Academia.eduAcademia.edu

MENTAL DI ERA GLOBALISASI

Pendidikan merupakan proses pembelajaran, pembentukan karakter serta proses menetukan karier seseorang. Pendidikan dapat menjawab kerisauan anak bangsa yang sedang dialami saat ini. pesatnya persaingan gobalisasi membuat anak bangsa kewalahan dalam menentukan suatu pekerjaan. Hal tersebut timbul karena masalah pendidikan yang belum mengasilkan mutu kualitas yang baik bagi para lulusan satuan akademik untuk terjun langsung dalam dunia keprofesian. Tentu ini menjadi penghambat pemberantasan kemiskinan di indonesia. Jika pemerintah tidak segera merekonstruksi ulang sistem pendidikan yang ada, maka akan timbul permasalahan-permasalahan yang baru pada bangsa ini. Degradasi anak bangsa di era globalisasi saat ini selalu dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan, nilai pendidikan yang bukan hanya berada di lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Kesadaran masyarakatpun harus dipupuk secara maksimal oleh pemerintah bersama masyarakat itu sendiri, guna meminimalisir pengangguran yang ada. Sehingga akan terwujud masyarakat madani dan dapat memutus rantai kemiskinan melalui rana pendidikan.

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN DALAM MENGATASI DEGRADASI MENTAL DI ERA GLOBALISASI BASUNI Tema Essay : Menggapai Asa, Memutus Rantai Kemiskinan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Jl. Jendral A. Yani No. 40 A Purwokerto Utara Email : [email protected] No. Hp. 085600281197 Abstract Pendidikan merupakan proses pembelajaran, pembentukan karakter serta proses menetukan karier seseorang. Pendidikan dapat menjawab kerisauan anak bangsa yang sedang dialami saat ini. pesatnya persaingan gobalisasi membuat anak bangsa kewalahan dalam menentukan suatu pekerjaan. Hal tersebut timbul karena masalah pendidikan yang belum mengasilkan mutu kualitas yang baik bagi para lulusan satuan akademik untuk terjun langsung dalam dunia keprofesian. Tentu ini menjadi penghambat pemberantasan kemiskinan di indonesia. Jika pemerintah tidak segera merekonstruksi ulang sistem pendidikan yang ada, maka akan timbul permasalahan-permasalahan yang baru pada bangsa ini. Degradasi anak bangsa di era globalisasi saat ini selalu dikaitkan dengan nilai- nilai pendidikan, nilai pendidikan yang bukan hanya berada di lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Kesadaran masyarakatpun harus dipupuk secara maksimal oleh pemerintah bersama masyarakat itu sendiri, guna meminimalisir pengangguran yang ada. Sehingga akan terwujud masyarakat madani dan dapat memutus rantai kemiskinan melalui rana pendidikan. Kata kunci : Pendidikan, Era Globalisasi, Masyarakat, Rekonstruksi, Degradasi, Pemerintah Pendidikan bukan sesuatu yang diperoleh seseorang Tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup. (Gloria Steinem) Pemikiran tersebut dapat kita jadikan sebagi landasan demi terciptanya mutu pendidikan yang baik bagi masyarakat indonesia. Pendidikan merupakan proses pembelajaran, proses pembentukan karakter, proses pembentukan jati diri, dan proses pembentukan karier seseorang. Dalam sebuah pendidikan terdapat nilai-nilai luhur bagi generasi penerus bangsa. Seperti hal nya nilai keunggulan diri pribadi, nilai sosial dan budaya, serta nilai bersaing dan tetap menjunjung tinggi nilai kearifan lokal setempat. Hasil dari pendidikan tersebut membawa pada kerukunan masyarakat, kesejahteraan, dan keharmonisan dalam kehidupan. Menurut Ki Hajar Dewantara manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, krasa dan karya. http://langkahkebebasan.blogspot.co.id/p/edukasi.html Ketiga hal tersebutlah yang akan membawa pada jati diri seorang yang sesungguhnya. Ketiga hal tersebut tidak akan terwujud apabila tidak ada bimbingan dan dorongan yang kuat dari trisentra pendidikan itu sendiri yakni lingkungan keluarga, lingkungan pengajaran/sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga aspek tersebut satu sama lain harus saling berhubungan dan saling mendukung demi tercapainya mutu pribadi yang unggul. Pendidikan di indonesia dewasa ini sudah tidak sejalur dengan apa yang dicita-citakan oleh para tokoh kemerdekaan zaman dahulu. Permasalahan yang dialami oleh bangsa indonesia saat ini adalah pemerataan hak mengenyam pendidikan bagi para siswa. Sangat ironis, kondisi anak bangsa saat ini berada pada puncak kekhawatiran, seperti kasus gang motor, begal, tawuran pelajar, kasus narkotika, pemrkosaan dan kasus kriminalitas lainnya yang melibatkan anak sekolah. Hal ini menjadi PR besar yang harus direkonstruksi ulang oleh pemerintah, demi terwujudnya tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUD 1945, “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan di desa sangat jauh berbeda dengan pendidikan yang berada di kota, ditinjau dari segi kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengenyam pendidikan, dari fasilitas pendidikan itu sendiri, serta sumber daya manusia yang belum memiliki kesadaran kuat akan pentingnya pendidikan tersebut. Sebagai contoh, seperti yang BERANI beritakan pada jum’at (30/4/2016) kemarin. Bahwasannya, masih ada 200 ruang kelas di kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dalam kondisi memprihatinkan, bahkan ruang kelas tersebut tidak layak pakai untuk proses belajar mengajar. Tidak hanya itu saja, ada pula daerah-daerah yang masih kekurangan guru pengajar. https://ekanugnug.wordpress.com/artikel/artikel-pendidikan/kondisi-pendidikan-indonesia-saat-ini/ Itulah salah satu dari ribuan permasalahan pendidikan yang muncul di media. Dewasa ini, bangsa indonesia mengalami degradasi yang luar biasa, tidak hanya masalah pendidikan yang mewarnai pemberitaan layar kaca. Masalah moral dan budaya pun turut andil dalam permasalahan tersebut. Pemicu terbesar dari masalah-masalah tersebut adalah faktor persaingan globalisasi, walaupun dari sisi lain globalisasi turut serta dalam proses pembangunan bangsa indonesia. Namun pada hakekatnya, masyarakat kecil sangat geram dengan proses globalisasi yang mewarnai bangsa ini. Hal tersebut membuat mindset masyarakat yaitu “hidup untuk bekerja dan terus bekerja”, tanpa mementingkan pendidikan. Mengapa demikian, karena banyaknya investor asing yang masuk ke tanah air dan menanam modal di daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam yang mendukung. Seperti halnya di sektor migas dan batu bara antara 70-75 persen dikuasai oleh investor asing, telekomunikasi antara 70 persen, dan lebih parah lagi adalah pertambangan hasil emas dan tembaga yang dikuasai mencapai 80-85 persen oleh investor asing. "Kecuali sektor perkebunan dan pertanian dalam arti luas, asing baru menguasai 40 persen. Kendari (ANTARA News) – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Pratikno, “Kondisi bangsa kita saat ini sudah menghawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing," http://www.antaranews.com/berita/404321/asing-kuasai-70-persen-aset-negara, (juni 01, 2016) Sungguh sangat miris nasib tanah air sekarang ini, negeri yang dulunya mendapat julukan tanah surga, negeri yang kaya akan sumber daya alam, negeri yang gemerlap pula melimpah, kini semua itu sebagian besar telah dikuasai oleh orang asing. Ironis, Tuan rumah tidak selayaknya menjadi tuan rumah, menjadi pembantu dan penonton di negeri sendiri itulah yang sekarang dialami oleh masyarakat indonesia. Hal tersebut terjadi karena kurangnya skill dan mental anak bangsa dalam bersaing. Lulusan satuan pendidikanpun patut untuk dipertanyakan. Angka kemiskinan di indonesia pada umumnya selalu didominasi oleh masyarakat pedesaan, karena faktor pendidikan yang belum merata serta kurangnya kesadaran masyarakat desa terhadap pentingnya suatu pendidikan. Dari data terakhir angka kemiskinan di indonesia tercatat sebagai berikut : Kemiskinan Pedesaan Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (% penduduk yang hidup digaris kemiskinan desa)  20.0  21.8  20.4  18.9  17.4  16.6  15.7  14.3  14.4  13.8 Kemiskinan Kota Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (% penduduk yang tinggal di garis kemiskinan kota )  11.7  13.5  12.5  11.6  10.7   9.9   9.2   8.4   8.5   8.2 Smber : Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS). http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301 Kemiskinan di desa cenderung dengan ketidak sadaran akan pentingnya pendidikan, dan untuk di kota adalah ketidak siapan mental dalam bersaing. Walaupun persentase angka kemiskinan setiap tahun menurun, tetap ini menjadi PR terbesar bagi pemerintah, jika tidak segera ditangani dengan serius faktor kemiskinan akan semakin merajalela dan dapat menghambat kemajuan bangsa indonesia. Menyikapi hal tersebut, perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat kecil. Sebagai contoh, seperti yang diungkapkan oleh Anies Baswedan: “Bangsa indonesia dibangun dari gagasan- gagasan yang bersal dari ruang pendidikan” (jum’at 13/5/2016). Ruang pendidikan adalah sarana tempat menuntut ilmu, semua aktivitas dalam ruang pendidikan menentukan kehidupan seseorang dimasa depannya, berangkat dari pendidikan seseorang akan mampu bersaing dan hidup lebih layak dari sebelumnya. Rekonstruksi pemerintah dalam menyikapi hal tersebut ialah, Pertama, Membangun kesadaran terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan. Karena seperti yang dipaparkan tadi, masyarakat selalu didoktrin dengan kesenangan sementara, “bekerja dan bekerja” namun tidak ada keahlian yang bisa dipertanggung jawabkan. Baik di desa maupun di kota hal tersebut sudah tidak asing lagi di tanah air ini. Anak-anak dibawah umur dijadikan objek oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, bahkan orang tuannya sendiri. Seperti halnya mengamen, meminta-minta dijalanan, bahkan mencopet sekalipun. Padahal, anak-anak usia 2-6 tahun sedang mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan motorik, baik keterampilan motorik kasar maupun motorik halus. Christina Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), hlm. 185 Jika, kemajuan motorik anak tersebut dihadapkan langsung dengan sesuatu yang menyimpang, maka hal tersebut akan menjadi warisan bagi generasi anak-anak lain berikutnya. Kemajuan motorik pada anak seharusnya orang tua memberi respon dengan membekali pengajaran-pengajaran terhadap keahlian yang menonjol pada diri anak tersebut. Sehingga anak tersebut bisa membentuk sebuah karakter dan keahlian yang kuat serta dimasa depannya mendapat kehidupan yang lebih baik. Kedua, meningkatkan capaian yang bekualitas bagi lulusan satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi untuk dapat bersaing dalam ketenagakerjaan. Seringkali satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi di indonesia tidak sepenuhnya meberikan pengajaran yang baik. Pengajaran yang hanya menitik beratkan satu atau dua metode saja (pengetahuan dan pemahaman) tanpa dilandasi praktik didalamnya, Apakah itu cukup? Tentu saja tidak, di zaman sekarang untuk bisa bersaing di lapangan pekerjaan, seseorang harus paham betul atas apa yang akan dikerjakan. Demi meminimalisir pengangguran yang semakin bertambah setiap tahunnya. Pemerintah harus segera merekonstruksi ulang program kerjanya yakni, KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang merupakan sistem pelatihan kerja nasional, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan produktif. http://www.kkni-kemenristekdikti.org/ Sangat disayangkan, program kerja ini belum dirasakan secara merata pada siswa satuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan mahasiswa di Perguruan Tinggi, khususnya di daerah yang tertinggal. Ketiga, meningkatkan kemampuan dan kualitas guru pendidik. Guru adalah seseorang yang berpengaruh terhadap anak bangsa dan pahlawan terbesar bagi bangsa indonesia, bahkan masa depan anak bangsa 70 % berada dalam bimbingan guru. Oleh sebab itu tiap-tiap guru harus memiliki fokus pembelajaran tersendiri. Guru harus mampu menunjukan kreativitas mereka baik dalam pembuatan media, penerapan metode dan strategi pembelajaran. Agus Maimun, Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif, (Jakarta: UIN MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2010), hlm. 80 Dalam masalah ini KEMENAG Kementrian Keagamaan sudah sangat baik dalam menangani hal tersebut yakni dengan program 5000 doktor setiap tahunnya yang dapat meminimalisir guru tidak tepat sasaran. Namun, program 5000 doktor ini belum sepenuhnya dirasakan oleh pendidik yang berada di daerah- daerah terpencil dan hal tersebutlah yang membuat satuan lembaga pendidikan tidak begitu teliti terhadap kemampuan yang dimiliki oleh para guru yang dimilikinya. Al hasil masih sering dijumpai guru mengajar tidak tepat sasaran, dalam arti keterbatasan kemampuan guru yang kurang dalam mengajar/membimbing para murid begitupun guru yang bercabang dalam pengajarannya. Ke empat, Pemberian dana oprasional sekolah secara merata. Bantuan pendidikan selalu menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat dan pelajar. Usaha pemerintah dalam memberantas kemiskinan terhadap pendidikan lewat jalur ini mendapat respon yang sangat baik bagi masyarakat dan pelajar. Dengan diberlakukannya wajib belajar 9 tahun, pemberian santunan bagi siswa yang kurang mampu, serta beasiswa bagi yang berprestasi. Membuat anak-anak dan para orang tua sadar akan pentingnya suatu pendidikan. Karena dengan pendidikan tatanan hidup masyarakat akan lebih baik. Namun, masih saja terdengar siswa putus sekolah karena tidak memiliki peralatan sekolah, tidak bisa membayar uang SPP, serta siswa yang berprestasi tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari kaus- kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa bantuan oprsional sekolah belum sepenuhnya dirasakan oleh anak-anak bangsa ini, serta kurangnya perhatian baik guru ataupun pemerintah terhadap para pelajar yang memiliki kemampuan lebih dalam akademik maupun non akademik. Seharusnya, dewan pengajar dan pemerintah lebih teliti dalam membidik para pelajar dan menentukan kriteria kelayakan seorang pelajar dalam penerimaan beasiswa. Dengan melakukan pelatihan tenaga kerja bagi lulusan SMK, melakukan kerjasma antar pemerintah dengan masyarakat, pemerataan bantuan berupa beasiswa serta program 5000 doktor dari KEMENAG serta memperbaiki kesalahan pada masing-masing kesadaran satu sama lain, maka permsalahan yang dialami oleh bangsa indonesia saat ini akan segera terselesaikan dengan baik. dan terciptanya masyarakat yang sejahtera, harmonis serta dapat mengembalikan citra bangsa yang dikagumi pula disegani bangsa bangsa lain. DAFTAR PUSTAKA Hari Christina Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif. Jakarta: UIN MALIKI PRESS Anggota IKAPI.