Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 46
Abstract
Classroom teacher as “spearhead” in fostering the character values of education of
student in elementary school. According to the responsibility, role and learning
process of elementary school, classroom teacher has the most interaction time with
student than subject teacher. In fact, most of classroom teachers only handled their
responsibility to organize and manage class, control the student’s present, prepare the
administrative matters of class and apply the guidance and counceling functions.
This research was to examine how the implementation of classroom teacher in
fostering the values of student character in two educational institutions that have a
purpose to implement character education value with different background.This
research is a qualitative research. The research source of this research is porposive
sampling. The data collecting technique using multiple technique and in this research
using descriptive data analysis technique. Afterwards, the data will be analize step by
step by data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The
researcher suggested that the proper strategy of character education of classroom
teacher to make an education capable of providing awareness to all of sides. The
strategues that can be applied by classroom teacher were : 1. Integrating the values in
every subject (RPP) 2. Intracullicular learning (experience learning) 3. Self-
development or extracurricular learning 4. Habituation of excellent behaviour both in
the classroom and outside, and 5. The cooperation between all of sides including
classroom teacher, student’s family and comunity.
Keyword : strategy, classroom teacher, character value, student
PENDAHULUAN
Semua orang akan mengatakan bahwa pintar itu penting. Jangan sampai hidup ini hanya
menjadi orang bodoh. Orang pintar hidupnya akan beruntung dan tidak akan miskin atau
menderita. Selain itu, orang pintar akan dapat mengatasi problem-problem hidupnya, tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain. Orang pintar juga akan dijadikan pemimpin dan
dianggap lebih tinggi derajatnya.
Pendidikan dipercayai dapat mengubah seseorang dari bodoh menjadi pintar. Namun
ternyata, berbekal kepintaran saja tidak cukup. Dalam kehidupan sehari-hari, orang pintar yang
tidak berkarakter, berkepribadian baik, atau berakhlak mulia justru akan mencelakakan, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kepintaran harus dibarengi dengan karakter atau
akhlak mulia. Bahkan kalau boleh memilih, antara pintar dan berakhlak mulia, lebih baik
memilih yang berakhlak mulia. Bodoh yang berakhlak lebih baik daripada pintar tetapi minus
karakter (Suprayogo, 2013: 17).
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2012: 5) adalah sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya (Kesuma, 2012: 5). Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 47
gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan, mulai dari tingkat
dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah (SMA/MA), hingga perguruan tinggi
(Suyadi, 2013: 1-2). Lingkungan pendidikan sekolah menjadi tanah subur bagi pertumbuhan
karakter anak didik antara lain : pemahaman tentang sekolah sebagai wahana aktualisasi nilai,
penghayatan momen-momen perjumpaan antara guru dan siswa, baik yang terjadi di dalam kelas
maupun di luar kelas (Koesoema, 2010: 222-224).
Nilai-nilai karakter yang telah dirumuskan oleh Kemendiknas ada 18 nilai karakter, yaitu
: 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4) disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokrasi;
9) rasa ingin tahu; 10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13)
bersahabat/komunikastif; 14) cinta damai; 15) gemar membaca; 16) peduli lingkungan; 17)
peduli sosial; dan 18) tanggung jawab (Tim DPP FITK UIN SUKA, 2011: 11-23).
Pendidikan karakter yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat
Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari
perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal kasus korupsi, perkembangan seks bebas
pada kalangan remaja, penggunaan narkoba, tawuran pelajar, kebut-kebutan dijalan para pelajar,
minuman keras, pembunuhan, rampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah
menengah atas (Afandi, 2011: 85).
Terjadi kontradiksi dari realita pendidikan sekarang dengan pengertian pendidikan
sendiri. Pengertian pendidikan yang tertuang pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan sendiri adalah upaya
sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan
berakhlak mulia.
Penelitian ini untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan guru kelas dalam menumbuhkan
nilai-nilai karakter pada siswa di lembaga pendidikan SDN Pondok Dalem 01 dan MI Fathus
Salafi Jember yang merupakan dua lembaga pendidikan yang memiliki background yang
berbeda. SDN Pondok Dalem 01 merupakan lembaga pendidikan yang berasaskan pendidikan
umum dan MI Fathus Salafi berlandaskan pendidikan keagamaan. Guru SD/MI yang merupakan
guru kelas mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas
maupun di luar kelas untuk membantu proses perkembangan siswa (Widyani, 2013: 164).
Tugas guru kelas sangat urgen dan penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter pada siswa dari pada guru mata pelajaran. Menurut Sopidi (2010: 38-39) guru kelas
berperan sebagai: 1) sebagai pemimpin menengah (middle manager); 2) sebagai mitra siswa
(guru kelas merupakan pengganti orang tua di sekolah); 3) sebagai mitra orang tua murid; dan 4)
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 48
sebagai mitra guru bidang studi. Hal tersebut merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilaksanakan karena faktor siswa yang bukan hanya sebagai individu dengan segala
keunikannya, akan tetapi mereka juga satu kelompok sosial yang memiliki latar belakang yang
berbeda satu sama lain Zain (2010: 38-39).
Peneliti akan mengupas bagaimana sosok guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai
karakter pada siswa. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian guru kelas lupa bahkan tidak
tahu apa tugas dan tanggung jawab seorang guru kelas. Guru kelas sebagian besar hanya
mengetahui bahwa tugasnya adalah menata dan mengelola kelas; mengontrol kehadiran siswa;
menyusun administrasi kelas dan melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Apabila dilihat kembali bahwa peranan guru kelas dirasa penting untuk
mewujudkan tujuan pendidikan karakter pada siswa. Guru kelas menjadi “ujung tombak” dalam
menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa baik di sekolah maupun di
madrasah. Karena dari tugas dan peran dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, guru kelas
memiliki waktu interaksi yang paling sering dengan siswa dari pada guru mata pelajaran.
Implementasi pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau
metode. Penggunaan pendekatan atau metode ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai
karakter yang baik, sehingga anak tidak hanya tahu tentang karakter yang baik (moral knowling),
tetapi juga diharapkan mereka mampu melaksanakan (moral action) yang menjadi tujuan utama
pendidikan karakter. Diantara pendekatan atau metode yang digunakan untuk implementasi
pendidikan karakter yaitu: 1) internalisasi nilai; 2) pembelajaran berbuat; 3) pembudayaan; 4)
pembiasaan; 5) keteladanan; 6) pembinaan disiplin; dan 7) pelibatan seluruh warga sekolah dan
orang tua (Rizal, 2017: 52-59).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data dari tempat dimana peneliti
melakukan penilaian dengan lebih memfokuskan pada daerah tertentu, maka peneliti
menggunakan jenis penelitian Field Research (penelitian lapangan). Peneliti menggunakan dua
lokasi penelitian, yaitu: Sekolah Dasar Negeri Pondok Dalem 01 terletak di Jalan Randuagung
No. 60 Desa Pondok Dalem Kecamatan Semboro Kabupaten Jember dan Madrasah Ibtidaiyah
Fathus Salafi terletak di Jalan Moh. Tohir No. 48 Desa Ajung Kecamatan Ajung Kabupaten
Jember.
Sumber data penelitian yang digunakan yaitu purposive sampling (sampling
pertimbangan) dengan informan yang dipilih adalah ketua yayasan, kepala sekolah/madrasah,
guru kelas, guru mata pelajaran, dan buku-buku serta dokumen kedua sekolah yang relevan.
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 49
Penelitian dilakukan selama proses pembelajaran di kedua lembaga pendidikan yang dimulai
pada tanggal 24 Oktober 2016 – 27 Januari 2017. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan model Miles & Hubermen, yaitu analisis data yang dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya mencapai titik jenuh. Adapun
runtutan analisisnya adalah sebagai berikut : reduksi data, display data, kongklusi/verifikasi
(drawing).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis data kualitatif deskriptif (berupa kata-kata bukan angka). Data-data tersebut mungkin
telah dikumpulkan dalam berbagai cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang
kemudian diproses melalui perencanaan, pengetikan atau pengaturan kembali dengan
menggunakan tiga langkah, yaitu: 1) pengumpulan data hasil penelitian di lapangan dilakukan
dalam bentuk deskriptif sesuai dengan catatan kecil (field notes), kemudian catatan deskriptif ini
dibuat catatan refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti
terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan; 2) reduksi data merupakan wujud analisis yang
menajamkan, mengklasifikasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak berkaitan dengan
strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa studi kasus di
SDN Pondok Dalem 01 dan MI Fathus Salafi Jember, kemudian dibuatkan ringkasan,
pengkodean, penelusuran tema-tema, membuat catatan kecil yang dirasa penting, proses tersebut
dilakukan sejak pengumpulan data belum berlangsung, diterapkan pada waktu pengumpulan data
dan bersamaan dengan penyajian dan verifikasi data;
3) penyajian data dalam bentuk laporan. Namun apabila data yang disajikan perlu
direduksi kembali, maka reduksi dapat dilakukan kembali guna mendapatkan informasi yang
lebih sesuai dengan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter pada
peserta didik studi kasus di SDN Pondok Dalem 01 dan MI Fathus Salafi Jember, selanjutnya
data disederhanakan dan disusun secara sistematik; 4) penarikan kesimpulan (verifikasi
data)dalam penelitian merupakan upaya mencari makna dari komponen-komponen data yang
disajikan dengan mencermati pola-pola, keteraturan, penjelasan, konfigurasi dan hubungan sebab
akibat. Lebih jauh lagi, untuk memeriksa keabsahan data maka peneliti memakai validitas data
trianggulasi. Dalam penelitian ini, pemeriksaan datanya menggunakan trianggulasi sumber, yang
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 50
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-nilai Karakter pada Siswa di SDN
Pondok Dalem 01
Proses pendidikan yang telah diselenggarakan oleh lembaga pendidikan SDN Pondok
Dalem 01 mempunyai tanggung jawab besar terhadap harapan masyarakat khususnya orang
tua yang ingin anaknya menjadi siswa yang berprilaku baik dalam agama maupun pada
norma masyarakat. Hal ini membuat pihak sekolah terus berusaha untuk memenuhinya dan
menjadikan pendidikan karakter sebagai tujuan penting dalam proses pembelajaran di
sekolah. Landasan pendidikan karakter di SDN Pondok Dalem 01 tertuang dalam visi, misi,
dan tujuan sekolah. Visi, misi dan tujuan SDN Pondok Dalem 01 dirumuskan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan pemerintah sebagaimana terlampir dalam UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3.
Peran penting guru kelas dalam usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan membuat
kepala sekolah memiliki kriteria tertentu untuk menunjuk seorang guru menjadi guru kelas.
Pemilihan seorang guru yang akan menjadi guru kelas mempunyai kualifikasi tersendiri dan
sudah dimiliki sebelumnya. Kualifikasi yang dimiliki guru tidak hanya mengetahui dan
memahami tugas-tugas pokok sebagai guru kelas seperti tugas yang berkaitan dengan
administari siswa. Yang utama adalah memiliki akhlakul karimah, baik ketika berada dalam
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah sesuai dengan pengamatan kepala
sekolah dan masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Peristiwa yang terjadi dalam
kelas merupakan momen pendidikan karakter yang sangat strategis. Saat berada dalam kelas,
guru kelas tidak ubahnya seorang manajer yang sedang mengendalikan dan mengarahkan
lingkungannya untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa.
Untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan strategi untuk mencapainya, strategi
atau cara untuk mencapai nilai-nilai karakter dibutuhkan oleh guru kelas. Menumbuhkan
nilai-nilai karakter pada siswa tidak hanya bertumpu kepada guru kelas, melainkan
membutuhkan kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak yang ada di sekolah. Kerjasama
dan dukungan yang dijalin baik dengan guru mata pelajaran dan kepala sekolah selaku
pemilik kewenangan dalam memberikan kebijakan sekolah. Maka strategi yang dilakukan
oleh guru kelas SDN Pondok Dalem 01 adalah sebagai berikut:
a. Melalui pembiasaan dan pembudayaan
Dalam suatu proses pendidikan karakter, lingkungan mempunyai peran penting
dalam pembentukan siswa. Lingkungan yang baik kemungkinan besar memberikan
dampak pada siswa baik dengan apa yang dilihat, dirasakan, maupun keikutsertaan dalam
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 51
suatu proses lingkungan yang positif. Maka dari itu, guru kelas berusaha menciptakan
lingkungan kelas sebaik mungkin dengan membentuk budaya yang mempunyai nilai-nilai
positif dan bermanfaat bagi siswa.
Oleh karenanya, proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa
melibatkan warga kelas, guru mata pelajaran dan elemen sekolah (kepala sekolah, guru
dan karyawan). Kerjasama ini untuk menjaga lingkungan, sopan santun dalam interaksi
sosial dan keteladanan, yang sangat diharapkan memberikan hal-hal positif bagi siswa.
Dari uraian guru kelas, guru mata pelajaran, dan kepala sekolah yang juga hasil observasi
penelitian, maka diketahui bahwa strategi pembiasaan dan pembudayaan dibedakan
menjadi dua yaitu budaya guru dan budaya siswa.
Pertama, budaya guru yaitu melalui pembiasaan dan pembudayaan yang di
lakukan oleh guru kelas dan dukungan elemen sekolah. Pembiasaan dan pembudayaan
yang dilakukan oleh guru kelas tidak lain untuk memberikan contoh atau teladan bagi
siswa, hal ini membuat komitmen guru kelas dan dukungan dari elemen sekolah agar
terus membangun pembiasaan dan pembudayaan sebaik mungkin sehingga nantinya
memberikan dampak positif terhadap siswa. Budaya yang dimiliki guru kelas dan elemen
sekolah adalah: 1) disiplin kerja; 2) religius (tutur kata yang sopan, busana, dan prilaku);
3) sosial (kedekatan); dan 4) desain interior kelas.
Kedua, Selain budaya yang terdapat dalam aktifitas guru kelas, terdapat pula
pembiasaan dan pembudayaan yang dibuat guru kelas berkaitan dengan siswanya.
Adapun kultur atau budaya yang ada dalam siswa kelas adalah: 1) disiplin (datang ke
sekolah); 2) mentaati peraturan; 3) menjaga ketertiban dan kebersihan; 4) budaya religius
(berdo’a, membaca asmaul husna, sholat dhuha, dan dhuhur, serta berprilaku jujur, baik,
dan santun).
b. Melalui proses pembelajaran intrakurikuler
Mata pelajaran PKn dan Agama yang paling dominan terdapat nilai karakter di
dalam isi materinya. Akan tetapi tidak cukup dalam proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kelas apabila hanya menitikberatkan pada kedua mata pelajaran dalam
menumbuhkan nilai karakter pada siswa. Melainkan perlunya semua mata pelajaran
diselipkan nilai karakter dengan cara metode penyampaian materi atau proses
pembelajaran. Sehingga terjadi sinkronisasi antar mata pelajaran yang didapatkan siswa,
baik secara langsung dalam materi maupun proses pembelajaran.
Kemudian pengembangan nilai karakter dapat dimasukkan pada penilaian akhir
pembelajaran Ujian Akhir Sekolah (UAS). Penilaian yang dimaksud merupakan
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 52
penilaian yang terdapat dalam raport siswa yaitu dari segi kepribadian. Penilaian
kepribadian mencakupi: (1) penilaian sikap; (2) kerajinan; (3) kebersihan; dan (4)
kerapian siswa selama proses pembelajaran dan berada di sekolah. Penilaian yang
dilakukan diharapkan dapat memotivasi pada siswa, bagi guru kelas dan orang tua
sebagai bahan evaluasi.
c. Melalui proses pembelajaran ekstrakurikuler dan pengembangan diri
Implementasi strategi nilai karakter selanjutnya adalah melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri
merupakan program dari pihak sekolah untuk mendukung implementasi nilai karakter
atau kepribadian bagi siswa yang dikembangkan oleh guru kelas. Kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan diri selain untuk memberikan wadah dalam
pengembangan bakat siswa, diharapkan mampu memperkuat nilai karakter yang sudah
siswa dapatkan melalui pembudayaan, pembiasaan (baik dalam maupun luar kelas) atau
melalui pembelajaran intrakulikuler. Guru kelas menjadi penanggung jawab sekaligus
sebagai pendamping dalam kegiatan ini karena kegiatan tersebut masuk pada penilaian
akhir sekolah yaitu raport.
Tujuannya adalah untuk membina dan menumbuhkan bakat, minat, kreativitas,
kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemandirian, kemampuan sosial,
kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir dan kemampuan pemecahan
masalah. Adapun jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa kelas di SDN
Pondok Dalem 01 Semboro adalah: a) pramuka; b) drum band; dan c) hadrah. Sedangkan
kegiatan pengembangan diri yang diikuti oleh siswa kelas di SDN Pondok Dalem 01
Semboro adalah sebagai berikut : a) senam hari jum’at; b) jum’at beramal; c) peringatan
hari besar nasional (PHBN); d) peringatan hari besar Islam (PHBI); dan e) kegiatan
pentas seni.
d. Melalui kerjasama
Strategi yang dilakukan oleh guru kelas selanjutnya adalah melalui kerjasama
dengan pihak yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mensukseskan
implementasi pendidikan karakter pada siswa. Upaya guru kelas untuk memberikan
perhatian dan pengawasan terhadap siswa yang tidak hanya berada lingkungan sekolah,
ketika di luar lingkungan sekolah pun pengawasan tetap dilakukan. Pada lingkungan
sekolah guru kelas melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran dan elemen
sekolah, sedangkan di luar lingkungan sekolah guru kelas melakukan kerjasama dengan
orang tua dan masyarakat sekitar. Menjalin kerjasama dan komunikasi dengan luar
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 53
sekolah dengan maksut untuk memberikan perhatian dan pengawasan pada siswa dalam
setiap harinya ketika berada di luar sekolah. Strategi kerjasama dengan semua pihak ini
merupakan salah satu regulasi atau tugas dari seorang guru kelas.
Bentuk kerjasama guru kelas dengan kepala sekolah salah satunya adalah
diadakannya kegiatan ekstrakurikuler dan pemasangan papan atau banner (prestasi siswa,
tulisan kaligrafi asma’ul husna di halaman sekolah dan tulisan-tulisan motivasi maupun
kata-kata bijak).
Kerjasama yang dilakukan guru kelas untuk mengawasi dan memonitoring siswa
ketika di luar sekolah yaitu dengan orang tua siswa yakni dengan :
1) Pertemuan rutin, pertemuan rutin dilakukan dengan orang tua siswa pada setiap
semester ketika pembagian raport. Acara ini selain sebagai silaturahmi antar sesama
orang tua siswa atau dengan guru kelas, sekaligus penyampaian laporan guru kelas
kepada orang tua siswa yang berkaitan dengan prestasi, sikap dan tingkah laku siswa
selama berada di sekolah dan proses pembelajaran berlangsung.
2) Kunjungan rumah (Home Visit), kunjungan rumah dilakukan guru kelas sejak awal
tahun pelajaran baru dimulai atau ketika siswa tidak masuk sekolah (sakit atau tampa
keterangan). Selain untuk bersilaturahmi dengan orang tua dan menjeguk siswa yang
sakit, Home visit untuk mengetahui latar belakang keadaan keluarga masing-masing
siswa dan tentunya untuk lebih dekat secara emosional dengan keluarga siswa.
Sehingga apabila ada masalah dengan siswa yang tidak dapat diselesaikan dalam
kelas atau sekolah maka guru kelas lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang
tua siswa.
Upaya kerjasama guru kelas dalam menjangkau pengawasan pada siswa melalui
masyarakat, yaitu dengan melakukan kerjasama dan menjalin komunikasi dengan komite
sekolah. Komite sekolah di anggap memiliki peran yang sentral dan penting di tengah-
tengah masyarakat karena komite sekolah merupakan tokoh-tokoh masyarakat dan
perwakilah orang tua siswa. Sehingga pengawasan siswa lebih mudah dilakukan dengan
adanya kerjasama dan komunikasi yang dijalin dengan komite sekolah.
Strategi ini sebagai bentuk kepedulian guru kelas bersama seluruh elemen
sekolah, orang tua dan masyarakat terhadap perkembangan siswa. Kerjasama yang
bersinergi antara guru kelas dengan semua pihak tentunya sangat berpengaruh dalam
membina siswa untuk memiliki karakter mulia dalam dirinya. Pemantauan tindakan yang
dilakukan oleh guru kelas baik ketika berada dalam lingkungan maupun luar lingkungan
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 54
sekolah, tujuan dan harapan tidak lain untuk mendidik siswa supaya nilai karakter
tumbuh dalam dirinya secara maksimal.
2. Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-nilai Karakter di MI Fathus Salafi
Ajung
Sebelum memaparkan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter di
MI Fathus Salafi Ajung, perlu diketahui bahwa MI Fathus Salafi Ajung didirikan untuk
bersama-sama masyarakat Ajung yang berorientasi pada pengembangan Keislaman
masyarakat Ajung. Maka dari itu, tidak heran apabila MI Fathus Salafi Ajung mendukung
penuh program pendidikan karakter yang di wacanakan oleh pemerintah terhadap setiap
sekolah-sekolah di daerah seluruh Indonesia. MI Fathus Salafi Ajung menilai bahwa program
pemerintah sebenarnya sudah direalisasikan oleh lembaga pendidikan ini, karena MI Fathus
Salafi Ajung merupakan lembaga pendidikan yang ingin senantiasa menekankan akhlaqul
karimah pada setiap siswa dan guru.
Pendidikan karakter merupakan keharusan yang dilaksanakan pada setiap lembaga
madrasah. Terlebih pendidik merupakan penganti orang tua siswa dikala berada di madrasah.
Pendidik memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan menuntun siswa menjadi anak
yang sholeh dan sholehah sesuai dengan harapan orang tua mereka. Pendidikan karakter
disamakan dengan pendidikan akhlak yang dikembangkan oleh madrasah. Pendidikan
karakter dan pendidikan akhlak merupakan satu kesatuan pendidikan yang sama-sama
membangun berfikir, bersikap dan berprilaku yang sesuai dengan agama dan Negara.
Landasan pendidikan karakter di MI Fathus Salafi yaitu berupa visi, misi dan tujuan
madrasah. Visi, misi dan tujuan madrasah dirumuskan berdasarkan agama Islam, kebutuhan
masyarakat, dan tuntunan pemerintah. Dari visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu
agar menjadikan siswa menjadi intelektual muslim yang berakhlaqul karimah. Hal ini terlihat
bahwa harapan madrasah pada siswa tidak hanya menjadikan seorang intelektual muslim
yang berprestasi dalam dunia akademis, akan tetapi harapannya juga untuk menjadikan
akhlaqul karimah sebagai dasar pada diri siswa.
Madrasah sebagai organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat
paralel maupun yang menunjukkan perjenjangan. Setiap kelas merupakan kerja yang berdiri
sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah madrasah
sebagai total sistem. Pengembangan madrasah sebagai total sistem sangat tergantung pada
penyelengaraan dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kelas. Guru kelas ibarat
sebagai mata dan tanggan dari kepala madrasah, karena guru kelas yang mempunyai waktu
yang banyak untuk berinteraksi dengan siswa sehingga terjadi monitoring terhadap siswanya
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 55
dalam kelas. Sehingga menumbuhkan nilai karakter pada siswa lebih memungkinkan guru
kelas dari pada guru mata pelajaran yang terbatas waktu untuk berinteraksi dengan siswa.
Secara emosionalpun guru kelas lebih mengenal dan memahami siswanya dari pada guru
yang lainnya.
Strategi implementasi nilai-nilai karakter di MI Fathus Salafi Ajung tidak hanya
menjadi tanggung jawab guru kelas atau menitik beratkan pada satu atau dua mata pelajaran
atau pada guru kelas semata, melainkan implementasi nilai-nilai karakter di MI Fathus Salafi
tanggung jawab bersama.
a. Melalui pembudayaan dan pembiasaan
Proses pendidikan yang berlangsung diyakini tidak akan lepas dari pengaruh
lingkungannya. Seorang manusia yang terlahir didunia akan mengikuti perkembangan-
perkembangan dengan apa yang dilihat dan dirasakan sehingga terbentuk suatu tindakan.
Untuk mengapai sebuah prilaku yang baik tentu dalam sebuah lingkungan sekolah
maupun lingkungan kelas perlu dimemaksimalkan. Apa yang dilakukan oleh guru kelas
dengan bantuan pihak madrasah di MI Fathus Salafi Ajung yang ingin memaksimalkan
lingkungan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran dalam mendidik siswa. Selain
lingkungan sebagai bentuk aplikatif dari prilaku warga kelas maupun sebagai warga
madrasah sehingga perlu adanya budaya kelas maupun madrasah yang didalamnya
terdapat interaksi sosial dengan pengetahuan tentang kebaikan-kebaikan.
Menumbuhkan nilai pendidikan karakter tidak hanya terdapat dalam
pembudayaan kelas yang dibuat oleh guru kelas melainkan juga perlunya pembudayaan
madrasah yang diselenggarakan oleh pihak madrasah melalui kebijakan kepala madrasah
sehingga semua elemen di madrasah ikut andil dalam menumbuhkan pendidikan karakter
tersebut pada siswa. Semuanya merupakan upaya untuk memberikan keteladanan bagi
siswa yang nantinya dapat ditiru dan menjadi kebiasaan yang baik oleh siswa baik dari
perkataan maupun tindakan yang baik.
1) Budaya kelas atau siswa
Budaya kelas merupakan strategi dari guru kelas yang dibuat untuk
menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter untuk lebih tercapai. Program ini
sebelumnya sudah di koordinasikan dengan kepala madrasah sebelum di realisasikan
dalam kelas, yaitu : (1) budaya pemilihan (demokrasi): pemilihan pengurus kelas,
jadwal piket, dan petugas pembaca surat-surat pendek; (2) budaya jum’at sehat :
gotong royong semua warga kelas untuk membersihkan ruang kelas; (3) budaya ayo
beramal : terdapat kotak amal dalam kelas sehingga melatih siswa untuk beramal dan
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 56
hasilnya disumbangkan ke masjid yayasan atau untuk membantu masyarakat yang
tidak mampu; (4) budaya kreatifitas siswa : nama sebuah tempat “kotak” untuk
menaruh barang-barang temuan atau barang-barang yang tidak boleh dibawa ke
dalam kelas; (5) budaya interior kelas : desain ruang kelas yang dibuat sedemikian
rupa oleh guru kelas dan warga kelas, dan peletakan hasil karya siswa; (6) budaya
berdo’a : setiap saat mengawali dan mengakhiri pelajaran, dan (7) Budaya tata tertib
kelas : yang dibuat oleh guru kelas bersama siswa
2) Budaya madrasah atau guru kelas
a) Budaya dan pembiasaan guru kelas : budaya dan pembiasaan oleh guru kelas
yang dapat diambil pelajaran bagi siswa adalah sebagai berikut : (1) kedisiplinan :
datang ke sekolah dan dalam kegiatan-kegiatan sekolah; (2) kesopanan dan
kebijaksanaan: bertutur kata yang sopan dan baik, bijaksana dalam meyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi; (3) religius : berpakaian yang islami dan
kegiatan-kegiatan madrasah; dan (4) interaksi sosial dengan warga sekolah.
b) Budaya tilawah dan tahsin Al-Qur’an (TTQ): TTQ merupakan program pelatihan
membaca Al-Qur’an dengan membaca yang benar, kefasihan dan keindahan
bacaan yang berdasarkan pada kaidah ilmu tajwid. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap hari selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan di bimbing oleh guru
kelas.
c) Budaya istighoosah : Istiqosah dilaksanakan setiap hari jum’at penganti dari
kegiatan TTQ. Tujuan kegiatan ini untuk memupuk nilai religius siswa untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah dan terbiasah membaca dzikiran kepada
Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi Muhammad.
d) Budaya sholat jamaah : bertujuan untuk membiasakan siswa untuk melakukan
ibadah sholat wajib dengan berjamaah.
b. Melalui kurikulum dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke
dalam mata pelajaran.
Pengintegrasian mata pelajaran merupakan cara yang dilakukan oleh MI Fathus
Salafi Ajung yaitu dengan mengaitkan antar mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Proses pengintegrasian yang di maksud adalah dalam hal proses pembelajaran yang
selalu diisi dengan nilai-nilai karakter.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas telihat mengintegrasikan
nilai-nilai karakter pada siswa pada formulasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis karakter. RPP tersebut telah memasukkan nilai-nilai karakter secara tertulis
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 57
dalam langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di RPP setiap mata pelajaran. Pada
setiap mata pelajaran nilai-nilai karakter yang termuat dalam RPP adalah sebagai
pengembangan madrasah atas kepedulian para guru dalam mengembangkan kompetensi
pembelajaran “kognitif, efektif, dan psikomotorik” secara seimbang sebagai salah satu
dasar dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa.
Adanya formulasi tersebut, kemudian dalam setiap mata pelajaran mempunyai
kesempatan untuk tidak melupakan menanamkan nilai-nilai karakter yang ada di balik
materi pembelajaran. Sesuai data dokumentasi RPP, nilai-nilai karakter bukan menjadi
materi inti melainkan sebagai pelajaran hikmah nilai-nilai karakter di balik materi yang
akan disampaikan melainkan mengembangkannya dengan kreatifitas dan imajinasi guru
sehingga nilai-nilai karakter dapat diungkap dari materi masing-masing pelajaran.
c. Melalui proses pembelajaran intrakurikuler
Pelaksanaan pendidikan nilai karkater melalui proses pembelajaran intrakurikuler
terlihat sangat efektif. Dengan upaya madrasah yang ingin memberikan tanggung jawab
kepada guru-guru terutama guru kelas. Sehingga dapat memberikan kemudahan
tersendiri bagi pengembangan karakter pada siswa kelas V dalam setiap harinya. Guru
kelas bersama guru mata pelajaran yang lain selalu berkerja sama atau berkomunikasi
satu sama lain. Komunikasi ini dijalin untuk memberikan masukan satu sama lain dalam
proses pembelajaran pendidikan karakter yang melalui pembelajaran intrakulikuler pada
siswa.
Pada saat proses pembelajaran intrakulikuler siswa selalu mendapatkan nilai
pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Tidak hanya menekankan atau
bertumpu kepada satu dan dua mata pelajaran yaitu mata pelajaran PKn atau Agama
melainkan semua mata pelajaran ditekankan untuk terdapat nilai-nilai pendidikan
karakter dalam proses pembelajaran dalam kelas. Pada pengaplikasianya guru kelas
menumbuhkan nilai pendidikan karakter salah satunya adalah melalui strategi dan
metode pembelajaran yang dilakukan. Nilai-nilai pendidikan karakter di tumbuhkan
melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan pada siswa walaupun secara subtansif tidak
dalam sebuah materi atau bahan ajar. Strategi tersebut dirasa mempermudah dan
memperkuat karakter siswa karena secara berkesinambungan siswa dilatih dalam setiap
proses pembelajaran dengan nilai-nilai karakter didalamnya karena adanya kerjasama
yang dilakukan guru kelas dengan mata pelajaran yang sudah dibangun dari awal.
Nilai-nilai pendidikan karakter tidak hanya terbatas pada kerja sama antara guru
kelas dan guru mata pelajaran dalam proses pembelajaran, melainkan dengan soal ujian
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 58
tengah semester yang dibuat oleh guru kelas ditekankan adanya nilai-nilai karakter
didalamnya. Sehingga nilai-nilai karakter terdapat pada segala ranah, tidak hanya ranah
psikomotorik yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan afektif yang berkaitan dengan
prasaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran melain juga ranah kognitif melalui
soal ujian tengah semester yang dibuat oleh guru kelas.
Selain dengan soal Ujian Tengah Semester (UTS) yang dibuat sedemikian rupa
sehingga nilai-nilai karater juga terdapat didalamnya, guru kelas juga menggunakan
penilaian yaitu menggunkan raport yang diterima oleh siswa pada masa akhir semester.
Raport tersebut juga terdapat salah satu penilaian dalam nilai pendidikan karakter yaitu
penilaian tentang aspek-aspek 1) kedisiplinan “berbaris”, 2) religius “berdo’a”, 3)
tanggung jawab, 4) kerajinan, 5) kerapian, dan 5) kebersihan, yang semuanya
tercerminkan dalam nilai-nilai karakter. semua pengembangan nilai karakter yang
dilakukan oleh guru kelas ini yang semakin mendorong tumbuhnya nilai pendidikan
karakter pada siswa.
d. Melalui kegiatan ektsrakurikuler dan pengembangan diri
Pendidikan nilai yang diselenggarakan oleh guru kelas dalam menumbuhkan nilai
karakter kepada siswa terbantu dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri. Proses pembelajaran ektarkulikuler dan pengembangan diri ini
berfungsi menguatkan dan mengembangkan nilai pendidikan karakter pada siswa.
Kegiatan ini bertujuan memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan dan
mengekploitasi diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap siswa yang sesuai.
Dalam kegiatan ektrakulikuler dan pengembangan diri terdapat nilai-nilai karakter yang
dapat diinternalisasikan terhadap siswa.
Nilai pendidikan karakter yang berlangsung dalam kegiatan ektrakulikuler dan
pengembangan diri bukanlah sebuah mata pelajaran yang dipegang seorang guru.
Internalisasi nilai-nilai dalam kegiatan ektrakulikuler dan pengembangan diri tertuang
dalam sebuah mekanisme atau sistem dari proses kegiatan-kegiatan, lebih mudahnya
untuk dipahami bahwa dalam sebuah kegiatan yang tersimpan dalam kurikulum (hidden
curiculum) yang merepresentasikan pada nilai-nilai karakter. Selain itu terdapat secara
jelas kegiatan yang memang bertujuan untuk membentuk karakter pada siswa seperti :
pramuka, olahraga, dan sebagainya yang akan dijelaskan sebagai kegiatan dalam kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, tenaga pendidikan atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 59
Kegiatan yang dilaksanakan untuk kelas di MI Fathus Salafi Ajung adalah: 1)
tilawah surat-surat pendek yang dilakukan setiap hari sebelum bel kegiatan TTQ; 2) drum
band; 3) kepramukaan; 4) bela diri “Hisbulloh Indonesia Moslem Martial Art Of
Hijauyah” HIMMAH, 5) peringatan hari besar nasional (PHBN), 6) peringatan hari besar
islam PHBI, dan 7) Pesantren kilat.
e. Melalui kerjasama
Strategi guru kelas MI Fathus Salafi dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada siswa tidak dapat terlaksana dengan baik apabila tidak ada kerjasama yang
dibangun oleh guru kelas. Guru kelas dalam hal ini melakukan kerjasama yang dibangun
untuk lebih menyukseskan implementasi nilai-nilai karakter pada siswa. Kerjasama yang
dibangun oleh guru kelas dengan elemen madrasah seperti yang sudah di jelaskan
sebelumnya.
Kerjasama yang dilakukan oleh guru kelas selain dengan elemen madrasah, guru
kelas menjalin kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat. Sehingga terjalinya
kerjasama dan komunikasi yang di harapkan adanya sinergitas antara guru kelas, elemen
madrasah, orang tua dan masyarakat dalam mengawasi dan mengontrol siswa baik ketika
berada di sekolah maupun diluar sekolah. Bentuk kerjasama yang dilakukan guru kelas
dengan orang tua siswa yaitu :
1) Pertemuan rutin, yaitu ketika pengambilan raport dan acara Perayaan Hari Besar
Islam. Pertemuan ini diselenggarakan di madrasah yang difasilitasi oleh pihak
madrasah. Dalam pertemuan rutin guru kelas menyampaikan hasil prestasi siswa,
sikap dan tingkah laku siswa selama di sekolah.
2) Kunjungan rumah (Home Visit) dilakukan untuk lebih menjalin komunikasi dan
kerjasama dengan orang tua untuk selalu membina, mengarahkan dan memberi
keteladanan bagi anak didik selama berada di keluarga.
Bentuk kerjasama guru kelas MI Fathus Salafi dengan masyarakat yaitu dengan
melibatkan Yayasan dan guru-guru yayasan yang notabenya merupakan masyarakat
sekitar madrasah. Sehingga mereka mempunyai andil dan mudah dalam melakukan
pengawasan siswa ketika berada diluar madrasah dan keluarga.
Semua yang dilakukan oleh guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter
memerlukan kerjasama dan dukungan semua pihak yang memiliki dan mempunyai
tanggung jawab untuk ikut andil dalam menyukseskan tujuan pembelajaran yang di
dalamnya memuat pendidikan karakter bagi siswa.
Syaiful Rizal, Abdul Munip, Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter...
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Vol. 4 No. 1, Juni 2017 60
SIMPULAN
Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan guru kelas dalam
menumbuhkan pendidikan karakter yang ideal yaitu: Pertama, pengintegrasian nilai-nilai
karakter dalam setiap mata pelajaran baik agama maupun umum. Kedua, proses pembelajaran
intrakulikuler baik yang secara subtantif terdapat dalam materi pembelajaran maupun ketika guru
kelas memberikan pengalaman belajar pada siswa dalam kelas. Ketiga, proses pengembangan
diri atau pembelajaran ekstakulikuler yang selain mengembangkan potensi siswa juga
memberikan pengetahuan, perasaan, dan prilaku yang mengandung unsur-unsur nilai-nilai
karakter. Keempat, pembudayaan atau pembiasaan yang dilakukan oleh guru kelas dengan
dukungan pihak sekolah. Pembudayaan baik yang di lakukan dalam kelas maupun luar kelas
(lingkungan sekolah). Kelima, kerjasama yang dilakukan guru kelas dengan masyarakat dan
keluarga siswa guna memantau atau mengawasi tingkah laku siswa dikala berada di luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Rifki. 2011. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jurnal Pedagogia Vol. 1 No. 1, Hlm. 85
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koesoema, A Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Bab 1
Pasal 1 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Nomor 4 Tahun 2010.
Suprayogo, Imam. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Malang: UIN Malang Press.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Pelaksana Program DPP Bakat, dan Ketrampilan FITK UIN Sunan Kalijaga. 2011.
Pendidikan Karakter : Pengalaman Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
Yogyakarta: Aura Pustaka.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3.
Widyani, Novan Ardy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD; Konsep, Praktik dan
Strategi. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Strategi Guru Kelas dalam Mumbuhkan Nilai-nilai Karakter Pada Peserta Didik (Study Kasus : SDN Pondok Dalem 01 Semboro dan MI Fathus Salafi Ajung Jember) (PDF Download Available). Available from: https://www.researchgate.net/publication/317804063_Strategi_Guru_Kelas_dalam_Mumbuhkan_Nilai-nilai_Karakter_Pada_Peserta_Didik_Study_Kasus_SDN_Pondok_Dalem_01_Semboro_dan_MI_Fathus_Salafi_Ajung_Jember [accessed Mar 08 2018].