HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA DENGAN
RUMAH SEHAT DI DESA DUWET KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
UMI DYAH MUJI NUR RAHMAH
J 410 131 033
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA DENGAN RUMAH
SEHAT DI DESA DUWET KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
Oleh :
Umi Dyah Muji Nur Rahmah*Dwi Astuti**Tri Puji Kurniawan***
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat
FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS
*Email :
[email protected]
ABSTRAK
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan nyaman agar
penghuninya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman tanpa adanya
resiko/gangguan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik kepala keluarga dengan rumah sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah sebanyak
784 buah dengan menggunakan proposional sampling sebanyak 108 buah. Uji statistik
menggunakan chi square dengan tingkat signifikan (≤0,05). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan rumah sehat (p=0,000) dan ada hubungan
antara pekerjaan dengan rumah sehat (p=0,016) serta tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan rumah sehat (p=0,099). Disarankan bagi masyarakat di Desa Duwet
diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya agar tetap sehat dan bebas
dari bahaya penularan penyakit.
Kata kunci : Karakteristik kepala keluarga, rumah sehat
ABSTRACT
The house is one of the basic human needs that serves as place or residence and means
of fostering the family. The house must be healthy and comfortable so that occupants can
do everyday activities safely without any risk/disorders. The purpose of this research is to
know the relation between the characteristics of the head of the family with a healthy home
in Duwet Village of Baki Subdistrict of Sukoharjo District. This research method using the
observational design eith cross sectional approach. The population of this research is the
whole house as many as 784 using theproportional sampling as much as 108. Statistical
tests ussing chi square with significant level (≤ 0.05). The results showed that there
is a relations between education with a healthy home (p = 0.000) and there is a relations
between the job with a healthy home (p = 0,016) and there is no relations between
knowledge with a healthy home (p = 0,099). It is advisable for the community in Duwet
village are expected to maintain the cleanliness of the home and its environment to stay
healthy and free of the danger of disease transmission.
Key word : Characteristics head of the family, healthy house
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
1
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
PENDAHULUAN
Sanitasi sudah selayaknya merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik
mengingat sebagian besar penduduk Indonesia belum dapat menikmati sarana sanitasi
yang memadai, terutama masyarakat yang berada di lingkungan padat, kumuh, dan
miskin. Akibat langsung dari kondisi tersebut adalah masih tingginya angka kesakitan
bahkan
kematian penyakit berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah
yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai,
ventilasi, dan pencahayaan.
Pencapaian rumah sehat di Indonesia sebesar 68,69%. Pencapaian tertinggi rumah
sehat terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 98,99%; Maluku sebesar
96,54%; dan Bali sebesar 85,11%. Capaian terendah rumah sehat terdapat di Sulawesi
Tenggara sebesar 18,35%; Kalimantan Tengah sebesar 35,1%; dan Kalimantan Selatan
sebesar 43%. Sedangkan capaian rumah sehat di Jawa Tengah sebesar 65,70% (Depkes
RI, 2012).
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan
nyaman agar penghuninya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman tanpa
adanya resiko/gangguan. Konstruksi rumah dan lingkungan rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit,
khususnya penyakit yang berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2013).
Data persentase rumah yang diperiksa di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
berasal dari 34 kabupaten/kota. Ada satu kabupaten yang tidak masuk datanya yaitu
Kabupaten Grobogan. Rumah yang diperiksa sebesar 49,70% dari keseluruhan rumah
yang ada. Dari yang diperiksa 73,96% merupakan rumah sehat (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Pada tahun 2013 rumah yang diperiksa di Kabupaten Sukoharjo sebesar 16,28%
dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebesar 80,44%. Pencapaian rumah sehat pada
wilayah Kabupaten Sukoharjo di Kecamatan Grogol sebesar 94,7%; Kecamatan
Bendosari sebesar 92,6%; Kecamatan Kartasura 90,2 %; Kecamatan Polokarto sebesar
87,9%; Kecamatan Mojolaban sebesar 87,4%; dan Kecamatan Baki sebesar 86,9%
(Dinas Kesehatan Bidang P2PL Kabupaten Sukoharjo, 2013).
Berdasarkan data rekapitulasi dari Puskesmas Baki dari tahun 2011-2014 rumah
yang diperiksa di Kecamatan Baki sebesar 78,4% dan yang memenuhi syarat rumah
sehat sebesar 68,2%. Pencapaian rumah sehat pada wilayah Kecamatan Baki terdapat di
Desa Baki Pandeyan sebesar 90,5%; Desa Ngrombo sebesar 90,0%; Desa Kadilangu
sebesar 87,9%; Desa Siwal sebesar 87,6%; Desa Bentakan sebesar 86,7; dan Desa Kudu
sebesar 83,7%; serta yang paling rendah Desa Duwet sebesar 80,5% (Puskesmas Baki,
2014). Penyakit berbasis lingkungan yang terdapat di Desa Duwet tahun 2014 meliputi
penyakit diare sebanyak 37 penderita, penyakit DBD sebanyak 1 penderita, dan
penyakit ISPA sebanyak 233 penderita (Puskesmas Baki, 2014).
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 15
Desember 2014 di Desa Duwet bahwa Desa Duwet terdapat 9 Dukuh, 8 RW, dan 21
RT. Peneliti bertanya pada beberapa responden yang ditemui bahwa 6 dari 10 kepala
keluarga bekerja sebagai buruh. Sedangkan 6 dari 10 kepala keluarga di Desa Duwet
berpendidikan SD (Sekolah Dasar) serta 6 dari 10 kepala keluarga di Desa Duwet
mempunyai rumah yang tidak sehat maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
2
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Rumah Sehat di Desa Duwet
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik kepala
keluarga dengan rumah sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik rohani maupun sosial
(Kasjono, 2011).
2. Persyaratan Rumah Sehat
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 µg/m2, asbestos
kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
2) Dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan.
3) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
4) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
5) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
6) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak
menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
1) Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
2) Kelembaban udara 40–70%.
3) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
4) Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.
5) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
1) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari;
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes no. 416 tahun 1990 dan Kepmenkes no. 907 tahun 2002.
h. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
3
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
i. Pembuangan Limbah
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
j. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang
tidur.
3. Faktor-Faktor Rumah Sehat
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Lingkungan (Alam)
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Hal ini menyangkut kondisi lingkungan alam dan sosial di sekitar rumah yang
akan didirikan (Mubarak dan Chayatin, 2009).
b. Tingkat Kemampuan Ekonomi
Individu yang ingin membangun suatu rumah tentunya akan mengukur tingkat
kemampuan ekonominya, terutama menyangkut kesiapan finansial. Hal-hal yang
perlu menjadi perhatian tiap-tiap individu dalam masyarakat yang akan membangun
rumah adalah diperlukan pemeliharaan rumah tersebut sehingga dapat dipergunakan
dalam waktu yang cukup lama bahkan dapat dinikmati oleh anak cucunya (Mubarak
dan Chayatin, 2009).
c. Kemajuan Teknologi
Saat ini teknologi perumahan sudah begitu modern, namun rumah yang modern
belum tentu sesuai dengan selera individu di masyarakat. Teknologi modern selain
membutuhkan biaya dan perawatan yang juga mahal juga diperlukan pengetahuan
yang cukup agar mengerti tentang teknologi tersebut. Teknologi yang tinggi jika
diterapkan di daerah tertentu belum tentu sesuai (Mubarak dan Chayatin, 2009).
d. Kebijaksanaan (Peraturan) Pemerintah Menyangkut Tata Guna Tanah
Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika tidak dibuat secara tegas
dan jelas dapat menyebabkan gangguan ekosistem seperti banjir, pemukiman kumuh,
dan lain-lain (Mubarak dan Chayatin, 2009).
4. Manfaat Rumah Sehat
a. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air bersih,
sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan pemukiman, kemanan
makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi penyakit.
b. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis dengan
memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran di dalam rumah,
penggunaan rumah sebagai tempat kerja.
c. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi tekanan jiwa
dan sosial akibat rumah.
d. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan memperhatikan
ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan pekerjaan dekat rumah.
e. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan kesehatan, yaitu
pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan yang maksimum pada
penghuninya.
f. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko tinggi, yakni
anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah substandard, masyarakat yang
tersisih dan mobil, manula, penderita penyakit kronis dan yang cacat.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
4
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
g. Penyebarluasan pentingnya aspek kesehatan rumah sehingga yang berwenang dapat
memasukkan aspek-aspek kesehatan tersebut ke dalam kebijakan pembangunan
pemukiman.
h. Meningkatkan kebijakan sosial ekonomi yang menunjang tata guna tanah dan
pemukiman sehingga kesehatan fisik, mental dan sosial dicapai secara maksimal.
i. Meningkatkan proses pembangunan sosial ekonomi; mulai dari perencanaan,
pengelolaan, pengaturan tata guna tanah derah urban, peraturan pemukiman, desain
dan kotruksi rumah, pelayanan terhadap masyarakat dan pemantauan yang kontinu.
j. Meningkatan penyuluhan serta kualitas profesi kesehatan masyarakat dan profesi
yang membangun pemukiman; penyediaan perumahan dan penggunaan rumah untuk
meningkatkan kesehatan.
k. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pemukiman secara
swadaya, gotong royong dan koperatif (Slamet, 2011).
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan
PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya
penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Adapun 16
indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi :
a. Persalinan Nakes. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter) dan
bagi rumah tangga yang tidak/belum pernah hamil mengerti kalau hamil harus di
periksa oleh tenaga kesehatan.
b. K4. Memeriksakan kehamilan minimal 4x selama kehamilan dan bagi rumah tangga
yang tidak ada ibu hamilnya mengerti maksud K4 (periksa hamil minimal 4x).
c. ASI Eksklusif. Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6 bulan tanpa makanan
tambahan lain dan bagi rumah tangga yang tidak punya bayi mengerti tentang ASI
eksklusif.
d. Penimbangan Balita. Balita ditimbangkan secara teratur bagi rumah tangga yang
tidak punya balita mengerti tentang penimbangan balita (posyandu).
e. Gizi Seimbang. Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup
dengan gizi seimbang (tiap hari menu makanannya diganti).
f. Air Bersih. Menggunakan air bersih untuk keperlukan sehari-hari.
g. Jamban Sehat. Menggunakan jamban sehat (leher angsa dengan septictank dan
terjaga kebersihannya).
h. Sampah. Membuang sampah pada tempatnya.
i. Lantai Rumah. Menggunakan lantai rumah kedap air.
j. Aktifitas Fisik. Melakukan olahraga/aktifitas fisik (bersepeda, berjalan kaki,
mencangkul, menyapu, dan kegiatan rumah tangga lainnya).
k. Tidak Merokok. Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok atau tidak merokok
di dalam rumah, rumah bebas dari asap rokok.
l. Cuci Tangan. Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah BAB.
m. Kesehatan Gigi dan Mulut. Menggosok gigi minimal 2x sehari (masing-masing
anggota keluarga 1 sikat gigi).
n. Tidak Miras/Narkoba. Anggota rumah tangga tidak minum minuman keras/miras dan
atau tidak menyalahgunakan narkoba.
o. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Anggota rumah tangga menjadi peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) misalnya : dana sehat, Askes, Jamkesmas,
Jamkesda, Jamsostek, asuransi jiwa.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
5
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
p. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) minimal
seminggu sekali.
6. Rumah Tidak Sehat
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis
lingkungan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).
7. Karakteristik Kepala Keluarga
a. Pendidikan
Menurut Azwar (2013) bahwa pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini
berarti bahwa pendidikan adalah suatu pembentukan watak, yaitu sikap disertai
kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan. Seperti
diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah
dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan tingkat
akademik/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar
seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi juga dapat
berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang
dihadapi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan
pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
(Notoatmodjo, 2011).
c. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
tinggi maka orang tersebut akan makin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi nonformal (Wawan dan Dewi,
2010).
d. Pendapatan
Pendapatan adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan
semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang,
makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi
masyarakat (BPS, 2006).
e. Sikap
Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk
menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut (Notoatmodjo, 2011).
f. Perilaku Kesehatan
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2011), perilaku kesehatan adalah
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
6
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian survei analitik dengan rancangan observasional
dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Populasi penelitian
ini adalah seluruh rumah yang ada di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo sebanyak 784 buah. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 108 sampel.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini pada 9 Dukuh dengan cara
Proporsional Sampling, yaitu pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan
memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Sedangkan kriteria
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi
a) Kepala keluarga yang menetap di Desa Duwet.
b) Kepala keluarga yang berada di rumah saat penelitian.
c) Kepala keluarga yang bisa membaca dan menulis.
d) Kepala keluarga yang dapat berkomunikasi dengan baik.
e) Kepala keluarga yang bersedia menjadi responden.
f) Jika ada dua kepala keluarga dalam satu rumah, dipilih kepala keluarga yang
paling lama tinggal.
2) Kriteria Eksklusi
a) Kepala keluarga yang tidak menetap/mengontrak/menumpang.
b) Kepala keluarga yang tidak berada di rumah saat penelitian.
c) Kepala keluarga yang tidak bisa membaca dan menulis.
d) Kepala keluarga yang tidak bersedia menjadi responden.
Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
masing-masing variabel yaitu : variabel bebas (karakteristik kepala keluarga seperti
pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan) dan variabel terikat (rumah sehat). Pada
analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat menggunakan uji Chi Square dengan dasar pengambilan hipotesis
penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu jika nilai p > 0,05 maka
hipotesis penelitian Ha ditolak dan jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian Ha
diterima.
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Identitas Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Identitas Responden
Karakteristik Identitas
Kategori
Frekuensi (n) Persentase (%)
Responden
Umur
27 - 47 Tahun
44
40,7
48 - 68 Tahun
58
53,7
69 - 89 Tahun
6
5,6
Jenis Kelamin
Laki-laki
105
97,2
Perempuan
3
2,8
Status Tinggal
Tidak menetap
0
0
Menetap
108
100
108
100
Total
Tabel 1. menunjukkan bahwa proporsi umur responden yang paling banyak
adalah 48-68 tahun yaitu 58 orang (53,7 %). Distribusi responden berdasarkan jenis
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
7
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
kelamin, responden yang paling banyak laki-laki yaitu 105 orang (97,2%). Status
tinggal responden seluruhnya adalah menetap yaitu 108 (100%).
2. Karakteristik Kepala Keluarga
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepala Keluarga
Karakteristik Kepala
Kategori
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Keluarga
Pendidikan
Dasar
69
63,9
Menengah
31
28,7
Tinggi
8
7,4
Pekerjaan
Tidak Bekerja
5
4,6
Bekerja
103
95,4
Pengetahuan
Kurang
1
0,9
Cukup
27
25,0
Baik
80
74,1
108
100
Total
Tabel 2. menunjukkan bahwa proporsi tingkat pendidikan responden yang
paling banyak adalah berpendidikan dasar (tidak sekolah, tidak tamat SD, SD, SMP)
yaitu 69 orang (63,9%). Proporsi jenis pekerjaan responden yang paling banyak
adalah bekerja sebanyak 103 orang (95,4%). Proporsi tingkat pengetahuan responden
yang paling banyak adalah berpengetahuan baik yaitu 80 orang (74,1%).
3. Rumah Sehat
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rumah Sehat
No Kriteria Rumah Sehat Frekuensi (n)
Persentase (%)
1
Tidak Sehat
80
74,1
2
Sehat
28
25,9
108
100
Total
Tabel 3. menunjukkan bahwa proporsi kriteria rumah sehat sebagian besar
responden memiliki rumah tidak sehat yaitu sebanyak 80 orang (74,1%).
B. Analisis Bivariat
Tabel 4. Analisis Bivariat dengan Uji Chi Square
Rumah Sehat
Variabel
Kategori
Tidak Sehat
Sehat
P-Value
N
%
N
%
Pendidikan
Dasar
59
54,6
10
9,3
Menengah
19
17,6
12
11,1
0,000
Tinggi
2
1,9
6
5,6
Pekerjaan
Tidak Bekerja
1
0,9
4
3,7
0,016
Bekerja
79
73,1
24
22,2
Pengetahuan Kurang
1
0,9
0
0,0
Cukup
24
22,2
3
2,8
0,099
Baik
55
50,9
25
23,1
108
100 108 100
Total
Tabel 4. menunjukkan bahwa hasil analisis antara pendidikan dengan rumah
sehat menggunakan uji Chi Square didapat nilai P-value (0,000), hasil uji menunjukkan
p ≤ 0,05 maka Ha diterima, hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pendidikan
dengan rumah sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Hasil analisis antara pekerjaan dengan rumah sehat menggunakan uji Chi
Square didapat nilai P-value (0,016), hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05 maka Ha
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
8
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan rumah sehat
di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Hasil analisis antara pengetahuan dengan rumah sehat menggunakan uji Chi
Square didapat nilai P-value (0,099), hasil uji menunjukkan p > 0,05 maka Ha ditolak.
Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan rumah sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
PEMBAHASAN
A. Hubungan Pendidikan dengan Rumah Sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berdasarkan
pendidikan yang memiliki rumah sehat yaitu responden berpendidikan menengah
sebanyak 12 responden (11,1%). Sedangkan untuk rumah tidak sehat yaitu mayoritas
responden berpendidikan dasar sebanyak 59 responden (54,6%).
Hasil analisis antara pendidikan dengan rumah sehat menggunakan uji Chi
Square didapat nilai P-value (0,000), hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05 maka Ha
diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan rumah sehat
di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Responden yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam
penyerapan informasi ilmu yang dimiliki lebih rendah dan berdampak pada
kehidupannya, namun sebaliknya responden yang berpendidikan tinggi akan mudah
menyerap informasi sehingga ilmu yang dimiliki lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan responden maka akan semakin terbuka pikiran terhadap hal-hal baru dan
bermanfaat bagi kesehatan.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan menengah/tinggi akan mempunyai
keinginan untuk memiliki rumah sehat dan orang tersebut akan lebih mengetahui
komponen-komponen yang harus dipenuhi pada rumah sehat. Karena pendidikan itu
sendiri merupakan dasar seseorang untuk mengambil suatu keputusan termasuk
memiliki suatu rumah sehat.
Hal ini sejalan dengan Atmaja (2004) bahwa tingkat pendidikan rendah memiliki
dampak terhadap kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi persyaratan rumah sehat,
dimana tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pada pengetahuan
responden tentang rumah sehat.
Menurut Azwar (2013), tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar
seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi juga dapat
berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi
dalam membentuk rumah yang sehat. Menurut Nursalam (2003) dalam Wawan dan
Dewi (2010) menyatakan bahwa pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi termasuk informasi tentang rumah sehat
B. Hubungan Pekerjaan dengan Rumah Sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berdasarkan pekerjaan
yang memiliki rumah sehat yaitu responden yang bekerja sebanyak 24 responden
(22,2%). Sedangkan untuk rumah tidak sehat yaitu mayoritas responden yang bekerja
sebanyak 79 responden (73,1%).
Hasil analisis antara pekerjaan dengan rumah sehat menggunakan uji Chi
Square didapat nilai P-value (0,016), hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05 maka Ha
diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan rumah sehat
di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
9
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
Seseorang yang telah bekerja mempunyai kesempatan yang besar untuk memiliki
rumah sehat. Rasa ingin memiliki rumah sehat tersebut berkaitan dengan penghasilan
yang tetap, artinya orang yang sudah bekerja biasanya mempunyai sejumlah
penghasilan setiap hari atau setiap bulan. Tetapi responden disini yang bekerja sebagian
besar mempunyai jenis pekerjaan buruh. Seseorang yang bekerja juga akan lebih
terbuka dengan dunia luar sehingga akan lebih banyak pengetahuan yang diperoleh dari
sesama rekan kerja mapun dari rekan di luar pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan Atmaja (2004) bahwa apabila jenis pekerjaan ditingkatkan
maka kondisi fisik rumah tidak semakin sehat karena jenis pekerjaan buruh atau pekerja
kasar yang tergolong miskin (berpendapatan rendah.
Menurut Alfian (1999) dalam Atmaja (2004) bahwa kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang diderita suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat
yang tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka seperti kekurangan fasilitas pemukiman sehat dan kekurangan
komunikasi dengan dunia sekitarnya. Menurut Mubarok (2007) dalam Irawati (2013),
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Menurut Wawan dan Dewi (2010), pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu.
C. Hubungan Pengetahuan dengan Rumah Sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berdasarkan
pengetahuan yang memiliki rumah sehat yaitu responden berpengetahuan baik sebanyak
25 responden (23,1%). Sedangkan untuk rumah tidak sehat yaitu mayoritas responden
berpengetahuan baik sebanyak 55 responden (50,9%).
Hasil analisis antara penngetahuan dengan rumah sehat menggunakan uji Chi
Square didapat nilai P-value (0,099), hasil uji menunjukkan p > 0,05 maka Ha ditolak.
Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan rumah sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Pengetahuan tersebut menyangkut seluruh aspek penilaian suatu rumah sehat yang
dibuktikan hampir secara keseluruhan responden menjawab dengan benar komponenkomponen apa saja yang dinilai sebagai syarat rumah sehat. Tetapi pengetahuan yang
baik dari responden tersebut belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang berpengetahuan baik memiliki rumah
tidak sehat.
Hal ini tidak sejalan dengan Atmaja (2004) bahwa pengetahuan yang dimiliki
rendah sehingga hanya sebagian kecil yang mengetahui persyaratan rumah sehat yang
didapat dari informasi atau melihat karena disebabkan tidak adanya informasi tentang
rumah sehat terutama dari lembaga pemerintah yang berkompeten.
Menurut Nasution (1978) dalam Atmaja (2004) bahwa yang menjadi persoalan di
pedesaan adalah kualitas perumahan dan pemukiman bukan kuantitasnya. Barangkali
kurangnya pengetahuan warga atau kemampuan warga setempat untuk memenuhi
standar bangunan sehat.
Menurut Wawan dan Dewi (2010) bahwa pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan tinggi maka orang
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
10
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
tersebut akan makin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berati
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja akan
tetapi nonformal.
Menurut Notoadmodjo (2011), bahwa pengetahuan ada enam tingkat yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu berarti mengingat materi yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami berarti mampu
menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar apa yang diketahui. Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi
dan kondisi yang sebenarnya. Analisis merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek menjadi komponen-komponen yang masih
berkaitan satu sama lain. Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membentuk
formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan penilaian-penilaian terhadap sesuatu, baik dengan menggunakan
kriteria sendiri, maupun kriteria yang telah ada.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Keadaan rumah di Desa Duwet menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki rumah tidak sehat sebesar 80 orang (74,1%), sedangkan responden yang
memiliki rumah sehat sebesar 28 orang (25,9%).
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan rumah sehat di Desa Duwet Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo dengan nilai P-value (0,000), hasil uji menunjukkan p ≤
0,05 maka Ha diterima.
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan rumah sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo dengan nilai P-value (0,016), hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05
maka Ha diterima.
4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan rumah sehat di Desa Duwet
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dengan nilai P-value (0,099), hasil uji
menunjukkan p > 0,05 maka Ha ditolak.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat Desa Duwet
Masyarakat di Desa Duwet diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya agar tetap sehat dan bebas dari bahaya penularan penyakit.
2. Bagi Petugas Kesehatan Puskesmas Baki
Petugas kesehatan Puskesmas Baki diharapkan dapat meningkatkan kinerja
untuk memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan) secara berkala tentang rumah
sehat kepada masyarakat dan melaksanakan kembali program-program yang terhenti
karena terkendala biaya seperti kegiatan PSN (Jumat Bersih) yang dilaksanakan
setiap 1 bulan sekali serta menyadarkan masyarakat bahwa kondisi perumahan dan
lingkungan yang ditempati tidak sehat.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo diharapkan melakukan evaluasi
program setiap bulan agar lebih mudah untuk mengetahui masalah yang terjadi di
lapangan sehingga dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi terutama
pemberdayaan rumah sehat.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan jumlah
populasi atau sampel yang lebih besar dan dengan menambahkan variabel lain seperti
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
11
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
penghasilan, sikap, perilaku, sumber informasi peran petugas kesehatan dan lain-lain
baik di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo maupun di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad NH. 2012. Faktor Resiko Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di
Puskesmas Jenawi Kabupaten Karanganyar. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakultas
Ilmu Kesehatan UMS.
Atmaja J. 2004. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kondisi Fisik Bangunan Rumah
Tidak Sehat di Kecamatan Lubuk Alung. Jurnal Ilmiah R & B. Vol.4. No.2.
Oktober 2004.
Azwar S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Cetakan XVIII.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
BPS. 2006. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Jakarta : BPS.
Depkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Ditjen PPM dan PL.
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Depkes RI.
Diknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Diknas.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2011. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011. Sukoharjo : Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo.
Dinas Kesehatan Bidang P2PL Kabupaten Sukoharjo. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2013. Sukoharjo : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Irawati D. 2013. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Desa Tangunan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit. Vol.5. No.2. November
2013.
Kasjono HS. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
12
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
Mubarak WI dan Chayatin N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
Puskesmas Baki. 2014. Laporan Data Penyakit Puskesmas Baki Tahun 2014. Baki :
Puskesmas Baki.
Puskesmas Baki. 2014. Laporan Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Rumah Puskesmas Baki
Tahun 2014. Baki : Puskesmas Baki.
Riana B. 2008. Pengaruh Karakteristik Individu, Pengetahuan, Sikap dan Peran Petugas
Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat di Kecamatan Peureulak Timur Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2008. [Tesis Ilmiah]. Medan : Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Slamet JS. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tim Field Lab FK UNS. 2013. Modul Komunikasi Informasi Edukasi PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) Semester V. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Wahyuni dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol.2. No.1.
Juli 2005.
Wawan A dan Dewi M. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
13
Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
ARTIKEL PUBLIKASI
Program Studi Kesehatan Masyarakat – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta @ 2015
1