TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
.
.
DISUSUN.OLEH:
KELOMPOK 3
AYU ANGGRAINI 06101181722041
DIAR ARUM TRIANDA 06101281722020
FRISKA SENJA CAHYANI 06101281722044
LULU MUNISAH 06101281722035
RARA AMIATI 06101281722032
ROHMA MULYATI 06101181722028
DOSEN PENGASUH : RODI EDI, S.Pd., M.Si.
...
.....
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun sehat akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan judul “Teori Belajar Konstruktivisme”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Belajar dan Pembelajaran kami Bapak Rodi Edi yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Indralaya, Januari 2019
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
A. PENDAHULUAN 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
D. TINJAUAN PUSTAKA 2
a. Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme 2
b. Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivitisme 5
c. Prinsip Teori Belajar Konstruktivitisme 6
d. Proses Teori Belajar Konstruktivitisme 7
e. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivitisme 9
f. Penerapan Teori Belajar Konstruktivitisme di Dalam Kelas 10
g. Hakikat Teori Belajar Konstruktivitisme 12
E. PEMBAHASAN 14
a. Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme 14
b. Proses Teori Belajar Konstruktivitisme 17
c. Penerapan Teori Belajar Konstruktivitisme 19
F. KESIMPULAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
SOAL DAN JAWABAN 23
PENDAHULUAN
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan disertai dengan perubahan perilaku yang mengarah kea rah positif. Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, tanggung jawab, dan mendidik dirinya sendiri serta mampu berkolarobasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu mrlihat kaitan antara cirri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-prekatek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tiak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasi sendiri maisng-masing individu.pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu, keaktifan seseorang menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik salah menangkap dari apa yang telah guru berikan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tidak bisa dipindahkan begitu saja, melainkan harus dikonstruksikan sendiri pleh peserta didik. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik perupa strategi pembelajaran, bimbingan, dan bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar, ataupun menyediakan media atau materi pembelajaran agar peserta didik termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengonstruksi sendiri pengetahuannya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar berikutnya. Belajar bukan hanya meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana mungkin konsep itu salah, dan jika ternyata benar pendidik harus membantu siswa dalam mengonstruksi konsepsi tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah ini. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat tepri belajar konstruktifisme ini dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam mengonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik dapat lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsep awal siswa dan pengalaman siswa dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitisme ?
Bagaimana proses belajar menurut teori konstruktivitisme ?
Bagaimana penerapan teori belajar konstruktivitisme ?
TUJUAN
Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitime.
Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivitisme.
Untuk mengetahui penerapan teori belajar konstruktivitisme.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme
Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta – fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori Belajar Konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur mental yang dikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini akan diterima begitu juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran Konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru dimana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan, sifat – sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.
Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain”. Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting. Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subjektif.
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memaknai belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti pengalaman masing – masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid.
Tokoh – tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme
Jean Piaget
Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep – konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia dan mengerjakan operasi – operasi dari representasi – representasi konsep realitas dunia.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak dieproleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkontruksi ilmu berbeda – beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya adalah siswa harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.
Teori Vigosky
Teori belajar Vigosky yaitu menekankan pada sosiokultular dan pembelajaran dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimiliki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. Scaffolding Zone of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan di bawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap – tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung – jawab yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Menurut teori Vigosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor – faktor eksternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivitisme
Menurut pandangan teori ini balajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktifitas kolabirasi, dan refleksi serta interprestasi. Teori belajar konstruktivistik menitikberatkan pada bagaimana seorang peserta didik mampu menyusun pengetahuan berdasarkan pemahamannya dirinya sendiri. Suatu pengetahuan tersebut berasal dari satu pengalaman menuju pengalaman selanjutnya yang mana akan menjadi suatu pengetahuan yang kompleks atau rinci. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang dimilikinya tetapi hanya membantu dalam proses pembentukan pengetahuan oleh peserta didik agar berjalan dengan lancar.
Pada intinya ciri yang dilakukan teori belajar ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya. Guru bersama-sama peserta didik mengkaji pengetahuan tetapi kebenaran pengetahuan tetap pada pemikiran atau interpretasi masing-masing. Oleh karena itu guru harus menguasai dan menerapkan strategi pembelajaran sehingga mampu memotivasi peserta didik untuk menyusun pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa hubungan guru dan peserta didik adalah sebagai mitra yang bersama-sama dalam membangun pengetahuan. Guru tetap harus mengawasi apa yang sedang dilakukan oleh peserta didik sebagai cara untuk mengukur kemampuan peserta didik tersebut.
Brooks memberikan ciri-ciri guru yang mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.
Guru membawa peserta didik masuk ke dalam pengalamanpengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.
Guru membiarkan peserta didik berfikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan guru.
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing peserta didik berdiskusi satu sama lain.
Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan, analisis, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas.
Guru membiarkan peserta didik bekerja secara otonom dan bersifat inisiatif sendiri.
Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi.
Guru tidak memisahkan antara tahap mengetahui proses menemukan.
Guru mengusahakan agar peserta didik dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
Sedangkan ciri-ciri siswa dengan pendekatan konstruktivisme adalah peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru membantu proses pembangunan pengetahuan agar peserta didik dapat memahami informasi dengan cepat. Disamping itu guru menyadarkan kepada peserta didik bahwa mereka dapat membangun makna. Peserta didik berupaya memperoleh pemahaman yang tinggi dan guru membimbingnya. Adapun misi utama pendekatan konstruktivisme adalah membantu peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan kembali dan melakukan yang baru.
Prinsip Teori Belajar Konstruktivitisme
Satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori konstruktivitisme adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang sepuluh lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002 dalam Trianto 2007)
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; (6) guru adalah fasilitator.
Proses Teori Belajar Konstruktivitisme
Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Oleh sebab itu, pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam proses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.
Peran Siswa
Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru harusnya dapat memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut adalah menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Peran Guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.
Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya.
Evaluasi terhadap pembelajaran konstruktivitisme meliputi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menekankan pada proses dan tujuannya lebih kepada perbaikan mutu pembelajaran; sedangkan evaluasi sumatif menekankan pada hasil. Evaluasi sumatif mengukur pencapaian pebelajar setelah menyelesaikan suatu mata pelajaran. Aspeknya mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap; pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivitisme
Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
Dalam aspek berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan. Pembelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir pembelajar yang lebih tinggi. Pembelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan pembelajar terhadap bahan yang dipelajari.
Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama, konsep melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pembelajar sehingga pembelajaran bermakna.
Dalam aspek kemahiran sosial yakni kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja, maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru. Menjadikan pembelajar lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pembelajar. Pengkondisian pembelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temuannya sehingga pencapaian kesempatan belajar pembelajar dapat diharapkan.
Dalam aspek kesenangan mereka dapat terlibat secara terus menerus karena mereka faham, ingat, yakin, dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan terasa senang belajar dalam membina pengetahuan baru.
Kekurangan Teori Belajar Kontruktivisme
Teori kontruktivisme memiliki beberapa kekurangan, yakni :
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi di bidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu seperti kurang begitu mendukung, siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
Penerapan Teori Belajar Konstruktivitisme di Dalam Kelas
Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pebelajar. Penguasaan berbagai metode belajar, dapat diaplikasikan oleh guru setiap kali guru tersebut melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru yang kaya akan metode mengajar, niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap pertemuannya. Konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.
Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).
Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan .
Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran kontruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon factual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubngkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di kelas.
Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan tentang kontruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
Hakikat Teori Belajar Konstruktivitisme
Dalam belajar peserta didik telah mempunyai prakonsep berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya. Untuk itu, guru guru perlu mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi. Apabila peserta didik mempunyai miskonsepsi yang tidak dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didik untuk belajar sesuatu secara benar.
Dalam menerapkan teori konstruktivisme ketika belajar dapat menggunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap yaitu:
Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini guru perlu mencermati melalui penilaian prakonsep yang dimiliki peserta didik untuk maju ketahap berikutnya. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap dimana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep atau kompetensi secara benar.
Pembelajaran Kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ketahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berfikir dan bertindak sebagai perwujudan kompetensi.
Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik memproleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.
Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan pengayaan.
Pendalaman
Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya. Secara rumus, konsep, atau prinsip dalam mata pelajaran sebaiknya dibangun atas bimbingan guru. Strategi pembelajaran perlu menkondisikan peserta didik untuk menemukan pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya untuk meningkatkan integrasi aktif dalam pembelajaran.
Hakikat pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal diatas, Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu sebagai berikut:
Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian cesara bermakna.
Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konnstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
Siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
Strategi siswa lebih bernilai.
Siswa mempunyai kesempatan untuk saling berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka serta siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
PEMBAHASAN
Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme
Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori Belajar Konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama pandangan ini adalah mental.
Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subjektif.
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memaknai belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Adapun ciri-ciri dalam pembelajaran model teori konstruktivitisme , yaitu
Mencari tahu dan menghargai titik pandang atu pendapat siswa.
Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa
Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
Menyusun pelajaran yang menantang dugaan siswa
Menilai hasil pembelajaran dalam konsteks pembelajaran sehari-hari
Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena focus belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman atau pengetahuan lama yang mereka miliki
Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesis secara terintegrasi.
Proses belajar harus mendorongnya kerja sama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerja sama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama.
Control kecepatan, dan focus pembelajaran ada pada siswa
Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan apa yang telah dimiliki langsung oleh siswa.
Rangsangan guru pembelajaran berorientasi konstruktivisme berupa pertanyaan-pertanyaan atau masalah baru yang terkait dengan kehidupan sehari-hari akan dapat mendorong siswa berpikir dan mengembangkan pengetahuannya. Proses pembelajaran seperti berdiskusi, tanya jawab, mencari dan membaca referensi, mengamati langsung, melakukan percobaan, dan sebagainya merupakan pengalaman yang sangat baik untuk membentuk kepribadian dan cara berpikir siswa. Dari proses diskusi siswa dapat belajar menghargai pendapat temannya, bekerja bersama (kolaborasi), kerja disiplin, dan sebagainya. Proses itu akan dapat membentuk kepribadian siswa yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pada proses konstruksi konsep, siswa memperoleh keterampilan menggunakan logika, menganalisis, dan menyimpulkan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasionalnya. Peran guru dalam pembelajaran berorientasi konstruktivistik bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator. Adapun prinsip secara umum tentang teori belajar konstruktivitisme adalah :
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Mencari dan menilai pendapat siswa.
Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivitisme
Proses belajar konstuktivistik berupa “…Constructing and restructuring of knowledge and skills within the individual in a complex network of increasing conceptual consistently”. Membangun dan merestrukturisasi pengetahuan dan keterampilan individu dalam lingkungan sosial dalam upaya peningkatan konseptual secara konsisten. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan peserta didik dalam memproses gagasannya bukan semata-mata olahan peserta didik dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai ijazah dan sebagainya.
Penerapan teori belajar Konstruktivisme sering digunakan pada model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) seperti pembelajaran menemukan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).
Peran Siswa
Siswa harus aktif melakukan kegiatan aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang pelajari. Guru memang menjadi andil dalam memprakarsai penataan lingkungan dan memberi peluang belajar yang optimal. Tetapi pada akhirnya peserta didiklah yang menentukan sendiri terwujudnya belajar yang sepenuhnya itu.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang memiliki kemampuan awal sebagai modal dasar sebelum belajar dalam mengkonstuksi pengetahuan yang baru, Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Peran Guru
Guru membantu peserta didiknya agar proses pengkonstuksian pengetahuan berjalan lanjar. Guru tidak mentransfer pengetahuan melainkan membantu peserta didiknya untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru harus bisa memahami cara pandang belajar peserta didiknya. Kunci peranan guru dalam proses belajar adalah pengendalian yang meliputi sebagai berikut;
Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Menumbuhkan kemandirian peserta didik dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
Mendukung dan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik mempunyai peluang yang optimal.
Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti , media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan pengetahuan. Yang dipahami dalam teori belajar konstruktivisme bahwa pembentukan pengetahuan itulah yang menjadi inti dalam teori belajar ini. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya dengan cara demikian peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri memecahkan masalah yang dihadapinya mandiri kritis kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
Evaluasi Belajar
Dari awal sampai akhir dalam prosesnya pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme ini akan ada beberapa hal, mulai dari sarana, kemampuan awal peserta didik, guru dan hasil belajar peserta didik. Sejauhmana pembelajaran berlangsung menimbulkan pemikiran untuk mengevaluasi, terutama evaluasi belajar peserta didik.
Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan” pada taksonomi Merrill atau strategi “prinsip” pada Gagne serta “sintesis” pada Taksonomi Bloom. Juga mengkonstruksikan pengalaman peserta didik dan mengarahkannya pada konteks yang luas dengan berbagai sudut pandang.
Penerapan Teori Belajar Konstruktivitisme
Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pebelajar. Seorang guru yang kaya akan akan metode mengajar, niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap pertemuannya. Kontruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.
Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivismeadalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini bisa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Dalam belajar peserta didik telah mempunyai prakonsep berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya. Untuk itu, guru guru perlu mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi. Dalam menerapkan teori konstruktivisme ketika belajar dapat menggunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap yaitu:
Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi dasar.
Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan pengayaan.
Pendalaman
Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya. Secara rumus, konsep, atau prinsip dalam mata pelajaran sebaiknya dibangun atas bimbingan guru.
Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya untuk meningkatkan integrasi aktif dalam pembelajaran.
Hakikat pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitifyang dimilikinya. Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang Teori Belajar Konstruktivisme, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memaknai belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka bukan kepatuhan siswa dalam refleksi apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran, dengan cara: mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar, guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon, mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya, siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi, gueu menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Rizki. 2011. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme. (Online). https://id.scribd.com/doc/58446227/Hakikat -Pembelajaran-Konstruktivisme. (Diakses Pada 15 Januari 2019).
Andriani, Rini. 2014. Evaluasi Pembelajaran Konstruktivisme. (Online). https://www.duniapembelajaran.com/2014/10/evaluasi-pembelajaran-konstruktivis.html. (Diakses Pada 16 Januari 2019)
Ayuni, Nizwa. 2011. Makalah Teori Konstruktivisme. (Online). http://www.academia.edu/5687187/Makalah_Teori_Konstruktivisme. (Diakses Pada 15 Januari 2019).
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Renika Cipta.
Djamarah, B.S. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, Ika. 2013. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik. (Online). https://www.slideshare.net/aiickha/prinsip-prinsip-teori-belajar-konstruktivistik. (Diakses Pada 15 Januari 2018)
Rangkuti, Ahmad Arbar. .2017. Teori Pembelajaran Konstruktivisme. (Online).
https://www.academia.edu/11999334/_TEORI_PEMBELAJARAN_KONSTRUKTIVISME. (Diakses pada tanggal 14 Januari 2019)
Sumarsih. 2009. Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Dasar-Dasar Bisnis. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia. 8(1) : 54-62.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta : Ar Ruzz Media
SOAL DAN JAWABAN
PILIHAN GANDA
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori Belajar Konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh …
John Lock
Skinner
Jean Piaget
Vigosky
Hanbury
Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama …
Personal Construktivism
Subjective Construktivism
Objective Construktivism
Scaffolding Zone Of Proximal Development
Multiple Perspektives
Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman atau pengetahuan lama yang mereka miliki
Dari ciri belajar di atas termasuk ke dalam teori belajar…
Behavioristik
Kognitif
Konstruktivisme
Humanistik
Sibernetik
Siswa harus mencari sendiri materi pembelajaran dan menyimpulkan atau memahami sendiri materi tersebut. Jika ada kesulitan, baru siswa bisa bertanya kepada gurunya. Dengan demikian, siswa memperoleh pengetahuan dengan kerjanya sendiri.
dari teori belajar konstruktivitisme di atas termasuk bagian prinsip …
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
Pembelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan pembelajar terhadap bahan yang dipelajari. Pernyataan tersebut merupakan kelebihan teori konstrukstivisme dalam aspek ...
Dalam aspek berfikir
Dalam aspek kemahiran sosial
Dalam aspek kesenangan
Dalam aspek kefahaman
Dalam aspek mengingat
Perhatikan pernyataan berikut:
Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Menumbuhkan kemandirian peserta didik dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
Mendukung dan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik mempunyai peluang yang optimal.
Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru
Yang meurpakan kunci peranan guru dalam proses belajar adalah pengendalian yang meliputi…
(1), (2), (3)
(1), (2), (4)
(1), (3), (4)
(2), (3), (4)
Semua Benar
Penerapan teori belajar Konstruktivisme sering digunakan pada model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving). Berikut yang merupakan contoh model pembelajaran tersebut adalah…
Guru menentukan masalah dan menyelesaikannya sendiri
Guru memperoleh masalah dari siswa dan menyelesaikannya sendiri
Siswa membaca buku untuk mempelajari materi pembelajaran hari itu
Siswa hanya mempelajari dan memperhatikan materi yang diberikan oleh guru tanpa belajar mandiri
Siswa mencoba menentukan alternatif pemecahan masalah yang diberikan oleh guru
Penyebab ketidakcocokan atau miskonsepsi antara konstruksi siswa dengan hasil konstruksi yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan disebabkan karena ...
Guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar.
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama.
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
Dibawah ini adalah metode mengajar seorang guru untuk mencapai suatu pembelajaran yang semanarik mungkin sehingga membuat siswa lebih aktif, lebih ceria serta tidak bosan dalam belajar, kecuali…..
Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Guru mengajukan pertanyaan terbuka,dan menekankan siswa untuk langsung merespon
Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Dalam menerapkan teori kontruktivisme ketika belajar dapat menggunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap berikut, kecuali...
Pengenalan
Pembelajaran Kompetensi
Penguasaan
Pemulihan
Pengayaan
ESSAY
Tuliskan salah satu aspek kemahiran sosial siswa dalam menerapkan pengetahuan baru yang ia dapatkan dalam kehidupannya !
Jawab :
Siswa dapat lebih mandiri dan dewasa, mereka mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain dan menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa lainnya. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap siswa lain dan temuannya sehingga pencapaian kesempatan belajar pembelajar dapat diharapkan.
Jelaskan Hakikat Pembelajaran menurut pandangan teori balajar konstruktivisme?
Jawab:
Hakikat pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa. Artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru, akan tetapi siswa dapat lebih cerdas dalam mencerna apa saja yang diajarkan oleh guru dan dapat mengambil sisi yang positif untuk dikembangkan dan menjadi pengetahuan yang bermanfaat.
Untuk membuat siswa agar lebih aktif dan lebih ceria serta tidak bosan pada saat belajar, apa yang harus guru lakukan menurut anda sendiri?
Jawab :
Agar tercapainya suatu pembelajaran yang efisien maka seorang guru sangatlah berperan penting dalam proses pembelajaran. seorang guru harus memiliki suatu berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa/siswinya. Guru yang kaya akan metode mengajar, serta sesuai dengan kebetuhan siswa/siswinya niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap pertemuannya.
PAGE \* MERGEFORMAT iii