LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
ORGANIK Sintesis
MODUL IV
NAMA
: Nurul Ainsyah Suleman
KELOMPOK
: IV
JUDUL PERCOBAAN
: Asam oksalat (Oksida
Sukrosa)
JURUSAN
: Kimia
PRODI/KELAS
: Kimia/B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
PERCOBAAN IV
A. Judul
Asam oksalat (oksida sukrosa)
B. Tujuan
Membuat asam oksalat dari sukrosa (gula pasir) melalui reaksi oksidasi
C. Dasar teori
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali
lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat,
contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu
ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol
dan mempunyai melting point 187ºC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak
berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis
asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O),
dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5ºC dan mengandung 71,42
% asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan
molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100ºC.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan
kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman.
Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam
kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam
etanol pada suhu 15,6ºC dan etil eter pada suhu 25ºC adalah 23,7 g / 100 g solvent dan
1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat,
kopi, strawberry, kacang dan bayam. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya keadaan
setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur
titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point. Prinsipnya yaitu suatu zat
bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang
memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat
ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan
tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau
intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya
intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya
intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang
lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh
dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada thermometer
yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah
diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan
kemurniannya. Dalam percobaan ini dilakukan proses penentuan titik leleh dengan
tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
D. Alat dan bahan
1. Alat
No
Nama alat
Kategori
1.
Gelas kimia
1
Gambar
Fungsi
Wadah
penampungan
larutan
2.
Gelas ukur
1
Mengukur
volume larutan
3
Kertas saring
1
Untuk
menyaring
larutan
4
Pipet tetes
1
Untuk
mengambil
larutan
dalam
jumlah sedikit
5
Corong
1
Memindahkan
larutan ketempat
lain
6.
Erlenmeyer
1
Wadah larutan
7.
Batang pengaduk
1
Mengaduk
larutan
8.
Termometer
1
Untuk mengukur
suhu
9.
Lemari asam
1
Tempat
untuk
mereaksikan
asam
10.
Penangas
2
Memanaskan
larutan
11.
Neraca analitik
2
Untuk
menimbang
sampel/bahan
2. Bahan
No
Nama bahan
Kategori
Sifat fisik
1.
Aquades
Umum
-
Sifat kimia
Cairan
tak -
berwarna
-
Titik didih 100
0
2.
Sukrosa (gula pasir)
Umum
-
Pelarut
universal
C
-
Titik beku 0 0C
-
Padatan kristal
-
putih
-
Polar
Larut dalam
air
Cp 0.275 gcal/g
-
pada suhu 20ºC
dapat
dioksidasi
oleh
silver
atau
ion
Cupper
3.
Asam nitrat (HNO3)
Khusus
-
-
-
-
Cairan
tidak
-
dapat
berwarna
bereaksi
Berat molekul :
langsung
63 gr/mol
dengan
titik
leleh
-
alkali,
41,8ºC
oksida-
titik didih pada
oksida dan
1 atm : 120,5ºC.
bahan dasar
lain
membentuk
garam
berperan
sebagai
zat
pengoksidasi
yang kuat
E. Prosedur Kerja
Gula pasir
Menimbang sebanyak 20 gram
Menambahkan 25 mL HNO3 pekat dari 75 mL aquades
kedalam erlenmeyer
Memanaskan diatas penangas air perlahan-lahan sampai uap
coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
Melanjutkan reaksi tanpa pemanasan selama 15 menit
dalam lemari asam
Menambahkan kembali 10 mL asam nitrat dan 10 mL
aquades
Memanaskan larutan tersebut sampai uap coklat NO2 keluar
dan volume cairan berkurang
Mendinginkan larutan pada suhu kamar
Kristal asam oksalat
Menyaring kristal yang terbentuk
Melarutkan dalam air panas
Mendinginkan larutan hingga terbentuk kristal yang murni
Menyaring dan mengeringkan kristal
Menimbang kristal yang terbentuk
Berat kristal = 8,7387 gr
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Hasil
1
gula pasir 20 gram berwarna putih
Menimbang gula pasir sebanyak 20
gram
2
Menambahkan 25 mL asam nitrat
gula pasir larut dalam asam nitrat dan
pekat dari 75 mL aquades kedalam
aquades membentuk larutan bening
erlenmeyer
3
Memanaskan diatas penangas air
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
perlahan-lahan sampai uap coklat
NO2 keluar dari erlenmeyer
4
Memindahkan erlenmeyer ke balok
larutan berwarna bening dan terdapat
kayu lemari asam untuk
kristal jarum didasar erlenmeyer
melanjutkan reaksi tanpa
pemanasan selama 15 menit
5
6
Memanaskan kembali larutan dan
endapan kristal kembali larut membentuk
kristal yang terbentuk
campuran berwarna coklat
Menambahkan kembali 10 mL
terbentuk larutan bening
asam nitrat dan 10 mL aquades
7
Memanaskan larutan tersebut
uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer
sampai uap coklat NO2 keluar dan
volume cairan berkurang
8
Mendinginkan larutan pada suhu
terbentuk kristal berbentuk kubus dan
kamar
berwarna kuning
berat kristal =
9,0206 gr- 0,2819 gr = 8,7387 gram
Perhitungan
Dik : Mr C6H12O6 : 180 gr/mol
M C6H12O6 : 20 gr
Mr 3C2H2O4. 2H2O : 126 gr/mol
M 3C2H2O4. 2H2O : 10,23 gr
V HNO3 : 35 mL : 0,035 L
Dit : % rendemen
Peny :
mol mula C6H12O6 =
mol HNO3 = V x M
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,6 mol
= 0,035 L x 12 M
= 0,42 mol
→
C6H12O6 + 12 HNO3
3C2H2O4. 2H2O + 3H2O + 3NO + 9NO2
M
0,6
0,42
R
0,42
0,42
0,105
S
0,18
-
0,105 mol
C2H2O4. 2H2O
massa teoritis = mol x Mr
= 0,105 mol x 126 gr/mol
= 13,23 gram
% rendemen =
8.7387𝑔𝑟𝑎𝑚
13,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 66,05 %
G. Pembahasan
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali
lebih kuat daripada asam asetat.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sintesis asam oksalat. Asam oksalat yang
terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula pasir atau sukrosa dengan
asam nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam oksalat ini merupakan rekasi
oksidasi antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3). Campuran
antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat akan menyebabkan
larutan menjadi berwarna orange kecoklatan. Larutan yang telah berisi campuran antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3) yang menghasilkan larutan
berwarna orange kecoklatan diberikan perlakuan yaitu berupa pemanasan hingga
mendidih. Pemanasan hingga mendidih larutan tersebut akan menyebabkan terbentuknya
atau timbulnya uap yang berwarna coklat yang merupakan gas NO2 (nitro).
sintesis asam oksalat ini digunakan reaksi oksidasi dengan menggunakan senyawa
karbohidrat yaitu sukrosa dan asam nitrat pekat, dengan prosedur kerja yaitu mula –
mula 20 gram gula pasir dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 25 mL
asam nitrat (HNO3) pekat. Larutan tersebut dipanaskan di atas penangas air secara
perlahan-lahan sampai mendidih. Apabila sudah timbul uap coklat NO2. Uap atau gas
NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses pencampuran antara gula pasir atau sukrosa
dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki toksisitas serta bersifat karsinogenik
apabila terhirup oleh saluran pernafasan. Oleh sebab itu, proses berlangsungnya reaksi
ini dilakukan di dalam lemari asam. Hal ini dimaksudkan agar uap atau gas NO2 (nitro)
yang terbentuk dapat diserap oleh lemari asam sehingga uap atau gas NO2 tersebut tidak
menyebar luas ketempat yang lain.
Untuk prosedur ini dapat dilihat dari gambar berikut:
Kemudian melanjutkan reaksi tanpa pemanasan selama 15 menit dengan
mengangkat labu erlenmeyer dari penangas. Hasil larutan berwarna bening dan terdapat
kristal jarum didasar erlenmeyer. Selanjutnya memanaskan kembali larutan dan kristal
yang terbentuk, endapan kristal kembali larut membentuk campuran berwarna coklat
(karamel).
Selanjutnya menambahkan kembali 10 mL asam nitrat pekat dan 10 mL aquadest,
dengan penambahan ini akan terbentuk larutan berwarna kuning. Yang kemudian
memanaskan larutan tersebut sampai uap coklat NO2
keluar dan volume cairan
berkurang, akan terbentuk uap coklat NO2 keluar dari erlenmeyer.
Pada saat volume cairan larutan tersebut hanya tinggal menjadi 10 ml,
penambahan aquadest terus dilakukan hingga aquadest yang ditambahkan mencapai 20
ml. Penambahan aquadest ini pun disertai dengan diuapkannya kembali volume cairan
larutan tersebut hingga menjadi 10 ml. Penambahan aquadest serta diuapkannya volume
cairan tersebut akan menyebabkan berubahnya warna larutan yang semula berwarna
kecoklatan menjadi larutannya berwarna kuning dan berkurangnya volume cairan yang
hanya tinggal menjadi 10 ml. Volume cairan larutan yang hanya tinggal mencapai 10 ml
didinginkan di dalam lemari es. Perlakuan yang diberikan berupa pendinginan tersebut
bertujuan agar kristal asam oksalat segera terbentuk. Kristal asam oksalat yang terbentuk
terlihat ketika cairan larutan tersebut telah membeku dan berubah menjadi es batu.
Dalam keadaan cairan larutan yang telah membeku menjadi es batu tersebut terlihat jelas
pemisahan antara asam oksalat dengan filtratnya. Untuk kristal yang didapatkan dapat
dilihat dari gambar berikut:
Mekanisme rekasi yang terbentuk pada sintesis asam oksalat yaitu sebagai
berikut :
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri dari
fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut kemudian
dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai dengan kalor atau
pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa asam oksalat.
Kristal asam oksalat yang diperoleh berdasarkan teoritis maupun secara
praktikum menghasilkan massa kristal yang sangat jauh berbeda. Massa kristal asam
oksalat yang diperoleh secara teorits atau literatur yaitu sebesar 13,23 gram sedangkan
massa kristal asam oksalat yang diperoleh secara praktikum yaitu sebesar 8,7387 gram.
Dari kedua massa kristal asam oksalat tersebut diperoleh rendemen (% hasil) yaitu
sebesar 66,05 %.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk
mensintesis asam oksalat terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula
pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam oksalat
ini merupakan rekasi oksidasi antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat
(HNO3). Mendapatkan massa kristal sebesar 8,7387 gram dengan persen rendamen
66,05 %.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Nurbayti, Siti dan Zulfakar Tri Buana Said. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik
II. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia