URGENSI PENDIDIKAN ISLAM
Nurliana1, Marzuenda2
Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Diniyah Pekanbaru
[email protected]
ABSTRAKSI
Pengembangan kontrol perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan social kemasyarakatan. Keberhasilan dalam pemenuhan
tugas perkembangan menjadikan manusia sadar dan peka terhadap
norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri
agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Kegagalan
perkembangan dalam proses pendidikan, menyebabkan individu
menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang barlaku. Ini
menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku melanggar
aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Beberapa factor yang
mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal.
Beberapa orang gagal dalam mengembangkan kontrol diri
yang sudah dimiliki. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas
perkembangan menjadikan seseorang sadar dan peka terhadap
norma, sehingga mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri
agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya,
kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan
individu menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang
barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan berperilaku
melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal. Factor
yang mempengaruhinya, yaitu factor internal dan ekternal.
1
2
Dosen Pendidikan Agama Islam Diniyah Pekanbaru
Dosen Pendidikan Agama Islam al-Azhar Pekanbaru
58
Pendidikan dapat mempertahankan eksistensi sebagai
manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan
karunia yang telah diberikan Allah swt. Apabila mengabaikan
pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya. Pendidikan
penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilainilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim
yang beriman dan bertakwa. Urgensi pendidikan esensial dapat
mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui ibadah dan perilaku
yang baik dengan lingkungan sosial kemasyarakatan sebagai
realisasi berpengaruhnya pendidikan dalam kehidupan.
Kata kunci: urgensi, pendidikan, Islam.
A.
PENDAHULUAN
Kenakalan dan penyimpangan perilaku merupakan suatu
perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam
masyarakat. Tercermin pada generasi usia remaja, bahkan sering
disebut kenakalan remaja. Pelanggaran status seperti halnya kabur
dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras,
balapan liar, dan lain sebagainya. Pelanggaran status ini biasanya
tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran
hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap
norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan
lain sebagainya.
Kenakalan remaja dapat digambarkan sebagai kegagalan
dalam pemenuhan tugas perkembangan. Beberapa remaja gagal
dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki remaja
59
lain seusianya selama masa perkembangan. Keberhasilan dalam
pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja sadar dan
peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan
pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang
berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini,
akan menyebabkan individu menjadi kurang peka terhadap norma
dan aturan yang barlaku. Ini menyebabkan individu menjadi rentan
berperilaku
melanggar
aturan bahkan melakukan tindakan
kriminal. Beberapa factor yang mempengaruhinya, yaitu factor
internal dan ekternal.
Faktor internal bisa dilihat pada : Pertama, krisis identitas:
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. (1), Terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. (2), Tercapainya identitas peran.
Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua. Kedua, kontrol diri yang lemah: Remaja yang
tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut,
namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
60
Factor ekternal yang mempengaruhi diantaranya : Pertama,
keluarga dan perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi yang
baik antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota
keluarga bisa memicu perilaku negatif. Pendidikan yang salah
dikeluarga
pun,
seperti
terlalu
memanjakan
anak,
tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi sebab terjadinya kenakalan remaja. Hal ini
menggugah perhatian untuk menelaah ulang system
ataupun
esensi pendidikan yang diberikan pada remaja. Inilah tawaran
pembahasan dalam tulisan ini dengan judul Urgensi Pendidikan
Islam.
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta
didik dengan cara mendorong (motivasi) dan memfasilitasi
kegiatan belajar mereka. Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) Pendidikan
didefenisikan
sebagai
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan,
kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
61
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentunya
diperlukan pendidik yang profesional. 3
Pendidikan Islam diartikan sebagai upaya sadar yang
dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap
pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi
yang dimiliki anak agar mereka mendapat fungsi dan berperan
sebagaimana hakikat kejadiannya. Jadi, dalam pengertian ini
pendidikan Islam tidak dibatasi institusi (kelembagaan) ataupun
pada lapangan pendidikan tertentu. Pendidikan Islam diartikan
dalam ruang lingkup yang luas. 4
Pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hati, rohani dan jasmani, akhlak dan
keterampilan, untuk menjalankan tugas kemanusiaan yang
diemban
sebagai
seorang
hamba
dihadapan
Khaliq-Nya,
berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah swt. melalui
Nabi Muhammad saw. Pembentukan manusia sebagai insan yang
sumber daya pembangunan menakankan pada harkat, martabat,
hak dan kewajiban manusia baik etika, estetika, maupun logika.
Oleh karena itu pemahaman terhadap urgensi pendidikan
3
UU Sisdiknas Tahun 2003
Djalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku dengan
Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, Edisi Revisi 2015, Cet Ke-17 (
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),hlm.16
4
62
merupakan sesuatu yang penting. Pendidikan manusia sebagai
insan tak terbatas pada kelompok umur tertentu, tetapi berlangsung
dalam seluruh kehidupan manusia yang dislogankan dengan “ long
life education”.
Dalam Alquran dan hadis, terdapat beberapa
perintah
yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan untuk mencari ilmu, agar mereka tergolong menjadi
manusia yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.5
Pendidikan tidak sekedar persiapan masa depan tetap
kehidupan itu sendiri. Esensi dari pranata pendidikan tidak dapat
dipungkiri hanya melalui pendidikan nasib bangsa kedepan bisa
lebih baik. Sudah terlalu banyak sejarah menunjukkan bahwa
bangsa yang maju peradabannya karena didukung dengan sistem
Moh. Rif’ai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang: Toha Putra,
1978), hlm.11 Penyelenggaraan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah
dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah
menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai
syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Pada masa itu nabi
Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan
pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa
mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang
menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang
memiliki pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan
‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar
bagi masyarakat Islam di wilayah-tersebut.
5
63
budaya dan pendidikan, dan pendidikan bertujuan membangun
karakter (character building) yang berbasis nilai ( values system).6
B.
PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan
manusia dalam proses kehidupan. Guru dan anak didik berada
dalam satu relasi kejiwaan, keduanya berada dalam satu interaksi
edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang
mengajar dan mendidik dan anak didik menerima bahan pelajaran
dari guru di kelas, walaupun mereka berlainan secara fisik dan
mental, akan tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk
mencapai kebaikan akhlak, moral, taat terhadap hukum, kebaikan
sosial dan lainnya. 7 Semangat dan norma tidak akan dimiliki oleh
anak didik ketika guru tidak mentransformasikannya melalui
kegiatan belajar mengajar. Dengan belajar guru akan menuangkan
sejumlah materi pembelajaran pada peserta didik. 8
Pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa
setiap
muslim
wajib
menuntut
ilmu
dan
tidak
boleh
mengabaikannya. Banyak nash Alqur’an maupun hadits Nabi yang
6
Journal, Intenational Confrence Association Of Islamic Psicology,
Jilid. 3 hlm. 3.
7
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: raja Grafindo Persada,
2015),hlm.78.
8
Ibid. hlm.79
64
menyebutkan tentang keutamaan mencari ilmu dan orang-orang
yang berilmu. Sesungguhnya motivasi seorang muslim untuk
mencari ilmu adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar
faktor duniawi semata. Seorang Muslim yang giat belajar karena
terdorong
keimanannya, bahwa Allah swt sangat cinta dan
memuliakan orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia
dan di akhirat.
Hadis Nabi saw.
َ
) علَى كُل ُمسْل ٍم َو ُم ْسل َم ٍة ( رواه ابن عبد البر
ُ َطل
َ ًضة
َ ب اْلع ْلم فَر ْي
Menuntut ilmu difardhukan bagi tiapmuslim baik laki-laki
maupun perempuan. ( H.R. Ibnu Abdul Bari).
Dipahami bahwa Islam mewajibkan
pemeluknya agar
menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala
kemaslahatan dan kemanfaatan, memahami hakikat alam, dapat
menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu,
baik yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, maupun msalah
duniawi dan segala kebutuhan hidupnya. 9
Pada dasarnya, pentingnya pendidikan, karena hanya
dengan proses pendidikanlah manusia dapat mempertahankan
eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan
potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila
9
Moh. Rafiq. Ilmu... hlm. 11
65
semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia
akan kehilangan jati dirinya. Bagi manusia pendidikan penting
sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai
Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang
beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat
kemanusiaan sebagai khalifah di atas bumi.
Kewajiban menuntut ilmu akan memberi manfaat dan
berdampak pada hal yang berhubungan dengan kehidupan di
dunia, agar umat
Islam tidak licik dan dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan
bagi kehidupan dunia dalam batas-batas yang diridhoi Allah swt.
Firman Allah. Q.S. al- Mujadalah. 11
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
66
Agama merupakan hal terpenting dalam kehidupan,
memiliki pengaruh besar. Manusia memerlukan agama sebagai
pegangan dan jawaban dari persoalan hidup dan mati. Sejarah
umat di Barat menunjukkan dengan mengabaikan agama dan
mengutamakan imu pengathuan
mengakibatkan krisis karakter.
serta akal manusia telah
Agama sangat diperlukan oleh
manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu menjadi lebih
bermakna. Dengan ilmu kehidupan manusia akan lebih bermutu,
makna, dengan ilmu dan agama khidupan manusia akan sempurna
dan bahagia. Untuk itu diperlukan hubungan yang harmonis antara
manusia dan agama. 10
Di antara ilmu yang wajib dipelajari oleh mukallaf ialah hal
yang berkaitan tentang aqidah dan hal yang perlu diketahui untuk
melaksanakan ibadah- ibadah yang difardhukan pada umat Islam
seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Disamping itu perlu aplikasi
dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui akhlak
untuk
mewujudkan adab sopan santun dalam bertingkah laku. Di antara
urgensi pendidikan dalam Islam yaitu:
1. Ibadah
Ibadah merupakan bagian dari pendidikan Islam. Urgensi
pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah
10
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan
karakter, ( Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.2
67
swt.
melalui
ibadah
pendidikan
dalam
prosesnya
harus
mengarahkan manusia menuju pengenalan dan pendekatan diri
kepada pencipta alam semesta. Untuk mendekatkan diri pada Allah
dengan melaksanakan ibadah wajib dan sunnah dan senantiasa
mempelajari serta mengamalkan ilmu-ilmu yang bersifat fardhu
ain.
Disanalah terdapat hidayah addin, (hidayah agama) yang
termuat dalam ilmu-ilmu syari’ah. 11
Tujuan pendidikan jangka pendek untuk mewujudkan
kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas-tugas
berifat duniawi dengan baik,
yang
berkaitan dengan pangkat,
kedudukan, kemegahan, popularitas,
kemuliaan dunia secara
naluri dan melaksanakan tugas keduniaan dengan maksimal dan
hasil yang optimal. Tetapi jika tidak disertai hidayah agama, tidak
mampu dekat dengan Allah swt. bahkan semakin jauh dari Allah
swt. Berakibat kekosongan hal yang bersifat psikologis sehingga
bias digambarkan kehidupannya hampa dan tidak
mencapai
hakikat kehidupan yakni kebahagiaan.12
Ibadah bentuk segala ketaatan yang dikerjakan untuk
mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
Allah menetapkan beberapa klasifikasi ibadah seperti fardhu,
11
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.57-58.
12
Ibid.
68
sunnah, mubah, makruh, haram, karena Allah sangat mengetahui
kemaslahatan-kemaslahatan hidup manusia, maka setiap ibadah
memiliki hikmah jika kita mengetahuinya akan terwujud rasa
ikhlas dan khusyuk sesuai dengan tuntunan syari’at Islam.
Diterima atau ditolaknya ibadah seorang hamba terkait dua faktor;
pertama, ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas. Kedua, ibadah
dilakukan berdasarkan petunjuk syara’. 13
Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah
yang taat, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat AdzDzariyat 56,
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mengabdi (ibadah) kepada-Ku.“14
Firman Allah. Q.S. Al-A’raaf: 59).
13
Tengku M.Hasbi Ash.Shiddeieqy, Kuliah Ibadah Ibadah di tinjau
dari segi hukum dan hikmah, (Semarang: rizki Putra, 2002),hlm.10
14
Depag. RI. Al-Qur’an Dan Terjemah. Q.S. Adzariyat: 56.
69
Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya
lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak
ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak
menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang
besar (kiamat).
Semakin lama seseorang duduk di bangku pendidikan,
semakin bertambahlah ilmu pengetahuannya maka semakin
mendekatlah ia kepada Allah swt. dan meningkat pula kualitas
dirinya melalui ilmu pengetahuan, tentu saja ilmu pengetahuan
tersebut diamalkan, karena langkah awal dalam beribadah menurut
al-Ghazali adalah untuk mensucikan jiwa dari kerendahan hati dan
sifat-sifat tercela dan motivasi; pertama ialah menerapkan syari’at
dan misi Rasulullah saw. Bukan untuk mengejar pangkat, mencari
kemegahan ataupun popularitas. 15
Secara umum ibadah adalah perilaku manusia dalam semua
aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt. yang
dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho dari Allah swt.
Semua perbuatan secara psikologis
merupakan kondisional
kejiwaan yang dapat memberikan corak kepada semua perilaku,
bahkan dapat menghindarkan perbuatan jahat dan munkar baik
terhadap diri sendiri, masyarakat maupun lingkungannya. 16
15
Abidin Rusn, Pemikiran...hlm.60
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama
Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm.240.
16
70
2. Akhlak
Berlandaskan Alqur’an pendidikan mencakup segala aspek
kehidupan, tidak terbatas pada manusia saja, tetapi segala hal ihwal
yang berkaitan tentang kehidupan alam jagad raya. Oleh karena
itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada
pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran,
melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah
kepada pembentukan keribadian yang baik.
Kemampuan untuk berubah merupakan makna
yang
terkandung dalam belajar, karena dengan belajar manusia dapat
berkembang lebih baik dari makhluk lainnya. 17 Pendidikan
hendaknya menjadi prioritas untuk mengantisipasi realitas bagi
anak-anak dan remaja di era milenial yang menuntut keterbukaan
dan kelenturan dalam pemikiran serta kemampuan memecahkan
masalah secara kreaktif dan kritis.18
Pendidikan menurut Islam tidak terbatas pada umur, tetapi
sampai akhir hayat. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan syari’at agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut aturan Islam. Kepribadian utama yang
17
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: raja Grafindo Persada,
2015), hlm.59
18
Ibid. hlm. v
71
dimaksud sebagai kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang
didalamnya terbentuk nilai-nilai Islam. Nilai-nilai ini akan muncul
setiap saat, sewaktu mereka berfikir, bersikap dan berperilaku.
Melakukan bimbingan membutuhkan
kesadaran dengan suatu
niat, dan cara-cara tertentu didasari pengetahuan dan teori-teori
pendidikan tentang Islam. 19
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi
pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial,
dan
ilmu
pengetahuan.
Sebagai
bantahan
pendapat
yang
meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an,
Abdul
Rahman
kata Tarbiyah yang
Saleh
berasal
Abdullah
dari
mengemukakan
bahwa
kata “Rabb”(mendidik
dan
memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula
kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan
bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang
menunjukkan kepada pendidikan.
Kata “pendidikan” atau ta’dib adalah pembentukan akhlak.
Kalau ada ungkapan “kurang ajar” yang kurang sebenarnya ajaran
kesusialaan, moral, etika atau akhlak. Jadi pendidikan dan
19
Tati Nurhayati, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim
Kontemporer (Studi Kasus Pada Keluarga Dengan Ayah Dan Ibu Bekerja Di
Perumahan Mega Nusa Endah Karya Mulya Kota Cirebon). (Yogyakarta,
Disertasi UMY,2015).hlm.41.
72
pengetahuan atau ta’dib
dan ta’lim, mengajar dan mendidik,
pengajar dan pendidik adalah sama. Keduanya tidak dapat
dibedakan. Maka menurut al-Ghazali konsep pendidikan mengarah
pada
pembentukan akhlak, maka tidak dibedakan
antara
pendidikan dan pengajaran. Keduanya tidak hanya menekankan
teori
mengesampingkan
praktek
atau
sebaliknya.
Tidak
menekankan pada ilmu dengan mengabaikan praktek atau
sebaliknya menekankan amal mengabaikan ilmu. Keduanya
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam Islam
dikenal dengan iman dan amal shaleh. 20
Pemisahan dan pemetaan antara agama dan sains jelas akan
menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika
tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas
dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas
agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi
liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Murtadha Mutahhari
seorang ulama, filosof dan ilmuwan Islam menjelaskan bahwa
iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, dimana
manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah
kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa
menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman
20
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran... hlm.63
73
yang merupakan fitrah manusia. Tetapi dilain pihak manusia pun
memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan
memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk
memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang
merupakan ciri khas sains). Karena itu, seorang muslim juga
diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah
satu pembuktian kekuasaan Allah, disamping ayat-ayat qauliyah.
Konsep pendidikan dalam Islam menurut Alqur’an pun tidak
hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.21
Pendidikan
memberikan
Islam
kemampuan
berarti
sistem
seseorang
pendidikan
untuk
yang
memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, pendidikan
Islam sebagai suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah swt. sebagaimana
Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia baik duniawi maupun ukhrawi.
Usaha membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka
diperlukan usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak mulia
merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan
antar sesamanya. Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting
21
Blog.Spot.. Konsep Pendidikan Dalam Islam
74
dalam kehidupan, tingkatnya berada sesudah keimanan atau
kepercayaan kepada Allah, Malaikat, Rasul, hari akhir, balasan
akhirat, qada dan qadar Allah. Apabila beriman kepada Allah dan
beribadah, bagian akhlak utama yang mesti dilaksanakan.
Kemudian hal yang berkaitan dengan muamalah yaitu hubungan
manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun kolektif.
Akhlak tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan
manusia yang lainnya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan. Tujuan
pendidikan Islam ditetapkan dan dilakukan Nabi Muhammad saw.
semasa hidupnya terbentuknya moral yang tinggi, karena
pendidikan moral
merupakan ruh pendidikan Islam, tanpa
mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. 22
Isyarat filosofis bahwa proses pendidikan Islam bersumber
pada pendidikan yang diberikan Allah swt. yaitu Alqur’an dan
hadis. Dalam konteks yang luas, pemahaman pendidikan Islam
yang terkandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur
pendekatan, yaitu:
1. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh)
2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
22
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan islam, ( Jakarta: Amzah, 2011),
hlm.61.
75
3. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan
4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Keteladanan Rasulullah saw. dalam segala kata yang
diucapkan, tingkah laku yang diperbuatnya, sikap yang diambilnya
merupakan gambaran hidup terhadap pemikiran pendidikan Islam.
Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. beliau
mengatakan, akhlaknya adalah Alqur’an. Rasulullah saw. guru
teragung pada sekolah Islam, karena beliau adalah lulusan sekolah
Ilahiah di Gua Hira yang telah meletakkan garis-garis besar
pendidikan Islam pada Alqur’an.
Prinsip dasar pendidikan Islam
universal (syumuliyah),
yang melihat pada seluruh aspek kebutuhan manusia, masyarakat
dan tatanan kehidupan.23 Pembinaan akhlak merupakan tumpuan
perhatian dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dari salah satu misi
kerasulan
Nabi
Muhammad
saw.
yang
utama
untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, dalam salah satu hadisnya
ialah :
) انما بعثت ألتمما مكرم األخلق ( رواه أحمد
Sesungguhnya Aku ( Muhammad) diutus untuk meyemburnakan
akhlak yang mulia.
23
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kancana, 2008), hlm.73.
76
Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak
ini dapat dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa
yang harus didahulukan dari pembinaan fisik, karena dari jiwa
yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik dan pada
tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan bathin.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat
dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek
ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat
berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan
perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal saleh
dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai
kemunafikan. Al-Baqarah : 8-9
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman
kepada Allah dan hari kemudian,"pada hal mereka Sesungguhnya
bukan orang-orang yang beriman.
77
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar.
Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang
dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan
dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan
akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang
dibawa Rasulullah saw. dan mau memanfaatkan harta dan dirinya
untuk berjuang dijalan Allah. Seterusnya keimanan membuahkan
akhlak yang mulia. 24
Dalam berbagai literatur tentang ilmu akhlak Islami,
dijumpai akhlak secara garis besar yaitu dibagi dua bagian.
Pertama, akhlak mahmudah / akhlak terpuji atau akhlak yang baik
seperti berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah
termasuk pada akhlak terpuji. Kedua, akhlak mazmumah akhlak
tercela seperti menzolimi orang lain, berbohong, pemarah,
pendendam,
kikir dan curang
dan lainnya. Akhlak seseorang
berawal dari hati, karena hati itu kerajaaan dalam tubuh, bila hati
sudah terkontaminasi oleh fikiran tanpa pengetahuan yang baik,
maka sikap dan perilaku juga mengarah pada yang tidak baik,
seperti rasa marah, berbohong, mencela orang lain dengan
24
Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : Raja Grafindi Persadaa,
1996).hlm.160
78
mebeberkan aib, sifat bakhil / kikir, sikap kasar pada orang lain,
bicara tidak sopan, sifat takabur, inilah di antara akhlak mazmumah
( tercela) yang harus dihindarkan, karena berakibat fatal dan akan
mengancam kebahagiaan dunia
dan
berakibat
fatal pada
kesenangan akhirat kelak. 25
C. ANALISIS
Uraian
di
atas
menggambarkan
bahwa
Islam
menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak
yang mulia ditekankan pada tingkah laku dalam bentuk ibadah
dan aktualisasi diri dalam kehidupan
social,
sekaligus
kebahagiaan bagi individu dan masyarakat.
Pendidikan diartikan secara sederhana sebagai upaya
menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal
sempurna
dan
akhlak
paripurna.
Sebagai
langkah
awal
pendidikan untuk mendapatkan kualitas kepribadian individual dan
social. Apabila mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan
jati dirinya. Pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui
25
Ibid. hlm.43
79
pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai harkat
dan derajat kemanusiaan.
Tujuan pendidikan jangka panjang sebagai pendekatan diri
kepada Allah swt. melalui ibadah dan senantiasa mempelajari serta
mengamalkan ilmu-ilmu agama yang bersifat fardhu ain.
Disanalah terdapat hidayah addin, (hidayah agama) yang termuat
dalam ilmu-ilmu syari’ah atau ilmu social sehingga aktualisasi diri
dalam kehidupan bermasyarakat akan mencerminkan akhlak yang
baik.26
D.
KESIMPULAN
Urgensi pendidikan tidak sekedar mementingkan individu,
melainkan
erat
kaitannya
dengan
kehidupan
sosial
kemasyarakatan. Konsep pendidikan dalam Islam berkaitan erat
dengan lingkungan dan kehidupan sosial. Kebutuhan akan kualitas
penddikian untuk meningkatkan ibadah pada Allah swt. melalui
amal
shaleh,
implementasi
dalam
kehidupan
sehari-hari
menceminkan akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga
kehidupan berjalan sesuai tuntutan agama.
Iman yang dikehendaki Islam tidak sekedar iman yang
hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang
26
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.57-58.
80
disertai perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu
menerima ajaran yang dibawa Rasulullah saw.
dan mau
memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang dijalan Allah.
Keimanan membuahkan akhlak secara vertical dan akhlak secara
horizontal.
BIBLIOGHRAFI
Abidin Ibnu Rusn,
Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persadaa,
1996
Abidin Ibnu Rusn,
Pemikiran Al-Ghazali TentangPendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Blog.Spot.. Konsep Pendidikan Dalam Islam
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2011.
Depag. RI. Al-Qur’an Dan Terjemah.
UU Sisdiknas Tahun 2003
Journal, Intenational Confrence Association Of Islamic Psicology,
Jilid. 3.
81
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: raja Grafindo Persada,
2015.
Moh. Rif’ai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra,
1978.
Novan Ardy Wiyani,
Pendidikan Agama Islam Berbasis
Pendidikan Karakter, Bandung: Alfabeta, 2013.
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, Jakarta: raja Grafindo
Persada, 2015.
Tati Nurhayati, Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim
Kontemporer (Studi Kasus Pada Keluarga Dengan Ayah
Dan Ibu Bekerja Di Perumahan Mega Nusa Endah Karya
Mulya Kota Cirebon). Yogyakarta, Disertasi UMY,2015.
Tengku M.Hasbi Ash.Shiddeieqy, Kuliah Ibadah Di Tinjau Dari
Segi Hukum Dan Hikmah, Semarang: Rizki Putra, 2002.
Susanto, Pemikiran pendidikan islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kancana, 2008.
82