahiah di Gua Hira yang telah meletakkan garis-garis besar pendidikan Islam pada Alqur’an. Prinsip dasar pendidikan Islam universal (syumuliyah), yang melihat pada seluruh aspek kebutuhan manusia, masyarakat dan tatanan kehidupan.23 Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dalam salah satu hadisnya ialah : ) ‫انما بعثت ألتمما مكرم األخلق ( رواه أحمد‬ Sesungguhnya Aku ( Muhammad) diutus untuk meyemburnakan akhlak yang mulia. 23 Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kancana, 2008), hlm.73. 76 Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik dan pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan bathin. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal saleh dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Al-Baqarah : 8-9                        Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,"pada hal mereka Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. 77 Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasulullah saw. dan mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang dijalan Allah. Seterusnya keimanan membuahkan akhlak yang mulia. 24 Dalam berbagai literatur tentang ilmu akhlak Islami, dijumpai akhlak secara garis besar yaitu dibagi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah / akhlak terpuji atau akhlak yang baik seperti berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah termasuk pada akhlak terpuji. Kedua, akhlak mazmumah akhlak tercela seperti menzolimi orang lain, berbohong, pemarah, pendendam, kikir dan curang dan lainnya. Akhlak seseorang berawal dari hati, karena hati itu kerajaaan dalam tubuh, bila hati sudah terkontaminasi oleh fikiran tanpa pengetahuan yang baik, maka sikap dan perilaku juga mengarah pada yang tidak baik, seperti rasa marah, berbohong, mencela orang lain dengan 24 Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : Raja Grafindi Persadaa, 1996).hlm.160 78 mebeberkan aib, sifat bakhil / kikir, sikap kasar pada orang lain, bicara tidak sopan, sifat takabur, inilah di antara akhlak mazmumah ( tercela) yang harus dihindarkan, karena berakibat fatal dan akan mengancam kebahagiaan dunia dan berakibat fatal pada kesenangan akhirat kelak. 25 C. ANALISIS Uraian di atas menggambarkan bahwa Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ditekankan pada tingkah laku dalam bentuk ibadah dan aktualisasi diri dalam kehidupan social, sekaligus kebahagiaan bagi individu dan masyarakat. Pendidikan diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna. Sebagai langkah awal pendidikan untuk mendapatkan kualitas kepribadian individual dan social. Apabila mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya. Pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui 25 Ibid. hlm.43 79 pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai harkat dan derajat kemanusiaan. Tujuan pendidikan jangka panjang sebagai pendekatan diri kepada Allah swt. melalui ibadah dan senantiasa mempelajari serta mengamalkan ilmu-ilmu agama yang bersifat fardhu ain. Disanalah terdapat hidayah addin, (hidayah agama) yang termuat dalam ilmu-ilmu syari’ah atau ilmu social sehingga aktualisasi diri dalam kehidupan bermasyarakat akan mencerminkan akhlak yang baik.26 D. KESIMPULAN Urgensi pendidikan tidak sekedar mementingkan individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kehidupan sosial. Kebutuhan akan kualitas penddikian untuk meningkatkan ibadah pada Allah swt. melalui amal shaleh, implementasi dalam kehidupan sehari-hari menceminkan akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga kehidupan berjalan sesuai tuntutan agama. Iman yang dikehendaki Islam tidak sekedar iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang 26 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.57-58. 80 disertai perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasulullah saw. dan mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang dijalan Allah. Keimanan membuahkan akhlak secara vertical dan akhlak secara horizontal. BIBLIOGHRAFI Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persadaa, 1996 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Blog.Spot.. Konsep Pendidikan Dalam Islam Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2011. Depag. RI. Al-Qur’an Dan Terjemah. UU Sisdiknas Tahun 2003 Journal, Intenational Confrence Association Of Islamic Psicology, Jilid. 3. 81 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: raja Grafindo Persada, 2015. Moh. Rif’ai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978. Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter, Bandung: Alfabeta, 2013. Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, Jakarta: raja Grafindo Persada, 2015. Tati Nurhayati, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim Kontemporer (Studi Kasus Pada Keluarga Dengan Ayah Dan Ibu Bekerja Di Perumahan Mega Nusa Endah Karya Mulya Kota Cirebon). Yogyakarta, Disertasi UMY,2015. Tengku M.Hasbi Ash.Shiddeieqy, Kuliah Ibadah Di Tinjau Dari Segi Hukum Dan Hikmah, Semarang: Rizki Putra, 2002. Susanto, Pemikiran pendidikan islam, Jakarta: Amzah, 2010. Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kancana, 2008. 82