Academia.eduAcademia.edu

ANTIKOAGULAN

Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus dan emboli, obat golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium dan transfusi

ANTIKOAGULAN (Jenis , Farmakokinetik dan Farmakodinamik) Oleh : Amalia Nur Wahyu Chairani Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret SURAKARTA 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk serta isi yang sederhana. Makalah yang berjudul “ANTIKOAGULAN” ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas untuk semester pendek Blok Hematologi yang diampu oleh dr. Dian Ariningum M.Kes,Sp.PK. Dalam proses penyusunannya penulis tak lepas dari bantuan, masukan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasi dari banyak pihak dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis pribadi. Surakarta, 8 Februari 2018 Penulis Amalia Nur Wahyu C. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN 3 2.1 Antikoagulan 3 2.2 Antikoagulan Langung 4 2.3 Antikoagulan tidak langsung 6 BAB III PENUTUP 8 DAFTAR PUSTAKA 9 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hemostasis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Proses ini melibatkan banyak faktor seperti pembuluh darah, trombosit dan faktor pembeku darah. Dalam garis besar proses pembekuan darah itu sendiri meliputi : (1) pembentukan tromboplastin, (2) pembentukan trombin dan protrombin, (3) pembentukan fibrin dan fibrinogen. Peristiwa terjadinya pembekuan darah adalah untuk menutup bagian pembuluh darah yang rusak (fisiologik normal), namun bila bekuan yang timbul mengakibatkan aliran darah ke jaringan darah tersumbat, akan terjadi suatu penyakit yaitu trombosis. Trombosis adalah terbentuknya bekuan darah dalam pembuluh darah. Bekuan darah ini biasa disebut trombus dan dapat terbentuk pada vena, arteri, jantung, atau mikrosirkulasi yang dapat menyebabkan komplikasi akibat obstruksi atau emboli. Dalam hal ini diperlukan obat yang dapat mencegah trombus atau emboli atau tromboemboli. Obat yang dimaksud dalam paragraf di atas adalah golongan antikoagulan, antitrombosit dan trombositik, dan obat untuk mengatasi pendarahan termasuk hemostatik. Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas tentang obat anti koagulan. Obat antikoagulan yang ideal adalah yang dapat mencegah trombosis patologik dan membatasi cedera reperfusi, tetapi memungkinkan tubuh melakukan respons normal terhadap cedera vaskular dan membatasi pendarahan. Rumusan Masalah Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain : Apa pengertian antikoagulan Apa saja jenis-jenis antikoagulan Bagaimana farmakodinamika obat antikoagulan Bagaimana farmakokinetika obat antikoagulan Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut Untuk mengetahui apa itu antikoagulan Untuk mengetahui jenis-jenis antikoagulan Untuk mengetahui farmakodinamika obat antikoagulan Untuk mengetahui farmakokinetika obat antikoagulan BAB II PEMBAHASAN Antikoagulan Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus dan emboli, obat golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium dan transfusi. Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus. Menurut cara kerjanya antikoagulan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: (1) yang langsung (direk) pada pembekuan darah dan antitrombin III baik in vivo maupun in vitro, contohnya adalah heparin; (2) yang tak langsung (indirek) mempunyai khasiat menghambat pembekuan darah dengan memutuskan hubungan antara faktor pembekuan (II, VII, IX dan X) yang dibentuk di hati yang memerlukan adanya vitamin K, bekerja secara in vivo, contohnya adalah antikoagulan oral. Clotting In Vivo Clotting In The Lab Antikoagulan Langung Heparin adalah golongan obat antikoagulan parenteral, digunakan untuk pengobatan awal trombosis vena dan embolisme pulmoner karena onset kerjanya yang cepat. Pasien yang mengalami tromboembolisme berulang dapat diberikan heparin dalam jangka panjang (meskipun mendapat antikoagulasi oral yang memadai), contohnya adalah pasien dengan sindrom Trousseau. Heparin digunakan pada penanganan awal pasien dengan angina tidak stabil atau infark miokardial akut, selama dan setelah angioplasti koroner atau pemasangan stent, dan selama pembedahan yang memerlukan operasi bypass kardiopulmoner. Heparin juga digunakan untuk mengobati pasien tertentu dengan koagulasi intravaskuler yang menyebar. Heparin bekerja dengan cara mengikat antitrombin III membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah. Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktivasi faktor Xa dan mencegah pembekuan dengan mencegah perubahan protrombin menjadi trombin. Heparin dengan jumlah yang lebih besar bersama AT-III menghambat pembekuan dengan menginaktivasi trombin dan faktor-faktor pembekuan sebelumnya, sehingga mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Heparin juga menginaktivasi faktor XIIIa dam mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang stabil. Heparin tidak diasorbsi secara oral (mukosa gastrointestinal), oleh karena itu harus diberikan melalui infus intravena kontinu atau injeksi subkutan. Heparin mempunyai onset kerja segera ketika diberikan secara intravena sedangkan pemberian secara subkutan memberikan masa kerja yang lebih lama dan efeknya tidak dapat diramalkan. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari dosis yang digunakan, suntikan IV 100, 400, atau 800 unit/kgBB memperlihatkan masa paruh masing masing kira kira 1, 2½ dan 5 jam. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli paru dan memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Heparin tampaknya dibersihkan dan didegradasi terutama oleh sistem retikuloendotelium; sejumlah kecil heparin yang tidak didegradasi muncul dalam urine. Untuk heparin dosis besar (injeksi intravena) diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin. Penderita emboli paru memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih cepat. Terdapat variasi individual dalam efek antikoagulan yang ditimbulkan maupun dalam kecepatan bersihan obat. Heparin tidak dapat menembus plasenta dan air susu ibu, obat ini tidak menyebabkan malformasi fetus, oleh karena itu heparin dipilih menjadi obat antikoagulan selama kehamilan. Jika insiden mortalitas fetus atau persalinan prematur terjadi, maka pemberian heparin harus dihentikan 24 jam sebelum persalinan untuk memperkecil risiko perdarahan pascapersalinan. Antikoagulan tidak langsung Antikoagulan oral yang paling dikenal adalah golongan derivat 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion. Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Obat ini diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung reumatik, serangan iskemia selintas (transient ischemic attacks, TIA), trombosis vena, emboli paru dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K, vitamin K ialah kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X yaitu dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam gama-karboksiglutamat. Agar bisa berfungsi, vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral bertugas untuk mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah terganggu/tidak terjadi. Semua derivat 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion dapat diberikan per oral, warfarin dapat juga diberikan IM dan IV. Absorpsi dikumarol dan saluran cerna lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin diabsorpsi lebih cepat dan hampir sempurna. Kecepatan absorpsi berbeda untuk tiap individu. Dalam darah dikumarol dan warfarin hampir seluruhnya terikat pada albumin plasma, ikatan ini tidak kuat dan mudah digeser oleh obat tertentu misalnya fenilbutazon dan asam mefenamat. Hanya sebagian kecil dikumarol dan warfarin yang terdapat dalam bentuk bebas dalam darah, sehingga degradasi dan ekskresi menjadi lambat. Masa paruh warfarin 48 jam, sedangkan masa paruh dikumarol 10-30 jam. Masa paruh dikumarol sangat bergantung dosis dan bedasarkan faktor genetik berbeda pada masing-maing individu. Dikumarol dan warfarin ditimbun terutama dalam paru-paru, hati, limpa dan ginjal. Efek hipoprotrombinemiknya berkorelasi dengan lamanya obat tinggal di hati. Efek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar puncak obat dalam plasma, karena diperlukan waktu untuk mengosongkan faktor-faktor pembekuan darah dalam sirkulasi. Makin besar dosis awal, makin cepat timbulnya efek terapi; tetapi dosis harus tetap dibatasi agar tidak sampai menimbulkan efek toksik. Lama kerja sebanding dengan masa paruh obat dalam plasma. BAB III PENUTUP Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai “ANTIKOAGULAN”, tentu banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan serta kurangnya rujukan atau referensi yang penulis peroleh. Penulis berharap kepada para pembaca yang budiman agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. DAFTAR PUSTAKA Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gilman, A. & Goodman, L. 2007. Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Edisi XI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi XII. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sudoyo, A.W., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi IX. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 4 1