BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi. Dalam kegiatan belajar mengajar terjalin komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Dimana pendidik sebagai komunikator yang memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta didik yang dalam hal ini berperan sebagai komunikan. Dalam komunikasi antara pendidik dan peserta didik sering menemui hambatan-hambatan dalam memahami apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan diamati, sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif dan efisien. Komunikasi yang tidak berjalan secara efektif dan efisien antara lain disebabkan oleh verbalisme (guru menerangkan hanya secara lisan atau melalui kata-kata), perhatian yang bercabang, kekacauan penafsiran, tidak adanya tanggapan secara aktif, kurangnya perhatian dari peserta didik, keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, dan sikap pasif anak didik.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 6
Agar komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien, maka guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yakni dengan menyiapkan dan mengadakan media pembelajaran sebagai sumber-sumber belajar selain dirinya, yang dijadikan stimulus dan direspon oleh peserta didik sehingga pengalamannya bertambah.Media pembelajaran yang disiapkan dan diadakan oleh pendidik haruslah bernilai guna dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan mempertimbangkan segala kelebihan dan kekurangan dari media yang akan digunakan.
Media dalam konteks pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru tersebut dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non-verbal. Bahasa verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, bahasa non-verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang biasa digunakan.
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung
Persada Press, 2008), h. 9
Dalam hal ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai pelajaran agama, seharusnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Agar pelajaran SKI berlangsung baik, maka harus menggunakan media yang relevan dengan materi yang diajarkan. Pelajaran SKI di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat penting dalam pembentukan akhlak, cara berfikir, dan kepribadian siswa, agar pelajaran ini dapat diserap oleh siswa secara efektif maka dalam penyampaiannya tidak cukup hanya dengan penjelasan guru saja, karena itu penggunaan media sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran.
Agar tercipta proses pembelajaran SKI yang efektif dan efisien, maka penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam penyampaian materi pelajaran SKI, salah satunya adalah dengan menggunakan media komik. Menurut Masdiono, “Komik merupakan bagian rangkaian gambar yang menceritakan suatu kisah”.
Toni Masdiono, 14 Jurus membuat komik, (Jakarta : Creative Media, 1998), h. 9 Kenapa penulis lebih memilih media komik dalam pembelajaran SKI?, karena komik merupakan bacaan yang dikenal oleh hampir semua orang, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Di kalangan anakanak, komik sudah tidak asing lagi bahkan dapat dikatakan bahwa anak-anak lebih senang membaca komik dibandingkan dengan buku pelajaran agama. Bagi anak-anak kegiatan membaca komik dan cerita bergambar merupakan kegiatan yang sangat menghibur dan menyenangkan.
Dengan gambar-gambar yang atraktif, berwarna, dengan format sampul yang menarik dan bagus sehingga dilihat dari penampilannya saja, anak sudah mulai tertarik untuk melihat dan segera membaca komik tersebut.
Rahma Sugiharta, Perilaku dan Kebiasaan Anak Gemar Membaca, Prisma No. 2,
1997, h. 43 Kondisi di atas menggambarkan bahwa komik sudah begitu dikenal dan disukai di kalangan anak-anak. Akan tetapi, sayangnya komik yang ada dan beredar saat ini sebagian besar hanya sebagai hiburan semata, tanpa ada unsur edukasi yang ada di dalamnya. Komik yang ada saat ini hanya memuat tentang kehidupan sosial dan pendidikan moral. Untuk itu perlu adanya sebuah inovasi baru, dimana sebuah komik tidak hanya sebagai media penghibur, akan tetapi dapat juga difungsikan sebagai media pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai agama.
Rumusan Masalah
Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media komik terhadap materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa‟diyah?
Adakah perbedaan hasil belajar SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa‟diyah dalam pembelajaran SKI pada fase pratindakan dengan hasil setelah diadakan tindakan?
Bagaimana tingkat efektivitas penggunaan medi komik pada pembelajaran SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa‟diyah?
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Media Pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan”.
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), cet. ke-XI, h. 8
Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapatmenyajikan pesan yang merangsang siswa untuk belajar, misalnya : buku, film, kaset, dan film bingkai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, media dapat diartikan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.
Dari beberapa definisi media yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa alat-alat atau benda-benda fisik yang dapat digunakan sebagai sarana untuk merangsang perasaan, fikiran, minat, dan motivasi peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Hakikat Media Komik
Pengertian Komik
Kata komik berasal dari Bahasa Perancis yaitu Comique, sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau badut. Komik yang diterbitkan dalam bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum seluruhnya disebut komik.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 452 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Media Pengajaran, definisi komik adalah sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni sastra, gambar-gambar dalam komik umumnya dilengkapi dengan balon-balon kata dan kadang disertai dengan narasi sebagai penjelasan.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian komik adalah cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata yang bersifat lucu dan menghibur, biasanya terdapat dalam majalah, surat kabar, atau dibuat dalam bentuk buku.
Dengan sifat komik yang lucu dan menghibur serta mudah dicerna dan difahami, maka komik akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai media pembelajaran bagi seorang guru untuk menyampaikan berbagai informasi atau gagasan yang terkait dengan bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.
Unsur-unsur Komik
Toni Masdiono dalam bukunya yang berjudul 14 JurusMembuat Komik membagi unsur-unsur komik atas halaman pembukadan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
Judul, biasanya diambil dari tema cerita ang diangkat atau sang tokoh utama. Ukuan huruf dibuat capital dan besar serta berwarna mencolok, sehingga mudah dibaca oleh pembaca.
Credit, merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat komik tersebut seperti nama pegarang, penggambar pensil, dan
pengisi warna.
Indica, merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penerbit dan waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas komik tersebut.
Komik Sebagai Media Pembelajaran
Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran.
Mengapa komik? Karena anak- anak, sebagaimana orang dewasa juga, menyukai komik. Oleh karena itu, jika media yang menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses.
Sebenarnya, komik telah lama digunakan sebagai media pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan gambar-gambar Superman (Sones, 1944). Para pendidik di Amerika juga menciptakan komik yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Orang-orang mulai percaya bahwa komik telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa komik menghalangi minat baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Komik juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Karena asumsi-asumsi negatif ini, komik tidak lagi ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai 1970an. Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di American Language Institute of New York University (1995).
Dan banyak pustakawan yang percaya bahwa komik dapat mengalihkan perhatian pelajar dari televisi dan video games.
Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h, 1-4 dalam
http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 11 Oktober 2018 Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan.
Sudjana, op.cit., h. 68
Perlu disadari oleh para guru bahwa dewasa ini banyak banyak bacaan komik di pasaran yang sifatnya tak selalu mendidik, yang demikian itu harus difahami oleh peserta didik supaya tidak tersesat dalam oleh bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan mereka supaya selektif dalam membaca komik tetapi jangan sampai peserta didik terlalu terlena dengan bacaan komik sehingga lupa dengan buku bacaan pelajaran.
Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam didefinisikan sebagai “Kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan kekuasaan islam sekarang”.
Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, dalam
http://alhafizh84.wordpress.com/, 11 Oktober 2018
Menurut Abudin Nata dalam bukunya yang berjudul Metodologi Studi Islam, yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguhsungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama islam.
Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
Cet. IV, h. 314
Dari berbagai macam definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai dengan masa sekarang, yang berkaitan dengan pertumbuhan, penyebaran, Perkembangan, pemikiran umat islam, serta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, baik dari segi agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Media komik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Begitu juga membantu pembelajaran khususnya untuk materi SKI. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Saran
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafizh, Muhammad. “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam http://alhafizh84.wordpress.com/. 02 Desember 2012.
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2007.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Algesindo. 2011.
Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada. 1996.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2008.
10