Academia.eduAcademia.edu

LP POST PARTUM SPONTAN .docx

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selama 15 tahun, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia mengalami penurunan yang lebih lambat dari yang diharapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup di 1994 menjadi 228/100.000 di 2010. AKB menurun dari 30 per 1000 kelahiran hidup di 1994 menjadi 19/1000 di 2007. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu (Saleha, 2009) Pada masa nifas ibu juga sering kali mengalami depresi. Sebagai perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Untuk itu dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk mempercepat kesembuhan dari depresi yang dialami oleh ibu. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Ny R dengan post partum 2. Tujuan Khusus -Melakukan pengkajian pada kasus Ny.R dengan post partum spontan -Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. -Menyusun intervensi yang tepat pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. -Melaksanakan implementasi pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. -Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.R dengan post partum spontan. BAB II TINJAUAN TEORI I. KONSEP TEORI POST PARTUM A. PENGERTIAN Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas / purperium ini yaitu 6 -8 minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa, 2012). Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. 2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 -8 minggu. 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. B. PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode: 1. Early post partum : Dalam 24 jam pertama. 2. Immediate post partum : Minggu pertama post partum. 3. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. C. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM  Perubahan Fisiologis 1. Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi II. KONSEP TEORI KPD ( Ketuban Pecah Dini) A. PENGERTIAN Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.(Mitayani, 2011.buku keperawatan maternitas,hal:74) Ketuban pecah ini atau ketuban pecah sebelum waktunya adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina sebelum proses persalinan. (Marmi, 2011)

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN DI RUANG AMARILIS RSUD R.A. KARTINI JEPARA Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas Disusun Oleh : Ita nur kholidah PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2017/2018 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selama 15 tahun, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia mengalami penurunan yang lebih lambat dari yang diharapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup di 1994 menjadi 228/100.000 di 2010. AKB menurun dari 30 per 1000 kelahiran hidup di 1994 menjadi 19/1000 di 2007. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu (Saleha, 2009) Pada masa nifas ibu juga sering kali mengalami depresi. Sebagai perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa- masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Untuk itu dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk mempercepat kesembuhan dari depresi yang dialami oleh ibu. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Ny R dengan post partum Tujuan Khusus Melakukan pengkajian pada kasus Ny.R dengan post partum spontan Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. Menyusun intervensi yang tepat pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. Melaksanakan implementasi pada kasus Ny.R dengan post partum spontan. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.R dengan post partum spontan. BAB II TINJAUAN TEORI KONSEP TEORI POST PARTUM PENGERTIAN Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas / purperium ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa, 2012). Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) : Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode: Early post partum : Dalam 24 jam pertama. Immediate post partum : Minggu pertama post partum. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM Perubahan Fisiologis Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram (Mochtar, 2008). No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi 1. 2. 3. 4. Segera setelah lahir 1 jam setelah lahir 12 jam setelah lahir setelah 2 hari Pertengahan simpisis dan umbilikus Umbilikus 1 cm di atas pusat Turun 1 cm/hari Lembut Terjadi Berkurang Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu. Lochea Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Locea Rubra (Cruenta) Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. Lochea Sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan. Lochea Serosa Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan. Lochea Alba Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml. (Mochtar, 2008). Servik dan Vagina Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya saja. Perineum Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Hacker, 2009). Proses Laktasi Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Hacker, 2009). Sistem Kardiovaskuler Tanda-tanda Vital Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum lainnya. Volume darah Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc. Perubahan hematologik Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat. Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu. Sistem Pernafasan Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit. Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. (Hacker, 2009). Sistem Muskuloskeletal Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari tromboplebitis (Hacker, 2009). Sistem Persyarafan Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Hacker, 2009). Sistem Perkemihan Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih. (Hacker, 2009). Sistem Pencernaan Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum. (Hacker, 2009). Perubahan Psikologis Taking in Phase Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan. Taking Hold Phase Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum. Letting Go Phase Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak Pengeluaran vagina yang baunya menusuk Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan Pembengkakan di wajah/tangan Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri nafas terengah-engah KONSEP TEORI KPD ( Ketuban Pecah Dini) PENGERTIAN Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.(Mitayani, 2011.buku keperawatan maternitas,hal:74) Ketuban pecah ini atau ketuban pecah sebelum waktunya adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina sebelum proses persalinan. (Marmi, 2011) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4cm (fase laten) . Nugroho,(2010) Etiologi Ketuban yang abnormal Infeksi vagina / serviks Kehamilan ganda Polihidramnion Trauma Distensi urine Serviks yang pendek Prosedur medis (Fadlun,dkk.2011.Asuhan Kebidanan Patologis) Tanda dan gejala Kencang-kencang (nyeri ringan dibagian bawah) Keluarnya cairan ketuban dari vagina Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering Berbau anyir Warna cairan putih agak keruh seperti santan encer (Fadlun,dkk.dkk.2011.asuhan kebidanan patologis) PATHWAYS Post Partum Perub. Psikologis Perub. Fisiologis Involusi uterus Kontraksi uterus Proses Parenting Kontraksi uterus lambat Mekanisme Tak Terpenuhi Laserasi jalan lahir (perineum, vagina) Pelepasan jaringan endometrium Atonia uteri Kelemahan Fisik Nyeri Akut perdarahan Lokhea keluar Defisit perawatan diri Vol. Cairan turun Resiko syok hipovolemik Port of the entri Perub. Perfusi jaringan Kurang perawatan Invasi bakteri Resiko infeksi Perubahan. Psikologis Fase Taking In Fase Taking Hold Fase Letting Go Kondisi ibu lemah belajar tentang hal baru mampu menyesuaikan diri dengan keluarga Tentang perawatan bayi Deficit perawatan diri mandiri Kurangnya pengetahuan Menerima tanggung jawab Penambahan anggota keluarga baru Resiko perubahan menjadi orang tua baru PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan leboratorium yang dilaksanakan antara lain : Preparat saline basah untuk memeriksa adanya tricomona Preparat basah potasium peroxide digunakan untuk memeriksa adanya jamur candidia dan adanya gardnerela. Urinalisis Kultur gonorrhoe dan herpes servik Kultur cerviks Pemeriksaan darah lengkap, Pemerilsaan virus herpes simplek tipe 1 dan 2 Westrern blood untuk pemeriksaan virus HIV Chlamidia yaitu tes kultur atau tes untuk mendeteksi antigen PENATALAKSANAAN POST PARTUM Early Ambulation Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24 jam sampai 48 jam post partum. Perawatan Payudara Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post partum. Pemberian Nutrisi Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI. Aktivitas Seksual Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam. PERAWATAN POST PARTUM Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PENGKAJIAN Pemeriksaan Fisik Monitor Keadaan Umum Ibu Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit 24 jam I : tiap 4 jam Setelah 24 jam : tiap 8 jam Monitor Tanda-tanda Vital Payudara : Produksi kolustrum 48 jam pertama. Uterus : Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran. Kandung Kemih dan Output Urine : Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri. Bowel : Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus. Lochea : Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan. Perineum : Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi. Ekstremitas : Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna. Perubahan Psikologis Peran Ibu meliputi: Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran. Baby Blues: Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis. Perubahan Psikologis Perubahan peran, sebagai orang tua. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu. Diagnosa Keperawatan Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap atonia uteri. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum dan kontraksi uterus berlebih. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka episiotomi Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran. Intervensi Keperawatan Resiko syok hipovolemik b.d. perdarahan sekunder terhadap atonia uteri. Tujuan : Syok hipovolemi tidak terjadi. Kriteria hasil: Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg. Nadi 60-80 kali permenit. Akral hangat, tidak keluar keringat dingin Perdarahan post partum kurang dari 100 cc Intervensi : Monitor vital sign Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik Monitor pengeluaran pervagina. Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri. Susukan bayi sesegera mungkin. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d trauma jaringan perineum, kontraksi uterus berlebih. Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : Ekspresi wajah klien tenang. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang. Skala nyeri kurang dari 4. Nadi antara 60-80 kali permenit. Intervensi : Kaji sebab-sebab nyeri pada klien. Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi. Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin pada daerah perineum. Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter. Resiko tinggi infeksi b.d. masuknya kuman pada luka episiotomi. Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi. Jumlah sel darah putih normal. Intervensi : Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Monitor tanda-tanda vital. Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi. Beri perawatan pada luka episiotomi dengan menggunakan teknik septic dan antiseptic. Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum. Defisit perawatan diri b.d. kelelahan setelah melahirkan. Tujuan : Kebersihan diri klien terpenuhi. Kriteria hasil : Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap. Intervensi : Kaji factor-faktor penyebab yang berperan. Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal. Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang perawatan diri. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang b.d. transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran. Tujuan : Keluarga dapat memahami adanya perubahan proses dalam keluarga. Kriteria hasil : Orang tua menunjukkan tingkah laku kasih saying terhadap bayinya Intervensi : Observasi interaksi antara keluarga dengan bayinya. Anjukan ibu untuk menyentuh, merawat dan segera memberikan ASI. Berikan penjelasan semua tentang kebutuhan informasi yang diperlukan pasien tentang kondisinya dan perawatan bayi. Fasilitasi keluarga dan sibling untuk menjenguk / menyentuh bayi. DAFTAR PUSTAKA Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Hacker, Moore (2009), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mochtar, Rostam. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 2005, EGC, Jakarta. Iscemi K.2013. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta : Salemba Medika Fadlun,dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis . Jakarta: Salemba Medika