Academia.eduAcademia.edu

Peran Desain Pembelajaran Dalam Pengembangan Moral Anak Didik.pdf

2018, At-Ta'dib Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam

This article explore moral education, learning system based on educational institutions. Students have different style from each other, so moral development in the design of learning is very important for teachers. Cause the development of learning design is related to students’ morals, sudent be able to become a make changes as a whole, and bring changes to individual students. The design of moral learning is a system for the development of education and training programs. This learning system will make students have good morals in the bad behavior on society. Learning system must make teacher be a good person, cause learning system must make actual learning, not only focused on the substance of teaching material, but more strived to internalize the values of the teaching material.

PERAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK DIDIK Muhamad Fatih Rusydi Syadzili Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ihyaul Ulum Gresik Email. [email protected] Abstrak Artikel ini mengeksplor pendidikan moral yang terdapat dalam sistem pembelajaran lembaga pendidikan. Anak didik memiliki dunia yang berbeda satu sama lain, pengembangan moral dalam desain pembelajaran amat perlu diperhatikan oleh guru. Pengembangan desain pembelajaran yang berkaitan dengan moral anak didik diharapkan mampu menjadi sarana dalam mengadakan perubahan secara menyeluruh, dan membawa perubahan individu anak didik. Desain pembelajaran moral anak didik diharapkan mampu membentuk suatu sistem pengembangan program pendidikan dan pelatihan, desain pembelajaran ini akan membikin anak didik memiliki moral baik yang makin konsisten atas perilaku tidak baik di masyarakat. Materi pembelajaran yang biasa dijalankan oleh guru, diharapkan mampu mengoptimalkan system pembelajaran yang bersifat aktual, tidak hanya terfokus pada substansi materi ajar, tetapi lebih diupayakan lagi menginternalisasikan nilai-nilai materi ajarnya. Kata Kunci: Pendidikan, Desain Pembelajaran, Moral, Anak Didik Abstract This article explore moral education, learning system based on educational institutions. Students have different style from each other, so moral development in the design of learning is very important for teachers. Cause the development of learning design is related to students’ morals, sudent be able to become a make changes as a whole, and bring changes to individual students. The design of moral learning is a system for the development of education and training programs. This learning system will make students have good morals in the bad behavior on society. Learning system must make teacher be a good person, cause learning system must make actual learning, not only focused on the substance of teaching material, but more strived to internalize the values of the teaching material. Key Word: Education, Learning Design, Morals, Students Muhammad Fatih Rusydi Syadzili: Peran Desain Pembelajaran... | 128 A. Pendahulan Pada dasarnya pendidikan moral merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, yang nantinya diharapkan mampu membawa perubahan pada individu sampai ke akar-akarnya. Pendidikan akhlak memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan budi pekerti. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa adalah terdapatnya nilainilai moral tertentu, yang keberadaannya dipengaruhi oleh budaya masyarakat, lingkungan dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan akhlak dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai moral dan pendidikan budi pekerti, yaitu suatu pendidikan yang menitikberatkan pada pendidikan nilainilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dan tujuan pendidikan sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda yang berbudi pekerti baik. Kalau kita kaitkan dengan lembaga pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya akan ada peran fungsi ganda. Di satu sisi lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat pengembangan sains dan teknologi, tetapi di sisi lain lembaga pendidikan juga memiliki fungsi 129 sebagai pusat pengembangan peradaban dan pusat pembudidayaan manusia. Dalam pendidikan Islam, pengembangan sains dan teknologi mengarah pada pengembangan sains dan teknologi yang berwawasan islami, yang pada gilirannya dapat membangun peradaban dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki wawasan dan kesadaran keagamaan (Islam). Untuk menunjang fungsi pendidikan Islam tersebut, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan. Salah satu faktor dominan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan adalah kesuksesan dalam proses pembelajaran, sebab di dalam proses pembelajaran itulah terjadinya proses internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara langsung. Dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi pergeseran paradigma yang sangat mendasar dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya adalah bergesernya paradigma dari “apa yang mesti diajarkan oleh pendidik kepada anak didik besok” ke “apa yang harus anak didik pelajari dari pendidik besok”. Paradigma yang disebut pertama menggambarkan bahwa yang aktif dalam proses pembelajaran adalah pendidik itu sendiri, sedangkan paradigma kedua menggambarkan bahwa peserta didiklah yang harus berperan aktif dalam proses pembelajaran. Paradigma pertama berangkat dari landasan behavioristik sedangkan paradigma kedua berangkat dari | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 2, Desember 2018 landasan konstruktivistik. Paradigma di atas bagi Dede Rosyada (2004: 91) mengandung makna lebih dalam bahwa tingkat keberhasilan mengajar bukan pada seberapa banyak ilmu yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik, tetapi seberapa besar pendidik memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar dan memperoleh segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Paradigma ini juga kemudian menyebabkan berubahnya pengertian mengajar. Mengajar dalam paradigma ini, bagi Kenneth D. Moore (2001: 5) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensinya. B. Apa Desain Pembelajaran Desain pembelajaran adalah sebuah konstruksi secara utuh tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan seorang pendidik di dalam kelas. Desain pembelajaran bagi Hisyam Zaini, dkk. (2002: 18) meliputi tujuan pembelajaran (learning objectives) yang akan dicapai, pengembangan materi perkuliahan atau desain mata kuliah, strategi pembelajaran (instruction strategies) yang digunakan, serta penilaian hasil belajar (evaluation). Desain pembelajaran bagi Yamin, Martinis, (2007: 10-11) terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu sebagaimana dalam gambar di bawah ini: Desain secara bahasa adalah kerangka bentuk; rancangan. Secara istilah, Dewi Salma Prawiradilaga mengatakan; desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk mempasilitasi proses belajar seseorang. Ia membedakan antara desain pembelajaran dengan pengembangan. Ia menyatakan bahwa pengembangan adalah penerapan kisi-kisi desain dilapangan kemudian setelah uji coba selesai, desain tersebut diperbaiki atau diperbarui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh. Kajian ini berdasarkan tinjuan teori belajar dan pembelajaran. Rothwell dan Kazanas, merumuskan bahwa desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya terhadap organisasi. Bagi mereka, peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Desain pembelajaran dalam konteks ini, yakni melakukan kegiatan melalui suatu model kinerja manusia, rumusan ini bermanfaat apabila desain pebelajaran diterapkan pada suatu pusat pelatihan di organisasi tertentu. Gagne, dkk. Mengembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain pembelajaran memantau proses belajar seseorang, dalam proses belajar itu sendiri memiliki tahapan jangka pendek (segera harus dilakukan) Muhammad Fatih Rusydi Syadzili: Peran Desain Pembelajaran... | 130 dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondiri-kondisi belajar baik internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri peserta didik, sedang kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didesain, penyiapan kondisi eksternal belajar inilah yang disebut oleh mereka sebagai desain pembelajaran. Untuk itu, desain pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang, mereka percaya bahwa proses belajar yang terjadi secara internal, dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor eksternal dapat didesain dengan efektif. Reiser, mengemukakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan dengan konsisten dan teruji. Desain pembelajaran juga sebagai proses yang rumit tapi kreatif, aktif, dan berulangulang. Definisi ini bermakna sistem pelatihan yaitu pendidikan di organisasi, serta proses yang teruji dan dapat dikaji ulang penerapannya. Dick and Carey, pakar teknologi pendidikan menegaskan bahwa penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran terhadap suatu desain pembelajaran pada umumnya, pendekatan sistem sendiri terdiri atas analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori evaluasi dan teori pembelajaran, 131 keberadaan teori tersebut merupakan teori-teori yang melandasi adanya desain pembelajaran. Pendapat-pendapat di atas meskipun berbeda tapi memiliki prinsip dan semangat yang sama yakni, desain pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mengantisipasi keadaan yang akan datang dengan menghitung atau menganalisis secara cermat segala kemungkinan dan mengarahkan pada suatu tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam mendesain suatu objek, diperlukan pertimbangan secara komprehensif, sistematik, empirik, dan akurat. Dengan demikian dibutuhkan data yang akurat dan dapat dipercaya. C. Desain Pembelajaran dalam Pendidikan Islam Di dalam pendidikan Islam sangat banyak metode pendidikan Islam yang telah dikemukakan oleh para ahli, seperti Abd. Rahman An-Nahlawi, (1992: 304) mengemukakan beberapa metode yaitu: 1. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi 2. Mendidik dengan kisah Qur’ani dan Nabawi 3. Mendidik dengan amtsal Qur’ani dan Nabawi 4. Mendidik dengan memberi teladan 5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman 6. Mendidik dengan membuat senang (targhib) 7. Mendidik dengan membuat takut | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 2, Desember 2018 (tarhib). Dalam metode pendidikan Islam diatas dinyatakan bahwa pembelajaran terhadap anak didik bisa dilakukan dengan beraneka ragam metode, bisa dengan melakukan percakapan, pemberian kisah dan conoh-contoh yang terdapat dalam Qur’ani dan Nabawi, bisa juga dengan pemberian teladan dan pembiasaan diri dari pengalaman. Pembelajaran ini memberikan penekanan pada pembentukan moral anak didik, jadi proses desain pembelajaran anak didik bisa lebih diarahkan pada perngembangan moral dan pengembangan kecerdasan anak didik. Pengertian peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pengembangan pembelajaran yang tersedia melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Keberadaan desain sebenarnya diambil dari lingkungan teknologi. Jadi tidak heran bila dalam melakukan desain sesuatu, sedikit atau banyak akan selalu terkait dengan nuansa teknologi. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam mendesain strategi dan metode pembelajaran adalah prinsipprinsip penggunaan metode pembelajaran itu sendiri. Ramayulis, (2004: 164) memaparkan ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran, yakni: metode yang digunakan dapat mempermudah dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan berkesinambungan, dan metode yang digunakan fleksibel dan dinamis. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pendidik dalam meningkatkan kualitas moral anak didik melalui desain pembelajaran. Pada dasarnya pendidikan moral merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, yang membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya. Mengantisipasi fenomenafenomena yang terjadi dalam masyarakat, perlu kiranya lembaga pendidikan Islam (Madrasah) mengoptimalkan system pembelajaran yang aktual, tidak hanya terfokus pada substansi materi ajar, tetapi lebih diupayakan lagi menginternalisasikan nilai-nilai materi ajarnya, khususnya pada pelajaran Aqidah Akhlak. Interaksi edukatif yang dibangun dalam pendidikan akhlak sebagai langkah untuk lebih menanamkan nilai-nilai moral, akhlak dan aktualisasinya. Oleh karena itu guru harus mampu membuat desain pembelajaran yang dapat memberikan nilai positif dalam meningkatkan kualitas moral siswa. Berdasarkan latar belakang tentang desain pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas moral siswa, implikasi desain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas moral anak didik, kendala-kendala serta faktor-faktor yang mendukung dalam meningkatkan kualitas moral anak didik. Tujuan dari pengamatan ini adalah Muhammad Fatih Rusydi Syadzili: Peran Desain Pembelajaran... | 132 untuk mengetahui desain pembelajaran yang digunakan pendidik dalam meningkatkan kualitas moral anak didik, untuk mengetahui pelaksanaan desain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas moral anak didik, untuk mengetahui hasil pencapaian pendidik dalam meningkatkan kualitas moral anak didik, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan kualitas moral anak didik. D. Kegunaan Desain Pembelajaran Tujuan pembelajaran sangat terkait erat dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Desain pembelajaran menurut Dewi Salma, (2008: 15) adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Prawiradilaga. Peserta didik bagi Ismail SM, Nurul Huda, dan Abd. Kholiq (Ed.), (2001: 284-285) mencari ilmu adalah sebuah proses untuk mendapatkan ijazah, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya. Untuk itu keberadaan desain pembelajaran diharapkan mampu merubah wacana anak didik dalam melakukan pembelajaran. Sehingga dengan melakukan desain ulang dari proses pembelajaran anak didik, diharapkan bakat dan minat anak didik bisa tergali. Lebih lanjut mari kita fahami pengertian dari desain pembelajaran itu sendiri. Desain pembelajaran adalah suatu 133 proses yang dilakukan oleh pendidik untuk menganalisis berbagai aspek pembelajaran seperti kebutuhan belajar dan tujuan pembelajaran serta pengembangan teknik mengajar dan pengembangan materi pengajaran/perkuliahan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang terus berkembang. Kegiatan mendesain pembelajaran adalah suatu proses untuk melakukan alur kerja pembelajaran yang sistematis dengan menganalisis kebutuhan belajar anak didik, menganalisis cara memenuhi kebutuhan belajar dan bagaimana membelajarkan anak didik baik dari segi strategi maupun metodenya. Perumusan tujuan pembelajaran erat kaitannya dengan karakteristik materi ajar yang akan dibelajarkan. Perumusan tujuan pembelajaran baik yang bersifat umum atau standar kompetensi maupun yang bersifat khusus atau kompetensi dasar harus menggambarkan kemampuan yang akan dimiliki oleh anak didik setelah pembelajaran selesai. Standar kompetensi biasanya digambarkan dengan menggunakan kata-kata yang sangat umum, sedangkan kompetensi dasar biasanya digambarkan dengan kata kerja operasional yang dapat diukur. E. Penutup Desain pembelajaran atau proses merancang pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses dari keseluruhan proses pembelajaran. Desain pembelajaran meliputi penetapan tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 2, Desember 2018 materi ajar dan kebutuhan belajar peserta didik; pengembangan materi pembelajaran baik dalam bentuk buku ajar, modul maupun hand out yang dapat memancing minat dan gairah anak didik untuk belajar; penetapan strategi dan metode pembelajaran yang memungkinkan dan memberi peluang lebih besar kepada anak didik untuk belajar secara aktif; perancangan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran; serta pengevaluasian proses dan hasil belajar. Kemampuan untuk mendesain pembelajaran berdasarkan landasan ilmiah merupakan bagian dari profesionalitas pendidik. Pendidik yang profesional tidak hanya wajib memiliki kemampuan dan kepakaran, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk merancang suatu proses alih pengetahuan dari sang pakar ke mahasiswanya melalui kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran yang baik akan menghindarkan pendidik dan anak didik dari kegiatan pembelajaran yang monoton dan membosankan. Oleh karena itu, sudah saatnya setiap pendidik sebelum masuk kelas harus mendesain pembelajaran dengan baik sebagai bagian dari tugas mengajarnya. Ismail SM, Nurul Huda, dan Abd. Kholiq (Ed.), (2001), Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Moore, Kenneth D., (2001), Clasroom Teaching Skill, New York: McGraw Hill, Prawiradilaga. Dewi Salma, (2008) Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. IV, (2004), Jakarta: Kalam Mulia, Rosyada, Dede, (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media,. Zaini, Hisyam, dkk.,(2002), Desain Pembelajaran di Perdosenan Tinggi, Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development (CTSDP), Daftar Pustaka An-Nahlawi, Abd. Rahman, (1992)., Ushul al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Asalibuha, diterjemahkan oleh Herry Nur Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarak. Bandung: CV. Dipoengoro, Muhammad Fatih Rusydi Syadzili: Peran Desain Pembelajaran... | 134 135 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 2, Desember 2018