Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
Adapun sumber lain mengatakan Al qur'an mengenalkan tiga istilah kunci (key term) yang mengacu pada makna pokok manusia, yaitu basyar, al-insan, dan al-nas. 1. Basyar Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali. 2. Insan Kata al-insan disebut sebanyak 65 kalidalam al-qur'an. Hamper semua ayat yang menyebutmanusia dengan menggunakan kata al-insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa, secara moralmaupun spiritual. Makhluk yang memiliki keistimewaan dan keunggulan yang tidak dimiliki makhluk lain. Jalaludin Rahmat (1994) memberi pengertian luas al-insan ini pada tiga kategori.Pertama, al-insan dihubungkan pada keistimewaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi dan pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan predisposisi negative yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al-insan disebut-sebut dalam hubungannya dengan proses pencciptaan manusia. Kecuali kategori tiga, semua konteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual. 3. Al-Nas Konsep al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk social.Manusia dalam arti alnas ini paling banyak disebut dalam al-qur'an (240 kali). Penjelasan konsep ini dapat ditunjukan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukan kelompok-kelompok social dengan karakteristiknya masing-masing yang satu sama lain belum tentu sama. Ayat -ayat ini biasanya menggunakan ungkapan wa min al-nas (dan di antara manusia). Memperhatikan ungkapan ini kita menemukan petunjuk Tuhan bahwa ada elompok manusia yang menyatakn beriman padahal sebetulnya tidak beriman (2:8), yang mengambil sekutu-sekutu selain Allah (2:165), yang hanya memikirkan kehidupan dunia (2:200), yang mempesonakan orang dalam pembicaraan tentang kehidupan dunia padahalmemusuhi kebenaran (2:204), yang berdebat dengan Allah tanpa ilmu, petunjuk dan kitab Allah (22:3,8; 31:20), yang menyembah Allah dengan iman yang lemah (22:11; 29:10).
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah di muka bumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang.
Program sarjana strata satu pada program studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Universitas Sains Al-Qur'an Jawa Tengah di Wonosobo
Safira Kun Azida, 2018
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagi hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri.dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang (biologi, sosiologi, antropologi, psikologi, politik). Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristk yang secara prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain berkenaan dengan: (1) asal-usul keberadaan manusia yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan?; (2) struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa; (3) berabagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia , antara lain berkenaan dengan individualitas, sosialitas.
1. Memahami konsep-konsep tentang hakikat manusia. 2. Memahami tentang hakikat manusia dengan dimensi-dimensinya. 3. Menjelaskan pengembangan manusia dengap dimensi-dimensinya. 4. Menjelaskan hakikat manusia Indonesia seutuhnya dan / atau manusia pancasila.
Pada tahap permulaan pembahasan filsafat, Jujun S. Suriasumantri, dalam bukunya mengatakan what is man?, siapakah manusia itu?. Pada kajian filsafat manusia merupakan bahasan yang sangat pokok, oleh karenanya Jujun S. Suriasumantri mengawalinya dengan mempertanyakan manusia kemudian mendefinisikan hakekat manusia itu sendiri. Pencarian makna siapakah manusia sebenarnya sudah lama berlangsung, namun hingga sekarang tidak ada kesepakatan dan kesatuan pandangan berbagai teori dan aliran pemikiran mengenai manusia. Kadang kala studi tentang manusia menjadi tidak utuh karena sudut pandang dari setiap aliran dan teori yang berbeda-beda, hal ini berimplikasi pada pemaknaan manusia yang bersifat parsial dan tidak utuh. Sebagai contoh adalah disiplin ilmu antropologi fisik yang memandang manusia hanya pada segi fisik-materil semata. Sementara antropologi budaya memandang manusia berdasarkan aspek budayanya saja. Pemahaman yang tidak utuh terhadap manusia dapat berakibat fatal bagi perlakuan seseorang terhadap sesamanya. Seperti contoh ketika manusia dipahami sebagai suatu spesies yang mengalami evolusi dan natural selection, akan berimplikasi pada keyakinan bahwa manusia akan terus berkembang menuju penyempurnaan spesies. Pandangan yang demikian dapat menyebabkan persaingan yang tidak sehat baik dalam aspek ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan lain-lain. Selain asumsi di atas, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam dunia pendidikan, oleh karena itu desain pendidikan yang baik adalah desain pendidikan yang harus didasarkan pada hakekat manusia itu sendiri. Dan harus dipahami bahwa penjelasan yang terbaik mengenai manusia adalah penjelasan dari pencipta manusia itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan? 2. Apa yang dimaksud dengan hakekat manusia sebagai makhluk individu? 3. Apa yang dimaksud dengan hakekat manusia sebagai makhluk sosial? 4. Apa yang dimaksud dengan hakekat manusia sebagai makhluk yang multidimensi? 5. Bagaimana implikasi hakekat manusia terhadap implementasi dalam pendidikan islam? 2 BAB II PEMBAHASAN 1. Hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan a. Manusia sebagai hamba Manusia adalah ciptaan Allah, bukan berasal dari evolusi spesies seperti yang dikatakan oleh Darwin. Hal tersebut sesuai dengan Qs. Adzariyat: 56, : "Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali (hanya semata-mata) untuk mengabdi kepada-Ku". Kata Abd di dalam ayat tersebut, berasal dari bahsa Arab, yaitu 'abada-ya'budu-'ibadatan yang berarti menyembah. Kata hamba dalam masyarakat juga dipahami sebagai budak atau hamba sahaya. Kata 'abd dalam al-Qur'an disebut sebanyak 27 kali dengan berbagai bentuk makna. Dalam bentuk fi'il menunjukkan arti penghambaan manusia kepada Allah sebagai pencipta. Kemudian diberikan predikat sebagai hamba Allah, yang merupakan bentuk untuk memuliakan manusia. 1 Sebagai hamba Allah maka manusia tidak pantas untuk menyembah kepada apapun selain Allah, karena dengan menyembah kepada selain Allah berarti dia merendahkan derajatnya sendiri. Dengan menyembah kepada Allah maka dengan sendirinya manusia telah membebaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan baik dalam bentuk materi maupun sesama makhluk. Sebagai seorang abd maka segala bentuk aktivitas kehidupannya adalah untuk mengabdi (menghambakan diri) kepada Allah tanpa pamrih. 2 Berangkat dari pandangan ini maka manusia diwajibkan untuk menampilkan sikap tunduk, taat, patuh, setia kepada Allah dalam setiap aspek kehidupannya baik secara lahir maupun batin. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya manusia adalah terletak pada ketaqwaanya, bukan karena materi, jabatan, keturunan, ataupun kekuasaan. b. Manusia sebagai Khalifah Kata khalifah di dalam alqur'an disebutkan sebanyak 10 kali, dalam hal pengertian sebagai kedudukan manusia, maka khalifah berarti pengganti, yaitu sebagai pemimpin, penguasa, wakil, pengelola bumi, dan pengganti Allah. Di dalam al-qur'an khalifah kadang kala disebut dalam bentuk jamak, hal ini mengindikasikan bahwa 1 Ali Sunarso, Islam Praparadigma, (Yogyakarta: Tiarawacana, 2009), hlm. 34. 2 Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 80. psikofisik memiliki daya-daya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Jadi aktualisasi dari dimensi ini merupakan citra pribadi manusia, dimana aktualisasinya sangat dipengaruhi berbagai macam faktor, diantaranya adalah pendidikan. Dimensi Nafs sendiri terbagi menjadi 3, yaitu (1) al-Qalb, yang dihubungkan dengan rasa atau emosi, (2) al-Aql, yang berhubungan dengan cipta atau kognisi, dan (3) Nafsu, yang berhubungn dengan karsa atau konasi. Ketiga unsur tersebut merupakan pembentuk kepribadian manusia. Adapun penjelasan dari ke tiga unsur tersebut adalah: Kalbu (al-Qalb). Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan maknanya, ada yang berpendapat sebagai materi organik, dan sebagian yang lainnya menyebut sebagai sistem kognisi yang berdaya emosi. Syeikh Nurudin mengatakan bahwa qalbu terletak diantara nafsu dana ruh. Sementara Al-Ghazali, berasumsi bahwa kalbu memiliki dua bentuk, yaitu kalbu jasmani yang merupakan daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri (Qs. Al-Hajj : 46). Sedangkan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus, oleh karena ia merupakan tempat bersemayamnya iman, sebagaimana tertuang dalam Qs. Al-Maidah: 41, dan al-Hujurat: 14. 21 Ia memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran-kebenaran yang bersifat metafisik, tanda-tanda kekuasaan Tuhan, makna dibalik kejadian kemanusiaan dalam kehidupan di akherat kelak. Keduanya, antara kalbu jasmani dan ruhani saling mempengaruhi, apabila kondisi psikologis seseorang normal, maka jantung akan berdetak dengan teratur, dan sebaliknya. Kalbu dapat diibaratkan sebagi sebuah processor yang mengendalikan anggota badan lahir dan batin. Kalbu memiliki insting yang disebut dengan nur illahi (cahaya ketuhanan) dan mata batin yng memancarkan keyakinan dan keimanan. al-Zamaksyari berpendapat bahwa kalbu sesuai dengan fitrah berkecenderungan menerima kebenaran dari-Nya. Kalbu berfungsi sebagai pengontrol, pemandu, pengendali semua tingkah laku manusia. Sementara al-Thabathabai, menyebut dalam tafsir al-Mizan bahwa fungsi kalbu juga berdaya kognisi, yang terbatas melalui pendekatan cita-rasa bukan nalar akliah. Tetapi dibandingkan dengan daya kognisi, daya emosi bersifat lebih dominan. Daya-daya emosi kalbu dapat teraktualisasikan melalui rasa intelektual, 21 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,..., hlm.26. 11 rasa inderawi, rasa estetika, rasa sosial, rasa ekonomi, rasa religius, dan rasa yang lainnya. Dari beberapa ahli di atas, maka dapat dirumuskan bahwa kalbu memiliki dua bentuk yang dilihat dari segi fungsinnya, dan bentuk yang dilihat dari segi kondisinya. Dari segi fungsinya. qalbu dipengaruhi oleh hawa nafsu maka akan hanyut di dalam fujur (kesesatan). Sementara apabila qalbu mengikuti nafsu mutmainah atau dalam bahasanya Sachiko Murata disebut dengan petunjuk, maka qalbu akan mencapai derajat yang sempurna. Kalbu dapat diklasifikasikan menjadi 3 kondisi sebagai berikut: 1. Kondisi kalbu yang baik (qalb-al-baidha), kalbu ini dianggap hidup (al-hayy), seperti kondisi sehat, bening, dan bersih. Kondisi ini menghasilkan kalbu yang beriman, bertaqwa, mampu menerima kebenaran serta mau melaksanakannya sehingga ia akan mendapatkan kebahagiaan. 2. Kondisi kalbu yang buruk atau kalbu hitam (qalb-al-sauda), kalbu ini dianggap berpaling, seperti buta, sesat, dan kasar. Kalbu ini menimbulkan kekafiran dan keingkaran. Ia bisa mendapatkan kebenaran tetapi dia menolaknya. 3. Kondisi kalbu diantara baik dan buruk, kalbu ini tetap hidup tetapi berpenyakit, seperti ragu-ragu yang menimbulkan kemunafikan. Ia telah menerima kebenaran, tetapi kadang melaksanakan, kadang meninggalkannya. Kalbu ini dapat memperoleh kebahagiaan apabila disucikan dahulu melalui tobat. Menurut William C. Chittik, qalbu dapat diperoleh melalui (1) metode refleksi (fikr) yang berpusat di otak, (2) metode penyingkapan (kasyf) yang berpusat pada qalbu, dan yang ke (3) melalui metode pewahyuan. 12 Akal (al-'aql) Menurut aliran rasionalisme yang terkenal dengan tokohnya Ren Des Cartes, mengatakan bahwa hakekat manusia hanya terletak pada rasio atau akal. Hal tersebut bertentangan dalam konsep Islam, bahwa akal bukanlah satu-satunya esensi manusia, melainkan bahwa akal adalah bagian dari dimensi hakekat manusia. Abdul Fatah Jalal mengatakan al-Qur'an sering menggunakan kata 'akala dalam bentuk fi'il. Secara etimologi akal memiliki arti menahan, ikatan, menahan, melarang, dan mencegah. Dalam hal ini Ibnu Manzur menyatakan bahwa orang yang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya, sehingga tidak menguasai dirinya, ia mampu mengendalikan diri dan memahami kebenaran. Al-Ghazali mendefinisikan akal menggunakan empat pengertian, (1) sebutan yang membedakan antara manusia dengan hewan, (2) ilmu yang lahir di saat anak mencapai usia akil baligh, sehingga mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk, (3) ilmu yang didapat dari pengalaman, sehingga dapat dikatakan siapa yang mendapatkan pengalaman, dia lah orang yang berakal, (4) kekuatan yang dapat menghentikan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan. Akal memiliki banyak aktivitas sebagaimana yang dikatakan oleh al-Ghazali, yaitu al-nazhar (melihat dengan memperhatikan), al-takfir (memikirkan) dan al-tadzakkur (mengingat). Apabila mencapai puncaknya akal tidak membutuhkan indera sebab indra membatasi ruang lingkup akliah. 22 Sedangkan menurut al-Qur'an mengenai pengertian al-Qur'an, tidak dijelaskan secara eksplisit tentang arti yang menggunakan akar kata 'aql atau albab atau ulin-nuha, namun dari konteks ayat-ayat dapat dipahami maknanya sebagai berikut, (1) akal sebagai alat untuk memahami dan menggambarkan sesuatu agar seseorang mencapai hakikat yang...
Hakikat, 1999
Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani Adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan sistem organ. Unsur yang kedua yakni unsur ruh atau jiwa. Kedua unsur ini berkaitan satu sama lain dan apabila kedua unsur tersebut berpisah maka manusia disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut sebagai manusia. Adapun hakikat manusia menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep-konsep tentang hakikat manusia. 2. Memahami tentang hakikat manusia dengan dimensi-dimensinya. 3. Menjelaskan pengembangan manusia dengap dimensi-dimensinya. 4. Menjelaskan hakikat manusia Indonesia seutuhnya dan / atau manusia pancasila.
This paper uses the theory of Heat Exchangers to estimate the relationship between the outlet and the inlet and is written in conjunction with Fluent to simulate the impact of the air conditioning system on the environment in the car. The outside environment also affects the inside of the car, and this paper experiments to obtain outlet environment data and set it as the boundary conditions. The thermal comfort index in this paper will use experimental parameters to compute the results and analyze the results of the data to address people's requirements for the quality of the driving environment and provide a better driving environment.
2018
Prácticas y debates actuales en torno a la producción de conocimiento en el campo de lo social: Actas de las Terceras Jornadas de Epistemología y Metodología de las Ciencias Sociales, 2023
Research in the Teaching of English, 2019
2005
Jurnal Kosmik Hukum, 2023
Towards an EU Charter of the Fundamental Rights of Nature, 2020
Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (CCLM), 2017
Asian Journal of Political Science, 2018
Text Matters, 2014
Bharti Mishra, Arun Kumar Garg and Z.K. Ansari, 2023
Journal of Pediatric Infection, 2019
Journal of Comparative Pathology, 2010
Journal of Veterinary Medical Science, 2014