EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259
Desember 2015, Vol. 8 No. 2, hal. 177 - 184
PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI ALAT BERAT PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG EMAS SEMARANG
Mochamad Nadjib
FakultasTeknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya email:
[email protected]
Abstraks
Keputusan untuk melakukan investasi alat berat pada pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang, memerlukan analisis dan kajian-kajianyang mendalam, karena banyak melibatkan alat berat baik dari jenis, type maupun jumlahnya sehingga memerlukan modal awal yang cukup besar dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengembalian modal investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai investasi dan waktu pengembalian modal masing-masing alat berat pada pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang. Studi kelayakan atau feasibility study merupakan suatu gagasan atau usulan diwujudkan menjadi kenyataan. Sebagai bahan pengambilan keputusan maka studi kelayakan harus mencakup beberapa aspek yang terkait sesuai lingkup usaha dan tujuannya. Aspek-aspek proyek atau investasi yang dikaji meliputi aspek teknis, aspek ekonomi dan keuangan. Untuk menentukan nilai investasi dan waktu pengembalian modal pada pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang digunakan rumus net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan discounted payback period (DPP). Hasil analisis investasi alat berat pada pelabuhan peti kemas ini di dapat dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP) layak investasi.
Kata kunci : Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), dan Discounted Payback
Period (DPP)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelabuhan peti-kemas merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi kawasan industri. Hal ini disebabkan pelabuhan peti- kemas sebagai salah satu prasarana transportasi utama yang berperan untuk jalan keluar-masuknya barang dari suatu kawasan industri. Keberadaan layanan peti- kemas tersebut didukung dengan beberapa fasilitas alat berat antara lain alat portainer
4 unit, rubber tired gantry crane (RTGC) 12 unit, forklift 4 unit, truck container 24 unit dan generator set 1 unit. Oleh karena itu penilaian kelayakan investasi harus dilaku- kan baik dari aspek teknis dan maupun ekonomi atau finansial.
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapakah biaya langsung (biaya
kepemilikan dan biaya operasi) serta biaya tidak langsung masing-masing alat berat di pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang ditinjau dari aspek teknis?
2. Berapa lama biaya pengembalian modal investasi alat berat pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui biaya langsung dan biaya
tidak langsung masing-masing alat berat di pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang ditinjau dari aspek teknis.
2. Mengetahui berapa lama biaya pengembalian modal investasi alat berat pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dermaga Peti Kemas
Dermaga Peti Kemas adalah fasilitas
pokok pelabuhan peti kemas karena dermaga merupakan tempat bersandarnya kapal untuk melakukan kegiatan bongkar- muat peti kemas. Perhitungan jumlah dermaga tergantung pada kapasitas satu dermaga dan tingkat penggunaan dermaga tersebut.
2.2. Lapangan Penumpukan
Lapangan penumpukan adalah areal terbuka untuk menyimpan peti kemas pada waktu menunggu sebelum menaikkan barang ke atas kapal atau setelah mem- bongkar barang dari kapal.
2.3. Peralatan Bongkar Muat
Kegiatan utama di terminal peti-
kemas adalah menyediakan alat transportasi bongkar-muat peti-kemas (alat portainer) dari kapal ke darat maupun sebaliknya dari darat ke kapal dengan biaya yang dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang dapat digunakan agar hal ini tercapai adalah dengan menyediakan jenis jasa dan pera- latan hanya untuk kegiatan yang penting saja dan mengusahakan BOR dari alat dapat tercapai setinggi mungkin tetapi tidak sampai menimbulkan antrian yang merugi- kan. Ukuran dan berat peti-kemas sangat besar sehingga dalam operasional bongkar muat barang di pelabuhan harus menggunakan peralatan.
2.4. Studi Kelayakan Investasi
Studi kelayakan merupakan suatu
tahap awal yang cukup penting dari serang- kaian kegiatan fisik, sebab hasil dari studi kelayakan adalah rekomendasi mengenai
perlu tidaknya proyek yang dikaji untuk dilanjutkan ketahap berikutnya. Menurut Soharto (1997), maksud dari studi kela- yakan atau feasibility study adalah untuk menjawab layak tidaknya suatu gagasan atau usulan yang akan diwujudkan menjadi kenyataan, hal ini dikaitkan dengan tingkat keberhasilan yang hendak diraih.
2.4.1. Aspek Teknis
Soeharto (1997), kajian aspek teknis
dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis-besar parameter- parameter teknis yang berkaitan dengan bentuk fisik proyek yang meliputi design, engeenering dan menjadi cetak biru proyek yang akan dibangun. Pengkajian aspek teknis tersebut berhubung erat dengan aspek lainnya terutama aspek ekonomi, finansial dan pasar.
2.4.2. Aspek Ekonomi dan Keuangan
Husen (2010), untuk melakukan
kajian studi kelayakan pada aspek keu- angan, hal pertama yang dilakukan adalah sumber dana yang harus direncanakan aliran kasnya selama proyek berlangsung, kemudian nilai investasinya dianalisis dengan cara metode konsep nilai waktu uang.
2.5. Biaya Langsung
Owning Cost atau biaya langsung
adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang bersang- kutan dioperasikan. Biaya kepemilikan secara pasti sangat sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh umur ekonomis alat yang tidak dapat diramalkan dengan tepat, suku bunga, pajak, asuransi yang setiap waktu dapat berubah-ubah besarnya, (Syamsul:
2000). Biaya langsung terdiri dari biaya kepemilikan alat yang terdiri dari harga alat, nilai sisa, biaya penyusutan, suku bunga bank dan pajak, serta biaya operasi meliputi biaya bahan bahan bakar, minyak pelumas dan biaya perbaikan/maintanance.
2.6. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya
yang dipergunakan untuk keperluan over- head, biaya pengawasan pemborong, keun- tungan/profit dan biaya gudang besarnya 5
% - 15 % dari biaya langsung, Syamsul
Bahri (2000).
2.7. Analisis Kriteria Investasi
Tujuan dari analisis kriteria investasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha/proyek yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benafit) baik dilihat dari segi finansial benefit maupun social benefit. Kriteria investasi ini adalah Net Present Value (NPV), Internal rate of return (IRR) dan Discounted Payback Period (DPP).
2.7.1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai
bersih sekarang yang merupakan hasil jumlah nilai manfaat (benefit) maupun cost dalam periode tertentu, Donny M. Mangintung (2012).
2.7.2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) juga disebut discounted cash flow karena tingkat
pengembalian (IRR) berhubungan dengan nilai NPV, dimana IRR dihitung berdasar- kan jumlah NPV yang sama dengan nol, Donny M. Mangintung (2012).
2.7.3. Discounted Payback Period (DPP)
Analisis periode pembayaran kemba-
li (pay-back period) adalah salah satu analisis untuk menghitung kelayakan usaha, dimana dihitung berapa lama sejak investasi digulirkan jumlah pengeluaran (cash out) atau biaya yang dikeluarkan dan pemasukan (cash in) atau manfaat yang masuk berjumlah nol atau dengan kata lain kapan suatu investasi mencapai titik impas, Donny M. Mangintung (2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini di gambar-
kan dalam suatu skema dalam bentuk bagan alir sebagai berikut :
Mulai
Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Emas
Kajian Pustaka
Penelitian,buku,jurnal dll
Identifikasi
Masalah
Merumuskan Masalah
Menentukan Populasi & Sampling
Pengumpulan Data
(data primer & sekunder
Pengolahan Data/Analisis Data :
- Aspek Teknis (lokasi,type/jenis alat,biaya langsung & biaya tidak langsung)
- Aspek Keuangan & Ekonomi ( NPV,IRR & DPP )
Pembahasan
Kesimpulan & Saran
Selesai
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
3.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Biaya kepemilikan alat (owning cost)
yang terdiri dari :
a. Nilai Sisa
C = B x 10% .......................... (3.1)
dimana :
C = Nilai sisa alat (Rp)
B = Harga pokok alat (Rp)
b. Biaya Penyusutan
dimana :
P = Biaya penyusutan (Rp) B = Harga pokok alat (Rp) C = Nilai sisa alat (Rp)
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu
tahun (jam)
c. Suku Bunga
Dimana :
i = Tingkat suku bunga pinjaman investasi (% pertahun)
B
=
Harga pokok alat (Rp)
U2 = Upah/gaji pembantu operator
(Rp/jam)
A
=
Umur ekonomis alat (tahun)
C
=
Nilai sisa alat (Rp)
3.
Net Present Value (NPV) dengan rumus
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)
dimana :
BN = Biaya pemakaian ban perjam (jam)
HB = Harga ban (Rp)
UB = Umur ban (jam)
d. Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan
Dimana :
K= Biaya perbaikan dan pemeliharaan (Rp)
e = Faktor perbaikan ringan 0,125 s/d berat
0,175
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
(jam)
e. Gaji/Upah Operator atau Sopir dan
Pembantu Operator
L = ( 1 orang/jam) x U1 … (3.10) M = ( 1 orang/jam) x U2 .... (3.11) Dimana :
L = Biaya operator/sopir (Rp)
M = Biaya pembantu operator (Rp)
U1 = Upah/gaji operator/sopir (Rp/jam)
d. Asuransi dan Pajak
persamaan sebagai berikut :
≥ 0
Dimana :
Ins = Pajak dan asuransi (0,2%)
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu
tahun (jam)
B = Harga pokok alat (Rp)
2. Menghitung biaya operasi (operating cost)
a. Bahan Bakar
H = a x Pw x Ms .................... (3.6)
Dimana :
H = Biaya bahan bakar (Rp)
a = Faktor pemakaian bahan bakar
0,120 s/d 0,150 (Liter/HP/Jam)
Pw = Daya mesin (HP)
Ms = Minyak solar ( Liter )
b. Minyak Pelumas
I = f x Pw x Mp .................... (3.7)
Dimana :
I = Biaya Minyak Pelumas (Rp)
f = Faktor kondisi lapangan ringan
0,010 s/d berat 0,03 (Liter/HP/Jam)
Pw = Daya mesin (HP)
Mp = Minyak peluma (Liter)
c. Biaya ban (penggantian ban)
(layak) ......................................... (3.12) < 0 (tidak layak) ................................ (3.13) Keterangan :
PVb = kas masuk (benefit)
PVc = kas keluar (cost)
t = discount factor
n = tahun (waktu)
4. Internal Rate of Return (IRR) dengan rumus persamaan sebagai berikut :
IRR = i1 + ≥ t
(layak) ........................... (3.14)
Keterangan :
i1 =tgkt discount rate yg menghasilkan NPV1
i2 =tgkt discount rate y menghasilkan NPV2
5. Discounted Payback Period (DPP)
DPP = Tp-1 + ≤ n (
layak ) ............................ (3.15)
Dimana :
n = periode investasi (tahun)
Tp-1 = tahun sebelum terdapat DPP
Ii = jumlah investasi yang telah di discount
Bicp-1 = jumlah PBP yang telah di discount
sebelum DPP
Bp = jumlah benefit pada DPP berada
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Biaya Langsung
Biaya langsung yang terdiri dari biaya
kepemilikan alat dan biaya operasional alat, yang disusun menjadi komponen perhi- tungannya dibawah ini :
Cash Flow Alat Generator Set tahun ke 10
Rp. 1.157.778.988,48
NPV = Rp. 1.157.778.988,48 – Rp.
800.000.000,00
= Rp. 357.778.988,48 > 0 (
layak )
Tabel 4.1. Analisa Biaya Kepemilikan
4.2. Analisa Net Present Value (NPV)
Perhitungan aliran cash (cash flow)
masing-masing peralatan untuk mendapatkan present value :
Cash Flow Alat Portainer tahun ke 10 Rp.
238.726.541.508,20
NPV = Rp. 238.726.541.508,20 – Rp.
180.000.000.000,00
= Rp. 58.726.541.508,20 > 0 (
layak investasi )
(kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai NPV > 0 )
Cash Flow Alat Truck Container tahun ke
10 Rp. 14.553.296.109.29
NPV = Rp. 14.553.296.109,29 – Rp.
8.400.000.000,00
= Rp. 6.153.296.109,29 > 0 (
layak )
Cash Flow Alat Rubber Tyred Gantry
Crane (RTGC) tahun ke 10 Rp.
250.446.042.331,06
NPV = Rp. 250.446.042.331,06 – Rp.
180.000.000.000,00
= Rp. 70.446.042.331,06 > 0 (
layak )
( Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai NPV > 0 )
Cash Flow Alat Forklif tahun ke 10 Rp.
1.885.593.962,38
NPV = Rp. 1.885.593.962,38 – Rp.
1.200.000.000,00
= Rp. 685.593.962,38 > 0 (
layak )
( Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai NPV > 0 )
4.3. Analisa Internal Rate of Return
(IRR)
Untuk menentukan besarnya IRR
harus dihitung nilai NPV1 dan nilai NPV2
dengan perhitungan dibawah ini.
Hasil perhitungan NPV2 Portainer tahun ke
10 = 28.847.482.703,46
IRR = 7% + (
10% – 7% )
= 10,41% > 7% ( layak )
Hasil perhitungan NPV2 Truck Container tahun ke 10 = 4.331.802.832,90
IRR = 7% +
Hasil perhitungan NPV2 Forklift tahun ke
10 = 449.592.667,67
IRR = 7% + ( 10%
– 7% )
= 10,94% > 7% ( layak )
4.3.1. Discounted Payback Period (DPP)
Cash Flow Alat Pontainer tahun ke 10 =
221.458.553.029,47
DPP = Tp-1 + DPP = 9 +
(
10% – 7% )
= 11,27% > 7% ( layak )
= 6,60 Tahun < 10 Tahun ( layak )
(Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai IRR > 7% )
Hasil perhitungan NPV2 Generator Set tahun ke 10 = 1.157.778.988,48
IRR = 7% +
(
Cash Flow Alat Truck Container tahun ke
10 = 13.500.601.474,02
DPP = 9 +
= 4,20 Tahun < 10 Tahun
(layak )
10% – 7% )
= 10,68% > 7% ( layak )
(Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai IRR > 7% )
Cash Flow Alat Generator Set tahun ke 10
= 1.074.032.480,41
DPP = 9 +
Hasil perhitungan NPV2 Rubber Tyred
Gantry Crane (RTGC) tahun ke 10 =
39.100.168.600,60
layak )
= 5,70 Tahun < 10 Tahun (
IRR = 7% + (
10% – 7% )
= 10,56% > 7% ( layak ) (Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai IRR > 7 % )
Cash Flow Alat Rubber Tyred Gantry
Crane (RTGC) tahun ke 10 =
235.330.338.286,61
DPP = 9 +
= 6,10 Tahun < 10 Tahun (
layak )
( Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai DPP < 10 tahun )
Cash Flow Alat Forklift tahun ke 10 =
1.749.201.860,31
DPP = 9 +
= 5,00 Tahun < 10 Tahun (
layak )
( Kelayakan investasi disebut layak bilamana nilai DPP > 0 )
Hasil Analisis dan pembahasan biaya langsung dan biaya tidak langsung kelima alat berat tersebut diatas, menghasilkan biaya sewa alat dalam satu tahun yaitu :
1. Portainer = Jumlah Alat x Jam
Kerja Alat/Tahun x Biaya Sewa Alat
= 4 Unit x 1000
Jam/Tahun x Rp 8.498.025,83/Jam
= Rp
33.992.103.304,60/Tahun.
2. Truck Container = Jumlah Alat x Jam
Kerja Alat/Tahun x Biaya Sewa Alat
= 24 Unit x 350
Jam/Tahun x Rp 345.372,26/Jam
= Rp
2.072.233.534,00/Tahun.
3. Generator Set = Jumlah Alat x Jam
Kerja Alat/Tahun x Biaya Sewa Alat
= 1 Unit x 1000
Jam/Tahun x Rp 471.015,23/Jam
= Rp
164.855.330,84/Tahun
4. RTGC = Jumlah Alat x Jam
Kerja Alat/Tahun x Biaya Sewa Alat
= 12 Unit x 1000
Jam/Tahun x Rp 2.971.736,23/Jam
= Rp
35.660.834.733,17/Tahun
5. Forklif = Jumlah Alat x Jam
Kerja Alat/Tahun x Biaya Sewa Alat
= 4 Unit x 275
Jam/Tahun x Rp 244.080,35/Jam
= Rp
268.488.389,92/Tahun
Jumlah total biaya langsung dan biaya tidak langsung kelima alat tersebut sebesar
Rp 72.158.515.292,53
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya langsung untuk alat berat pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang meliputi biaya kepemilikan, biaya operasi dan biaya tidak langsung sebesar Rp.72.158.515.292,53/Tahun yang terdiri dari alat Portainer Rp.
33.992.103.304,60/Tahun, Truck Container Rp. 2.072.233.534,00/Tahun, Generator Set Rp.
164.855.330,84/Tahun, Rubber Tyred
Gantry Crane (RTGC) Rp.
35.660.834.733,17/Tahun, Forklif Rp.
268.488.389,92/Tahun.
2. Waktu pengembalian modal investasi masing-masing alat yaitu :
- Portainer Discounted Payback Period (DPP) 6,60 Tahun, dengan nilai NPV Rp. 2.889.594,19 dan IRR 10,41%.
- Truck Container Discounted Payback Period (DPP) 4,20 Tahun, dengan nilai NPV Rp. 6.153.296.109,29 dan IRR 11,27%.
- Generator Set Discounted Payback Period (DPP) 5,70 Tahun, dengan nilai NPV Rp. 357.778.988,48 dan IRR 10,68%.
- Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC) Discounted Payback Period (DPP)
6,10 Tahun, dengan nilai NPV Rp.
70.446.042.331,06 dan IRR 10,56%.
- Forklif Discounted Payback Period (DPP) 5,00 Tahun, dengan nilai NPV Rp. 685.593.962,38 dan IRR
10,94%.
5.2. Saran
Dalam studi ini volume fasilitas Pelabuhan bongkar-muat Peti-Kemas Tanjung Emas Semarang seyogyanya di rencanakan jangka waktu yang sangat
panjang yaitu 50 tahun. Hal ini sangat memungkinkan mengingat situasi dan kondisi di wilayah Pelabuhan Peti-Kemas
Tanjung Emas Semarang yang sangat
mendukung.
Dengan perencanaan volume fasilitas Pelabuhan bongkar-muat Peti-Kemas Tanjung Emas untuk jangka waktu 50 tahun diharapkan dapat meningkatkan volume bongkar muat barang yang akan berpenga- ruh pula pada bertambahnya kunjungan kapal serta akan diikuti dengan penam- bahan jumlah alat berat untuk bongkar- muat barang.
Pelayanan operator bongkar-muat barang perlu ditingkatkan secara baik dan tepat waktu, berdasarkan tingkat kesesuain kinerja yang sepadan.
Dan setiap kali pemakaian alat berat bila telah selesai di gunakan di harapkan segera dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat agar alat tersebut selalu bersih
dan tahan lama dalam penggunaannya sehingga penggantian spare-part diharapkan
bisa lebih lama lagi.
Sedangkan untuk peneliti atau
Tamin, Ofyar Z, (2004). Perencanaan Dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.
Triatmodjo, Bambang, (2006). Pelabuhan,
Beta Offset, Yogyakarta.
Soetari Endang, 2014. Manajemen Proyek.
Pustaka Setia, Bandung.
Suharto Imam, 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga.
Pujawan I Nyoman, 1995. Ekonomi Teknik.
Candimas Metropole. Jakarta
Suryabrata Sumardi, 1983. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada jakarta.
Bahar Syamsul Bahri, 2015. Analisis Investasi Alat Berat Pada Pekerjaan Pengaspalan Jalan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton
penulis selanjutnya disarankan bisa meneliti
di Kabupaten Buton Utara
Sulawesi Tenggara. Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya
tentang terjadinya Detoration (penurunan
fungsi banguan) pada terminal peti kemas
akibat kondisi tanah dermaga yang sangat
lunak,rob air-laut yang sangat tinggi, serta beban lalu-lintas dari peti kemas yang sangat besar sehingga terjadi settlement dermaga antara 7-20 cm setiap tahun.
Salia
Zakri Rizto, 2014. Analisis Investasi
Pengadaan Alat Berat di PT. Karbindo Abesyapradhi Dengan Metode NPV dan IRR, Universitas Negeri Padang.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Istopo, Capt, (2006). Kapal Beserta Muatannya, PT. Panca Niaga, Jakarta.
Mahardhika, Dhimas, (2007). Sistem Angkutan Peti-Kemas, Widya Pustakan.
Purba, Radian, (2001). Angkutan Muatan
Laut, PT. Angkasa Raya, Jakarta.
Siswadi, (2005). Kajian Kinerja Peralatan Bongkar-Muat Petikemas Di Terminal Peti-Kemas Semarang (OPKS), PT. Nova, Semarang.
Limanto Sentosa, 2011. Evaluasi Investasi Proyek Pengembang Perumahan Memakai Mekanisme Teknis Aliran Dana Diskonto, Universitas Kristen Petra Surabaya.
Bhekti Dwi Yogo dan Indryani Retno,
2009. Analisa Pemilihan Alternatif Bentuk Investasi Alat Berat Motor Greader. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka.
Linardyi Viranggo, 2010. Studi Analisis Investasi Alat Berat, Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
177
Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
180